1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DALAM
LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Winda Kurnia
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya JL. MT. Haryono 165 Malang 65145
windakrn@gmail.com Dosen Pembimbing:
Abdul Ghofar, SE., M.Si., DBA., Ak Abstract
This study aims to obtain empirical evidence about the influence of board size, profitability, media exposure, and company age on disclosure of Corporate Social Responsibility. The population in this study included banking companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2016-2017. The sampling technique uses purposive sampling. The study samples are 35 companies, with two years of observation. So the total samples are 70. The analysis method used is multiple regression.The results of this study indicate that the size of the board of commissioners, profitability, and age of the company influence the disclosure of Corporate Social Responsibility. While the media exposure variable did not affect the disclosure of Corporate Social Responsibility. The results of this study are expected to be a material consideration in improving the implementation of disclosure of Corporate Social Responsibility in the company
Keywords: Corporate Social Responsibility disclosures, size of the board of commissioners, profitability, media exposure, company age
2 1. PENDAHULUAN
Pengungkapan Corporate Social Responsibility membawa berbagai manfaat bagi sektor perbankan. Yen (2014) menyatakan bahwa aktivitas Corporate Social Responsibility dapat meningkatkan reputasi bank dan kinerja keuangan apabila bank memberikan perhatian lebih terhadap tanggung jawab sosial sehingga bank akan mendapatkan profit melalui risiko manajemen yang lebih baik, kesetiaan karyawan, dan reputasi yang lebih tinggi. Investasi bank melalui kegiatan Corporate Social Responsibility merupakan jawaban untuk memperbesar dampak ekonomi sehingga membuat aktivitas Corporate Social Responsibility menjadi sumber competitive advantage (Pérez, Martínez, dan Del Bosque, 2013).
Penerapan Corporate Social Responsibility di perusahaan akan menciptakan iklim saling percaya didalamnya. Pihak konsumen, investor, pemasok, dan stakeholder yang lain juga telah terbukti lebih mendukung perusahaan yang dinilai bertanggung jawab sosial, sehingga meningkatkan peluang pasar dan
keunggulan kompetitifnya. Dengan segala kelebihan itu, perusahaan yang menerapkan Corporate Social Responsibility akan menunjukkan kinerja yang lebih baik serta keuntungan dan pertumbuhan yang meningkat (Daniri, 2008).
Banyaknya perusahaan yang tidak memperdulikan lingkungan dan sosial karena perusahaan hanya sibuk dan fokus mencari laba semaksimal mungkin, hal tersebut menjadikan awal mula konsep Corporate Social Responsibility lahir. Dalam konteks hukum, ketentuan mengenai Corporate Social Responsibility dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 1 ayat 3 yang menyatakan Corporate Social Responsibility sebagai komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Peraturan pengungkapan Corporate Social Responsibility di Indonesia telah diatur dalam Undang- Undang Perseroan Terbatas pasal 74
3 nomor 40 tahun 2007 yang mewajibkan Corporate Social Responsibility pada perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 pasal 6 tentang Corporate Social Responsibility Perseroan Terbatas yang menyatakan bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam laporan tahunan Perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada RUPS.
Ukuran dewan komisaris adalah jumlah seluruh anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan (Sembiring, 2005). Dewan komisaris menurut teori stakeholder merupakan pihak berkepentingan di perusahaan sehingga memiliki kewenangan yang maksimal dalam penentuan Corporate Social Responsibility, jadi semakin meningkat peran dewan komisaris maka semakin meningkat kinerja pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Profitabilitas berhubungan dengan teori legitimasi bahwa perusahaan dituntut untuk memaksimalkan potensi
yang dimiliki perusahaan, dalam hal ini profitabilitas yang dijadikan andalan perusahaan untuk bertahan, sebagai sumber dana perusahaan untuk berbagai aktivitas operasional.
Media exposure berkaitan dengan teori legitimasi bahwa perusahaan melalui adanya pemberitaan media penting untuk melakukan pemberitahuan mengenai berbagai hal berkaitan dengan perilaku positif yang dilakukan dari kinerja penerapan Corporate Social Responsibility.
Umur perusahaan berkaitan dengan kemampuan perusahaan bersaing dalam dunia bisnis. Secara umum perusahaan yang sudah lama beroperasi akan semakin banyak mengungkapkan Corporate Social Responsibility. Hal ini sesuai dengan teori legitimasi, legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Semakin lama perusahaan maka semakin banyak informasi yang telah diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut.
4 Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena untuk memverifikasi ulang hasil penelitian terdahulu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Adanya perbedaan luas pengungkapan aktivitas sosial dan lingkungan, penelitian ini mencoba untuk menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Variabel ukuran dewan komisaris, profitabilitas, media exposure, dan umur perusahaan digunakan sebagai faktor-faktor yang diduga memiliki pengaruh terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility.
2. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Stakeholder
Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus mampu memberikan manfaat bagi stakeholder-nya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007).
Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan perusahaan.
Stakeholder dapat dibagi menjadi dua berdasarkan karakteristiknya yaitu stakeholder primer dan stakeholder sekunder (Clarkson, 1995).
Stakeholder primer adalah seseorang atau kelompok yang sangat berpengaruh dalam perusahaan dan tanpa mereka perusahaan tidak dapat bertahan untuk going concern, meliputi: pemegang saham dan investor, karyawan, konsumen, dan pemasok, bersama dengan yang didefinisikan sebagai kelompok stakeholder publik, yaitu: pemerintah dan komunitas. Kelompok stakeholder sekunder didefinisikan sebagai mereka yang mempengaruhi, atau dipengaruhi perusahaan, namun mereka tidak berhubungan dengan transaksi dengan perusahaan dan tidak esensial kelangsungannya. Dalam penelitian ini digunakan teori stakeholder, karena teori ini mampu menjelaskan antara hubungan perusahaan dengan stakeholder-nya. Stakeholder pada
5 dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber- sumber ekonomi yang digunakan perusahaan. Oleh karena itu power stakeholder ditentukan oleh besar kecilnya power yang dimiliki stakeholder atas sumber tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Dari dua jenis stakeholder yang telah disebutkan, stakeholder primer adalah stakeholder yang memiliki power yang besar atau yang paling berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan karena mempunyai power yang cukup tinggi terhadap ketersediaan sumber daya perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan bereaksi dengan cara- cara yang memuaskan keinginan stakeholder (Ullman, 1982 dalam Ghozali dan Chariri, 2007).
2.2 Teori Legitimasi
Legitimasi suatu organisasi dapat dikatakan sebagai manfaat atau sumber potensial bagi perusahaaan untuk bertahan hidup (Asforth dan Gibs, 1990; Dowling dan Preffer, 1975; O’Donovan, 2002: dalam Ghozali dan Chariri, 2007). Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu
yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat (Ghozali dan Chariri, 2007). Teori legitimasi menjelaskan bahwa perusahaan beroperasi dalam lingkungan eksternal yang berubah secara konstan dan mereka berusaha meyakinkan bahwa perilaku mereka sesuai dengan batas-batas dan norma masyarakat (Brown dan Deegan, 1998 dalam Michelon dan Parbonetti, 2010).
Gray et al (1996:46) dalam Ahmad dan Sulaiman (2004) menyatakan bahwa organisasi atau perusahaan akan terus berlanjut keberadaannya jika masyarakat menyadari bahwa organisasi beroperasi untuk sistem nilai yang sepadan dengan sistem nilai masyarakat itu sendiri. Teori legitimasi menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat. Perusahaan menggunakan laporan tahunan mereka untuk menggambarkan kesan tanggung jawab lingkungan, sehingga mereka diterima oleh masyarakat. Dengan adanya penerimaan dari masyarakat
6 tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan, sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan. Hal tersebut dapat mendorong atau membantu investor dalam melakukan pengambilan keputusan investasi.Teori legitimasi menyediakan perspektif yang lebih komprehensif pada pengungkapan Corporate Social Responsibility. Teori ini secara eksplisit mengakui bahwa bisnis dibatasi oleh kontrak sosial yang menyebutkan bahwa perusahaan sepakat untuk menunjukkan berbagai aktivitas sosial perusahaan agar perusahaan memperoleh penerimaan masyarakat akan tujuan perusahaan yang pada akhirnya akan menjamin kelangsungan hidup perusahaan (Reverte, 2009).
3. METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian dengan analisis pada data-data numerik yang diolah menggunakan metode statistika. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, di mana penelitian ini ingin memberikan bukti empiris mengenai pengaruh
variabel ukuran dewan komisaris, profitabilitas, media exposure, dan umur perusahaan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian hipotesis (hypothesis testing). Pengujian hipotesis merupakan jenis penelitian yang menjelaskan beberapa hubungan dan pengaruh antar variabel, memahami perbedaaan antar kelompok, dan independensi antar variabel pada suatu situasi (Sekaran, 2006: 31)
Populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini mencakup perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016-2017. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan pada kriteria tertentu. Sumber data yang digunakan merupakan data sekunder berupa laporan tahunan perusahaan perbankan yang telah go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2017 yang terdapat di website BEI yaitu www.idx.co.id. Pengolahan data
7 dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS version 20 for windows. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda.
Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris, profabilitas, media exposure, umur perusahaan, sedangkan variabel independennya adalah pengungkapan Corporate Social Responsibility. Model regresi yang baik harus memiliki distribusi data normal atau mendekati normal dan bebas dari asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Setelah data berhasil dikumpulkan, sebelum dilakukan analisis terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap penyimpangan asumsi klasik.
Persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini sebagai berikut:
CSR = α + β1UKD+ β2 ROA + β3 ME + β4UP + ε
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Perbankan yang Terdaftar di BEI
Tahun 2016-2017
Sumber : Data Olahan, 2018
4.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik a. Hasil Uji Normalitas
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data Olahan, 2018 b. Hasil Uji Multikolinearitas
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinieritas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CSRI 70 ,176 ,571 ,32590 ,095395
UKD 70 1,000 10,000 5,17143 2,252029
ROA 70 ,114 13,354 1,93451 1,982521
Media exposure 70 0 1 ,81 ,392
Umur Perusahaan 70 18,000 122,000 50,55714 24,938554 Valid N (listwise) 70
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 70
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std.
Deviation ,19965614
Most Extreme Differences
Absolute ,135
Positive ,135
Negative -,073
Kolmogorov-Smirnov Z 1,133
Asymp. Sig. (2-tailed) ,154
8 Sumber : Data Olahan, 2018
c. Uji Heteroskedastisitas Tabel 4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data Olahan, 2018 d. Hasil Uji Autokorelasi
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Sumber : Data Olahan, 2018
4.3 Analisis Model Regresi Linier Berganda
Tabel 4.6
Analisis Regresi Linier Berganda
Sumber : Data Olahan, 2018
4.4 Analisis Koefisien Determinasi Tabel 4.7
Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Sumber : Data Olahan, 2018 4.4 Uji Hipotesis
1. Uji F statistik
Tabel 4.8 Hasil Uji F
Coefficientsa
Model Correlations Collinearity
Statistics Zero-
order
Partial Part Tolera nce
VIF
1
(Constant)
UDK_X1 -,541 ,312 ,168 ,371 2,6 94 ROA_X2 ,356 ,523 ,314 ,966 1,0
36 ME_X3 ,041 ,056 ,029 ,981 1,0
19 UP_X4 -,789 -,761 -,600 ,376 2,6
60
Model Summaryb
Model
Change Statistics Durbin- Watson df1 df2 Sig. F Change
1 4a 65 ,000 1,358
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardiz ed Coefficien
ts
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -1,706 ,294 -5,811 ,000
UKD_X1 ,604 ,493 ,238 1,226 ,225
ROA_X2 ,119 ,067 ,212 1,761 ,083
ME_X3 -,098 ,247 -,047 -,397 ,693
UP_X4 -,288 ,156 -,354 -1,840 ,070
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardi zed Coefficie
nts
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1
(Const
ant) -,355 ,076 -
4,693 ,000 UKD_
X1 ,337 ,127 ,276 2,652 ,010
ROA_
X2 ,086 ,017 ,320 4,950 ,000
ME_X
3 ,029 ,064 ,029 ,455 ,651
UP_X4 -,381 ,040 -,979 -
9,457 ,000
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics R Square
Change F Change
1 ,859a ,738 ,722 ,20571 ,738 45,768
9 ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean Square
F Sig.
1
Regressi
on 7,747 4 1,937 45,76
8
,00 0b
Residual 2,751 65 ,042 Total 10,497 69
Sumber : Data Olahan, 2018 2. Uji t Statistik (Uji Parsial)
Tabel 4.9 Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -,355 ,076 -4,693 ,000
UKD_X1 ,337 ,127 ,276 2,652 ,010
ROA_X2 ,086 ,017 ,320 4,950 ,000
ME_X3 ,029 ,064 ,029 ,455 ,651
UP_X4 -,381 ,040 -,979 -9,457 ,000
Sumber: Data Olahan, 2018 4.5 Pembahasan
4.5.1 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Menurut hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, diperoleh dari tabel hasil uji t untuk variabel ukuran dewan komisaris sebesar 2,652 dengan signifikansi 0,010. Angka tersebut menunjukkan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima artinya ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Dewan komisaris menurut teori stakeholder merupakan pihak berkepentingan di perusahaan sehingga memiliki kewenangan yang maksimal dalam penentuan Corporate Social Responsibility, semakin meningkat peran dan ukuran dewan komisaris maka semakin meningkat kinerja pengungkapan Corporate Social Responsibility. Ukuran dewan komisaris merupakan bagian kekuasan yang dimiliki oleh pihak manajemen yang secara aktif terlibat dalam pengambilan keputusan khususnya pada tingkat komisaris. Pada dewan komisaris terdapat peran penting dalam pengelolaan perusahaan termasuk penerapan pengungkapan Corporate Social Responsibility, sebab dewan komisaris memiliki kontrol terhadap perusahaan sehingga berdampak pada kinerja perusahaan.
Hal ini sesuai dengan penelitian Sembiring (2005) yang menyatakan ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Hasil penelitian Fahmi (2015) juga mendukung penelitian ini dan menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap
10 pengungkapan Corporate Social Responsibility. Hal ini berbeda dengan penelitian Nur (2012) yang menunjukkan bahwa dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
4.5.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Menurut hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, diperoleh dari tabel hasil uji t untuk variabel profitabilitas sebesar 4,950 dengan signifikansi 0,000. Angka tersebut menujukkan bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima artinya profitabilitas memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Profitabilitas berhubungan dengan kondisi perusahaan dari sisi manajemen laba terhadap faktor pengungkapan Corporate Social Responsibility. Menurut teori legitimasi bahwa perusahaan dituntut untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki perusahaan dalam hal ini profitabilitas yang dijadikan andalan perusahaan untuk bertahan sebagai
sumber dana perusahaan untuk berbagai aktivitas operasional. Teori legitimasi menjelaskan bahwa perusahaan berusaha dengan membenahi kondisi perusahaan agar dinilai positif oleh pihak eksternal.
Dengan profitabilitas serta kondisi perusahaan yang baik maka akan meningkatkan kinerja pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahmi (2015) yang menunjukkan jika profitabilitas berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Corporate Sosial Responsibility. Hasil penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Sembiring (2005) dan Anggraini (2006) yang menyatakan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
4.5.3 Pengaruh Media Exposure Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Menurut hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, diperoleh dari tabel hasil uji t untuk variabel media exposure sebesar 0,455 dengan signifikansi 0,651. Angka tersebut
11 menunjukkan bahwa hipotesis ketiga dalam penelitian ini ditolak artinya media exposure tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Ada atau tidaknya pengungkapan Corporate Social Responsibility pada website perusahaan tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility yang dilakukan perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori legitimasi bahwa perusahaan melalui adanya pemberitaan media penting untuk melakukan pemberitahuan mengenai berbagai hal berkaitan dengan perilaku positif yang dilakukan dari kinerja penerapan Corporate Social Responsibility. Teori legitimasi menjelaskan bahwa organisasi harus mampu memberikan persepsi positif pada pihak ekternal melalui pemberitaan media agar dinilai mampu mengamalkan nilai–nilai sosial melalui penerapan Corporate Social Responsibility. Media exposure mempunyai peran sebagai sarana perusahaan untuk mendorong manajemen melakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan
perusahaan yang ingin mendapat kepercayaan serta legitimasi komunitas sosialnya melalui kegiatan Corporate Social Responsibility, maka dari itu perusahaan harus mempunyai kapasitas untuk memenuhi kebutuhan stakeholder dan dapat berkomunikasi dengan stakeholder secara efektif.
Hasil penelitian ini sesuai dengen penelitian Nur (2012) yang menunjukkan media exposure tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Reverte (2009) yang menyatakan bahwa media exposure berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
4.5.4 Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Menurut hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, diperoleh dari tabel hasil uji t untuk variabel umur perusahaan sebesar -9,457 dengan signifikansi 0,000. Angka tersebut menunjukkan bahwa hipotesis keempat dalam penelitian ini diterima artinya umur perusahaan memiliki pengaruh
12 terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility
Perusahaan yang sudah lama beroperasi akan semakin banyak mengungkapkan Corporate Social Responsibility. Hal ini sesuai dengan teori legitimasi yakni legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Semakin lama perusahaan maka semakin banyak informasi yang telah diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut. Dengan demikian legitimasi dapat dikatakan sebagai manfaat atau sumber potensial bagi perusahaan dalam bertahan hidup.
Selain itu, teori legitimasi menganjurkan perusahaan untuk meya- kinkan bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat diterima masyarakat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Herawati (2015) menyatakan bahwa umur perusahaan mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan Corporate Sosial Responsibility. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Fahmi (2015) dan Arjanggie (2015) yang
menyatakan umur perusahaan tidak mempengaruhi pengungkapan Corporate Sosial Responsibility.
5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan
1. Ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Jadi, semakin banyak anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan, maka pengungkapan Corporate Social Responsibility yang dibuat perusahaan akan semakin luas dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengungkapan Corporate Social Responsibility perusahaan.
2. Profitabilitas memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Jadi, semakin tinggi nilai profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan
maka semakin besar
pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam annual report perusahaan.
3. Media exposure tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Ada atau tidaknya pengungkapan Corporate
13 Social Responsibility pada website perusahaan tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility yang dilakukan perusahaan.
4. Umur perusahaan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Jadi, perusahaan di Indonesia yang mempunyai tingkat lamanya umur perusahaan menganggap penting keberadaan pengungkapan informasi Corporate Social Responsibility perusahaan, sehingga semakin lama perusahaan akan semakin tinggi juga nilai dari kinerja Corporate Social Responsibility yang telah dilakukan.
5.2 Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini mengukur variabel media exposure hanya melalui media website perusahaan. Media ini pada umumnya hanya di akses oleh pihak yang berkepentingan tertentu saja. Penelitian ini tidak mengukur variabel media exposure melalui media yang lebih sering di akses oleh semua
pihak, misalnya majalah perusahaan atau koran.
2. Penelitian ini berfokus pada empat variabel yang mempengaruhi pengungkapan Corporate Social Responsibility yaitu ukuran dewan komisaris, profitabilitas, media exposure, umur perusahaan. Jadi, variabel yang digunakan masih sedikit.
3. Terdapat unsur subjektifitas dalam
menentukan indeks
pengungkapan, di mana tidak adanya suatu ketentuan baku dalam penentuan standar, sehingga nilai pengungkapan yang diperoleh dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya.
Kesubyektifan ini bisa menyebabkan kemungkinan adanya item-item yang terlewati saat pengamatan.
5.3 Saran
1. Penelitian selanjutnya diharapkan menambah variabel yang berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility dan harus memperhatikan periode penelitian
14 yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi hasil penelitian.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan menambah periode pengamatan.
Hal ini dikarenakan implementasi Corporate Social Responsibility harus dilakukan secara bertahap dan membutuhkan waktu yang lama. Sehingga dapat diketahui perkembangan Corporate Social Responsibility dari tahun ke tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, F. R. R. (2006).
Pengungkapan Informasi Sosial Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan- Perusahaan yang Terdaftar Bursa Efek Jakarta).
Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang.
Arjanggie, Aulia Rizky. (2015).
Pengaruh Profitabilitas dan Umur Perusahaan Terhadap Pengkuran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Skripsi.
Universitas Diponegoro.
Semarang.
Clarkson, M. E. (1995). A Stakeholder Framework For Analyzing And Evaluating Corporate Social
Performance. Academy of
management review, 20(1), 92-117.
Daniri, M. A. (2008). Standarisasi tanggung jawab sosial perusahaan. Indonesia:
Kadin Indonesia.
Fahmi, F. N. (2015). Pengaruh Ukuran
Dewan Komisaris,
Profitabilitas, Media Exposure Dan Umur Perusahaan Pengungkapan
Corporate Social
Responsibility. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Ghozali, I., & Chariri, A. (2007).
Teori Akuntansi. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Herawati, Heti. (2015). Corporate Governance, Karakteristik
Perusahaan dan
Pengungkapan Corporate social responsibility. Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan. 2.2 : 203-217.
Michelon, G., & Parbonetti, A. (2012).
The Effect Of Corporate
Governance On
Sustainability
Disclosure. Journal of
Management &
Governance, 16(3), 477- 509.
Nazli Nik Ahmad, N., & Sulaiman, M.
(2004). Environment disclosure in Malaysia annual reports: A legitimacy theory
15 perspective. International
journal of commerce and management, 14(1), 44-58.
Nur, M., & Priantinah, D. (2012).
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Di Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan Berkategori High Profile Yang Listing Di
Bursa Efek
Indonesia). Nominal,
Barometer Riset Akuntansi dan Manajemen, 1(2).
Pérez, A., Martínez, P., & Del Bosque, I. R. (2013). The Development Of A Stakeholder-Based Scale For Measuring Corporate Social Responsibility In The Banking Industry. Service Business, 7(3), 459-481.
Reverte, C. (2009). Determinants of corporate social responsibility disclosure ratings by Spanish listed firms. Journal of Business Ethics, 88(2), 351- 366.
Sekaran, U. (2006). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis.
Sembiring, E. R. (2005). Karakteristik
Perusahaan dan
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo.
Yen, T. T. H. (2014). CSR in banking sector-A literature review and new research directions.
Vietnam.