• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANAMAN PENDIDIKAN SOSIAL FINANSIAL PADA ANAK USIA DINI MELALUI AKTIVITAS BERMAIN PERAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENANAMAN PENDIDIKAN SOSIAL FINANSIAL PADA ANAK USIA DINI MELALUI AKTIVITAS BERMAIN PERAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

307

PENANAMAN PENDIDIKAN SOSIAL FINANSIAL PADA ANAK USIA DINI MELALUI AKTIVITAS BERMAIN PERAN

Zakaria1*, Ma’rufatun2,

STAI Binamadani Tangerang, Banten, Indonesia

*Email: zakaria@stai-binamadani.ac.id Abstrak

Pembelajaran pada anak usia dini lebih menekankan pada aktivitas bermain sambil belajar agar menunjang kemampuannya dalam bereksplorasi yang dapat membentuk karakter kreatif dan inovatif. Belajar sambil bermain dapat diterapkan melalui aktivitas bermain peran. Dengan bermain peran siswa akan memerankan sebuah tokoh dalam sebuah cerita seperti kegiatan bersama keluarga, aktivitas jual beli, kedokteran, pertukangan, dan kegiatan yang dilakukan di pasar maupun di bank. Siswa akan mendapatkan pengalaman baru dengan memerankan sebuah tokoh dalam cerita tersebut. Dengan demikian dapat menanamkan pendidikan sosial finansial bagi anak usia dini agar dapat belajar menumbuhkan sikap mengelola keuangan pribadi dan bertanggung jawab dengan lingkungan sekitarnya sehingga nantinya akan melatih anak untuk dapat mengelola keuangan sejak dini. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembelajaran dengan aktivitas bermain peran dapat menanamkan pendidikan sosial finansial bagi anak usia dini. Penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara kemudian dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan bagaimana penanaman pendidikan sosial finansial melalui aktivitas bermain peran pada anak usia dini.

Selain itu data pendukung berupa artikel dari jurnal nasional terakreditasi dan internasional bereputasi, buku teks, serta peraturan-peraturan mengenai pendidikan sosial finansial pada anak usia dini dianalisis secara kritis. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa …

Kata kunci: Anak Usia Dini; Bermain Peran; Pendidikan Sosial Finansial

Abstract

Learning in early childhood places more emphasis on playing activities while learning to support their ability to explore which can form creative and innovative characters. Learning while playing can be applied through role playing activities. By playing a role, students will play a character in a story such as activities with family, buying and selling activities, medicine, carpentry, and activities carried out in the market or at the bank. Students will get new experiences by playing a character in the story. Thus, it can instill socio-financial education for early childhood so that they can learn to cultivate an attitude of managing personal finances and being responsible with the surrounding environment so that later they will train children to be able to manage finances from an early age. This paper aims to find out how learning with role-playing activities can instill social and financial education for early childhood. This research uses a qualitative descriptive method with a case study approach. The data was collected through observation and interviews and then analyzed to get a conclusion on how to inculcate social financial education through role playing activities in early childhood. In addition, supporting data in the form of articles from reputed national and international journals, textbooks, and regulations regarding social and financial education for early childhood are critically analyzed. The results of this study indicate that ...

Keywords: Early Childhood; Role Playing; Financial Social Education

(2)

308

PENDAHULUAN

Untuk menunjang keterampilan yang diperlukan pada era saat ini, diperlukan enam kemampuan dibidang literasi antara lain literasi bahasa, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewarganegaraan. Hal ini diperlukan sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memajukan setiap warga negara agar dapat menghadapi era globalisasi. Terlebih pada saat ini dalam berbagai aspek baik dalam bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Literasi finansial merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam hubungan sosioekonomi di masyarakat.

Berdasarkan Consumer Financial Protection Bureau (CFPB), menyatakan bahwa pada usia remaja, anak muda belum dapat mengelola keadaan finansial mereka, hal ini disebabkan karena kurangnya pendidikan sosial finansial pada saat usia dini. Serta ditambah dengan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penanaman pendidikan literasi finansial pada anak. (Novedi Risanti, Susilaningsih, 2022).

Hal inilah yang menyebabkan pada saat dewasa, anak akan kesulitan untuk mengelola kondisi sosial finansialnya dengan baik (Kemendikbudristek, 2019). Penelitian yang dilakukan oleh Fifiet menyatakan bahwa orang tua memiliki keterlibatan penting dalam penerapan pendidikan sosial finansial yang telah diajarkan di sekolah, agar apa yang telah diajarkan di sekolah dapat diimplementasikan anak di rumah sehingga dapat membentuk

karakter, dan motivasi belajarnya. (Fifiet Dwi Tresna, Ifat Fatimah Zahro, 2020)

Penelitian mengungkapkan bahwa penanaman pendidikan sosial finansial sejak usia dini sangat mempengaruhi anak pada saat usia dewasa nanti. Karena pada tataran anak usia dini merupakan masa golden age dalam mempelajari sesuatu, dimana masa tersebut tidak dapat di skip atau diulang kembali.

(Novedi Risanti, Susilaningsih, 2022). Masa ini merupakan tahap penting dalam perkembangan anak untuk menunjang kemampuannya dalam bidang sosial yang nantinya anak akan belajar untuk beradaptasi di lingkungan sekitar. Serta dapat mengatur kondisi finansialnya sejak dini, minimalnya anak dapat memahami dan mampu mengelola finansial secara mendasar. Sehingga pada masa ini diharapkan anak mendapatkan pendidikan sosial finansial yang tepat agar pada saat dewasa nanti dapat mengatur dan mengelola finansial secara baik dan benar bagi pribadi maupun lingkungan sekitarnya.

Mengingat masih kurangnya penerapan literasi finansial oleh orang tua, maka lembaga pendidikan pada tataran anak usia dini perlu menanamkan pendidikan sosial finansial di sekolah.

Penanaman pendidikan sosial finansial di sekolah harus menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Guru harus mampu memahami dan menentukan metode yang tepat bagi anak usia dini agar tidak kesulitan dalam memberikan pemahaman. Pada tataran anak

(3)

309

usia dini pembelajaran yang dilakukan lebih menekankan pada aktifitas belajar sambil bermain. Hal ini dilakukan untuk menunjang kemampuannya dalam bereksplorasi dengan pengalaman-pengalaman baru sehingga membentuk karakter mandiri, kreatif, dan inovatif. Dengan menerapkan belajar sambil bermain anak akan merasa gembira dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Disisi lain anak akan belajar dengan mengambil makna yang terkandung dalam aktifitas yang dilakukannya.

Diantara metode yang dapat dilakukan untuk menanamkan pendidikan sosial finansial pada tataran anak usia dini antara lain dengan metode diskusi, bermain peran, kegiatan seni, kunjungan, proyek, dan membacakan cerita.

(Anisa Yunita, Naili Sa'ida, 2022) Salah satu aktivitas yang dapat dilakukan adalah dengan bermain peran. Bermain peran adalah aktivitas dimana anak akan mempraktekan secara langsung situasi realistis tertentu sambil berinteraksi dengan teman-temannya dengan tema-tema tertentu. Tema-tema yang digunakan seperti kegiatan di rumah, pasar, bank, dan rumah sakit yang terdapat aktivitas jual beli, berkomunikasi, dan memerankan peran tertentu. Dengan aktivitas ini anak akan bereksplorasi dan fokus pada tokoh yang diperankannya sehingga mengasah anak dalam berimajinasi, berkomunikasi, dan bersosialisasi sebagai mahluk sosial. Dengan melakukan aktivitas bermain peran inilah diharapkan seorang guru dapat menanamkan pendidikan sosial finansial sejak dini dengan

mengenalkan mata uang, berhemat, menabung, dan berbagi terhadap sesama dalam suatu tema kegiatan yang dilaksanakan. Penerapan pendidikan sosial finansial pada anak usia dini memerlukan kerja sama antara guru, orang tua, serta metode dan media yang sesuai dengan perkembangan anak. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin mengungkapkan secara mendalam bagaimana penerapan pendidikan sosial finansial yang dilakukan oleh guru pada tataran anak usia dini melalui aktivitas bermain peran yang dilaksanakan di sekolah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus (Sugiyono, 2017), (John W. Cresswel, 2016).

Penelitian ini dilaksanakan di lembaga Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) yaitu TK Bina Putra 2 yang berlokasi di Komplek Taman Pinang Indah, Tangerang. Adapun data yang digali berupa bagaimana implementasi aktivitas bermain peran yang dilaksanakan di TK Bina Putra 2 untuk dapat menanamkan pendidikan sosial finansial pada anak usia dini.

Data dikumpulkan melalui proses observasi dan wawancara. Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah dan guru TK Bina Putra 2.

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan mengenai aktivitas bermain peran dapat menanamkan pendidikan sosial finansial pada anak usia dini. Selain itu peneliti mengumpulkan data melalui literatur sumber bacaan berupa artikel jurnal ilmiah yang

(4)

310

mendukung serta relevan dengan penelitian tersebut.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa penanaman pendidikan sosial finansial dapat dilakukan dengan aktivitas bermain peran. Aktivitas bermain peran dapat dilakukan pada tema pekerjaan/profesi dengan menggunakan media produk bekas atau sayuran, serta dengan menggunakan alat pembayaran berupa uang mainan. Melalui media ini, anak akan memerankan sebuah tokoh sebagai penjual dan pembeli. Dengan pengalaman tersebut, anak secara tidak langsung akan memahami mengenai konsep penggunaan uang dan perputaran uang (Wawancara Ibu Nining, 2022). Selain itu juga dapat meningkatkan kemampuan anak dalam bersosialisasi (Nurul Aida, Amanda Pascarini, 2015). Baik orang tua maupun guru harus bekerja sama dalam

menanamkan pendidikan sosial finansial, sebab pemahaman anak tidak datang dengan sendirinya melainkan harus dikenalkan dan diberikan pemahaman (Seto Mulyadi, Lutfi Trizki, 2012). Efek yang lebih besar jika tidak ditanamkan pendidikan sosial finansial pada anak akan lebih berdampak pada saat anak masih dalam tataran anak usia dini (Wawancara Ibu Tuti, 2022). Serta jika orang tua membiasakan anak dalam mengelola finansial secara baik sejak kecil dapat meminimalisir timbulnya masalah yang berhubungan dengan finansial pada saat dewasa nanti. Salah satunya adalah dengan membiasakan menabung (Krisdhayanty, 2019). Untuk itu penanaman pendidikan sosial finansial perlu ditanamkan pada saat usia dini agar dapat membentuk karakter dan berolah fikir sehingga dapat mengelola hal-hal yang berhubungan dengan sosial finansial secara bijak.

PEMBAHASAN

Pendidikan sosial finansial adalah sebuah pengajaran untuk dapat memberikan pemahaman mengenai pengelolaan keuangan secara mandiri, dengan tujuan agar dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat secara tepat sehingga diharapkan dapat bersikap bijak pada masa mendatang dalam mengelola keuangan.

Penanaman pendidikan sosial finansial perlu ditanamkan, sebab dengan semakin berkembangnya zaman dengan segala kecanggihan dan perkembangannya, manusia

akan cenderung terjerumus kedalam gaya hidup yang bersifat konsumtif tanpa mengimbangi antara kebutuhan dan keinginan (Anik, 2021). Terlebih pada masa saat ini semua yang dibutuhkan dapat diatasi dengan satu genggaman yakni teknologi digital.

Misalnya dengan teknologi digital tersebut, kegiatan transaksi tidak lagi dilakukan secara langsung, melainkan dapat dilakukan secara daring. Hal ini menimbulkan dampak negatif, salah satunya adalah mendorong masyarakat khususnya anak muda untuk bergaya hidup konsumtif karena serba mudah dalam segala

(5)

311

hal. Berdasarkan hasil temuan, bahwa penting menanamkan pendidikan sosial finansial bagi anak usia dini karena anak-anak lambat laun akan bersosialisasi di lingkungan luar rumah, dan jika tidak diberikan pemahaman lingkungan finansial, pada saat anak mengenal lingkungan yang lebih luas, anak tidak dapat mengenal nilai uang secra benar. (Wawancara Ibu Nining, 2022) Hal ini jika tidak sejak dini ditanamkan kepada anak-anak, maka nantinya mereka tidak dapat mengelola keuangan secara bijak dan tidak dapat mengatur kondisi keekonomiannya.

Pendidikan sosial finansial pada anak usia dini sangat dipengaruhi oleh peran dan pemahaman orang tua maupun guru di sekolah. Serta sebuah media pembelajaran yang dapat mendukung anak untuk melakukan pembelajaran yang dapat menanamkan pendidikan sosial finansial. Untuk itu, maka diperlukan kerja sama agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan (Sri Wahyuni, Reswita, 2020). Melalui kerja sama orang tua di rumah serta sekolah sebagai lembaga pendidikan formal diharapkan dapat membentuk karakter anak yang dapat berolah fikir dan membiasakan mengelola finansial secara bijak. Menurut Kak Seto, seorang pakar psikologi pemerhati anak menyampaikan bahwa penanaman pendidikan sosial finansial pada anak sangat penting dilakukan. Banyak orang tua yang beranggapan salah bahwa anak akan memahami dengan sendirinya mengenai pengetahuan finansial. Padahal hal tersebut akan mempengaruhi dan akan berakibat pada

masa depannya nanti jika tidak ditanamkan sejak dini. Dan disisi lain setiap anak, memiliki perbedaan dalam proses bersosialisasinya sehingga memerlukan penanaman pendidikan sosial finansial dari orang tua. Untuk itu perlu ditanamkan sejak dini agar anak memiliki kecerdasan finansial (Seto Mulyadi, Lutfi Trizki, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Astrid juga mengungkapkan bahwa finansial parenting harus mulai diterapkan sejak anak usia dini, sebab jika anak terbiasa mengelola masalah yang berhubungan dengan finansial secara baik sejak kecil, akan dapat meminimalisir terjadinya masalah finansial pada saat dewasa nanti, salah satunya adalah dengan membiasakan menabung (Krisdhayanty, 2019).

Penanaman pendidikan sosial finansial dari orang tua sangat penting dilakukan sebab anak memiliki kecenderungan untuk mengikuti apa yang akan dilakukan orang tuanya, maka hendaknya sebagai orang tua dapat mencontohkan secara bijak hal-hal yang berhubungan dengan finansial (Seto Mulyadi, Lutfi Trizki, 2012). Peranan orang tua dalam menanamkan pendidikan sosial finansial dapat dilakukan dengan pembiasaan-pembiasaan, seperti anak untuk dapat hidup sederhana, mengatur pengeluaran antara kebutuan dan keinginan, bersikap hemat, dan berbagi terhadap orang-orang yang membutuhkan bantuan (Syantut, 2022). Untuk menanamkan hal tersebut pada anak, orang tua harus dapat berkomunikasi kepada anak dan memberikan

(6)

312

pemahaman mengenai konsep pengenalan uang, cara menabung, dan mengelola hal yang dibutuhkan dengan berusaha terlebih dahulu (Tiara Pujianti, dkk, 2019). Berdasarkan hasil temuan, bahwa dampak jika tidak ditanamkan pendidikan sosial finansial sejak dini akan menimbulkan efek jangka pendek yangmana anak tidak dapat memahami cara penggunaan finansial dasar secara benar, seperti jumlah dan nilai uang. Serta efek jangka panjang adalah pada saat dewasa nant,i anak akan kurang bijak dalam mengelola finansialnya, dan minimnya karakter sosial pada anak.

Terdapat beberapa orang tua yang kurang menanamkan pendidikan finansial kepada putra atau putrinya, dan akhirnya anak memiliki kebiasaan kurang bijak dalam mengelola kebutuhan finanasial. Serta disisi lain akan berakibat terjadinya peristiwa yang tidak diperkenankan (Wawancara Ibu Tuti, 2022).

Di lingkungan sekolah, guru memiliki peranan penting dalam menanamkan pendidikan sosial finansial, bukan hanya menanamkan nilai moral, sosial, dan kompetensinya baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotoriknya (Sri Wahyuni, Reswita, 2020). Karena sekolah merupakan lingkungan pertama anak bersosialisasi selain dilingkungan rumah. Pendidikan sosial finansial di sekolah memberikan pengetahuan kepada seluruh anak mengenai mengelola keuangan dan sumber daya pribadi maupun urusan dalam berumah tangga dalam konteks dasar secara benar dan dapat mengelolanya

secara bijaksana (Novedi Risanti, Susilaningsih, 2022). Guru harus mampu memilih dan menggunakan berbagai metode dan media yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Media yang digunakan adalah media yang dapat meningkatkan kemampuan anak dalam segi kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotoriknya (Sri Wahyuni, Reswita, 2020). Penanaman pendidikan sosial finansial pada anak usia dini memerlukan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi agar dapat menyusun pembelajaran yang dapat menanamkan pendidikan sosial finansial agar sesuai dengan tahap perkembangannya (Novedi Risanti, Susilaningsih, 2022). Pengimplementasian pendidikan sosial finansial pada anak usia dini di TK Bina Putra 2 dengan menggunakan metode kelompok dengan model pembelajaran berbentuk steam. Cara yang dilakukan oleh TK Bina Putra 2 dalam menanamkan pendidikan sosial finansial diantaranya mempraktekan transaksi jual beli di supermarket terdekat, aktivitas bermain peran, dan jika dalam pembelajaran jarak jauh dengan meminta orang tua untuk menyiapkan berbagai bentuk nilai mata uang dirumah dan akan diberikan pemahaman melalui video conference (Wawancara Ibu Tuti, 2022).

Dengan metode ini guru memberikan pemahaman dasar kepada anak mengenai keuangan dan cara menggunakannya dalam kehidupan sosial. Pemahaman dasar tersebut meliputi pengenalan nilai mata uang dengan benda asli, gambar, maupun video yang

(7)

313

menjelaskan bahwa uang memiliki bentuk, warna, gambar, dan ukuran yang berbeda.

Pengenalan yang dilakukan meliputi hal-hal dasar terlebih dahulu sesuai dengan tahap perkembangan pada anak usia dini (Wawancara Ibu Nining, 2022). Serta cara menggunakan mata uang, hidup berhemat, menyimpan uang, cara menghasilkan uang, hingga bagaimana cara berbagi kepada yang membutuhkan (beramal).

Pembelajaran pada anak usia dini adalah proses sosialisasi dengan lingkungan agar dapat memperoleh sebuah pengalaman bermakna yang dapat mengembangkan proses berpikir pada anak. Maka pembelajaran yang dilakukan lebih menekankan pada aktivitas bermain, karena dengan bermain merupakan proses anak belajar sesuai dengan karakteristiknya yang aktif dalam bereksplorasi dalam berbagai macam hal (Akbar, 2020). Guru hendaknya dapat memberi kebebasan kepada anak untuk dapat mengeksplorasi hal-hal di sekitarnya untuk dijadikan media bermain. Banyak pesan yang terkandung dalam permainan yang dilakukan anak, terutama adalah pembentukan sikap.

Selain itu anak akan belajar memahami adanya peraturan, membentuk karakter, hingga menyelesaikan suatu permasalahan (Susanto, 2014). Dengan bermain pula anak akan merasa senang hati dalam melakukan sesuatu sehingga jika diterapkan dalam pembelajaran, anak tidak akan terbebani dengan kegiatan yang mereka lakukan. Disisi lain dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki

oleh anak baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik (Parapat, 2020).

Salah satu penerapan pembelajaran dengan konsep belajar sambil bermain adalah dengan melakukan aktivitas bermain peran.

Aktivitas bermain peran atau disebut juga dengan Role Playing merupakan cara belajar dengan mempraktekan suatu karakter pada situasi tertentu yang didalamnya mengandung unsur penanaman pengetahuan dan

keterampilan, serta dapat

mengimplementasikan pada suatu aspek yang sesuai, sehingga mendapatkan sebuah pembelajaran yang bermakna (Adini, 2021).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nurul Aida, bahwa melalui aktivitas bermain peran dapat meningkatkan kemampuan anak dalam bersosialisasi. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan anak dalam bersosialisasi dengan temannya, karena pada aktivitas bermain peran yang dilakukan, anak akan berinteraksi dengan temannya baik dari segi bekerja sama, berbagi, menghargai teman, dan saling membantu dalam proses melaksanakan bermain peran tersebut (Nurul Aida, Amanda Pascarini, 2015). Berdasarkan hasil temuan bahwa dalam aktivitas bermain peran yang diimplementasikan di TK Bina Putra 2 dapat menanamkan pendidikan sosial finansial melalui aktivitas bermain peran yang dilakukan pada tema pekerjaan. Tema pekerjaan salah satunya adalah pekerjaan sebagai pedagang. Kegiatan yang dilakukan oleh pedagang dalam kehidupan sosial meliputi kegiatan transaksi jual beli. Anak-

(8)

314

anak akan mempraktekan sebuah cerita dengan memerankan peran sebagai penjual dan pembeli dengan berbeda-beda barang yang dijualnya. Media yang digunakan dalam melakukan kegiatan jual beli tersebut dapat berupa produk bekas yang sudah tidak terpakai, seperti perlengkapan mandi, bayi, makanan anak atau media sayuran. Alat jual beli dalam proses bermain peran tersebut dengan menggunakan uang mainan. Melalui media ini anak akan diberikan pengalaman untuk melakukan transaksi jual beli yang diperankan bersama teman-temannya (Wawancara Ibu Tuti, 2022). Pendidikan sosial finansial yang diterapkan dengan cara bermain peran tersebut, secara tidak langsung anak akan dikenalkan dan diberikan pemahaman mengenai pengenalan uang, penggunaan uang, praktek jual beli, praktek perputaran uang, hubungan produsen dengan konsumen, benda benda yang dijual, nilai sosial, dan nilai keikhlasan pada saat melakukan jual beli. Serta memberi pemahaman bahwa pasar berisi pedagang yang menjual bermacam-macam produk. Serta dikenalkan bahwa dengan nominal uang yang sama akan mendapatkan barang yang berbeda beda. Disisi lain dengan melakukan aktivitas bermain peran tersebut, guru sebagai pendidik dapat melihat minat anak pada saat proses kegiatan (Wawancara Ibu Nining, 2022).

Dengan melakukan aktivitas bermain peran di sekolah inilah diharapkan mampu memberikan pemahaman dasar mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah sosial finansial

dalam kehidupan, karena anak secara tidak langsung akan mempraktekan kegiatan transaksi jual beli yang dilakukan oleh pedagang dan pembeli yang diperankan oleh anak. Anak juga mendapatkan pengalaman baru bersama teman-temannya, sehingga dapat memberikan pembelajaran baik secara sosial maupun finansial secara tidak langsung melalui aktivitas bermain peran tersebut.

Kegiatan penunjang yang dilakukan sekolah dapat membantu orang tua dalam memberikan pemahaman kepada anak mengenai sosial finansial sehingga diharapkan dapat membentuk karakter dan berolah fikir sehingga dapat mengelola finansial secara bijak dan benar baik pada saat usia dini maupun dimasa mendatang.

SIMPULAN

Pembelajaran pada anak usia dini lebih menekankan pada aktivitas bermain sambil belajar agar menunjang kemampuannya dalam bereksplorasi yang dapat membentuk karakter kreatif dan inovatif. Belajar sambil bermain dapat diterapkan melalui aktivitas bermain peran. Dengan bermain peran siswa akan memerankan sebuah tokoh dalam sebuah cerita seperti kegiatan bersama keluarga, aktivitas jual beli, kedokteran, pertukangan, dan kegiatan yang dilakukan di pasar maupun di bank. Siswa akan mendapatkan pengalaman baru dengan memerankan sebuah tokoh dalam cerita tersebut.

(9)

315

DAFTAR PUSTAKA

Adini, N. A. (2021). Metode Bermain Peran:

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pelajaran IPS. Riau:

DOTPLUS Publisher.

Akbar, E. (2020). Metode Belajar Anak Usia Dini. Jakarta: Prenada Media Group.

Anik, d. (2021). Inovasi Pembelajaran Anak Usia Dini. Madiun: CV. Bayfa Cendikia Indonesia.

Anisa Yunita, Naili Sa'ida. (2022). Investasi Edukasi Keuangan untuk Anak Usia Dini di Indonesia. Jurnal Obsesi:

Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,

6(3). Retrieved from

https://www.obsesi.or.id/index.php/ob sesi/article/view/1369

Fifiet Dwi Tresna, Ifat Fatimah Zahro. (2020).

Hubungan Pelibatan Keluarga Terhadap Kemampuan Pendidikan Sosial Finansial Anak Usia 5-6 Tahun.

GENERASI EMAS : Jurnal Pendidikan Islam Anaka Usia Dini,

3(1). Retrieved from

https://journal.uir.ac.id/index.php/gene rasiemas/article/download/5249/2741 John W. Cresswel, C. N. (2016). Qualitative

Inquiry and Research Design : Choosing Among Five Approaches.

Sage Publications.

Kemendikbudristek. (2019). Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Sulawesi Selatan. Retrieved from https://www.bppauddikmas-

sulsel.id/model-20200220155215- model-pendidikan-sosial-dan-

finansial--bagi-anak-usia-dini-melalui- karakter-lokal-aco

Krisdhayanty, A. (2019). Penerapan Finanfial Parenting (Gemar Menabung) pada Anak Usia Dini. PRATAMA WIDYA : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 04(1), 1-7.

Novedi Risanti, Susilaningsih. (2022). Analisis Implementasi Pendidikan Keuangan pada Jenjang Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia

Dini, 6(3). Retrieved from https://obsesi.or.id/index.php/obsesi/ar ticle/view/1625

Nurul Aida, Amanda Pascarini. (2015).

Penerpan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi Anak Usia DiniP.

PERSONA : Jurnal Psikologi Indonesia, 04(1), 87-99. Retrieved from http://jurnal.untag- sby.ac.id/index.php/persona/article/vie w/494/454

Parapat, A. (2020). Strategi Pembelajaran Anak Usia Dini: Panduan Bagi Guru, Orang Tua, Mahasiswa, dan Praktisi PAUD. Tasikmalaya: EDUPublisher.

Seto Mulyadi, Lutfi Trizki. (2012). Financial Parenting : Menjadikan Anak Cerdas dan Cermat dalam Mengelola Keuangan. Jakarta: Mizan.

Sri Wahyuni, Reswita. (2020). Persepsi Guru Mengenai Pendidikan Sosial Finansial pada Anak Usia Dini dengan Menggunakan Media Loose Parts.

OBSESI: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 04(1), 962-970. Retrieved from

https://www.obsesi.or.id/index.php/ob sesi/article/view/493/pdf

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D.

Bandung: Alfabeta.

Susanto, A. (2014). Perkembangan Anaka Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana Prenamedia Group.

Syantut, K. A. (2022). Rumahku Madrasah Pertamaku. Depok: Maskana Media.

Tiara Pujianti, dkk. (2019). Peran Orang Tua dalam Melakukan Finansial Education Pada Anak Usia Dini. EDUKIDS : Pertumbuhan, Perkembangan, dan Pendidikan Anak Usia Dini, 16(02), 99-108.

Wawancara Ibu Nining. (2022). Guru TK Bina Putra 2. Tangerang: 11 Maret 2022.

Wawancara Ibu Tuti. (2022). Kepala Sekolah TK Bina Putra 2. Tangerang: 11 Maret 2022.

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan mendengarkan perintah, pada indikator tersebut terdapat peningkatan menyimak terhadap anak anak, hal ini terlihat ketika anak anak fokus menyimak saat guru memberikan intruksi