• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanganan Spesimen Cairan Bilasan Bronkus

N/A
N/A
Stefanus Agung sagita

Academic year: 2023

Membagikan "Penanganan Spesimen Cairan Bilasan Bronkus"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 21

Penanganan Spesimen Cairan Bilasan Bronkus

Stefanus Agung Sagita Agungpasbar3@gmail.com

A. Pendahuluan

Cairan bilasan bronkus adalah cairan yang terdapat pada bagian bronkus. Bronkus merupakan suatu cabang batang tenggorokkan yang terletak setelah trakea dan sebelum paru- paru. Setelah masuk ke dalam paru, bronkus akan bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan akan bercabang menjadi 3 bronkus lobaris, sedangkan bronkus sebelah kiri akan bercabang menjadi 2 bronkus lobaris.

Bronkus berfungsi untuk membawa udara ke paru-paru.

Bronkus merupakan bagian dari traktus trakeobronkial, yaitu suatu struktur yang dimulai dari trakea kemudian berlanjut menjadi bronkus dan bronkiolus. Pada karina, trakea bercabang menjadi bronkus utama kanan dan kiri dengan bronkus kanan lebih lebar, pendek, serta lebih vertikal daripada bronkus kiri. Hal ini menyebabkan partikel asing lebih sering terdeposit pada bronkus kanan.4 Bronkus utama kanan akan bercabang menjadi tiga lobus, yaitu lobus kanan atas, lobus kanan tengah, dan lobus kanan bawah. Bronkus utama kiri terbagi menjadi dua lobus, yaitu lobus kiri atas dan

(2)

lobus kiri bawah. Setiap lobus bronkus akan menghantarkan udara ke lobus paru yang spesifik [ CITATION Dio16 \l 1033 ].

Cairan bilasan bronkus atau yang lebih spesifik adalah cairan mukus, merupakan cairan yang dihasilkan dari sekresi bronkus yang spesifik. Cairan Mukus merupakan suatu gel viskoelastis yang mengandung bahan padat elastis serta cairan dengan kekentalan seperti air. Komponen utama dari mukus adalah air, yaitu sebesar 97%, sedangkan 3% sisanya merupakan bahan padat (musin, protein non-mucin, garam, lemak, dan cell debris).8 Mukus akan berinteraksi secara optimal dengan silia bila terdapat kombinasi yang tepat antara viskositas dan elastisitas dari mukus. Viskositas adalah suatu karakteristik dari cairan yang menggambarkan ketahanan internal dari cairan tersebut serta kapasitasnya dalam menyerap energi pada saat bergerak. Elastisitas merupakan karakteristik bahan padat yang menunjukkan kapasitas energi yang diperlukan untuk mencapai perubahan tertentu atau untuk berpindah tempat [ CITATION Dio16 \l 1033 ].

Adanya gangguan atau infeksi pada saluran pernafasan yang terjadi akibat bakteri atau patogen dapat menimbulkan gangguan pula pada bagian bronkus, hal ini terjadi Pada saat bernapas, partikel seperti debu dan bakteri akan ikut masuk ke dalam jalan napas.1 Partikel ini dapat menyebabkan infeksi, inflamasi, akumulasi mukus, kerusakan DNA, dan bahkan kanker pada saluran pernapasan. Partikel yang bersifat karsinogenik seperti asap rokok, abu pembakaran, dan debu karet juga bisa terhirup lalu terdeposit di dalam paru. Jalan napas memiliki beberapa mekanisme yang berbeda untuk membersihkan partikel tersebut, yaitu

(3)

penangkapan partikel oleh makrofag atau epitel, transpor mukosiliar, serta refleks batuk. Transpor mukosiliar merupakan mekanisme pembersihan utama pada traktus trakeobronkial dalam 24 jam pertama setelah paparan dan dianggap sebagai mekanisme pembersihan yang paling cepat [ CITATION Els21 \l 1033 ].

Pada saat mengalami adanya gangguan pasti harus dilakukan penanganan dan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan dan mendiagnosa penyakit yang dialami pada bagian saluran pernafasan tersebut. Tentunya dilakukan dengan prosedur penanganan dan pengambilan sampel yang sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan. Salah satunya dengan pemeriksaan cairan bilasan bronkus, pemeriksaan saat atau pengambilan ini lebih dikenal dengan proses bronkoskopi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui jenis bakteri atau mikroorganisme yang menimbulkan terjadinya gangguan atau penyakit pada saluran pernafasan.

B. Proses Pengambilan Spesimen 1. Teknik Bronkoskopi

Bronkoskopi berasal dari bahasa Yunani; broncho yang berarti batang tenggorokan dan scopos yang berarti adalah suatu prosedur medis yang memberikan visualisasi trakeobronkial dengan menempatkan instrumen optik ke dalam saluran napas. Instrumen tersebut disebut bronkoskop, yaitu sejenis endoskop yang digunakan untuk pemeriksaan organ dalam tubuh. Tindakan ini dilakukan oleh dokter yang mempunyai kompetensi dengan

(4)

memeriksa bronkus atau percabangannya untuk tujuan diagnostik atau terapeutik. [ CITATION Els21 \l 1033 ].

Bronkoskopi dapat dilaksanakan di ruangan khusus untuk bronkoskopi, ruang operasi, bangsal perawatan pasien bahkan di unit rawat jalan. Sebelum pelaksanaan bronkoskopi, perlu dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis pasien yang menyeluruh. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap rutin, pembekuan darah, dan fungsi ginjal [ CITATION Sur14 \l 1033 ]

2. Indikasi bronkoskopi

Di ICU sangat luas, baik untuk diagnostik maupun terapi. Seringkali bronkoskopi digunakan untuk mengetahui dan menangani kolaps lobaris paru yang tidak memberi respons terhadap fisioterapi. Benda asing berupa bahan makanan atau serpihan gigi juga dapat dipindahkan menggunakan keranjang kawat atau dipegang dengan forsep bronkoskop. Perdarahan endotrakeal ringan sering ditemukan saat penghisapan trakea rutin dan dapat disebabkan oleh abrasi epitel trakea. Jika perdarahan menetap atau meluas maka bronkoskopi dapat digunakan untuk mengetahui sumber dan seberapa luas perdarahan serta rencana penatalaksanaannya. Bronkoskopi berperan untuk mendapatkan bahan pemeriksaan mikrobiologi lewat bilasan dan sikatan bronkus pada pasien dengan pneumonia [ CITATION Sur14 \l 1033 ].

Dua indikasi utama penggunaan bronkoskopi adalah sebagai alat diagnostik dan terapeutik :

a. Indikasi Diagnostik :

(5)

Malignan/Keganasan, Infeksi, Kolaps paru yang tidak diketahui penyebabnya, Interstisial lung disease, Hemoptisis, Batuk kronis yang tidak diketahui penyebabnya, Wheezing local, Stridor, Aspirasi benda asing, Trauma dinding dada, Efusi pleura yang tidak diketahui penyebabnya, Evaluasi pasien post transplantasi paru, Intubasi endotrakeal, Striktur dan stenosis trakeobronkial, Suara parau dan paralise plika vokalis, Sindroma vena kava superior, Fistula, Pneumotoraks persiste, Evaluasi post operative pada trakea, tarkeobronkial, bronchial, atau stump anastomosis, Bronkografi

b. Indikasi Terapeutik :

Pulmonary toilet, Removal benda asing, Removal jaringan endobronkial obstruktif , Pemasangan airway stent, Bilasan bronkoalveolar, Aspirasi kista, Drainage abses, Injeksi intralesi, Trauma dinding dada, Penutupan fistula bronkogenik, Airway maintenance, Bronkial termoplasti [ CITATION Els21 \l 1033 ].

3. Kontra Indikasi Bronskoskopi

Kontraindikasi Bronkoskopi Bronkoskopi tidak dapat dilakukan jika memiliki kontraindikasi absolut dan sebaiknya tidak dilakukan pada pasien dengan kontraindikasi relatif. Jika bronkoskopi terpaksa dilakukan pada pasien yang memiliki kontraindikasi relatif, maka harus dilakukan dengan pengontrolan yang sangat ketat dan kehati-hatian.

a. Kontraindikasi absolut:

(6)

Tidak ada informed consent dari pasien, Tidak ada operator terlatih, Kurangnya peralatan dan fasilitas.

b. Kontraindikasi relatif:

Recent Myocard Infark, Unstable Angina, Uncontrolled arrhythmia, Hipoksemia refrakter, Hiperkarbia berat.

C. Prosedur pengambilan spesimen 1. Persiapan

a. Pasien

1. Permintaan dan ijin tindakan bronkoskopi (dari pasien dan diketahui keluarga terdekat dengan saksi petugas paramedis/medis) setelah diberi penjelasan tentang tindakan dan tujuan pemeriksaan serta komplikasinya.

2. Foto toraks PA dan lateral (terbaru), bila ada foto lain (oblik, top lordotik, lateral foto, tomogram, CT scan dan lain–lain).

3. EKG baru atau hasil konsultasi kardiologi (bila perlu).

4. Laboratorium (faal hemostasis, hasil pemeriksaan sputum bila ada).

5. Puasa sekurang–kurangnya 5 jam sebelum tindakan.

6. Codein tablet dan ekstrak belladona tablet 12 jam dan 6 jam sebelum tindakan.

7. Buat status bronkoskopi.

b. Alat

1. Unit Bronkoskop Serat Optik Lentur (BSOL) dan "light source"

(7)

2. Unit penyedot (suction) yang berfungsi baik dengan kekuatan sedot cukup

3. Lampu kepala

4. Aparatus instilasi lidocain 5. Xylocain spray 8

6. Pot lidocain dengan semprit 10 cc 7. Asesori tindakan bronkoskopi 8. Pulse oxymeter

9. Sumber O2 dan aparatusnya (nasal kanul) 10. Obat–obat emergensi

11. Emergensi kit (Doctor Blue) 12. Aparatus pencucian bronkoskop 13. Alat–alat infus

14. Obat–obat premedikasi.

c. Cara Kerja

1. Pasien disiapkan di ruang persiapan dengan memeriksa tanda–tanda vital, status paru dan kardiologis.

2. Premedikasi dengan sulfas atropin 0,25 mg IM/IV atau diazepam 5 mg IM/IV atau keduanya tergantung umur, status tanda vital, paru dan kardiologis.

3. Anestesi lokal oral dengan kumur–kumur lidocain 5 ml selama 5 menit dalam posisi duduk.

4. Anestesi lokal lanjutan di daerah orofaring dan laringofaring serta pita suara dengan xylocain spray 10% (5 – 7 semprot).

5. Instilasi lidocain 2% 2 ml ke dalam trakea melalui pita suara dengan bantuan kaca laring.

6. Penderita siap diperiksa dalam posisi duduk, telentang atau posisi lainnya dengan pemeriksa berdiri di belakang kepala pasien.

(8)

7. Oksimeter ditempelkan pada jari telunjuk kanan/kiri, oksigen kanula nasal dengan arus 3 – 4 liter/menit dan kedua mata ditutup dengan kain penutup untuk mencegah terkena larutan lidocain/cairan pembilas.

8. Mouth–piece diletakan di antara gigi rahang atas dan rahang bawah untuk mencegah tergigitnya bronkoskop.

9. Insersi bronkoskop baik secara transoral (tersering) atau transnasal.

10. Dipelajari pita suara, trakea, karina, bronkus utama kanan/kiri, bronkus lobus, bronkus segmen, bronkus subsegmen.

11. Pada daerah yang dicurigai ada infeksi, keganasan, darah/bekuan darah, benda asing cair, dicuci/dibilas dengan NaCl 0,9% hangat sebanyak 5 ml yang kemudian disedot kembali. Tindakan tersebut dilakukan beberapa kali sampai dirasa cukup bersih atau didapat cukup bahan pemeriksaan.

12. Bahan segera dikirim ke Laboratorium [ CITATION

Pul17 \l 1033 ]

Gambar 1. Pengambilan carian bronkus https://goingtotehran.com/fungsi-bronkus/

(9)

D. Penanganan Spesimen cairan bilasan bronkus.

Penanganan Spesimen cairan bilasan bronkus disesuaikan dengan pemeriksaan yang dilakukan. Pada umumnya bahan pemeriksaan cairan bilasan bronkus digunakan untuk pemeriksaan: Kimia klinik dan Mikrobiologi.

Untuk pemeriksaan mikrobiologi bertujuan untuk mencegah spesimen agar tidak terkontaminasi oleh bakteri atau patogen lain dan bakteri juga tetap bertahan. sehingga pada proses pemeriksaan yang dilakukan, masih tetap mendapatkan hasil pemeriksaan yang sesuai dan akurat.

1. Penanganan Spesimen untuk pemeriksaan mikrobiologi Pemeriksaan mikrobiologi adalah salah satu pemeriksaan yang sangat penting dalam menunjang penegakkan diagnosis serta terapi penyakit infeksi terutama dalam penanganan infeksi bakteri atau mikrobiologi.

Beberapa contoh penyakit yang dapat diperiksa dari bilasan bronkus, meliputi :

- Aspergiloma : bilasan bronkus dapat digunakan untuk mengumpulkan cairan bilasan yang mengandung aspergilloma, adalah jenis organisme yang dapat menyebabkan infeksi paru.

- Pneumonia : merupakan peradangan yang disebabkan oleh adanya infeksi pada paru – paru, kemungkinan infeksi yang timbul ini, juga dipengaruhi oleh infeksi bakteri dan mikro organisme yang menyerang bagian paru, sehingga memicu perkembangan infeksi dari bakteri.

(10)

 Pengelolaan spesimen untuk pemeriksaan :

1. Pengambilan spesimen bilasan bronkus dilakukan oleh dokter klinisi sesuai standar prosedur dan standar kompetensi.

2. Aspirat endotrakeal diambil pada pasien yang menggunakan Endotracheal Tube (ETT) atau trakeostomi, oleh dokter klinisi atau perawat sesuai standar prosedur dan standar kompetensi.

3. Spesimen dimasukkan kedalam wadah steril atau mukus ekstraktor.

4. Jumlah bilasan bronkus yang dibutuhkan adalah 40 - 80 ml.

5. Sikat bronkus dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 1 ml air garam fisiologis steril.

6. Kirim dalam waktu ≤ 2 jam pada suhu kamar.

7. Penyimpanan ≤ 24 jam pada suhu 4 derjat celcius [ CITATION PER23 \l 1033 ].

Cara pengiriman spesimen

Jika diperlukan tindakan untuk melakukan pengiriman sampel ke laboratorium lain, perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini :

1. Pot diberi label yang bertuliskan tanggal pengambilan spesimen, nama pasien, jenis kelamin, umur, nomor rekam medis/nomor register, asal ruangan/rumah sakit dan diagnosis kerja/diagnosis banding.

2. Pot yang sudah ditutup dengan rapat, selanjutnya harus segera dikirim ke laboratorium pada suhu ruang.

(11)

3. Apabila proses pengiriman membutuhkan waktu lebih dari 2 jam maka pengiriman harus dilakukan menggunakan cool box bersuhu 2 - 8ºC.

4. Penyimpanan specimen sputum dapat dilakukan pada lemari pendingin bersuhu 2 - 8ºC [ CITATION PER23 \l 1033 ]

E. Kriteria Spesimen Yang baik dan Transportasi Spesimen

1. Prinsip Umum

Spesimen yang dapat digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi adalah spesimen yang memenuhi kriteria yang baik, disertai dengan pelabelan pada waktu dan pengisian formulir permintaan pemeriksaan yang lengkap.

Spesimen kemudian dikirim ke laboratorium dengan kondisi yang sesuai dengan jenis spesimen dan mikroba yang akan dikultur atau dideteksi. [ CITATION Sta17 \l 1033 ].

2. Kriteria umum spesimen yang memenuhi syarat : 1. Jenis spesimen dengan lokasi dugaan sumber infeksi 2. Waktu pengambilan spesimen tepat atau pada fase

aktif, sebelum pemberian antibiotik atau 3 hari setelah antibiotik dihentikan. Apabila pasien datang ke rumah sakit sedang dalam terapi antibiotik, maka spesimen diambil sesaat sebelum pemberian antibiotik intravena berikutnya.

3. Wadah spesimen steril ( pengecualian cairan bilasan bronkus untuk pemeriksaan bakteri atau mikroba digunakan wadah bersih dan steril, kering , bertutup ulir dan tidak mudah pecah atau bocor.

(12)

4. Spesimen tertentu memerlukan medium transport, terutama spesimen yang diambil dengan swab.

5. Label pada wadah mencantumkan nama pasien, jenis kelamin, nomor rekam medik, tempat perawatan, jam dan tanggal pengambilan spesimen secara lengkap dan detail. Bila dalam bentuk jaringan atau secret dituliskan organ atau sistem asal spesimen diambil.

6. Volume spesimen yang diambil cukup.

7. Pengiriman dalam suhu yang sesuai dan sampai di laboratorium dalam waktu <2 jam. Jika diperkirakan terjadi penundaan, spesimen dikirim dalam suhu dingin ( 4 derjat celcius ) atau menggunakan medium transport yang sesuai dengan bahan pemeriksaan sampel yang diambil.

8. Jika spesimen digunakan untuk biakan bakteri anaerob dirikirim di dalam medium transport khusus anaereob atau medium cair tioglikat, dalam perangkat transport anaerob pada suhu ruang.

9. Spesimen dikirim dengan formulir permintaan pemeriksaan yang diisi lengkap dan benar, antara lain, meliputi :

a) Identitas pasien : nama pasien, jenis kelamin, usia/tempat tanggal lahir, diagnosis klinis, keterangan lainnya seperti Riwayat pemberian antibiotik atau obat – obatan lain ( berupa nama obat dan lama pemberian ), tanda dan gejala spesifik yang mengarah pada etiologi tertentu, dan kondisi sistem imun ( imunokompeten atau imunokompromi ).

b) Lokasi pasien : poliklinik/ unit gawat darurat/

ruang rawat/ ruang rawat intensif.

(13)

c) Data spesimen : jenis spesimen, lokasi atau organ asal spesimen ( terutama untuk biopsi dan secret atau pus, waktu ( tanggal dan jam ) pengambilan spesimen.

d) Jenis pemeriksaan mikrobiologi yang diminta.

e) Data dokter, nama dan nomot telepon.

F. Kriteria penolakan spesimen atau diterima dengan catatan :

1. Label tidak sesuai dengan identitas dan permintaan

2. Wadah sampel bocor atau spesimen tumpah atau menggunakan wadah yang tidak steril.

3. Jenis spesimen tidak sesuai lokasi dugaan sumber infeksi 4. Jumlah spesimen tidak cukup

5. Waktu pengambilan tidak tepat

6. Pengiriman lebih dari batas waktu yang ditentukan, terutama pada spesimen yang tidak menggunakan medium transport

7. Pasien yang sudah mendapatkan pengobatan antibiotik, ( kecuali dengan keterangan khusus )

8. Pengambilan dan pengiriman spesimen anaerob tidak menggunakan medium transport khusus dan perangkat anaerob.

9. Spesimen yang diberi pengawet seperti formalin tanpa instruksi khusus [ CITATION Sta17 \l 1033 ]

Bila spesimen tidak memenuhi persyaratan diatas maka diusahakan untuk mengambil spesimen ulang. Namun, bila pengambilan ulang tidak dimungkinkan ( misalnya spesimen diambil saat operasi, cairan serebrospinal atau spesimen diambil dengan cara invasive lainnya ), dokter penanggung

(14)

jawab laboratorium memberi penjelasan kepada dokter pengirim.

Berdasarkan permintaan dokter pengirim, spesimen yang tidak memenuhi kriteria tersebut tetap diproses dan pada hasil ditambahkan catatan tentang kondisi spesimen serta pertimbangan interpretasinya. Ketidak jelasan pada kriteria umum, penolakan spesimen, dan cara pengambilan spesimen dapat dikomunikasikan kepada pihak laboratorium.

G. Keamanan dalam penanganan spesimen 1. Tujuan :

a. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja

b. Mencegah terjadinya kontaminasi pada spesimen

c. Mencegah terjadinya kontaminasi dari spesimen ke lingkungan sekitar.

2. Prosedur

Pengambilan spesimen di tempat perawatan pasien :

a. Dokter, perawat, atau petugas Kesehatan lain yang bertugas mengambil spesimen harus menggunakan alat pelindung diri ( APD ). Jenis APD disesuaikan dengan penyakit dan spesimen yang akan diambil.

b. Pengambilan spesimen yang memerlukan tindakan intensive, harus dilakukan secara aseptic sesuai prosedur standar

c. Semua spesimen harus dianggap infeksius dan harus ditangani secara hati – hati

d. Petugas harus mencuci tangan dengan sabun dan larutan antiseptic sebelum dan sesudah melakukan pengambilan spesimen.

(15)

e. Spesimen ditampung dalam wadah yang tidak mudah pecah dan bocor

f. Jika spesimen bocor/tumpah di dalam boks/container atau lantai, petugas mendekontaminasi container / lantai dengan disinfektan menggunakan spill kit yang tersedia.

g. Petugas melaporkan kejadian kontaminasi kepada kepala lab atau bagian pemeriksaan pada hari tersebut sesuai dengan standar prosedur operasional.

h. Sebelum dikirim ke laboratorium, spesimen dimasukkan/ ditempatkan pada container khusus dengan suhu sesuai panduan masing – masing jenis spesimen dan petugas memastikan kelengkapan lembar permintaan pemeriksaan.

i. Pengiriman dilakukan sesegera mungkin. [ CITATION Sta17 \l 1033 ]

(16)

Daftar Pustaka

bachtiar, M. n. (2017). Hubungan antara bronkoskopi dengan sitologi pa pasien.

Dionisia Vidya Paramita, S. H. (2016). FISIOLOGI DAN FUNGSI MUKOSILIAR BRONKUS. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Dr. Hj. Ulfah Utami, M. (2018). BUKU PANDUAN PRAKTIKUM.

Malang: JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM.

Fatrullah, S. P. (2014). Bronkoskopi di Unit Perawatan Intensif.

epartemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah.

FK-UI, S. p. (2017). Buku panduan penanganan spesimen untuk pemeriksaan mikrobiologi . jakarta : Fakultas ilmu kedokteran universitas indonesia .

HK.01.07/MENKES/2147/2023, P. N. (2023). PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA PNEUMONIA PADA DEWASA. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.

Sari, E. P. (2021). BRONKOSKOPI SEBAGAI PROSEDUR DIAGNOSTIK DAN TERAPEUTIK PENYAKIT PARU.

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, RSUP DR. M.

utara, P. U. (2017). Panduan Praktik Klinis. medan, sumatera utara .

(17)

Referensi

Dokumen terkait