• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENCEGAHAN YANG DILAKUKAN OLEH PIMPINAN UIN RADEN FATAH PALEMBANG TERHADAP MASUKNYA PAHAM RADIKALISME DIKALANGAN MAHASISWA DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENCEGAHAN YANG DILAKUKAN OLEH PIMPINAN UIN RADEN FATAH PALEMBANG TERHADAP MASUKNYA PAHAM RADIKALISME DIKALANGAN MAHASISWA DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENCEGAHAN YANG DILAKUKAN OLEH PIMPINAN UIN RADEN FATAH PALEMBANG TERHADAP MASUKNYA PAHAM

RADIKALISME DIKALANGAN MAHASISWA DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh : SEPTIA RAHAYU

NIM :1830103194

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN RADEN FATAH PALEMBANG

2023

Puji syukur dihaturkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat

(2)

hidayah, dan karunia-Nya dalam meridhoi pembuatan skripsi yang ditujukan sebagai syarat akhir dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Penulis berharap skripsi dengan judul “Pencegahan Yang Dilakukan Oleh Pimpinan Uin Raden Fatah Palembang Terhadap Masuknya Paham Radikalisme Dikalangan Mahasiswa Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam” dinilai baik untuk dapat dipergunakan sebagai bahan acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi setiap pembaca yang menempuh pendidikan ilmu hukum di kemudian hari.

Penulis masih dalam proses menimba ilmu, penulis meyakini tidak ada tulisan, buku atau kitab didunia ini yang sehebat Al-Qur’an yang memberikan kesaksian bahwa tidak ada keraguan didalamnya, sedangkan dimana penulis meyakini bahwasanya masih terdapat kekurangan baik dari tata penulisan maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis menerima kritik yang disandingkan dengan saran secara terbuka. Akhir kalimat, penulis berharap untuk dapat mengguncang nilai keseimbang hak demi mencapai keadilan yang telah tercatat dapat berada dalam alur hukum. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang tak terhingga kepada:

1. Ibu Prof. Nyayu Khodijah, S.Ag, M.Si. selaku Rektor Universitas slam Negeri Raden Fatah Palembang;

2. Bapak Dr. H. Marsaid, M.A. Selaku Dekan Fakultas Syari‟ah dan Hukum di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang;

3. Bapak M. Tamudin, S.Ag., M.H. Selaku Ketua Jurusan Hukum Pidana Islam dan Bapak Fadilah Mursid, M.H. Selaku Sekretaris Jurusan Hukum Pidana Islam, dan beserta staff Jurusan Hukum Pidana Islam Fakultas Syari‟ah dan Hukum di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang;

4 Dr. Rr. Rina Antasari, S.H., M.Hum. Selaku dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan arahan, bimbingan, serta meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai;

5. Ibu Romziatussa’adah, M.Hum . Selaku dosen Pembimbing Kedua yang telah memberikan banyak waktunya untuk memberikan bimbingan,

(3)

motivasi, dan memberi semangat bagi penulis sehingga sampai terbuatnya skripsi ini sampai dengan selesai;

6. Segenap dosen Fakultas Syari‟ah dan Hukum yang senantiasa telah membimbing dan memotivasi serta mengajarkan ilmunya selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Syari‟ah dan Hukum yang penulis harapkan keridhaan serta keikhlasan ilmu yang telah diberikan dan semoga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi umat;

Akhir kalimat, penulis bersyukur telah diberikan Allah SWT kenikmatan yang tiada henti dengan kehadiran sosok seperti kalian. Semoga kalian semua diberikan keberkahan dalam hidup, keridho-an dalam tindakan dan hidayah untuk menjadi lebih baik. Penulis berharap penulisan ini dapat menjadi amal jariyah bagi pembaca, dan mohon maaf atas kesalahan yang tidak disengaja.

Palembang, 24 Januari 2023

Septia Rahayu

MOTTO:

(4)

َوُه َكّبَر ّنِا ُۗنَس ْحَا َيِه ْيِتّلاِب ْمُهْلِداَجَو ِةَنَسَحْلا ِةَظِع ْوَمْلاَو ِةَمْكِحْلاِب َكّبَر ِلْيِبَس ىٰلِا ُعْدُا

َنْيِدَتْهُمْلاِب ُمَلْعَا َوُهَو ٖهِلْيِبَس ْنَع ّلَض ْنَمِب ُمَلْعَا

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. “ (QS An Nahl : 125).

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur dan ingin memberikan kehormatan tertinggi atas rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya, saya persembahkan skripsi ini untuk :

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Maskur Azzahari dan Ibunda Aslana

2. Orang yang saya sayangi dan cintai Adinda Muhammad Andang 3. Orang yang saya sayangi dan cintai Adjie Farhan Pangestu, Alif Permadany, Alvi Delta Viani, Yunnita Purnama

4. Almamater tercinta Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Palembang, 24 Januari 2023

Septia Rahayu

ABSTRAK

(5)

Judul skripsi ini adalah: “Pencegahan Yang Dilakukan Oleh Pimpinan UIN Raden Fatah Palembang Terhadap Masuknya Paham Radikalisme Dikalangan Mahasiswa Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam” judul skripsi ini membahas pokok masalah yaitu mengetahui secara eksplisit mengenai upaya yang dilakukan oleh pimpinan UIN Raden Fatah Palembang dalam mencegah paham radikalisme dikalangan masalah dan menjelaskan dan menguraikan pandangan perspektif hukum pidana islam terhadap upaya pencegahan paham radikalisme dikalangan mahasiswa oleh pimpinan UIN Raden Fatah Palembang.

Jenis Penelitian ini adalah data kualitatif yaitu menganalisa data berdasarkan kualitasnya lalu di deskripsikan dengan menggunakan kata-kata sehingga dapat memperoleh pembahasan atau pemaparan dalam bentuk kalimat yang sistematis dan dapat dimengerti serta ditarik kesimpulan.

Maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode observasi dan wawancara. penelitian yang mengambil dan mengolah data dari sumber-sumber kepustakaan seperti buku atau kitab yang mempunyai relevansi dan hubungan dengan objek penelitian.

Hasil Penelitian ini ditarik dengan kesimpulan yaitu upaya yang dilakukan ialah mengundang tokoh-tokoh Sejarawan dan Budayawan seperti Sultan Palembang Darussalam guna mempererat rasa persaudaraan dikalangan mahasiswa, menciptakan rasa toleransi dan moderisasi beragama serta menghindari prilaku dan pemikiran radikal dikalangan para mahasiswa. Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam Pimpinan UIN Raden Fatah Palembang telah benar adanya dengan menemberikan pemahaman toleransi dan moderisasi beragama juga saksi bagi yang berpaham radikalisme sesuai dengan zona kadar pemahaman mahasiswa tersebut sesuai dengan anjuran yang ada didalam Islam.

Kata kunci : Pencegahan radikalisme yang dilakukan pimpinan dikalangan mahasiswa

PEDOMAN TRANSLITERASI

(6)

Penulisan transliterasi Arab-latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. No. 158 Tahun 1987 dan No. 0543b/U/1987 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Konsonan

Huruf Nama Penulisan

ا

Alif tidak dilambangkan

ب

Ba B

ت

Ta T

ث

Tsa S

ج

Jim J

ح

Ha H

خ

Kha Kh

د

Dal D

ذ

Zal Z

ر

Ra R

ز

Zai Z

س

Sin S

ش

Syin Sy

ص

Sad Sh

ض

Dlod Dl

ط

Tho Th

ظ

Zho Zh

ع

‘Ain ‘

غ

Gain Gh

ف

Fa F

ق

Qaf Q

ك

Kaf K

ل

Lam L

م

Mim M

ن

Nun N

و

Waw W

ه

Ha H

ء

Hamzah `

ي

Ya Y

(7)

ة

Ta (marbutoh) T

2. Vokal

Vokal bahasa Arab seperti halnya dalam vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal (monoftong) dan vokal rangkap (diftong).

a.

Vokal Tunggal,

dilambangkan dengan harakat.

Contoh:

Tanda Nama Latin Contoh

ََ Fathah A َل

َِ Kasrah I ِل

َُ Dhammah U ُل

b. Vokal Rangkap

Lambang yang digunakan untuk vokal rangkap adalah gabungan antara harakat dan huruf, dengan transliterasi berupa gabungan huruf.

Tanda/Huruf Tanda Baca Huruf

ي

Fathah dan ya Ai a dan i

و

Fathah dan waw Au a dan u

3. Maddah

Maddah atau panjang dilambangkan dengan harakat atau huruf, dengan transliterasi berupa huruf dan tanda.

Harakat dan huruf Tanda baca Keterangan

ي ا

Fathah dan alif atau ya Ā a dan garis panjang di atas

ي ا

Kasroh dan ya Ī i dan garis di atas

و ا

Dlommah dan waw Ū u dan garis di atas

Contoh:

لاقكنحبس

: qāla subhānaka

ناضمر ماص

: shāma ramadlāna

(8)

يمر

: ramā

عف انماهيف

: fihā manāfi uꞌ

نوركمي ام نوبتكي

: yaktubūna mā yamkurūna

هيبل فسوي لاق ﺬا

: iz qāla yūsufu liabīhi 4. Ta' Marbutah

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua macam:

a. Ta' Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasroh dan dlammah, maka transliterasinya adalah /t/.

b. Ta' Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya adalah /h/.

c. Kalau pada kata yang terakhir dengan ta marbutah diikuti dengan kata yang memakai al serta bacaan keduanya terpisah, maka ta marbutah itu ditransliterasikan dengan /h/.

d. Pola penulisan tetap 2 macam.

Contoh:

لافطلا ةضور

Raudlatul athfāl

ةرونملا ةنيدملا

al-Madīnah al-munawwarah

5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, yaitu tanda syaddah atau tasydid. Dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut.

Contoh:

انبر

Rabbanā

لزن

Nazzala

6. Kata Sandang

(9)

Diikuti oleh Huruf Syamsiah

Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan bunyinya dengan huruf /I/ diganti dengan huruf yang langsung mengikutinya. Pola yang dipakai ada dua, seperti berikut:

Contoh:

Pola Penulisan

باوتلا

Al-tawwābu At-tawwābu

سمشلا

Al-syamsu Asy-syamsu

Diikuti oleh Huruf Qamariyah.

Kata sandang yang diikuti huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan-aturan di atas dan dengan bunyinya.

Contoh:

Pola Penulisan

عيدبلا

Al-badi uꞌ Al-badī uꞌ

رمقلا

Al-qamaru Al-qamaru

Catatan: Baik diikuti huruf syamsiah maupun qamariyah, kata sandang ditulis secara terpisah dari kata yang mengikutinya dan diberi tanda hubung (-).

7. Hamzah

Hamzah ditransliterasikan dengan opostrof. Namun hal ini hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Apabila terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan karena dalam tulisannya ia berupa alif.

Contoh:

Pola Penulisan

نوﺬخأت

Ta `khuzūna

ءادهشلا

Asy-syuhadā`u

ترموأ

Umirtu

اهب يتأف

Fa`tībihā

8. Penulisan Kata

(10)

Pada dasarnya setiap kata, baik fi'il, isim maupun huruf ditulis terpisah.

Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata-kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan. Maka dalam penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya. Penulisan dapat menggunakan salah satu dari dua pola sebagai berikut:

Contoh:

Pola Penulisan

نيقزارلاريخوهل اهل نإو

Wa innalahā lahuwa khair al-rāziqīn

نازيملاو ليكلا اوفواف

Fa aufū al-kaila wa al-mīzāna

9. Huruf Kapital

Penggunaan huruf kapital sebagaimana halnya yang berlaku dalam bahasa Indonesia (EYD), yang ditulis pada awal kalimat, awal nama, maupun awal nama tempat.Apabila awal nama atau tempat tersebut didahului kata sandang al, maka yang ditulis dengan huruf kapital adalah huruf awal nama, bukan huruf awal kata sandangnya.

Contoh:

Kedudukan Arab Transliterasi

Awal Kalimat ُهَسْفَنَفَرَعْنَم M̠an’araffa nafsahu Nama diri ٌل ْوُسَرّلِاٌدّمَحُماَمَو Wa m̄a Muhammadun

ill̄a ras̄ul Nama tempat ُةَرّوَنُمْلاُةَنِدَمْلاَنِم Minal-Madīnatil-

Munawwarah Nama bulan َناَضَمَرِرْهَشىَلِا Ilā syahri Ramadāna

Nama diri didahului al

ىِعِفاّشلاَبَهَذ Zahaba as-Syāfi’ī Nama tempat

didahului al

َةَكَمْلاَنِمَعَجَر Raja’a min al-Makkah

10. Penulisan Kata Allah

Huruf awal kata Allah menggunakan huruf kapital apabila kata tersebut berdiri sendiri. Apabila kata Allah berhubungan dengan kata lain

(11)

sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka huruf awalnya tidak menggunakan huruf kapital. Contoh:

ُ ّ َاو Wallāhu

ِ ّلاَنِم Minallāhi

ِ ّا ىِف Fillāhi

ِ ّل Lillāhi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL PERNYATAAN KEASLIAN PENGESAHAN DEKAN PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI MOHON IZIN PENJILIDAN SKRIPSI KATA PENGANTAR

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ii

ABSTRAK iii

PEDOMAN TRANSLITERASI iv

DAFTAR ISI xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah6 C. Tujuan Penelitian 7

D. Kegunaan Penelitian 7 E. Penelitian Terdahulu

F.Kerangka Teori G.Metode Penelitian

(12)

1. Jenis Penelitian

2. Jenis Data dan Sumber Data 3. Teknik Pengumpulan Data 4. Teknik Analisis Data H. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RADIKALISME A.Pengertian Paham Radikalisme

B. Ciri-ciri Radikalisme

C.Tujuan Paham Radikalisme 22

D. Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Paham Radikalisme E. Radikalisme Dalam Berbagai Perspektif G. Radikalisme Menurut Islam BAB III BIOGRAFI UIN RADEN FATAH PALEMBANG A. Sejarah Berdirinya UIN Raden Fatah Palembang B.Visi, Misi dan Tujuan UIN Raden Fatah Palembang 32

C. Letak Geografis. D. Struktur Organisani UIN Raden Fatah Palembang 33

E. Daftar Rektor UIN Raden Fatahb Palembang 34

F. Rektorat dan Fakultas 34

1. Rektorat 34

2. Fakultas Syari'ah dan Hukum 35

3. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan 35

(13)

4. Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam 36

5. Fakultas Adab dan Humaniora 36

6. Fakultas Dakwah dan Komunikasi 36

7. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam 36

8. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 37

9. Fakultas Sains dan Teknologi 37

10.Program Pascasarjana 37

G. Lembaga Kemahasiswaan 38

1. Tingkat Universitas 38

2. Tingkat Fakultas 39

3. Tingkat Jurusan / Program Studi 39

BAB IV STRATEGI PIMPINAN UIN RADEN FATAH PALEMBANG MENCEGAH PAHAM RADIKALISME A. Paham Radikalisme yang Mungkin Melanda Mahasiswa di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang ………...41 B. Mencegah Paham Radikalisme di Kampus ... 4 3 C. Upaya Pimpinan Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang Dalam

Mencegah dan Menanggulangi Paham Radikalisme.

D. Sanksi Bagi Mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang Yang Berpaham Radikalisme

E. Deteksi Paham Radikalisme Dalam Lingkungan Uin Raden Fatah Palembang.

F. Moderisasi Beragama

(14)

BAB V HASIL PENELITIAN

1.Kesimpulan...55 2. Saran...55

DAFTAR PUSTAKA...57

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam sebagai agama yang rahmatan lilalamin muncul di jazirah Arab.

Agama Islam sebagai agama yang sempurna yang disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW melalui dakwahnya. Nabi Muhammad SAW merupakan orang yang diutus oleh Nabi untuk menyebar luaskan agama yang benar yakni agama Islam.Penyebaran agama Islam dilakukan Nabi Muhammad SAW melalui dakwahnya yang Nabi dapatkan dari wahyu Allah melalui perantara malaikat Jibril maka ilmu yang disampaikan oleh Rasulullah tidak semata-mata pengetahuan yang Nabi miliki saja. Penyebaran agama Islam dimulai Nabi Muhammad dari keluarga yang terdekat yakni Khadijah sebagai istri Rasul Ali bin Abi Thalib Zaid Ibnu Harizsah dan lainsebagainya. 1

Penyebaran agama Islam sampai dengan sekarang merupakan tugas seluruh umat Islam sebelum dan setelah Rasul wafat. Karena pada hakikatnya umat Islam memiliki kewajiban yang sama untuk menyebar luaskan agama Islam.

1 Qasim Ibrahim, Buku Pintar Sejarah Islam, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2014), 26

(15)

Selain itu juga dalam berdakwah Rasulullah memiliki ciri khas yaknidengan kasih sayang dan kelembutan sehingga meluluhkan Quraisy untuk masuk agama Islam.2

Q.S Al-Anbiya menjelaskan tentang Nabi Muhammad SAW yang diutus untuk menciptakan kedamaian pada dunia sehingga memunculkan doktrin orang- orang kafir untuk memeluk agama Islam bukan malah memusuhi dan memaki- maki. Sebagaimana dalam firmannya:3

َنْيِمَل ٰعْلّل ًةَمْحَر ّلِا َكٰنْلَسْرَا اَمَو

Artinya : “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam [107]”

Akan tetapi perdamaian yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW sering kali di rusak oleh kaum Khawarij yang memunculkan pemikiran yang baru yakni dengan tiga pendapat bahwa kaum khawarij merupakan kaum yang sering mengkafir-kafirkan muslim yang lainnya. Dan kaum khawarij juga menghalalkan pembunuhan bagi kaum yang tidak seiman dengan mereka.4

Munculnya kalangan khawarij maka hal inilah yang memunculkan pemahaman radikalisme.Akar merupakan arti radikalisme yang merupakan paham yang memiliki keinginan untuk membuat perubahan secara detail dan menyeluruh. Golongan ini membuat pemahaman dan keyakinan tersendiri dan diterapkan pila dalam kehidupan individu sehingga dapat mempengaruhi orang lain. Hal inilah yang memicu golongan khawarij untuk melakukan hal-hal yang fundamental.5Tujuan pemahaman radikalisme yakni membuat rencana mereka tercapai dan mendapatkan pahala di mata Allah SWT. Walaupun sebenarnya pemikiran ini dianggap salah dalam agama Islam.

2 Emha Ainun Najib, Islam Itu Rahmatan Lil Alamin, (Jakarta Selatan: Pt Mizan Publika, 2019), 3

3Al-Hidayah Al-Qur’an Tafsir Perkata,Tanggerang Selatan: Penerbit Kalim), 323 4Nuhu Burhanudin, Ilmu Kalam Tauhid Keadilan, (Jakarta: Prenada Media, 2017) , 37 5 Alaika M, Kurnia, Nasionalisme Ibu Nyai Upaya Pencegahan Radikalisme Pada Kalangan Perempuan, ( Jakarta: Basya Media Utama, 2020), 25

(16)

Radikalisme mempersulit agama Islam yang sejatinya ringan (sambah) dengan berargumen bahwa ibadah sunnah seakan-akan wajib dan makruh seakan- akan haram. Kemudian prioritas prilaku agama mereka hanya sebatas problem- problem yang sifatnya sekunder dan meninggalkan yang primer. Salah satu contohnya adalah memanjangkan jenggot dalam problem yang sifatnya sangat sepele.6

Hal ini juga ditegaskan oleh Nur Achmad dalam bukunya yang berjudul Pluralitas Agama: Kerukunan Dalam Keragaman bahwa, dakwah di Indonesia dapat dilakukan dengan beberapa mekanisme. Pertama, dengan menafikkan unsur-unsur kebencian. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mendakwahkan ajaran- ajaran agama sesuai dengan fungsinya. Kedua, jika secara lisan, hendaknya disampaikan dengan tutur kata yang santun, tidak menyinggung perasaan dan menyindir keyakinan orang lain. Ketiga, dakwah seyogyanya dilakukan secara persuasif. Pasalnya sikap memaksa hanya cenderung akan hanya membuat orang enggan mengikuti apa yang didakwahkan. Keempat, dakwah sekali-kali tidak boleh dilakukan dengan jalan menjelek-jelekkan agama, saling mengkafirkan atau bahkan dengan menghina tuhan yang menjadi keyakinan orang lain.7

Pembagian radikalisme yaitu secara pemikiran dan budaya yang ada pada masyarakat itu sendiri.Tujuan radikalisme ini yakni agar dapat mengubah kebaikan bersama.Misalnya radikalisme dari aspek budaya yakni penculikan

6 Mahmud Hamdi Zaqzuq, Maqashid al-Syari’at al-Islamiyyah wa Dhaarurat al- Tajdid, (Cairo: Wizarah al-Auqaf Majlis al-A’la li Syuun al-Islamiyyah), 114.

7 Nur Achmad, Pluralitas Agama: Kerukunan Dalam Keragaman, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2001), 42-43

(17)

soekarno dengan tujuan untuk membacakan proklamasi.Sedangkan radikalisme dari aspek hukum yaitu perbuatan yang dilakukan untuk melanggar hukum yang berlaku.Sehingga menimbulkan keresahan bagi banyak orang.

Diawali dari pendapat dari BNPT (Badan Nasional Penannggulangan Terorisme) bahwa, Radikalisme merupakan embrio (benih) lahirnya terorisme.

Radikalisme juga disebut sebagai suatu sikap yang mendambakan perubahan secara total dan bersifat revolusioner dengan menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis lewat kekerasan (violence) dan aksi-aksi yang ekstrem.8

Tidak ada paksaan dalam menganut keyakinan agama; Allah menghendaki agar setiap orang merasakan kedamaian. Kedamaian tidak dapat diraih kalau jiwa tidak damai. Paksaaan menyebabkan jiwa tidak damai, karena itu tidak ada paksaan dalam menganut keyakinan agama Islam.9 Imam al-Ghazali dalam kitab al-Mustashfa mengatakan: “Tujuan agama adalah menjaga kemaslahatan umat manusia, terutama yang menyangkut agama mereka, jiwa mereka, akal mereka, keluarga mereka dan harta kekayaan mereka.

Maka semua hal yang dapat menjamin keamanan dan kelestarian lima masalah pokok tersebut (al-ushul al- khams) dapat dipandang sebagai maslahah, dan semua hal yang dapat mengganggu lima masalah tersebut, dipandang sebagai mafsadah”.10

Lembaga perguruan tinggi seharusnya ikut bertanggung jawab atas persoalan nalar berfikir yang melahirkan terorisme. Maka sebagai fokus transfer of knowledge perguruan tinggi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses memberikan penanaman pengetahuan, termasuk pengetahuan agama toleran dan inklusif.11

8 BNPT, Strategi Menghadapi Paham Radikalisme Terorisme-ISIS, (Jakarta: BNPT, 2012), 1

9 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol.1, 514-515.

10 Muhammad Tholhah Hasan, Islam dalam Perspektif Sosio Kultural, (Jakarta:

Lantabora Press, 2005), 194-195.

11 Karimullah, PENDIDIKAN BERBASIS ANTI TERORISME: Study Analisis Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Madrasah Aliyah, (Skripsi: UIN Sunan Ampel), 24

(18)

Adapun asalan mengapa penulis memilih untuk menjadikan UIN Raden Fatah Palembang sebagai objek penelitian ialah karena sangat dimungkinkan adanya kelompok-kelompok kaum radikalisme yang menyusup kedalam ruang lingkup mahasiswa lewat forum-forum atau diskusi yang diselenggarakan antara kampus, entah itu dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Gunung Jati bandung, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan UIN lainnya yang berada di Indonesia sehingga dengan seringnya mengadakan pertemuan dan banyaknya kegiatan tentu lebih sulit mengontrol orang-orang yang masuk ke UIN khususnya UIN Raden Fatah Palembang.

UIN Raden Fatah Palembang merupakan Universitas yang berdiri pada tahun 1964 yang berbasis keislaman. UIN Raden Fatah Palembang memiliki visi yakni untuk membuat mahasiswa paham akan ilmu Agama.12UIN Raden Fatah Palembang memiliki dosen, mahasiswa dan juga wilayah pendidikan.Dalam dunia pendidikan memiliki tugas dan fungsi masing-masing.Mahasiswa pada hakikatnya memiliki tugas untuk belajar dan melakukan penelitian dan pengembangan pada masyarakat sedangkan Dosen memiliki tugas layaknya seperti seorang guru yakni mendidik mahasiswa.

Pencegahan radikalisme merupakan suatu tanggungjawab yang di emban pihak kampus dalam pemberantasannya.Karena pemikiran radikalisme ini sering muncul dalam pemikiran mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang.Dapat dilihat dari pola pemikiran beberapa orang yang memiliki pemikiran radikalisme.

Misalnya tidak mau berteman dengan orang lain yang ia anggap tidak sepadan dengan ilmu agama yang dimilikinya.13 Pemikiran ini akan memunculkan pemikiran yang baru untuk menganggap dirinyalah yang memiliki banyak ilmu agama. Dalam agama Islam diajarkan untuk tidak membedakan suku, ras, harta dalam pergaulan.

12 Https://radenfatah. c.id. diakses Rabu 13 April 2022 pukul 05:05

13 Wawancara Dengan D , Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang Pada Tanggal 13 April 2022 Pukul 09:30

(19)

Paham radikalisme sering muncul dalam kalangan mahasiswa dengan doktrin yang di berikan oleh kaum dan golongan yang ingin mendoktrin mahasiswa.Terkadang seorang mahasiswa dengan pemikiran yang selalu menganggap dirinya benar tanpa didasari ilmu yang kuat mengenai aturan dalam ajaran agama Islam.Sehingga mudah saja bagi mereka mengambil ilmu dan membaca buku dan meminta pendapat dari seorang guru.Padahal pemahaman radikalisme ini sangatlah berbahaya. Pemikiran ini akan memunculkan terorisme pada kalangan mahasiswa. Perguruan tinggi merupakan hal yang rentan menjadi sasaran bagi golongan radikalisme untuk merekrut menjadi pengikutnya. Hal ini disebabkan oleh latar belakang antara lain pendidikan mahasiswa yang berbeda- beda misalnya ada yang dari Madrasah Aliyah Negeri, pondok, Sekolah Menengah Kejuruan, Sekolah Menengah Atas dan lain sebagainya.

Radikalisme pada saat ini sudah masuk di kalangan masyarakat yang ada di Sumatera Selatan sebanyak 39 orang memiliki faham radikal dan bergabung dengan sebuah organisasi yang bernama NII (Negara Islam Indonesia). Akan tetapi organisasi ini berhasil disadarkan dan kembali pada faham yang sebenarnya hal ini mendapat apresiasi dari pihak Gubernur yakni Herman Deru. Selain itu juga pihak gubernur membuat pembentukan tangguh dalam mempertahankan ideologi yang telah ada14

Dari kasus yang beredar di kota Palembang tersebut terkait kasus terorisme. Maka pihak kampus melakukan berbagai upaya penanggulangan terkait radikalisme yang akan mempengaruhi pihak mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 merupakan kebijakan Legislatif dalam upaya menanggulangi tindak pidana terorisme di Indonesia dan juga melawanterorisme internasional yang dilakukan oleh pihak pimpinan kampus UIN Raden Fatah Palembang dikalangan mahasiswa. Maka akibat permasalahan yang telah disampaikan diatas peneliti ingin lebih lanjut meneliti tentangPencegahan Yang Dilakukan Oleh Pimpinan

14 https://sumsel.antaranews.com/berita/651017/sebanyak-39-warga-sumsel-sempat- terpapar-paham-radikal, diakses Senin 29 Agustus 2022

(20)

UIN Raden Fatah Palembang Terhadap Masuknya Paham Radikalisme Dikalangan Mahasiswa Dalam Persfektif Hukum Pidana Islam.15

Dari penjelasan ditas dapat ditarik kesimpulan bahwa Kemampuan seseorang untuk mengenali atau memahami nilai agama yang terletak pada nila- nilai luhurnya serta menjadikan nilai-nilai dalam bersikap dan bertingkah laku merupakan ciri dari kematangan beragama. Kematangan beragama terlihat dari kemampuan seseorang untuk memahami, menghayati, serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.16

B. Rumusan Masalah

Setelah penulis menguraikan latar belakang diatas maka akan dirumuskan rumusan masalahnya yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh pimpinan UIN Raden Fatah Palembang dalam mencegah paham radikalisme dikalangan mahasiswa?

2. Bagaimana pandangan perspektif hukum pidana Islam terhadap upaya pencegahan paham radikalisme dikalangan mahasiswa oleh pimpinan UIN Raden Fatah Palembang

C. Tujuan Penelitian

Penelaahan yang dilakukan oleh penulis memiliki tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut :17

15Https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/43015/uu-no-15-tahun-2003. diakses 13 April 2022 pukul 06:20

16 Akmal Hawi, Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 75.

17Muhammad Ramadhan, Metode Penelitian, (Jakarta: Cipta Media Nusantara: 2017), 4

(21)

1. Mengetahui secara eksplisit mengenai upaya yang dilakukan oleh pimpinan UIN Raden Fatah Palembang dalam mencegah paham radikalisme dikalangan mahasiswa.

2. Menjelaskan dan menguraikan pandangan persfektif hukum pidana Islam terhadap upaya pencegahan paham radikalisme dikalangan mahasiswa oleh pimpinan UIN Raden Fatah Palembang.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini terbagi atas dua yaitu secara teoritis dan juga praktis adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Penelitian yang telah dilakukan oleh penulis memiliki sumbangsi dalam perkembangan di bidang ilmu hukum di Indonesia khususnya hukum pidana Islam yang terkaitpencegahan radikalisme dikalangan mahasiswa.

2. Secara Praktis

Secara praktis hasil dari penelitian ini tentanghal apa yang dilakukan sebagai upaya oleh pimpinan UIN Raden Fatah Palembang dalam mencegah paham radikalisme dikalangan mahasiswa.

E. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis melakukan kajian terdahulu, beberapa hasil kajian yang berkaitan dengan judul dan tema yang penulis angkat untuk dijadikan penelitian. Dari beberapa hasil penelitian yang penulis baca maka ada beberapa yang penulis anggap bisa dijadikan kajian sebagai penelitian antara lain :

Pertama, Ahmad Muhammad Al Hammad dalam penelitiannya yang berjudul radikalisme dikalangan mahasiswa Surabaya (studi kasus kriteria radikalisme menurut Yusuf Al-Qardawi), yang menyimpulkan bahwa mahasiswa merupakansasaran bagi gerakan radikalisme hal ini dikarenakan kalangan mahasiswa yang masih mudah terpengaruh oleh doktrin orang-orang radikalisme.

Menurut imam yusuf faham radikalisme merupakan faham seperti kepala yang terdapat bahaya karena apabila pemahaman ini masuk dalam pemikiran manusia maka akan mengakibatkan kehancuran pula bagi agama Islam. Munculnya

(22)

pemahaman radikalisme merupakan pengaruh ketidakadilan Palestina pada mahasiswa sehingga memunculkan banyak pemikiran yang salah.18

Kedua, penelitian dari Evan Supriyadi yang berjudul peran dosen mencegah paham radikalisme di UIN Raden Intan Lampung, dapat diambil kesimpulan bahwa pencegahan paham radikalisme yang dilakukan oleh dosen UIN Raden Intan dengan cara membentuk badan nasional pemberantas radikalisme dengan menggunakan strategi yakni menanamkan nilai-nilai agama pada pemikiran mahasiswa melalui pendidikan pada mata kuliah yang disampaikan melalui dosen dan para pendidik maka hal ini akan mendoktrin pemikiran mahasiswa untuk tidak mengikuti paham radikalisme. 19

Ketiga, penelitian dari Yusuf Arafat yang berjudul kontribusi media melawan radikalisme di Indonesia, dalam kesimpulannya yakni pemberantasan pemahaman radikalisme dilakukan dnegan tiga aspek yakni dengan cara membuat doktrin pemikiran mahasiswa melalui koran yakni kompas agar dapat memberikan pemahaman yang baru bagi mahasiswa. Karena, bahayanya gerakan radikalisme dapat memunculkan teroris pada kalangan mahasiswa itu sendiri.

Aspek yang kedua yakni mengubah pola pemikiran dengan cara memberikan asupan bahwa radikalisme itu bukan merupakan pemahaman yang muncul dari segi agama melainkan pahaman yang muncul bagian dari tindak pidana dan berhak di hukum sesuai dengan KUHP. Memunculkan pemikiran mengenai pemahaman tentang radikalisme tidak hanya pada kalangan mahasiswa tetapi juga kalangan masyarakat sehingga akan membuat dampak positif bagi mahasiswa dan Universitas.20

18 Ahmad Mohammad Al-Hammad, Radikalisme Dikalangan Mahasiswa Surabaya (Studi Kasus Kriteria Radikalisme Menurut Yusuf Al-Qardawi, Jurusan Aqidah Dan Filsafat Fakultas

Ushuluddin, Universitas Sunan Ampel Surabaya, 2018.

19Evan Supriyadi, Peran Dosen Mencegah Paham Radikalisme Di UIN Raden Intan Lampung, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2020.

20Yusuf Arafat, Kontribusi Media Melawan Radikalisme Di Indonesia, Program Studi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta, 2019.

(23)

F. Kerangka Teori

Teori merupakan himpunan konstruk (konsep), untuk menjelaskan mendeskripsikan mengenai suatu kegiatan tentang upaya penanggulangan penambangan radikalisme tersebut. Teori preemtif, preventif, dan represif adalah teori yang akan dipakai dalam penelitian ini. Menurut Sudarto pembedaan jalur penal dan non penal merupakan tindakan yang dilakukan oleh pipinan UIN Raden Fatah Palembang setempat berupa tindakan kasar yakni secara represif (penindakan) merupakan tindakan preventif dalam arti luas.Sebaliknya dapat pula dikatakan bahwa tindakan pencegahan preventif pada hakikatnya merupakan upaya pemberantasan kejahatan dalam arti luas.

1. Preemtif

Upaya hukum preemtif merupakan suatu kegiatan yang dilakukan aparat setempat agar dapat menanamkan nilai-nilai dan norma sehingga dapat menganggulangi kejahatan.

2. Preventif

Upaya preventif adalah upaya dari pihak aparat misalnya dari pihak kepolisian agar tidak terjadi kejahatan.

3. Represif

Upaya terakhir ini tidak ada toleransi lagi sebagai upaya yang dilakukan untuk memberikan sanksi hukum sehingga pelaku jera dan tidak melakukannya lagi.21

4. Pencegahan Tuntas

Pencegahan tuntas dapat dilakukan dengan upaya penanggulangan dengan teori penal dan non penal.Menurut G.P hoefnagels mengatakan bahwa penal merupakan suatu bentuk usaha yang dilakukan untuk memberantas tindak pidana dengan menitikberatkan tindakan represif setelah terjadinya suatu tindakan pidana. Sedangkan upaya penanggulangan non penal dilakukan

21Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penangulangan Kejahatan, (Jakarta; Kencana, 2010), 79.

(24)

dengan cara melakukan tindakan preventif yang dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu tindak pidana.22

5. Radikalisme

Radikalisme adalah suatu paham yang dibuat oleh sekelompok orang yang menginginkan perubahan atau pembaharuan tatanan sosial dan politik secara drastis dengan menggunakan cara kekerasan.

G. Metode Penelitian

Metode merupakan suatu cara yang dilakukan oleh penulis untuk menganalisa data-data yang akan dipakai dan berhubungan dengan skripsi penulis dengan cara sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian23

Jenis penelitian yang akan dipakai adalah kualitatif induktif dengan pendekatan field research atau penelitian yang bersifat empirisyakni merupakan pendekatan yang dilakukan peneliti dengan bahan lapangan, yang berkaitan dengan judul yang akan diteliti tentang upaya yang dilakukan oleh pimpinan UIN Raden Fatah Palembang dalam mencegah paham radikalisme dikalangan mahasiswa.24

2. Jenis Data dan Sumber Data a. Jenis Data

Jenis data kualitatif merupakan jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu induktif yang akan menguraikan dari khusus ke umum sehingga dapat diuraikan dan diambil kesimpulan mengenai permasalahan yang ada yakni terdiri dari:

1. Upaya yang dilakukan oleh pimpinan UIN Raden Fatah Palembang dalam mencegah paham radikalisme dikalangan mahasiswa.

22 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Semarang: Fajar Interpratama, 2011), 46

23Muhammad Ramdhan, Metode Penelitian, 4

24Bambang Sunggono.Metodologi Penelitian Hukum. (Depok: Rajawali Pers. 2018), 112

(25)

2. Perspektif hukum pidana Islam terhadap pencegahan paham radikalisme dikalangan mahasiswa oleh pimpinan UIN Raden Fatah Palembang.

b. Sumber Data

Jenis dan sumber data yang akan diambil adalah terdiri dari:

1. Data primer merupakan data yang diambil secara langsung melalui wawancara di tempat lokasi penelitian yakni UIN Raden Fatah Palembang yang terdiri dari rektor, wakil rektor 1 dan 2 dan juga setiap dekan yang ada pada masing-masing fakultas beserta wakilnya, dan juga mahasiswa.

2. Bahan data sekunder yaitu berupa Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 merupakan kebijakan Legislatif dalam upaya menanggulangi tindak pidana terorisme di Indonesia seperti buku Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penangulangan Kejahatan, Ilmu Kalam Tauhid Keadilan, Buku Pintar Sejarah Islam, Teologi Lingkungan, Upaya Pencegahan Radikalisme Pada Kalangan Perempuan, Konsep Kekuasaan Politik Dalam AlQur’an, Kontekstualitas Al-Quran.

3. Bahandata tersier yaitu bahan yang digunakan peneliti untuk menelaah terdiri dari data primer dan sekunder.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang akan dipakai terdiri dari 3 teknik yaitu pengumpulan data, pengklarifikasian, dan penulisan adalah :

a. Pengumpulan Data adalah dengan membaca dan mencatat semua hal yang berhubungan dengan penelitian dari sumber-sumber sekunder contohnya dari Hukum Pidana, Al-qur’an, Hadits, dan upaya yang dilakukan pihak pimpinan UIN Raden Fatah Palembang terkait pencegahan Radikalisme.

b. Pengklasifikasian. Dalam alur ini semua buku diklasfikasi untuk mendapatkan lietratur yang memfokuskan pada upaya yang dilakukan

(26)

pihak pimpinan UIN Raden Fatah Palembang terkait pencegahan Radikalisme.

c. Penulisan. semua hasil klasifikasi selanjunya ditulis sesuai sebagai jawaban dari hasil penelitian literatur yang digunakan dalam penelitian.

4. Teknik Analisis Data

Teknik yang dipakai yaitu:wawancara,dan dokumentasi.Teknik-teknik tesebut penyusun menggunakan untuk mengumpulkan data secara efektif, dan teknik-teknik tersebut akan digunakan oleh penyusun secara konsisten.

a. Wawancara

Suatu cara yang dipakai dalam mendapatkan datayang diperoleh dari pimpinan UIN Raden Fatah Palembang dengan menggunakan teknik wawancara,teknikini sebagai alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.25Setelah itu peneliti dapatmengumpulkandatadari pihak pimpinan UIN Raden Fatah Palembang sebagai upaya penanggulangan dalam pencegahan radikalisme.

Instrument menggunakan 2 varibael yaitu variabel 1 tentang radikalisme sedangkan variabel 2 mengenai upaya yang dilakukan oleh pihak pimpinan UIN Raden Fatah Palembang untuk melakukan penanggulangan terhadap radikalisme, kemudian akan di susun 3 aspek yang terdiri dari 3 yaitu aspek penanggulangan, aspek pimpinan dan aspek radikalisme. Maka akan terbentuklah sebuah indikator mampu melakukan penanggulangan terhadap radikalisme yang dilakukan oleh pimpinan UIN Raden Fatah Palembang. Dengan beberapa pertanyaan seperti bagaimana upaya yang dilakukan pimpinan UIN Raden Fatah Palembang terhadap penanggulangan radikalisme, bagaimana sikap yang muncul untuk memahami bahwa itu adalah faham radikalisme, Apakah setiap fakultas memiliki mahasiswa yang mempunyai faham radikalisme, bagaimana awal kemunculan faham radikalisme di kalangan mahasiswa.

b. Dokumentasi

25Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan,(Jakarta: Bumi Aksara,2006),179

(27)

Metodepengumpulandatadengandokumentasi yang dijadikan bahan penunjang dalam penelitian ini.26

1. Analisa Data

Dalam analis data yang akan dipakai menggunakan deduktif dimana peneliti secara rasional, kemudian dianalisis secara komparatif, yaitu mengkaji pandangan hukum pidana Islam terhadap upaya pimpinan UIN Raden Fatah Palembang dalam melakukan upaya pencegahan radikalisme dengan cara membandingkan dengan data yang diperoleh.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini akan dirumuskan sistematika penulisannya sebagai suatu gambaran dari skripsi yang akan ditulis oleh peneliti yang terdiri dari 5 bab sehingga dapat mendeskripsikan skripsi yang akan ditulis hingga selesai nanti adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUANUMUM

Dalam bab ini penyusun akan menjelaskan pengertian radikalisme, ciri-ciri dan tujuan paham radikalisme, faktor munculnya paham radikalisme, upaya pencegahan paham radikalisme.

BAB III GAMBARANUMUM UIN RADEN FATAH PALEMBANG

26LexyJ.Moleong,MetodePenelitianKualitatif, (Bandung: PTMajaRosda karya), 61

(28)

Dalam bab ini penyusun akan menjelaskan lebih khusus tentang sejarah UIN raden fatah, struktural, fungsi, dan wewenang, lebih dalam lagi, jumlah mahasiswa, jumlah fakultas.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan upaya yang dilakukan oleh pimpinan UIN Raden Fatah Palembang dalam mencegah paham radikalisme dikalangan mahasiswa, dan persfektif hukum pidana Islam terhadap pencegahan paham radikalisme dikalangan mahasiswa oleh pimpinan UIN Raden Fatah Palembang.

BAB V PENUTUP

Bab V akan menjelaskan mengenai kesimpulan mengenai skripsi yang ditulis dan saran baik itu secara umum dan khusus.

(29)
(30)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG RADIKALISME

A. Paham Radikalisme

1. Pengertian Paham Radikalisme

Secara bahasa radikalisme berasal dari bahasa latin radix yang berarti akar, artinya berpikir secara mendalam terhadap sesuatu sampai ke akar-akarnya. Kata radikal dalam bahasa Inggris berarti ekstrim, fanatik, revolusioner, dan fundamental. 27 Radikal dalam Kamus Bahasa Indonesia Modern berarti tak ada peraturan, tata tertib dan pemerintah, undang-undang, kekacauan balauan.28 Irwan Masduqi menyatakan bahwa radikalisme berasal dari kata dalam bahasa Arab yaitu al-tatarruf, yang secara bahasa diartikan berdiri diposisi ekstrem dan jauh dari posisi tengah-tengah atau melewati batas kewajaran.29 Menurut BNPT radikalisme adalah cikal bakal lahirnya terorisme, radikalisme merupakan sikap yang menginginkan suatu perubahan secara total yang bersifat revolusioner dengan menurunkan nilai-nilai yang ada melalui kekerasan dan aksi-aksi yang ekstrem.30 Sedangkan secara istilah, radikalisme diartikan sebagai sikap fanatik kepada satu pendapat serta tidak memandang pendapat lain, mengabaikan terhadap kesejarahan Islam, tidak dialogis, suka mengkafirkan kelompok lain yang tak sepaham, dan tekstual dalam memahami teks agama tanpa mempertimbangkan tujuan esensial syariat. Radikalisme Agama Islam bisa dikatakan sebagai perilaku keagamaan yang menghendaki perubahan secara drastis dengan mengambil karakter keras yang bertujuan untuk merealisasikan tujuan-tujuan tertentu di tinjau dari naluri.31

27 A. Jauhar Fuad, 562.

28 Ruslan Idrus, “ Islam dan Radikalisme: Upaya Antisipasi dan Penanggulangannya”, Kalam:

Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Vol. 9, No. 2 (Desember 2015), 216

29 Irwan Masduqi, “Deradikasilisasi Pendidikan Islam Berbasis Khazanah Pesantren”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol.1, No.2 (Desember 2012), 2.

30 Strategi Menghadapi Paham Radikalisme Terorime-Isis, BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), 1.

31 M. Toyyib, “Radikalisme Islam Indonesia”, Ta‟lim: Jurnal Studi Pendidikan Islam, Vol.1 No.1 Januari 2018, 91.

(31)

Adapun kreteria Radikalisme menurut Syeikh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya tersebut bahwa, Radikalisme memiliki enam kreteria antara lain.

Pertama, merekasering mengklaim kebenaran tunggal dan menyesatkan kelompok lain yang tak sependapat dengan isi pikirannya.Kedua, Radikalisme mempersulit agama Islam yang sejatinya ringan (sambah) dengan berargumen bahwa ibadah sunnah seakan-akan wajib dan makruhseakan-akan haram. Ketiga, mayoritas kelompok radikal sangat berlebihan dalam beragama yang tidak pada maqom (tempatnya). Keempat, dalam menjalin sebuah interaksi sosial mereka cenderung kasar, keras dalam bicara dan bersikap emosional dalam berdakwah.

Kelima, kelompok radikal mudah berburuk sangka kepada orang lain di luar golongannya. Kemudian yang terakhir atau yang Keenam kelompok Radikalisme mudah mengkafirkan orang lain yang berbeda pendapat. 32

Adapun radikalisme menurut para ahli yakni sebagai berikut:

a) Ahmad Rubaidi dalam bukunya yang berjudul Radikalisme Islam, Nahdatul Ulama Masa depan Moderatisme Islam di Indonesia bahwa, Radikalisme sering dimaknai berbeda diantara kelompok kepentingan.

Pada sudut pandang keagamaan, Radikalisme diartikan sebagai gerakan- gerakan keagamaan yang berusaha merombak secara total tatanan sosial dan politik yang ada dengan jalan menggunakan kekerasan.33

b) Irwan Masduqi dalam bukunya yang berjudul BerIslam Secara Toleran:

Teologi Kerukunan Umat Beragama bahwa, Radikalisme adalah fanatik kepada sutu pendapat serta menegasikan pendapat orang lain, mengabaikan terhadap kesejahteraan Islam, tidak dialogis, suka mengkafirkan kelompok orang lain yang tak sepaham dan tekstual dalam memahami teks agama tanpa mempertimbangkan maqasihid al-syari’at (esensi syariat).34

32 Yusuf al-Qardhawi, al-Shahwah al-Islamiyah bayn al-Juhud wa al-Tatarruf, (Cairo:

Bank al-Taqwa, 1406 H), 33-35.

33 Ahmad Rubaidi, Radikalisme Islam, Nahdatul Ulama’ masa depan Moderatisme Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Logung Pusaka, 2007), 33.

34 Irwan Masduqi, BerIslam Secara Toleran: Teologi Kerukunan Umat Beragama, (Bandung: Mizan, 2012), 116

(32)

c) Sartono Kartodirdjo dalam bukunya yang berjudul Ratu Adil merumuskan bahwa, Radikalisme sebagai gerakan sosial yang menolak secara menyeluruh tertib sosial yang sedang berlangsung dan ditandai oleh kejengkelan moral yang kuat untuk menentang dan bermusuhan dengan kaum yang memiliki hak-hak istimewa dan yang berkuasa.35

d) Zuly Qadir24 dalam bukunya yang berjudul Radikalisme Agama di Indonesia bahwa, radikalisme juga terkadang diartikan sebagai Islamisme.

Islamisme sendiri diartikan sebagai sebuah paham yang menyatakan bahwa agama sesungguhnya mencangkup segala dimensi pada masyarakat modern. Agama harus menentukan segala bidang kehidupan dalam masyarakat dimulai dari pemerintah, pendidikan, sistem hukum, hingga kebudayaan dan ekonomi.36

e) Agus Surya Bakti dalam bukunya yang berjudul Darurat Terorisme : Kebijakan Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi bahwa, Radikalisme dikelompokkan ke dalam dua bentuk yaitu melalui pemikiran dan tindakan. Menurut hal pemikiran, Radikalisme berfungsi sebagai Ide yang bersifat abstrak dan diperbincangkan sekalipun mendukung penggunaan cara-cara kekerasan untuk mencapai suatu tujuan. Adapun dalam bentuk aksi atau tindakan, Radikalisme berwujud pada aksi dan tindakan yang dilakukan yang dilakukan aktor sebuah kelompok garis keras dengan cara kekerasan dan anarkis untuk mencapai tujuannya. Baik dibidang keagamaan, sosial politik dan ekonomi.37

35 Sarjono Kartodirjo, Ratu Adil, (Jakarta Sinar Harapan, 1985), 38

36 Zuly Qadir, Radikalisme Agama di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 26.

37 Agus Surya Bakti, Darurat Terorisme : Kebijakan Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi, (Jakarta: Daulat Press, 2014), 155

(33)

Van Bruinessen juga menyebutkan setidaknya ada empat karakter utama jamaah: Pertama, mereka sangat kritis terhadap negara sekuler dan hanya percaya kepada negara berdasarkan syariah. Kedua, mereka membentuk kelompok- kelompok yang relatif dekat dan menjauhi kontak dengan kalangan luar. Ketiga, mereka menegaskan bahwa Islam adalah sebuah jalan hidup yang paripurna dan menuntut anggotanya untuk berpegang teguh kepada norma- norma keIslaman dalam segala aspek kehidupan. Keempat, mereka menerapkan kontrol sosial yang ketat terhadap anggotanya dan menuntuk standart moralitas keIslaman yang tinggi.38

Radikalisme sering dikaitkan dengan gerakan kelompok-kelompok ekstrim dalam suatu agama tertentu. Secara sederhana, radikalisme merupakan suatu pemikiran atau sikap yang ditandai dengan empat hal yang sekaligus menjadi karakteristiknya yakni sebagai berikut.39

1. Sikap tidak toleran dan tidak menghargai pendapat atau keyakinan orang lain.

2. Sikap fanatik, yaitu sikap yang membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain.

3. Sikap eksklusif yaitu sikap tertutup dan berusaha berbeda dengan kebiasaan orang banyak.

38 Hanneman Samuel dan Henk Schulte Nordholt, Indonesia in Transtition: Rethinking Civil Society and Crisis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 47-48

39 Dede Rodin, 14.

(34)

4. Sikap yang cenderung menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuan.

Umat Islam Indonesia sering dihadapkan dengan kehadiran sejumlah gerakan keagamaan yang berbeda dengan gerakan keagamaan yang telah mapan lama seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Gerakan ini biasa disebut dengan istilah Islam fundamentalis, Islam radikal, dan Islam militan. Meski berbeda istilah tetapi memiliki ciri-ciri yang sama yaitu sama-sama dogmatik, kaku dalam penafsiran teks-teks suci, pandangan yang radikalisasi, serta sikap dan tindakan di masyarakat mudah mengkafirkan kelompok lain yang tidak sealiran.40 Radikalisme agama merupakan tema besar yang selalu hadir di tengah masyarakat. Radikalisme agama sering disebut al-tatharuf al-diny yang berarti berdiri di ujung atau jauh dari pertengahan, atau dapat diartikan radikal, ekstrim dan berlebihan dalam berbuat sesuatu, seperti dalam berpikir, berbuat, dan beragama.41. Tarmizi taher mengemukakan radikalisme agama adalah gerakan dari suatu kelompok muslim tertentu yang menolak tatanan yang sudah ada dan berusaha mendirikan tatanan sendiri yang berbasis nilai-nilai ajaran Islam fundamental, yaitu Al-Qur‟an, Hadist, dan praktik kehidupan sahabat Nabi generasi pertama.42

Islam radikal terbagi menjadi dua makna yaitu, wacana dan aksi. Radikal dalam wacana diartikan dengan pemikiran untuk mendirikan negara Islam atau kekhalifahan Islam, sedangkan dalam aksi diartikan melakukan perubahan dengan aksi-aksi kekerasan yang mengatas namakan agama. Dilihat dari pelakunya, radikalisme dibagi menjadi dua tipe atau bentuk. Pertama, radikalisme individual (Individual violence), yaitu radikalisme yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain. Kedua, radikalisme kelompok (group or collective violence), yaitu bentuk radikalisme yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap seseorang

40 Zulyqodir, “Radikalisasi Agama di Indonesia”, Pustaka Pelajar (Maret 2014), 154.

41 Rauf Fathurrahman, Said Hasani Ahmad, “Radikalisme Agama dalam Perspektif Hukum Islam”, Al-„Adalah, Vol. 12, No. 3 (Juni 2015), 597.

42 Muthohirin Nafi‟, “Radikalisme Islam dan Pergerakannya di Media Sosial”, Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Afkaruna, Vol. 11, No. 2 (2015), 244.

(35)

atau kelompok lainnya.43 Di Indonesia fenomena radikalisme semakin terlihat nyata. Sidney Jones dalam analisisnya bahwa jumlah mereka minoritas, dan lebih sedikit dari mereka yang menggunakan kekerasan. Greg Barton juga menambahkan bahwa radikalisme agama terjadi lagi pada dekade 1950 yang ditandai dengan munculnya gerakan Darul Islam.44 Tumbuhnya gerakan radikalisme di Indonesia tidak hanya dari dalam melainkan juga dibarengi dengan adanya ilfiltrasi dari luar, yaitu yang ditunjukkan oleh Barton bahwa gerakan Wahabi tumbuh tidak lepas dari peran Muhammad Natsir, melalui organisasi yang dibangun Natsir yakni Dewan Dakwah Islam Indonesia berhasil memberikan beasiswa kepada mahasiswa untuk melanjutkan jenjang pendidikan di Universitas Ibn Saud. Radikalisme tidak bisa disamakan dengan terorisme, Ahmad Syafii Maarif menyatakan bahwa radikalisme lebih terkait dengan model sikap dan cara pengungkapan keberagamaan seseorang, sedangkan terorisme secara jelas mencakup tindakan kriminal untuk tujuan-tujuan politik.45 Sejatinya radikalisme adalah satu tahapan atau satu langkah sebelum terorisme, pada umumnya para teroris yang banyak melakukan tindakan destruktif dan bom bunuh diri mempunyai pemahaman yang radikal terhadap berbagai hal, terutama soal keagamaan.46

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa radikalisme merupakan paham atau ideologi yang menuntut adanya perubahan dan pembaharuan sistem politik dan sosial dengan cara kekerasan. Sehingga kelompok yang menganut paham ini dalam mencapai tujuan tertentu selalu menggunakan kekerasan.

43 Natalia Angga, “Faktor-faktor Penyebab Radikalisme dalam Beragama (Kajian Sosiologi Terhadap Pluralisme Agama Di Indonesia)”, Jurnal Al-AdYan, Vol.11, No.1 (Januari- Juni 2016

44 M. Toyyib, 92 45Ahmad Fuad Fanani, 5 46. Ahmad Fuad Fanani, 5

(36)

B. Ciri-ciri dan Tujuan Radikalisme 1. Ciri-ciri Radikalisme

Radikalisme yang sering diartikan sebagai paham yang menghendaki suatu perubahan yang menggunakan cara kekerasan dan pandangan yang dimiliki paling benar dan menggangap orang lain salah sehingga terjadi kecondongan pada satu pemikiran atau satu kelompok saja. Guru besar UIN Sumatera Utara, Prof. D.

Syahrin Harahap, MA., menyatakan bahwa radikalisme memiliki ciri-ciri yang mencolok dan mudah dikenali. Ciri-ciri yang disebutkan oleh guru besar tersebut adalah Sempit, Fundamental, Eksklusif, Keras, Selalu ingin mengoroksi paham orang lain.

Orang yang memiliki paham radikalisme memiliki sifat yang sangat tertutup, otoritas pengetahuan yang dimiliki dikaitkan dan diperoleh oleh figur tertentu yang dinilai tidak dimiliki orang lain. Sehingga, kaum radikal tidak menerima figur lain sebagai sumber rujukan pengetahuannya. Berikut adalah ciri-ciri dari sikap dan paham radikalisme:47

1. Intoleren, artinya tidak mau menghargai pendapat dan keyakinan orang lain.

2. Fanatik, artinya selalu merasa benar sendiri, dan selalu menggangap orang lain salah.

3. Eksklusif yaitu membedakan diri dari masyarakat umumnya.

4. Revolusioner yaitu cenderung menggunakan cara-carakekerasan untuk mencapai suatu tujuan.

Rubaidi menguraikan lima ciri gerakan radikalisme yaitu

47 Strategi Menghadapi Paham Radikalisme Terorime-Isis, BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme)

(37)

1. Pertama, menjadikan Islam sebagai Ideologi final dalam mengatur kehidupan individual dan juga politik ketata negaraan.

2. Kedua, nilai-nilai Islam yang dianut mengadopsi sumbernya di Timur Tengah secara apa adanya tanpa mempertimbangkan perkembangaan sosial dan politik ketika Al-Qur‟an dan hadist hadir di muka bumi ini, dengan realitas lokal kekinian.

3. Ketiga, karena perhatian lebih terfokus pada teks Al-Qur‟an dan hadist, maka purifikasi ini sangat berhati-hati untuk menerima segala budaya non asal Islam (budaya Timur Tengah) termasuk berhati- hati menerima tradisi lokal karena khawatir mencampuri Islam dengan bid‟ah.

4. Keempat, menolak ideologi Non-Timur Tengah termasuk ideologi Barat, seperti demokrasi, sekularisme dan liberalisme.

5. Kelima, gerakan kelompok ini sering bersebrangan dengan masyarakat luas termasuk pemerintah.48

Menurut Abdurrahman Mas‟ud kelompok radikalisme memiliki ciri-ciri:49

1. Memperjuangkan Islam secara kaffah, syariat Islam sebagai hukum negara.

2. Mendasarkan praktek keagamaannya pada orientasi masa lalu (salafy).

3. Cenderung memusuhi Barat, terutama sekularisme dan modernisme.

4. Perlawanan terhadap liberalisme Islam yang tengah berkembang di Indonesia.

C. Tujuan Paham Radikalisme

Paham radikalisme memiliki tujuan yaitu mengadakan perubahan untuk merealisasikan paham mereka dan selalu menggunakan cara kekerasan serta menentang struktur masyarakat yang ada. Selain itu, menimbulkan perubahan dramatis dalam pemerintahan, seperti revolusi, perang saudara atau perang antar

48 Munip Abdul, “Menangkal Radikalisme di Sekolah”, Jurnal Pendidikan Islam: Vol.1, No.2, Desember 2012/1434, 162.

49 Darmawati dan Thalib Abdullah, “Respon Siswa Madrasah (MAN) terhadap Radikalisme Agama di Makassar”, Jurnal Sulesana, Vol. 10. No.1 (2016), 26.

(38)

negara. Mengganti ideologi suatu negara dengan ideologi kelompoknya, mempengaruhi kebijakan pembuat keputusan baik dalam lingkup lokal nasional, regional atau internasional serta ingin memperoleh pengakuan politis bahwa merupakan badan hukum untuk mewakili suatu suku bangsa atau kelompok nasional.

Berdasarkan tujuan radikalisme di atas dapat disederhanakan bahwa tujuan radikalisme adalah mengadakan perubahan yang dilakukan sampai keakarnya dan selalu menggunakan kekerasan serta menentang struktur masyarakat yang ada.

D. Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Paham Radikalisme

Paham radikalisme merupakan bukan sebuah paham yang muncul tanpa memiliki latar belakang dan menjadi faktor pendorong munculnya paham radikalisme. Beberapa faktor munculnya paham radikalisme diantaranya sebagai berikut:50

1. Faktor agama yaitu sebagai bentuk purifikasi ajaran Islam dan pengaplikasian khilafah islamiyah di muka bumi.

2. Faktor sosial politik menjelaskan bahwa umat Islam tidak diuntungkan oleh peradaban global sehingga menimbulkan perlawanan terhadap kekuatan yang mendominasi.

3. Faktor pendidikan, dengan minimnya pendidikan sehingga informasi pengetahuan yang didapat juga minim serta ditambah dengan kurangnya dasar keagamaan sehingga seseorang mudah menerima informasi keagamaan dari orang yang dianggap lebih tinggi ilmunya tanpa di cerna terlebih dahulu, maka akan menimbulkan masalah jika informasi yang diperoleh salah. Selain itu, khususnya pendidikan agama jika tenaga pendidik yang memberikan ajaran menggunakan cara yang salah maka dapat menimbulkan radikalisme di dalam diri peserta didik itu sendiri.

4. Faktor kultural/budaya, Barat di anggap oleh kalangan kaum muslim dengan sengaja melakukan proses marjinalisasi seluruh sendi-sendi

50 Laisa Emna, “Islam dan Radikalisme”, Islamuna, Vol. 1, No. 1 (Juni 2014), 6-7.

(39)

kehidupan muslim membuat umat islam menjadi terbelakang dan tertindas.

5. Faktor ideologis anti westernisasi. Westernisasi yaitu pemikiran yang membahayakan muslim dalam mengaplikasikan syari‟at Islam sehingga simbol-simbol Barat harus dihancurkan.

6. Faktor Ekonomi. Masalah perekonomian juga dapat memicu paham radikalisme muncul di berbagai negara. Bertahan hidup merupakan salah satu kodrat manusia, dan ketika terdesak karena masalah ekonomi maka mendorong mansia untuk melakukan apa saja termasuk meneror manusia lainnya.

Berikut terdapat faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pahamradikalisme di dalam kampus:

a. Kampus merupakan sebagai tempat berkumpulnya mahasiswa yang mencari ilmu.

b. Pemahaman agama yang minim di dalam diri mahasiswa.

c. Rasa ingin tahu yang tinggi namun diiringi dengan pengetahuan yang minim.

d. Perubahan pola pikir mahasiswa yang terlalu cepat.

e. Sifat menyendiri dan tertutup yang dikhawatirkan sehingga mudah terpengaruh oleh kelompok-kelompok radikal.

f. Dampak negatif dari majunya teknologi.Menurut Azyumardi Azra, di kalangan Islam, radikalisme keagamaan itu banyak bersumber dari:51

1) Pemahaman keagamaan yang literal sepotong-sepotong terhadap ayat- ayat al-Qur‟an. Kelompok umat Islam yang berpaham seperti ini sudah berkumpul sejak al-Khulafa‟ al-Rasyidun keempat Ali ibn Abi Thalib dalam bentuk kaum Khawarij yang sangat radikal dan melakukan banyak pembunuhan terhadap pemimipin muslim yang telah mereka nyatakan “kafir:

51 Munip Abdul, 162.

(40)

2) Bacaan yang salah terhadap sejarah Islam yang dikombinasikan dengan idealisasi berlebihan terhadap Islam pada masa tertentu. Ini terlihat dalam pandangan dan gerakan salafi seperti pemurnian Islam, yakni membersihkan Islam dari pemahaman dan peraktek keagamaan yang mereka pandang sebagai “bid‟ah” yang tidak jarang mereka lakukan dengan cara-cara kekerasan.

3) Deprivasi politik, sosial dan ekonomi yang masih bertahan dalam masyarakat disoreantasi dan dislokasi sosial-budaya dan ekses globalisasi, dan semacamnya sekaligus merupakan tambahan faktor- faktor penting bagi kemunculan kelompok-kelompok radikal.

E. Radikalisme Dalam Berbagai Perspektif

Melihat apa yang telah dipaparkan secara sederhana dalam bab pendahuluan, kiranya tidaklah mengherankan jika banyak kalangan (ahli hukum, sosiologi, politikus, ekonomi, budayawan dan rohaniawan), meskipun bukan objek utamanya, tertarik pada radikalisme dan menjadikan radikalisme sebagai salah satu fokus pem-bicaraan atau kajiannya. Hanya yang membedakan antara satu kajian dengan kajiannya adalah objek formalnya saja, sedangkan objek materialnya adalah sama yaitu radikalisme.52

Jika dilihat dari sisi lain, tertariknya banyak kalangan terhadap radikalisme ini juga dikarenakan adanya gerak konvergensi ilmu pengetahuan, menjadikan pembahasan suatu ilmu pengetahuan tidak lagi terikat secara kaku dalam batas- batas formal yang telah disepakati, tetapi mengarah pada digunakannya perspektif lain dalam melihat persoalan objek materialnya.

Menyadari akan hal tersebut, pada bagian ini penulis akan melihat radikalisme dari berbagai perspektif, terutama dalam perspektif politik, sosiologi, budaya, ekonomi dan agama, serta melakukan refleksi masing- masing perspektif dalam tataran objek formal dengan tetap mengakui terjadinya konvergensi ilmu pengetahuan seperti yang tersebut di atas.

52 C.Verhaak dan R. Haryono Iman, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Telaah atas Cara Kerja Ilmu-Ilmu,(Cet. Ke-IV : Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997),1.

(41)

1. Radikalisme dalam Perspektif Politik

Berbicara masalah radikalisme, maka pertama yang tergambarkan adalah persoalan tersebut masuk dalam domain politik, yaitu bagaimanasesungguhnya radikalisme yang terjadi merupakan bentuk radikalisme negara yang dilakukan oleh perangkat kekuasaan yang ada terhadap warga negaranya, atau tindak radikalisme yang dilakukan oleh suatu negara terhadap negara lain yang dinilai memiliki sistem dan kepentingan politik yang berbeda, atau setidaknya unsur politik diterjemahkan sebagai adanya pihak lain yang campur tangan dalam fenomena radikalisme yang terjadi. Pemahaman ini kiranya tidaklah berlebihan, dan tidak salah, sebab memang dalam realitas empiriknya memperlihatkan kondisi yang tidak jauh berbeda dari pendapat atau asumsi tersebut di atas. Namun semenjak tahun 1945, terutama di Eropa dan Amerika Serikat, pembedaan secara ketat dan kaku tersebut mulai ditinggalkan. Hal ini terjadi seiring dengan adanya berbagai perubahan masyarakat secara mondial. Ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang tersekat-sekat secara ketat itu semakin kurang mampu menjelaskan berbagai gejala yang ada. Muncullah kajian-kajian yang bukan sekedar melibatkan berbagai lintas disiplin ilmu atau multi disipliner, tetapi juga lintas disiplin atau interdisipliner. Tidak jauh berbeda antara pendapat atau asumsi tersebut di atas, dengan membawa persoalan radikalisme dalam domain politik karena hanya politiklah dinilai satu-satunya ilmu pengetahuan yang secara terbuka dan secara eksplesit mengembangkan berbagai teori, dan pemandangan tentang bagaimana radikalisme sebagai sarana yang inheren dan sah dipergunakan guna merebut dan mempertahankan kekuasaan yang ada, terutama teori politik yang dikembangkan pada abad pertengahan, serta teori politik Marxian dan Sosialis.

2. Radikalisme dalam Kehidupan Sosial

Ilmu pengetahuan sosiologi secara formal mencoba membatasi diri pada manusia sebagai satuan sosial, termasuk bagaimana hubungannya dengan masyarakat, proses sosial, dan ketentuan-ketentuan sosial, struktur sosial, kelangsungan hidup dari kelompok sosial (apakah unsur-unsur pengawasan sosial

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisi menunjukkan bahwa Bank Sumsel Babel Syariah KCP UIN Raden Fatah Palembang berada pada kuadran 1,1 (positif, positif) yang merupakan posisi yang kuat