• Tidak ada hasil yang ditemukan

penatalaksanaan ruptur kanalikulus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "penatalaksanaan ruptur kanalikulus"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENATALAKSANAAN RUPTUR KANALIKULUS

Abstract Objective

To report the management of canaliculi rupture.

Method

Case report study Case Report

An fourty three years old man came to Cicendo Eye Hospital on August 22nd 2018 with chief complaint of blurred vision and tearing on the right eye after a sharp trauma since 5 hours prior to his current visit. Visual acuity on right eye and the left eye was 1.0. Ophtalmologic examination revealed full thickness margin laceration with hyperemic edematous on medial aspect of the upper eyelid. Anterior segment showed a minimal conjunctival injection. From the wound exploration at the emergency unit the sondation test showed positive sondation. Anel test gave a negative result for the upper canaliculi and positive for the lower canaliculi. Patient was diagnosed as laceration on the right upper eyelid with upper canaliculi rupture and upper eyelid margin rupture. The patient underwent a surgery to repair the ruptured canaliculi on the day after.

Conclusion

The management of canaliculi rupture was important to lessen the complains of tearing and discomfortness.

I. Pendahuluan

Laserasi kanalikulus merupakan kasus trauma yang umum dijumpai dokter mata di unit gawat darurat. Kasus trauma tersebut menyebabkan cedera dan ruptur pada sistem lakrimal. Bagian rekonstruksi Rumah Sakit Mata Cicendo dalam bulan Juli hingga September 2018 sudah menangani kasus perbaikan kanalikulus sebanyak 6 kasus dari 13 kasus trauma. Data di negara lain, yaitu Inggris menunjukkan bahwa 83% dari 92 dokter spesialis mata rata-rata menangani 5-10 kasus laserasi kanalikulus per tahun.1

Trauma yang terjadi pada kanalikulus bisa terjadi melalui dua mekanisme, yaitu: melalui luka laserasi langsung, ataupun melalui avulsi traksional (tumpul).

Penyebab trauma bisa akibat tindak kekerasan, perkelahian, terjatuh, olahraga, kecelakaan lalu lintas, dan gigitan anjing. Trauma tersebut umumnya tidak mengakibatkan kehilangan jaringan, kecuali akibat gigitan anjing.1,2

Waktu optimal untuk memperbaiki laserasi ini adalah dalam 48 jam setelah perlukaan, jika lewat dari periode ini proses identifikasi menjadi sulit. Langkah- langkah untuk melakukan perbaikan kanalikulus ini sepertinya mudah dilakukan,

1

(2)

tetapi tidak jarang disaat melakukannya banyak juga yang menemui kesulitan, khususnya bagi pemula. Pengetahuan yang baik mengenai anatomi kantus medial dan ketrampilan menggunakan alat akan membantu operator untuk melakukan eksplorasi dan melakukan perbaikan ruptur kanalikulus.1,2,3,4

Tujuan perbaikan adalah menemukan kedua ujung kanalikulus yang mengalami laserasi dan memperbaiki jaringan. Laporan kasus ini akan membahas tahap-tahap perbaikan ruptur kanalikulus.1,2

II. Laporan Kasus

Seorang laki-laki berusia 43 tahun dibawa oleh keluarganya ke RS Mata Cicendo pada tanggal 22 Agustus 2018 dengan keluhan utama tajam penglihatan mata kanan menurun disertai berair akibat kelopak mata kanan terkena gantungan baju 5 jam sebelum ke RS Mata Cicendo. Pasien sedang menarik gantungan baju, dan ujung pengait terpental kearah kelopak mata. Penglihatan mata kanan tidak dirasakan buram saat itu dan pasien spontan menutup matanya dengan telapak tangannya. Riwayat perdarahan disertai nyeri dirasakan oleh pasien. Pasien kemudian pergi ke RSUD Cianjur. Tindakan yang dilakukan di RSUD Cianjur menurut keluarga pasien adalah pemberian suntikan ATS/TT, perawatan luka dan pasien segera dirujuk ke PMN RS Mata Cicendo.

Gambar 1.Ruptiur margo palpebra superior OD

Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan kesadaran komposmentis, tanda vital baik. Pemeriksaan oftalmologis didapatkan visus mata kanan dan mata kiri 1.0. Posisi bola mata orthotrophia dengan gerak bola mata baik ke segala arah.

Tekanan bola mata palpasi dalam batas normal. Palpebra superior mata kanan didapatkan edema, hiperemis disertai ruptur margo dan luka laserasi. Pemeriksaan segmen anterior dengan lampu celah didapatkan injeksi konjungtiva pada

(3)

konjungtiva bulbi minimal sedangkan lainnya dalam batas normal. Dilakukan explore menggunakan mikroskop di unit gawat darurat, nampak punctum palpebra superior tembus dengan sonde, sklera intak, konjuntiva intak. Dilakukan eversi pada konjungtiva tarsalis palpebra superior, Dilakukan pemeriksaan anel, didapatkan pemeriksaan anel negatif pada palpebra superior dan positif pada palpebra inferior (Gambar 2). Pemeriksaan segmen posterior dalam batas normal.

Gambar 2. Pemeriksaan sondase

Pasien didiagnosa Vulnus Laceratum a/r Palpebra Superior OD Ruptur Kanalikuli Superior OD + Ruptur Margo PS OD. Pasien kemudian dikonsulkan pada unit ROO dan kemudian direncanakan hekting palpebra dan margo superior OD + perbaikan kanalikulus superior OD dalam narkose umum.

Tanggal 23 Agustus 2018 pasien kemudian dilakukan penjahitan margo palpebra dan perbaikan kanalikulus. Tahapan operasi tersebut diawali dengan tindakan septik dan antiseptik, kemudian dilakukan pemasangan draipe.

Dilakukan explore vulnus laceratum dan rupture margo palpebra superior OD serta debridement luka. Selanjutnya dilakukan identifikasi punctum dan kanalikulus superior OD dengan menggunakan pigtail. Silicon tube kemudian dipasang setelah identifikasi punctum. Dibuat simpul pada kedua ujung silicon, kemudian simpul ditanam. Palpebra superior yang mengalami laserasi kemudian dijahit.

(4)

Gambar 3. Tindakan penjahitan margo dan perbaikan kanalikulus

Pemeriksaan 1 hari paska operasi pada tanggal 24 Agustus 2018 didapatkan:

Visus mata kanan dan mata kiri 1.0. Posisi bola mata orthotrophia dengan gerak bola mata baik ke segala arah. Tekanan bola mata palpasi dalam batas normal.

Palpebra superior mata kanan didapatkan edema minimal, hekting intak sebanyak 4 buah, gumpalan darah -, aposisi luka baik, terdapat silicon tube yang melingkar di punctum superior dan inferior (gambar 4). Keadaan segmen anterior lainnya dalam batas normal. Pasien mendapatkan terapi tetes mata ofloxacyn 6 x 1 tetes, salep kloramfenikol 3 x 1 app ps OD, amoxixilin tablet 3x500 mg. Pasien diperbolehkan untuk rawat jalan dan kontrol 1 minggu yang akan datang.

Gambar 4. Paska perbaikan kanalikulus

(5)

Pemeriksaan saat kontrol pada tanggal 30 Agustus 2018 didapatkan :

Visus mata kanan dan mata kiri 1.0. Posisi bola mata orthotrophia dengan gerak bola mata baik ke segala arah. Tekanan bola mata palpasi dalam batas normal.

Palpebra superior mata kanan terdapat hekting intak sebanyak 6 buah, gumpalan darah -, terdapat silicon tube yang melingkar di punctum superior dan inferior.

Keadaan segmen anterior lainnya dalam batas normal. Pasien mendapatkan terapi tetes mata salep kloramfenikol 3 x 1 app ps OD, serta jahitan pada kelopak mata kanan atas diangkat.

III. Pembahasan

Semua kasus laserasi palpebra yang terletak medial dari punctum harus dicurigai mengenai kanalikulus hingga terbukti sebaliknya. Laserasi kanalikulus dapat dibuktikan dengan melakukan probing. Gejala laserasi kanalikulus antara lain nyeri pada tempat laserasi, mata berair dan penglihatan agak buram akibat genangan air mata.Pada kasus ini, pasien merasakan nyeri dan berair.1,5,6

Saat melakukan anamnesis harus ditanyakan mekanisme terjadinya trauma.

Mekanisme trauma membantu menentukan luas luka, kemungkinan kerusakan area okular, derajat kontaminasi, dan resiko terdapatnya benda asing. Mekanisme terjadinya trauma pada pasien ini yaitu terkena gantungan baju.5,6,7

Pemeriksaan oftalmologi harus dilakukan secara lengkap termasuk tajam penglihatan, lapang pandang, gerak bola mata, pemeriksaan eksternal, tekanan intraokular, pemeriksaan segmen anterior menggunakan lampu slit, respon pupil dan pemeriksaan fundus. Tidak didapatkan kelainan pada segmen anterior mata kanan, hanya injeksi konjungtiva minimal. Segmen posterior pasien dalam batas normal.3,4,5

Evaluasi terhadap laserasi kanalikuli dapat dilakukan dengan cara visualisasi langsung menggunakan lampu slit atau loop. Jika pasien merasa tidak nyaman dan hal tersebut mempersulit pemeriksaan maka pemeriksaan dapat dilakukan dengan bantuan anestesi di ruang operasi. Perhatian primer dokter pada kasus trauma palpebra adalah menentukan apakah kanalikulus terkena trauma. Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan lampu celah dan juga explorasi dibawah mikroskop, disertai dengan tes sondase dan tes anel.5,6

(6)

Terdapat beberapa pendapat mengenai waktu yang tepat untuk melakukan perbaikan kanalikulus. Ada yang berpendapat bahwa perbaikan kanalikulus yang mengalami cedera dilakukan dalam 24-48 jam setelah cedera. Sumber lain menyebutkan bahwa jika telah dipastikan tidak terdapat cedera okular maka perbaikan palpebra dan kanalikulus dapat dilakukan dalam waktu 3 hari setelah cedera. Kanalikulus lebih mudah ditemukan 36-48 jam setelah cedera, setelah pembengkakan otot orbikularis di sekelilingnya berkurang. Pada kasus ini, perbaikan ruptur kanalikulus dilakukan dalam 24-48 jam sehingga perbaikan kanalikulus tidak begitu sulit.8,9,10

Prinsip utama perbaikan kanalikulus adalah mempertemukan kedua ujung kanalikulus yang mengalami laserasi, melewatkan material stent, dan memperbaiki jaringan di sekitarnya. Jika tidak dilakukan pemasangan stent maka proses pembentukan jaringan parut mungkin akan menyebabkan lumen kanalikulus tertutup.10,11,12

Perbaikan kanalikulus pada pasien ini dilakukan dalam anestesi umum. Luka dibersihkan, kemudian dilakukan eksplorasi untuk mencari benda asing dan untuk memastikan bahwa seluruh jaringan palpebra masih ada.5,14 Identifikasi dan intubasi kanalikulus dilakukan dengan bantuan loupe atau mikroskop. Terdapat beberapa teknik untuk membantu mengidentifikasi ujung dari kanalikulus yang cedera. Pada kasus ini identifikasi kanalikulus dilakukan dengan mengamati kanalikulus melalui mikroskop jaringan secara perlahan-lahan direntangkan dengan cotton applicator agar bisa mencari ujung kanalikulus. 4,5,7

Setelah dilakukan identifikasi, selanjutnya dipersiapkan silicon tube sepanjang kurang lebih 25 mm yang dimasukkan ke dalam benang nylon (gambar 5). Punctum lakrimalis dilebarkan menggunakan dilator punctum (gambar 6).

(7)

Gambar 5. Silicon tube dimasukkan dalam benang nylon Dikutip dari : http://webeye.ophth.uiowa.edu8

Gambar 6. Identifikasi kanalikulus Dikutip dari : Olver J5

Pigtail probe dimasukkan pada punctum palpebra yang tidak mengalami laserasi menuju kanalikulus, kanalikulus komunis, dan keluar melalui potongan sisi medial dari kanalikulus yang mengalami laserasi. Benang (dermalon 6-0 atau 7-0) dimasukkan pada lubang di ujung pigtail probe. Salep antibiotika dioleskan pada benang sebagai pelumas. Pigtail probe ditarik mundur sehingga pigtail probe dan benang keluar dari punctum palpebra yang tidak mengalami laserasi.

Silicone tube dengan panjang 25 mm dan diameter 0,6 mm dimasukkan pada benang tersebut, kemudian didorong masuk ke dalam punctum, kanalikulus, kanalikulus komunis, hingga keluar dari potongan sisi medial kanalikulus yang mengalami laserasi. 5,9,11

(8)

Gambar 7. Pemasangan probe

Dikutip dari : http://webeye.ophth.uiowa.edu8

Pigtail probe dimasukkan lagi pada punctum palpebra yang mengalami laserasi dan keluar dari ujung potongan lateral kanalikulus. Benang yang menjulur keluar dari ujung potongan medial kanalikulus dimasukkan pada lubang di ujung pigtail probe kemudian ditarik mundur hingga keluar dari punctum (gambar 8).

Gambar 8. Pemasangan pigtail probe

Dikutip dari : http://webeye.ophth.uiowa.edu8

Silicone tube didorong masuk ke dalam potongan kanalikulus sisi lateral. Kedua ujung benang disimpul sehingga kedua ujung dari silicone tube saling bertemu dan silicone tube melingkar seperti donat, kemudian simpul ditanam pada punctum superior (gambar 9,10).8,14

1 2

(9)

Gambar 9. Pemasangan silicon tube

Dikutip dari : http://webeye.ophth.uiowa.edu8

Gambar 10. Penggunaan pigtail probe & pemasangan silicone tube melingkar Dikutip dari : Jordan DR.4

Palpebra superior diperbaiki, dengan menjahit ulang bagian kulit palpebra dengan benang prolene 6.0 setelah kanalikulus diperbaiki (gambar 11).

Gambar 11. Penjahitan palpebra superior

Dikutip dari : http://webeye.ophth.uiowa.edu8

Setelah perbaikan kanalikulus, pasien diberikan antibiotika sistemik

spektrum luas intravena untuk 24 jam pertama atau oral untuk 10 hari, salep mata

1 2

(10)

antibiotika dan tetes mata antibiotika. Analgetika dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri.3

Jika menggunakan benang yang tidak diserap (nonabsorbable) untuk menjahit margin palpebral maka jahitan diangkat setelah 5-10 hari, sementara jahitan superfisial lainnya diangkat setelah 4-7 hari. Jika ditemukan lekukan (notch) pada margin palpebra maka dilakukan observasi selama 3-6 bulan hingga terjadi maturasi jaringan parut. Lekukan tersebut akan memudar dan menghilang dengan sendirinya.8

III. KESIMPULAN

Trauma kanalikulus terjadi akibat salah satu dari dua mekanisme yaitu laserasi langsung atau traksi akibat pergeseran palpebra secara tiba-tiba ke arah lateral. Prinsip utama perbaikan kanalikulus adalah mempertemukan kedua ujung dari kanalikulus yang mengalami laserasi, melewatkan material stent, dan memperbaiki jaringan di sekitarnya. Tingkat kesuksesan operasi perbaikan laserasi kanalikulus meningkat jika melakukan intubasi silikon.

Paska perbaikan kanalikulus pada pasein ini menunjukkan suatu perbaikan, yang ditandai keluhan mata berair yang berkurang. Silikon dapat diambil 3 bulan pasca tindakan perbaikan kanalikulus.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

1. Grant M. Repair of Periorbital Soft-Tissue Injuries and Lacrimal System in NOE Injuries document on the internet USA: AO Surgery Reference; 2012 diunduh tanggal 5 April 2013. Tersedia dari: https://www2.

aofoundation.org/wps/portal/!ut/p/c0/04_SB8K8xLLM9MSSzPy8xBz9CP0os3hng7 BARydDRwN39yBTAyMvLwOLUA93I4MQE_2CbEdFAF3RnT4!/?segment=Cra nium&bone=CMF&soloState=lyteframe&contentUrl=srg/popup/additional_material /93/X50-Perorbital-Lacrimal.jsp

2. Eyeplastics. Canalicular Lacerations document on the internet USA: Eyeplastics;

2012 diunduh tanggal 5 April 2013. Tersedia dari:

http://www.eyeplastics.com/105-LacrimalTrauma/

3. Mawn LA. Canalicular Laceration document on the internet USA: Medscape Reference; 2012 diunduh tanggal 19 Desember 2012. Tersedia dari:

http://emedicine.medscape.com/article/1210031-followup#a2650

4. Jordan DR. Canalicular Laceration. Insight pdf. 2003 diunduh 17 Desember 2012; 9(1): 1-2. Tersedia dari: http://www.drjordan.on.ca/

pdfs/InSight_v9n1_Winter03.pdf

5. Olver J. Canalicular Surgery. Dalam: Tait M, Youd Z, editors. Colour Atlas of Lacrimal Surgery. Italy: Butterworth-Heinemann; 2002. hlm. 145-58

6. Harrison AR, Gausas RE, Foster JA, Durairaj VD, Chang WJ, Holds JB, et al.

Abnormalities of the Lacrimal Secretory and Drainage Systems. Dalam: Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS, editors. Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. Section 7.

Singapore: American Academy of Ophthalmology; 2011. hlm. 272-3

7. Wells T, Levine LM, Grover S, Beaver HA, Ambati BK, Chalam KV, et al. Orbit and Ocular Adnexa. Dalam: Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS, editors. Fundamentals and Principles of Ophthalmology. Section 2. Singapore: American Academy of Ophthalmology; 2011. hlm. 32-3

8. Graff JM, Allen R. Canalicular Laceration – Dog Bite: 5-Year Old White Female Presenting with Dog Bite to Left Side of Face document on the internet. Iowa;

2005 diunduh tanggal 15 Desember 2012. Tersedia dari:

http://webeye.ophth.uiowa.edu/eyeforum/cases/case26.htm

9. Dryden RM. Repair of Canalicular Lacerations with Silicone Intubation. Dalam:

Levine MR, editor. Manual of Oculoplastic Surgery. Third Edition. USA:

Butterworth Heinemann; 2003. hlm. 37-40

10. Jadico SK, Heersink SB, Gold KG, Gerstenblith MR, Brady CJ, Ahmad FK, et al.

Eyelid Laceration. Dalam: Gerstenblith AT, Rabinowitz MP, Barahimi BI, Feracotta CM, Friedberg MA, Rapuano CJ, editors. The Wills Eye Manual. Sixth Edition.

China: Lippincott Williams & Wilkins; 2012. hlm. 26-31

11. Collin JRO. Repair of Eyelid Injuries. Dalam: Fam P, editor. A Manual of Systemic Eyelid Surgery. United Kingdom: Elsevier; 2006. hlm. 148-9

12. Greenberg MI. Eyelid Laceration. Dalam: Sydor A, editor. Greenberg’s Text Atlas of Emergency Medicine. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005. hlm.

134-6

12 2

Referensi

Dokumen terkait

Makanan ikan = 20 m3/ton bahan baku = 12 m3/ton bahan baku = 25 m3/ton bahan baku = 12 m3/ton bahan baku = 12 m3/ton termasuk air pompa 8.3 Teknik Pengukuran Beban Pencemaran