• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN UNIFIED THEORY OF ACCEPTANCE AND US

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PENDEKATAN UNIFIED THEORY OF ACCEPTANCE AND US"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEINGINAN UMKM DALAM MENERAPKAN SAK EMKM: PENDEKATAN UNIFIED

THEORY OF ACCEPTANCE AND USE OF TECHNOLOGY

Afwa Aranza Windu Handika1), Zaki Baridwan2) Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

Jl. MT. Haryono 165, Malang 65145, Indonesia E-mail: afwaaranz@gmail.com1),zaki@ub.ac.id2)

Abstract: Analysis on Factors Influencing The Wilingness of SMEs to Apply The Financial Accounting Standard for SMEs: A Unified Theory of Acceptance and Use of Technology Approach. This study aims to empirically examine the effects of performance expectancy, effort expectancy, social influence, and facilitating condition that support the interest to use the Financial Accounting Standard for SMEs (SAK EMKM). This research is based on the Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT). The data of this study was collected through a survey to a sample of SME owners in Malang city who know about the standard, selected using convenience sampling. SMEs have an important role in Indonesian economy.

However, they have various problems, especially in terms of recording their financial statements.

The tool used to analyze the relationship of the variables in this study is Partial Least Square (PLS) in SmartPLS. The results of this study indicate that performance expectancy, effort expectancy, and facilitating condition have a positive effect on the interest to use the standard, while social influence does not. This study is expected to contribute to practitioners or regulators who have obstacles in planning and implementing the standard. In addition, this study suggests them to consider factors such as performance expectancy, effort expectancy, and facilitating condition in applying the standard.

Keywords: performance expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions, SAK EMKM, UTAUT

Abstrak: Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keinginan UMKM dalam Menerapkan SAK EMKM: Pendekatan Unified Theory of Acceptance and Use of Technology. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, pengaruh sosial, dan kondisi yang mendukung terhadap minat penggunaan SAK EMKM. Penelitian ini didasarkan pada pendekatan Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT).

Sampel penelitian ini adalah pemilik UMKM yang mengetahui SAK EMKM di Kota Malang.

Data dikumpulkan menggunakan metode survei dengan teknik convenience sampling. UMKM mempunyai peran penting di dalam perekonomian Indonesia. Akan tetapi, UMKM mempunyai berbagai permasalahan khususnya dalam hal pencatatan laporan keuangan. Alat yang digunakan untuk menganalisis hubungan variabel dalam penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS) dengan aplikasi SmartPLS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, dan kondisi yang mendukung berpengaruh positif terhadap minat penggunaan SAK EMKM, sedangkan pengaruh sosial tidak berpengaruh positif terhadap minat penggunaan SAK EMKM. Implikasi praktis dari penelitian ini diharapkan para praktisi ataupun regulator yang mengalami kendala dalam melakukan perencanaan dan implementasi SAK EMKM pada UMKM dapat mempertimbangkan faktor-faktor seperti ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, dan fasilitas yang mendukung.

Kata Kunci: Ekspektasi Kinerja, Ekspektasi Usaha, Pengaruh Sosial, Kondisi yang Mendukung, SAK EMKM, UTAUT

(2)

PENDAHULUAN

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu motor penggerak perekonomian Indonesia. Pada tahun 2017, jumlah pelaku UMKM di Indonesia mencapai sekitar 59,69 juta unit dari berbagai daerah di Indonesia dengan rincian yakni usaha mikro 58,9 juta; usaha kecil 716,8 ribu; usaha menengah 65,5 ribu;

dan usaha besar 5,03 ribu (Kemenkop UKM, 2017). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016, serapan tenaga kerja pada sektor UMKM meningkat selama lima tahun terakhir dari 96,99% menjadi 97,22%. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) juga mencatat kontribusi sektor UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami peningkatan dari 57,84 persen menjadi 60,34 persen dalam lima tahun terakhir (CNN Indonesia,2016).

Banyak hambatan yang menyebabkan UMKM kurang berkembang. Hambatan tersebut meliputi pemasaran produk, teknologi, permodalan, kualitas sumber daya manusia, persaingan usaha yang ketat, dan masalah manajemen termasuk cara pengelolaan keuangan dan akuntansi.

Pengelolaan keuangan dan akuntansi menjadi masalah utama UMKM (Sudaryanto dan Wijayanti, 2014).

Sementara itu hasil survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia tentang profil UMKM dalam Setyobudi (2007), menyimpulkan bahwa permasalahan ataupun kendala UMKM yang menyebakan kinerja UMKM masih rendah, yaitu (1) kemudahan UMKM dalam memperoleh izin, (2) kemampuan UMKM untuk mengelola keuangan, (3) ketepatan waktu dan jumlah perolehan kredit dan (4) tenaga kerja yang terampil. Menurut Cahyadi (2016), pengelolaan keuangan dan teknologi informasi menjadi masalah utama yang dihadapi oleh UMKM saat ini.

Laporan keuangan yang dibuat oleh UMKM bermanfaat untuk mengukur bagaimana kinerja dalam menjalankan usaha. Selain itu, laporan keuangan juga dapat digunakan oleh bank untuk menilai kelayakan UMKM untuk mendapatkan kredit sehingga bank lebih mudah untuk menyalurkan kredit. Laporan keuangan juga bisa digunakan oleh pemilik untuk mengambil keputusan manajerial. Laporan keuangan digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk pengambilan keputusan manajerial karena di dalam laporan

keuangan terdapat informasi tentang perkembangan usaha.

Rendahnya kualitas maupun kuantitas laporan keuangan yang dihasilkan oleh UMKM dikarenakan UMKM yang pada umumnya merupakan perusahaan keluarga yang cenderung belum memisahkan administrasi keuangan keluarga dengan keuangan perusahaan. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi perbankan untuk mengetahui seberapa jauh dan seberapa besar kemampuan membayar UMKM atas kredit yang mereka dapatkan. Penelitian oleh Amanah (2012) menyatakan bahwa UMKM sebagian besar belum menerapkan akuntansi. Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan informasi yang dapat dipakai untuk pengambilan keputusan.

S Mulyawan (2015) juga menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan yang digunakan untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan.

Melihat kondisi tersebut, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) merasa memiliki kewajiban untuk menyusun sebuah standar akuntansi keuangan yang sesuai dengan karakteristik usaha mikro, kecil dan menengah agar benefit yang dirasakan oleh pelaku UMKM dalam menerapkan standar akuntansi keuangan tersebut lebih besar dibanding dengan cost yang harus dikeluarkan oleh pelaku UMKM (DSAK IAI, 2013). Sehingga pada tanggal 26 Oktober 2016 IAI mengesahkan SAK EMKM dan sudah diterapkan efektif mulai Januari 2018.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2016), SAK EMKM merupakan standar akuntansi keuangan yang berdiri sendiri yang dapat digunakan oleh entitas yang memenuhi definisi entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan sebagaimana dijelaskan dalam SAK ETAP1 serta memenuhi definisi dan karakteristik

1 Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), yaitu entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal termasuk di dalamnya Usaha Mikro Kecil Menengah (Ikatan Akuntan Indonesia, 2016).

(3)

dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Jika dibandingkan dengan SAK lainnya, SAK EMKM merupakan standar yang dibuat sederhana karena mengatur transaksi umum yang dilakukan oleh UMKM dan dasar pengukurannya murni menggunakan biaya historis sehingga UMKM cukup mencatat aset dan liabilitasnya sebesar biaya perolehannya (Ikatan Akuntan Indonesia,2016).

SAK EMKM diharapkan dapat menjadi standar laporan keuangan yang ideal untuk UMKM. Namun, penerapan SAK EMKM sampai saat ini masih rendah.

Bahkan dalam penelitian Devany (2018) pada UMKM ARA menyatakan bahwa laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM untuk UMKM ARA masih belum diperlukan, karena belum memiliki omzet yang belum terlalu besar dan belum memiliki tenaga kerja. Begitu pula dengan penelitian Nur (2018) pada Konveksi Goods Project Bandung yang menunujukkan bahwa UMKM tersebut masih belum menerapkan EMKM, serta hanya mencatat jurnal penerimaan kas dan pengeluaran kas.

Pengkajian terkait minat para pelaku UMKM di Indonesia perlu untuk dilakukan.

Hal ini dikarenakan masih sedikit penelitian yang mengkaji mengenai minat penggunaan SAK EMKM sejak disahkannya SAK EMKM pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2018.

Akuntansi merupakan soft technology karena akuntansi merupakan alat institusi sosial untuk menyediakan pedoman pengukuran dan metode untuk mengendalikan kegiatan dan perilaku pengambilan keputusan ekonomik yang dominan dalam lingkup organisasi, perusahaan ataupun lembaga pemerintahan (Suwardjono, 2005). Teknologi merupakan seperangkat pengetahuan untuk menghasilkan sesuatu (produk) yang bermanfaat dan pengertian teknologi sendiri tidak hanya fisik (hard technology) tetapi juga teknolgi lunak (soft tecnology).

Teknologi sendiri bisa diartikan sebagai sains terapan, sedangkan akuntansi juga

merupakan sains terapan

(Suwardjono,2005).

Sudibyo (1986) juga berpendapat bahwa akuntansi merupakan suatu perekayasaan atau teknologi yang bisa memanfaatkan teknik-teknik, model-model dan metode-metode yang telah dulu dikembangkan oleh ilmu lain. Akuntansi

akan lebih mudah untuk berinteraksi dalam memanfaatkan teori-teori dari disiplin ilmu yang sudah stable. Hal ini berarti penggunaan teori Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) masih relevan diterapkan untuk pengembangan penelitian ilmu akuntansi.

Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) merupakan salah satu model penerimaan teknologi terkini yang dikembangkan oleh Venkatesh, dkk. UTAUT menggabungkan fitur-fitur yang berhasil dari delapan teori penerimaan teknologi terkemuka menjadi satu teori.

UTAUT menyatakan bahwa penentu pengguna teknologi informasi adalah ekspektasi kinerja (performance expectancy), ekspektasi usaha (effort expectancy), pengaruh sosial (social influence), dan kondisi yang mendukung (facilitating condition) (Venkatesh et al., 2003). Teori ini menyediakan alat yang berguna untuk menilai kemungkinan keberhasilan pengenalan sistem atau teknologi baru dan membantu dalam memahami penggerak penerimaan dengan tujuan untuk proaktif mendesain intervensi, sehingga minat penggunaan SAK EMKM dapat dianalisis dengan adanya faktor-faktor tersebut.

Penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi minat penggunaan informasi akuntansi untuk UMKM pada pelaku UMKM telah banyak dilakukan.

Seperti penelitian Nawaz & Sheham (2015) yang menyatakan bahwa ekspektasi kinerja (performance expectancy), ekspektasi usaha (effort expectancy), kondisi yang mendukung (facilitating conditions), dan pengaruh sosial (social influence) berpengaruh terhadap minat penggunaan sistem informasi akuntansi pada UMKM di Sri Lanka. Whetyningtyas (2016) dalam penelitiannya juga menunjukkan bahwa ekspektasi kinerja berpengaruh positif terhadap penggunaan informasi akuntansi pada UMKM di Kota Kudus. Penelitian Aoun, Vatanasakdakul, & Li (2010) yang dilakukan pada praktisi akuntansi di Australia juga menyatakan bahwa ekspektasi kinerja (performance expectancy), ekspektasi usaha (effort expectancy), dan kondisi yang mendukung (facilitating conditions) berpengaruh positif terhadap minat penggunaan informasi akuntansi, sedangkan variabel pengaruh sosial (social influence) tidak berpengaruh terhadap minat penggunaan informasi akuntansi.

(4)

Penelitian terdahulu mengenai faktor- faktor yang memengaruhi minat UMKM dalam menerapkan standar akuntansi keuangan untuk UMKM telah dilakukan oleh Astutie & Fanani (2016), hasil penelitian tersebut menyatakan ekspektasi kinerja (performance expectancy) dan pengaruh sosial (social influence) berpengaruh terhadap minat UMKM dalam menggunakan SAK ETAP.

Penelitian yang dilakukan oleh Mulyaga (2016) juga menggunakan teori UTAUT dalam mendefinisikan variabel independen skala usaha dari variabel UTAUT kondisi yang mendukung (facilitating condition), dan variabel independen sosialisasi dan informasi dari vaiabel UTAUT pengaruh sosial (sosial influence). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kondisi yang mendukung (facilitating condition) dan pengaruh sosial (sosial influence) berpengaruh positif terhadap implementasi SAK ETAP pada UMKM di Jawa tengah.

Penelitian ini mengambil sampel pada pemilik UMKM di Kota Malang. Peranan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam menyokong perekonomian di Kota Malang sangat signifikan. Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UKM pada tahun 2017, kontribusi UKM terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Jawa Timur sudah menembus angka 54 persen.

Bahkan untuk PDRB Kota Malang, UMKM memberikan kontribusi sebesar 85 persen, hal ini menunjukkan UMKM di Kota Malang memiliki potensi yang besar dan harus diatur dengan baik.

Berdasarkan survei Dinas Koperasi Kota Malang jumlah UMKM di Kota Malang yang tersebar di 5 (lima) kecamatan yaitu Klojen, Blimbing, Kedungkandang, Lowokwaru dan Sukun adalah 156 unit pada tahun 2007. Angka ini terus meningkat hingga mencapai 116.000 unit pada tahun 2018. Kota Malang juga merupakan ikon UMKM Indonesia dimana pada tahun 2017 Kementerian Koperasi dan UKM memberikan penghargaan Nata Mukti kepada Walikota Malang, H. Moch. Anton atas keberhasilan pembinaan dan pengembangan koperasi di kota Malang. Hal yang menjadikan kota Malang terpilih di antaranya karena tumbuh kembangnya ekonomi kreatif serta kewirausahaan yang muncul di kampung kampung. Hermawan Kertajaya, selaku staf ahli khusus Menteri Koperasi dan UKM RI mengungkapkan

bahwa yang menarik di kota Malang dan dinilai menginspirasi adalah semangat tumbuhnya ekonomi kerakyatan yang diinisiasi dari kehadiran kampung kampung tematik.

Tingginya potensi dan kontribusi UMKM bagi perekonomian Kota Malang lantas tidak membuat UMKM lepas dari kendala klasik, yaitu pengelolaan keuangan.

Akuntansi tentu harusnya menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan pengelolaan keuangan. Akuntansi dapat digunakan sebagai standar untuk memudahkan UMKM dalam membuat laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan dipahami pihak eksternal dan internal. Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati (2017) menyatakan bahwa laporan keuangan pada UMKM di Kota Malang masih sederhana, yaitu hanya dengan melakukan pencatatan transaksi yang sering terjadi dalam usahanya dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) ternyata masih belum dipahami para pelaku UMKM. Salah satu yang memengaruhi hal tersebut adalah karena latar belakang pendidikan yang kurang dan sosialisasi atau pelatihan dari pihak pemerintah maupun lembaga yang membawahi UMKM masih kurang maksimal sehingga pemahaman akan pentingnya laporan keuangan masih belum dipahami secara utuh oleh pelaku UMKM.

Pada penelitian ini meneliti mengenai faktor-faktor yang memengaruhi minat penggunaan SAK EMKM pada UMKM.

Penelitian ini mereplikasi variabel penelitian Astutie & Fanani (2016) dan variabel penelitian Mulyaga (2016) dengan mengadopsi keseluruhan variabel dalam teori UTAUT yang diduga merupakan faktor-faktor yang memengaruhi minat penggunaan SAK EMKM pada UMKM, yaitu ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, pengaruh sosial, dan kondisi yang mendukung, dengan mengambil sampel penelitian pada UMKM di Kota Malang.

Dari uraian tersebut peneliti mengangkat judul “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keinginan UMKM dalam Menerapkan SAK EMKM: Pendekatan Unified Theory of Acceptance and Use of Technology.

TELAAH PUSTAKA DAN

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) merupakan salah satu model penerimaan teknologi

(5)

terkini yang dikembangkan oleh Venkatesh, dkk pada tahun 2003. UTAUT menggabungkan fitur-fitur yang berhasil dari delapan teori penerimaan teknologi terkemuka menjadi satu teori. Kedelapan teori terkemuka yang disatukan di dalam UTAUT adalah theory of reasoned action (TRA), technology acceptance model (TAM), motivational model (MM), theory of planned behavior (TPB), combined TAM and TPB, model of PC utilization (MPTU), innovation diffusion theory (IDT), dan social cognitive theory (SCT). UTAUT terbukti lebih berhasil dibandingkan kedelapan teori yang lain dalam menjelaskan hingga 70 persen varian pengguna.

Setelah mengevaluasi dari kedelapan model, Venkatesh, dkk. menemukan tujuh konstruk yang tampak menjadi determinan langsung yang signifikan terhadap minat perilaku (behavioral intention) atau perilaku penggunaan (use behavior) dalam satu atau lebih di masing-masing model. Konstruk- konstruk tersebut adalah ekspektasi kinerja (performance expectancy), ekspektasi usaha (effort expectancy), pengaruh sosial (social influence), kondisi yang mendukung (facilitating conditions), sikap terhadap penggunaan teknologi (attitude toward using technology), dan keyakinan diri (self- efficacy). Setelah melalui pengujian lebih lanjut, mereka merumuskan empat konstruk utama yang memainkan peran penting sebagai determinan langsung dari minat perilaku (behavioral intention) dan perilaku penggunaan (use behavior) yaitu, ekspektasi kinerja (performance expectancy), ekspektasi usaha (effort expectancy), pengaruh sosial (social influence), kondisi yang mendukung (facilitating conditions).

Sedangkan konstruk yang lain tidak signifikan sebagai determinan langsung dari minat perilaku (behavioral intention).

Ekspektasi kinerja (performance expectancy) didefinisikan sebagai sejauh mana seorang individu percaya bahwa menggunakan sistem akan membantu individu untuk mencapai keuntungan dalam meningkatkan kinerja. Lima konstruksi dari model yang berbeda yang berhubungan dengan ekspektasi kinerja (performance expectancy) adalah perceived usefulness (TAM/TAM2 dan C-TAM-TPB), extrinsic motivation (MM), job-fit (MPCU), relative advantage (IDT) dan outcome expectations (SCT).

Gambar 1. Model UTAUT

Sumber: Venkatesh et al. (2003:447) Implikasi teori UTAUT dalam penelitian ini adalah sebagai landasan dalam menentukan faktor-faktor yang memengaruhi behavior intention to use SAK EMKM. Faktor-faktor tersebut yaitu ekspektasi kinerja (performance expectancy), ekspektasi usaha (effort expectancy), pengaruh sosial (social influences), dan kondisi pendukung (facilitating conditions).

UTAUT merupakan teori yang cukup komprehensif dalam mengintegrasikan konstruksi faktor-faktor yang menentukan seseorang atau sebuah organisasi didalam mengadopsi sebuah sistem atau teknologi baru. Suwardjono (2005) menyatakan bahwa akuntansi merupakan soft technology.

Akuntansi adalah suatu proses perekayasaan mengenai penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif suatu unit usaha/organisasi dan cara penyampaian atau pelaporan informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik (Suwardjono,2005). Sudibyo (1986) juga berpendapat bahwa akuntansi merupakan suatu perekayasaan atau teknologi yang bisa memanfaatkan teknik-teknik, model-model dan metode-metode yang telah dulu dikembangkan oleh ilmu lain. Akuntansi akan lebih mudah untuk berinteraksi dalam memanfaatkan teori-teori dari disiplin ilmu yang sudah stable. Inilah keleluasaan yang dimiliki oleh akuntansi apabila dikategorikan sebagai teknologi. Hal tersebut mendukung teori UTAUT untuk digunakan sebagai landasan teori dalam penelitian ini.

Nawaz & Sheham (2015) melakukan penelitian terhadap minat penggunaan sistem informasi pada UMKM di Sri Lanka.

Penelitian ini menggunakan studi kuantitatif berdasarkan survei kuesioner. Analisis

(6)

statistik digunakan untuk menguji faktor- faktor apa yang akan memengaruhi pengusaha kecil dan menengah dalam minat mereka untuk menggunakan sistem akuntansi. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa ekspektasi kinerja (performance expectancy), ekspektasi usaha (effort expectancy), kondisi yang mendukung (facilitating conditions), dan pengaruh sosial (social influence) berpengaruh terhadap minat penggunaan sistem informasi akuntansi pada UMKM di Sri Lanka.

Penelitian yang dilakukan oleh Whetyningtyas (2016) bertujuan untuk menguji pengaruh ekspektasi kinerja terhadap penggunaan informasi akuntansi pada UMKM. Sampel dalam penelitian tersebut adalah pemilik usaha kecil dan menengah di Kota Kudus, sejumlah 52 responden. Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ekspektasi kinerja berpengaruh positif terhadap penggunaan informasi akuntansi UMKM.

Astutie & Fanani (2016) melakukan penelitian terhadap implementasi standar akuntansi keuangan pada usaha kecil dan menengah di Jawa Tengah. Isu penelitian ini diusung dari fenomena bahwa permasalahan tersebut masih sedikit diteliti di Indonesia, terutama untuk mempersiapkan era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Data diperoleh dari persepsi pemilik UKM di beberapa kota di Jawa Tengah Indonesia, menggunakan survei sebagai data primer.

Analisis data menggunakan partial least square untuk menguji korelasi dan t-test untuk menguji perbedaan pada kedua kelompok. Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa ekspektasi kinerja (performance expectancy), dan pengaruh sosial (social influence) berpengaruh terhadap minat UMKM dalam menggunakan SAK ETAP.

Penelitian yang dilakukan oleh Mulyaga (2016) bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi implementasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik pada UMKM. Dari hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa rata-rata implementasi SAK ETAP pada UMKM di Provinsi Jawa Tengah dalam kriteria cukup rendah, dan sosialisasi SAK ETAP dalam kriteria jarang. Hasil penelitian menunjukkan kondisi yang mendukung

(facilitating conditions) dan pengaruh sosial (social influence) SAK ETAP berpengaruh positif terhadap implementasi SAK ETAP pada UMKM.

Penelitian Aoun, Vatanasakdakul, &

Li (2010) meneliti faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) oleh praktisi akuntansi di Australia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ekspektasi kinerja (performance expectancy), ekspektasi usaha (effort expectancy), dan kondisi yang mendukung (facilitating conditions) berpengaruh positif terhadap minat penggunaan sistem informasi akuntansi, sedangkan variabel pengaruh sosial (social influence) tidak berpengaruh terhadap minat penggunaan informasi akuntansi.

Tritunggal (2017) melakukan penelitian terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi pada perusahaan jasa ekspedisi di Yogyakarta. Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa ekspektasi kinerja dan kondisi yang mendukung pemakai berpengaruh positif terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi. Sementara itu, ekspektasi usaha berpengaruh negatif terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi. Sedangkan, faktor sosial tidak berpengaruh terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi.

Rerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

Teori UTAUT merupakan salah satu model penerimaan teknologi atau sistem baru yang dikembangan oleh Venkatesh, dkk pada tahun 2013, teori ini dikembangkan dengan menggabungkan delapan teori penerimaan suatu teknologi atau sistem baru menjadi satu model. Setelah melalui pengujian, mereka merumuskan empat konstruk utama yang memainkan peran penting sebagai determinan langsung dari behavioral intention dan use behavior yaitu, performance expectancy, effort expectancy, social influence, dan facilitating conditions.

Bukti empiris minat penggunaan informasi akuntansi pada UMKM telah banyak ditemukan, beberapa diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Aoun, Vatanasakdakul, & Li (2010), Solovida (2003), Sitoresmi & Fuad (2014), Aufar (2014), Nawaz & Sheham (2015), dan Whetyningtyas (2016). Selain itu penggunaan variabel-varibel dalam model teori UTAUT untuk menganalisis minat

(7)

penggunaan standar akuntansi untuk UMKM juga telah banyak ditemukan seperti penelitian yang dilakukan oleh Astutie &

Fanani (2016), dan Mulyaga (2016).

Penelitian ini mengadopsi keseluruhan variabel dalam model UTAUT yang dikembangkan oleh Venkatesh et. al.

(2013) untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi minat penggunaan SAK EMKM. Model dikombinasikan dengan penelitian Astutie & Fanani (2016) dan Mulyaga (2016). Penelitian Astutie &

Fanani (2016) meneliti pengaruh ekspektasi kinerja (performance expectancy), dan pengaruh sosial (social influence) terhadap minat UMKM dalam menggunakan SAK ETAP. Dan penelitian Mulyaga (2016) meneliti pengaruh kondisi yang mendukung (facilitating conditions) dan pengaruh sosial (social influence) terhadap implementasi SAK ETAP pada UMKM. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mencari bukti empiris dan menguji pengaruh ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, pengaruh sosial, dan kondisi yang mendukung pada minat penggunaan SAK EMKM di Kota Malang.

Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan model rerangka pemikiran pada Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Rerangka Teoritis

Sumber: Data diolah (2018)

Konsep Minat Penggunaan SAK EMKM Konstruksi minat perilaku awalnya dikembangkan dalam theory of reasoned action (TRA) dan theory of planned behavior (TPB). Minat perilaku didefinisikan sebagai minat seseorang atau faktor motivasi yang menangkap seberapa banyak usaha yang bersedia dilakukan oleh seseorang untuk melakukan suatu perilaku (Fishbein & Ajzen, 1975; Ajzen, 1991;

Thakur & Srivastava, 2013). Minat perilaku telah secara luas dan berulang-ulang diteliti memiliki peran yang kuat dalam membentuk

penggunaan aktual dan adopsi sistem baru (Venkatesh et al., 2003, 2012).

Penelitian ini mengasumsikan bahwa minat perilaku menggunakan SAK EMKM sebagian besar dapat diprediksi oleh keinginan pelaku UMKM untuk mengadopsi standar tersebut. Penelitian ini mendefinisikan minat perilaku untuk menggunakan SAK EMKM sebagai tingkat upaya sadar bahwa para pelaku UMKM akan menggunakannya sebagai pedoman dalam membuat laporan keuangan pada usahanya.

Pengujian secara empiris yang dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi minat penggunaan SAK EMKM saat ini masih belum banyak ditemukan, mengingat SAK EMKM baru berlaku efektif mulai tahun 2018 meskipun SAK EMKM sudah disahkan sejak tahun 2016. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi minat penggunaan SAK EMKM. Dalam menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi minat penggunaan SAK EMKM, peneliti mengggunakan hasil penelitian terdahulu yang sejenis dengan SAK EMKM, yaitu SAK ETAP. SAK ETAP merupakan standar akuntansi keuangan yang digunakan oleh entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan, termasuk didalamnya adalah para pelaku UMKM.

Pengaruh Ekspektasi Kinerja Terhadap Penerapan SAK EMKM

Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) mengasumsikan bahwa secara garis besar menjelaskan tentang hubungan ekspektasi kinerja (performance expectancy) dalam memengaruhi individu untuk menggunakan sistem baru guna meningkatkan keuntungan dari kinerjanya. Menurut Venkatesh et al.

(2003), ekspektasi kinerja (performance expectancy) adalah tingkat dimana seorang individu meyakini bahwa dengan menggunakan sistem akan membantu dalam meningkatkan kinerjanya. Konstruk ekspektasi kinerja merupakan predictor yang kuat dari penggunaan informasi akuntansi dalam aturan sukarela maupun wajib.

Nawaz & Sheham (2015) melakukan penelitian terhadap minat penggunaan sistem informasi pada UMKM di Sri Lanka.

Penelitian ini menggunakan studi kuantitatif berdasarkan survei kuesioner. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa

(8)

ekspektasi kinerja (performance expectancy) berpengaruh terhadap minat penggunaan sistem informasi akuntansi pada UMKM di Sri Lanka.

Aoun, Vatanasakdakul, & Li (2010) meneliti faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) oleh praktisi akuntansi di Australia.

Tritunggal (2017) melakukan penelitian terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi pada perusahaan jasa ekspedisi di Yogyakarta. Mursalin (2012) melakukan penelitian terhadap minat adopsi dan penggunaan sistem informasi pada UMKM di Bangladesh. Penelitian-penelitian tersebut memberikan bukti empiris bahwa ekspektasi kinerja berpengaruh positif terhadap minat penggunaan.

Hasil penelitian Rosita (2013) dan Whetyningtyas (2016), menyatakan bahwa ekspektasi kinerja mempunyai pengaruh positif terhadap penggunaan informasi akuntansi pada UMKM. Peneliti memprediksi hubungan ekspektasi kinerja dan minat penggunaan SAK EMKM dikatakan positif, apabila ekspektasi kinerja penggunaan SAK EMKM bagi para pelaku UMKM itu tinggi, maka akan tinggi pula minat pemanfaatan SAK EMKM pada pelaku UMKM. Berdasarkan uraian di atas hipotesis pertama yang diajukan adalah:

H1 : Ekspektasi kinerja berpengaruh positif terhadap penerapan SAK EMKM

Pengaruh Ekspektasi Usaha Terhadap Penerapan SAK EMKM

Ekspektasi usaha merupakan tingkat kemudahan penggunaan sistem atau teknologi yang akan mengurangi upaya (tenaga dan waktu) dalam melakukan pekerjaannya (Venkatesh et. al. 2003).

Berdasarkan model UTAUT milik Venkatesh (2003) kemudahan dalam menggunakan SAK EMKM akan menimbulkan minat dalam diri seseorang bahwa sistem itu mempunyai kegunaan dan menimbulkan rasa nyaman dalam penggunaannya.

Penelitian Aoun, Vatanasakdakul, &

Li (2010) meneliti faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) oleh praktisi akuntansi di Australia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ekspektasi usaha (effort expectancy) berpengaruh positif terhadap minat penggunaan sistem informasi akuntansi.

Nawaz & Sheham (2015) melakukan penelitian terhadap minat penggunaan

sistem informasi pada UMKM di Sri Lanka.

Penelitian ini menggunakan studi kuantitatif berdasarkan survei kuesioner. Analisis statistik digunakan untuk menguji faktor- faktor apa yang akan memengaruhi pengusaha kecil dan menengah dalam minat mereka untuk menggunakan sistem akuntansi. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa ekspektasi usaha (effort expectancy berpengaruh terhadap minat penggunaan sistem informasi akuntansi pada UMKM di Sri Lanka.

Dalam penelitian Mursalin (2012) juga menguji konstruk ekspektasi usaha dengan minat penggunaan sistem informasi.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ekspektasi usaha memiliki pengaruh positif yang kuat dalam minat penggunaan sistem informasi. Penelitian lain yang juga mendukung hasil penelitian Mursalin (2012) adalah penelitian Chang et al. (2007) dan Phichitchaisopa & Naenna (2013).

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menguraikan hipotesis kedua sebagai berikut:

H2 : Ekspektasi usaha berpengaruh positif terhadap penerapan SAK EMKM

Pengaruh Pengaruh Sosial Terhadap Penerapan SAK EMKM

Pengaruh sosial didefinisikan sebagai tingkat dimana seorang individu menganggap bahwa orang lain menyakinkan dirinya harus menggunakan sistem yang baru (Venkatesh et. al. 2003). Pengaruh sosial ditunjukkan dari besarnya dukungan rekan kerja, atasan, masyarakat, kreditur, pemerintah dan organisasi. Dengan adanya pengaruh dari lingkungan sekitar maka akan menimbulkan minat pada seseorang.

Nawaz & Sheham (2015) melakukan penelitian terhadap minat penggunaan sistem informasi pada UMKM di Sri Lanka.

Penelitian ini menggunakan studi kuantitatif berdasarkan survei kuesioner. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa pengaruh sosial (social influence) berpengaruh terhadap minat penggunaan sistem informasi akuntansi pada UMKM di Sri Lanka.

Tritunggal (2017) melakukan penelitian terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi pada perusahaan jasa ekspedisi di Yogyakarta. Aoun, Vatanasakdakul, & Li (2010) meneliti faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) oleh praktisi akuntansi di Australia.

(9)

Mursalin (2012) melakukan penelitian terhadap minat adopsi dan penggunaan sistem informasi pada UMKM di Bangladesh. Penelitian-penelitian tersebut memberikan bukti empiris bahwa pengaruh sosial (social influence) memengaruhi minat penggunaan bahkan beberapa diantaranya telah menunjukkan pengaruh yang positif.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rudiantoro & Siregar (2012), Mulyaga (2016) dan Astutie & Fanani (2016) menyatakan bahwa pengaruh sosial mempunyai hubungan yang positif terhadap minat penggunaan SAK ETAP. Hubungan antara pengaruh sosial dan minat penggunaan SAK EMKM dikatakan positif apabila tingkat dukungan akan penggunaan SAK EMKM dari rekan kerja, atasan, masyarakat, kreditur, pemerintah dan organisasi itu tinggi, maka akan tinggi pula minat penggunaan SAK EMKM pada pelaku UMKM. Oleh karena itu diajukan hipotesis ketiga:

H3 : Pengaruh sosial berpengaruh positif terhadap penerapan SAK EMKM.

Pengaruh Kondisi yang Mendukung Terhadap Penerapan SAK EMKM

Kondisi yang mendukung (facilitating conditions) didefinisikan sebagai sejauh mana seorang individu percaya bahwa infrastruktur organisasi dan teknis ada untuk mendukung penggunaan sistem (Venkatesh et. al. 2003). Selain ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, dan pengaruh sosial, kondisi yang mendukung juga merupakan faktor kunci dalam memprediksi minat penggunaan.

Naheb, Sukoharsono,& Baridwan (2017) melakukan penelitian terhadap indsutri manufaktur semen di Libya untuk menguji pengaruh kondisi yang mendukung (facilitating conditions) pada minat penggunaan Computerized Accounting Systems (CAS). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 240 lembar kepada karyawan di bidang akuntansi dan keuangan pada empat segmen terbesar di Libya. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh antara (facilitating conditions) terhadap minat penggunaan Computerized Accounting Systems (CAS).

Penelitian Aoun, Vatanasakdakul, &

Li (2010) meneliti faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) oleh praktisi akuntansi di

Australia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kondisi yang mendukung (facilitating conditions) berpengaruh positif terhadap minat penggunaan sistem informasi akuntansi.

Penelitian lain dilakukan oleh Tritunggal (2017) yang melakukan penelitian terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi pada perusahaan jasa ekspedisi di Yogyakarta. Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa kondisi yang mendukung pemakai berpengaruh positif terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi.

Alawadhi & Morris (2008) menyatakan bahwa kondisi yang mendukung memiliki pengaruh dalam mengadopsi layanan pemerintah di Kuwait.

Alamin, Yeoh, Warren, & Salzman (2015) mengindikasikan bahwa kondisi yang mendukung berpengaruh terhadap minat penggunaan sistem informasi akuntansi.

Penelitian tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nawaz &

Sheham (2015), Aditya (2010) dan Suhartini (2018).

Dari penjelasan diatas dapat ditarik hipotesis bahwa kepercayaan seseorang untuk menggunakan SAK EMKM akan meningkat apabila didukung oleh infrastruktur organisasi maupun teknis.

Hubungan antara kondisi yang mendukung dengan penggunaan SAK EMKM dikatakan positif apabila tingkat faktor-faktor yang dapat mempermudah penggunaan SAK EMKM itu tinggi, maka akan tinggi pula perilaku terhadap penggunaan SAK EMKM tersebut. Oleh karena itu diajukan hipotesis ke empat:

H4 : Kondisi yang mendukung berpengaruh positif terhadap penerapan SAK EMKM.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif dengan melakukan pengujian hipotesis (hypotheses testing). Menurut Sugiyono (2016:7) metode kuantitatif merupakan metode yang ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu kongkrit, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Pendekatan penelitian yang dilakukan menggunakan cross-sectional, yaitu sebuah penelitian yang dilakukan di mana data dikumpulkan hanya sekali, mungkin selama beberapa hari atau minggu atau bulan, untuk menjawab pertanyaan penelitian (Sekaran dan Bougie, 2016:104).

(10)

Populasi dalam penelitian ini adalah pemilik UMKM yang mengetahui Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah (SAK EMKM) di Kota Malang.

Jumlah populasi pemilik UMKM yang mengetahui Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah (SAK EMKM) di Kota Malang ini tidak diketahui secara pasti.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 80 pemilik UMKM yang mengetahui Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah (SAK EMKM) di Kota Malang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Survei adalah metode pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan kepada responden (Sekaran dan Bougie, 2016:97). Metode ini membutuhkan kontak antara peneliti dan subjek (responden) dari penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan.

Teknik pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini adalah convenience sampling (teknik pengambilan sampel yang mudah) dimana penentuan anggota sampel dari populasi dilakukan berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel dan dipandang bahwa orang tersebut cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2016:85).

Convenience sampling digunakan karena peneliti kesulitan dalam memperoleh informasi mengenai jumlah pemilik UMKM yang mengetahui Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah (SAK EMKM) di Kota Malang secara lengkap. Risiko penggunaan teknik pengambilan sampel ini adalah hasil penelitian yang tidak dapat digeneralisasi.

Alat pengumpul data atau instrumen survei yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Metode survei kuesioner ini nantinya akan menghasilkan data primer.

Kuesioner umumnya dirancang untuk mendapatkan sejumlah besar data kuantitatif. Kuesioner adalah serangkaian pertanyaan tertulis yang dirumuskan di mana responden mencatat jawaban mereka dalam alternatif yang ditentukan dengan cermat (Sekaran dan Bougie, 2016:142).

Ekspektasi Kinerja

Ekspektasi Kinerja didefinisikan sebagai seberapa tinggi seseorang percaya bahwa menggunakan suatu sistem akan membantu dia untuk mendapatkan keuntungan pada pekerjaannya (Venkatesh

et al., 2003). Penelitian ini menggunakan ekspektasi kinerja sebagai variabel berdasarkan konsep dari Venkatesh et al.

(2003) dengan indikator sebagai berikut:

1. Mampu meningkatkan kinerja (enhance job performance) 2. Memiliki manfaat (usefulness) 3. Kesesuaian untuk pekerjaan (job-

fit)

Berdasarkan pada indikator ekspektasi kinerja, peneliti membuat pengukuran dengan menjabarkan indikator tersebut menjadi 4 (empat) pernyataan dalam kuesioner yang dideskripsikan sebagai berikut:

1. Menggunakan SAK EMKM membantu saya dalam menilai kinerja usaha saya.

2. Menggunakan SAK EMKM bermanfaat untuk meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan.(contoh: masyarakat, pemerintah, investor, kreditur, dll) 3. Menggunakan SAK EMKM bermanfaat dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan yang dihasilkan oleh usaha saya.

4. Saya merasa menggunakan SAK EMKM sesuai untuk usaha yang saya miliki.

Ekspektasi Usaha

Ekspektasi usaha didefinisikan sebagai tingkat kemudahan terkait dengan penggunaan sistem (Venkatesh et al., 2003).

Penelitian ini menggunakan ekspektasi usaha sebagai variabel berdasarkan konep yang dikembangkan oleh Venkatesh et al.

(2003) dengan indikator sebagai berikut:

1. Kemudahan penggunaan (ease of use)

2. Tingkat kesulitan (complexity) 3. Persepsi kemudahan penggunaan

(perceived ease of use)

Berdasarkan pada indikator ekspektasi usaha, peneliti membuat pengukuran dengan menjabarkan indikator tersebut menjadi 4 (empat) pernyataan dalam kuesioner yang dideskripsikan sebagai berikut:

1. Saya dapat dengan mudah belajar membuat laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM.

(contoh: buku, orang lain, konsultan,dll)

2. Bagi saya membutuhkan waktu yang cukup singkat untuk beradaptasi terhadap perubahan

(11)

standar dari SAK ETAP ke SAK EMKM.

3. Saya tidak mengalami kesulitan dalam membuat laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM.

4. Saya merasa menggunakan SAK EMKM itu mudah.

Pengaruh Sosial

Pengaruh sosial didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang ingin untuk mengubah sikap, kepercayaan, persepsi atau tingkah laku seperti yang dilakukan oleh orang lain (Venkatesh et al., 2003).

Penelitian ini menggunakan pengaruh sosial sebagai variabel berdasarkan konep dari Venkatesh et al. (2003) dengan indikator sebagai berikut:

1.

Persepsi orang lain terhadap kewajiban penggunaan sistem atau hal baru (subjective norm)

2.

Faktor sosial (social factor)

3.

Tingkat kepercayaan terhadap orang lain (image)

Berdasarkan pada indikator pengaruh sosial, peneliti membuat pengukuran dengan menjabarkan indikator tersebut menjadi 4 (empat) pernyataan dalam kuesioner yang dideskripsikan sebagai berikut:

1. Saya menggunakan SAK EMKM atas dorongan dari orang-orang terdekat saya.

2. Saya menggunakan SAK EMKM karena sebagian besar usaha yang lain sudah menggunakannya.

3. Lingkungan sekitar saya memengaruhi saya untuk menggunakan SAK EMKM.

4. Pemerintah/Kreditur/Investor meyakinkan saya bahwa menggunakan SAK EMKM dapat membuat usaha saya lebih dapat dipercaya daripada tidak menggunakan SAK EMKM.

Kondisi yang Mendukung

Kondisi yang mendukung didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa sumber daya organisasional dan teknikal yang tersedia siap untuk mendukung sistem (Venkatesh et al., 2003).

Penelitian ini menggunakan kondisi yang mendukung sebagai variabel berdasarkan konep yang dikembangkan oleh Venkatesh et al. (2003) dengan indikator sebagai berikut:

1. Dukungan sumber daya (resource support)

2. Ketersediaan fasilitas (availability of facilities)

3. Tingkat kecocokan

(compatibility)

Berdasarkan pada indikator kondisi yang mendukung, peneliti membuat pengukuran dengan menjabarkan indikator tersebut menjadi 5 (lima) pernyataan dalam kuesioner yang dideskripsikan sebagai berikut:

1. Latar belakang pendidikan yang saya tempuh membantu saya dalam menggunakan SAK EMKM.

2. Saya memiliki sumber daya manusia yang mampu membuat laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM.

3. Teknologi komputer yang saya gunakan dapat membantu dalam mencatat transaksi-transaksi dalam jumlah banyak.

4. Tersedia pedoman yang jelas dalam membuat laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM.

5. Saya merasa sistem dan prosedur yang telah berjalan pada usaha saya cukup mendukung untuk menggunakan SAK EMKM.

Minat Penggunaan

Minat didefinisikan sebagai tingkat keinginan atau minat seseorang untuk menggunakan suatu sistem dengan asumsi bahwa mereka memiliki akses terhadap informasi (Venkatesh et al., 2003).

Penelitian ini menggunakan minat penggunaan sebagai variabel berdasarkan konsep dari Venkatesh et al. (2003) dengan indikator sebagai berikut:

1.

Keinginan penggunaan (intention to use)

2.

Usaha untuk menggunakan (effort to use)

3.

Rencana penggunaan di masa depan (plan for future use) Berdasarkan pada indikator minat penggunaan, peneliti membuat pengukuran dengan menjabarkan indikator tersebut menjadi 5 (lima) pernyataan dalam kuesioner yang dideskripsikan sebagai berikut:

1. Saya berniat menggunakan SAK EMKM untuk usaha saya.

2. Saya akan berlatih untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM.

(12)

3. Saya berencana menggunakan SAK EMKM pada periode yang akan datang.

4. Saya memperkirakan bahwa saya akan menggunakan SAK EMKM pada periode yang akan datang.

5. Saya tidak berniat menggunakan SAK EMKM untuk usaha saya.

(validation)

Pengukuran adalah penilaian angka atau simbol lain yang menunjukkan karakteristik atau atribut suatu objek sesuai aturan yang telah ditentukan sebelumnya.

Objek dapat berupa orang, unit strategi bisnis, perusahaan, negara, sepeda, gajah, dan sebagainya (Sekaran dan Bougie, 2016:193). Salah satu cara untuk mengukur suatu objek adalah dengan menggunakan skala likert. Skala likert adalah skala yang dirancang untuk memeriksa seberapa kuat responden setuju dengan sebuah pernyataan pada skala tujuh dengan tanda sebagai berikut:

1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju 3 = Agak Tidak Setuju 4 = Netral

5 = Agak Setuju 6 = Setuju

7 = Sangat Setuju Sekali

Tanggapan atas sejumlah indikator yang menunjukkan suatu konsep atau variabel dapat dianalisis setiap indikatornya, namun juga dapat dianalisis dengan menghitung skor total yang pada setiap responden dengan menjumlahkan seluruh item.

Model Struktural

Persamaan struktural dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

MP = β1EK + β2EU + β3PS + β4KM + ε

Keterangan :

MP : Minat Penggunaan EK : Ekspektasi Kinerja EU : Ekspektasi Usaha PS : Pengaruh Sosial

KM : Kondisi yang

Mendukung

β1- β4 : Koefisien Regresi ε : Faktor Kesalahan (Error) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Peneliti melakukan penyebaran kuesioner sebanyak 80 ekspemplar pada pemilik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang mengerti Standar Akuntansi

Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah (SAK EMKM) di Kota Malang. Kuesioner yang direspon sebanyak 79 eksemplar kuesioner atau sebesar 98,75% dari keseluruhan kuesioner yang telah disebar. 1 kuesioner tidak direspon disebabkan karena tidak adanya pemilik UMKM di lokasi usaha pada periode pengumpulan data sehingga keterbatasan waktu menjadi halangan untuk menjawab kuesioner.

Sedangkan 10 eksemplar kuesioner tidak dapat digunakan karena terdapat data yang tidak lengkap ataupun terdapat responden yang tidak memenuhi syarat sebagai sampel dalam penelitian karena belum mengerti Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah (SAK EMKM). Pada akhirnya, kuesioner yang dapat digunakan untuk pengolahan data adalah sejumlah 69 ekspemplar kuesioner atau sebesar 86,25%

dari seluruh kuesioner yang dikirim.

Jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 38 orang (55%), sedangkan jumlah responden yang berjenis kelamin perempuan adalah 31 orang (45%).

Mayoritas responden dalam penelitian ini merupakan pemilik UMKM yang memiliki rentang usia 25-40 tahun sebanyak 26 orang (38%), sedangkan pada rentang usia 41-55 tahun menjadi mayoritas responden urutan kedua sebanyak 21 orang (30%). Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh mayoritas responden adalah SMA/MA/SMK/MAK dengan jumlah 31 orang (45%), sementara itu, urutan kedua diduduki oleh responden dengan pendidikan terakhir S1 sejumlah 25 orang (36%). Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh mayoritas responden adalah Lainnya sebanyak 40 orang (58%).

Responden dengan latar belakang lainnya berarti responden yang memiliki latar belakang di luar bidang studi akuntansi, manajemen, dan ekonomi. Berdasarkan hasil pengolahan data mayoritas responden dalam penelitian ini adalah para pemilik UMKM yang memiliki usaha di bidang perdagangan, yaitu sebanyak 34 orang (49%). Jumlah karyawan yang dimiliki oleh mayoritas responden adalah pada rentang 3-19 karyawan sebanyak 31 orang (45%), sedangkan di urutan kedua adalah responden yang memiliki karyawan pada rentang ≤ 4 orang sebanyak 30 orang (43%). Jumlah aset yang dimiliki oleh mayoritas responden adalah pada rentang Rp 50 juta - Rp 500 juta sebanyak 33 orang(48%), sedangkan di urutan kedua adalah responden yang memiliki jumlah aset <Rp 50 juta dengan

(13)

jumlah 27 orang (39%). Responden yang memiliki omzet <Rp 300 juta sebanyak 39 orang (57%), sedangkan responden dengan rentang omzet Rp 300 juta - Rp 2,5 milyar menempati urutan kedua dengan jumlah 25 orang (36%).

Total Effect dan Nilai R2

Total Effect menunjukkan besarnya pengaruh variabel independen dalam menjealaskan variabel dependen. Tabel 1 menunjukkan nilai konstruk ekspektasi kinerja sebesar 0,3290, artinya bahwa variasi perubahan konstruk minat penggunaan dapat dijelaskan oleh konstruk ekspektasi kinerja sebesar 32,90% sedangkan sisanya dijelaskan oleh konstruk lain. Nilai konstruk kepuasan pengguna sebesar 0,2845, artinya bahwa variasi perubahan konstruk minat penggunaan dapat dijelaskan oleh konstruk ekspektasi usaha sebesar 28,45% sedangkan sisanya dijelaskan oleh konstruk lain. Nilai konstruk pengaruh sosial sebesar -0,0133, artinya bahwa variasi perubahan konstruk minat penggunaan dapat dijelaskan oleh konstruk pengaruh sosial sebesar -1,33%

sedangkan sisanya dijelaskan oleh konstruk lain. Nilai konstruk kondisi yang mendukung sebesar 0,3499, artinya bahwa variasi perubahan konstruk minat penggunaan dapat dijelaskan oleh konstruk kondisi yang mendukung sebesar 34,99%

sedangkan sisanya dijelaskan oleh konstruk lain.

R-square (R2) digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap variabel dependen (Abdillah dan Hartono, 2015: 62). Semakin

tinggi nilai menunjukkan semakin baik model penelitiannya. Hasil dari pada pengujian nilai dapat dilihat pada tabel 1 Pada nilai Adjusted R2 MP sebesar 0,7046, artinya variabel independen dalam model penelitian ini mampu menggambarkan variabel dependen sebesar 70,47%, sedangkan sisanya digambarkan oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Tabel 1. Nilai R2

R2

EK 0.3290

EU 0.2845

PS -0.0133

KM 0.3499

MP (adjusted) 0.7047 Sumber: Data diolah (2018)

Keterangan: EK (ekspektasi kinerja), EU (ekspektasi usaha), PS (pengaruh sosial), FM (fasilitas yang mendukung), MP (minat penggunaan)

Nilai Path Coefficient

Nilai path koefisien menunjukkan tingkat signifikansi dalam pengujian hipotesis (Abdillah dan Hartono, 2015:197).

Pada pengujian hipotesisnya dilakukan dengan melihat estimasi path koefisien dan nilai t-statistic dengan signifikansi pada α=5%. Jika nilai t-statistic lebih tinggi dibandingkan t-table sebesar 1,64 untuk hipotesis satu ekor (one-tailed) dan nilai dari p-values kurang dari 0,05 artinya hipotess diterima. Berikut adalah nilai path coefficient dalam penelitian ini:

Tabel 2. Nilai Path Coefficient

Original

Sample (O)

Sample Mean (M)

Standard Deviation (STDEV)

T Statistics (|O/STDEV|)

P Values

EK -> MP 0.3290 0.3316 0.1301 2.5290 0.0059 EU -> MP 0.2845 0.2836 0.1104 2.5766 0.0051 PS -> MP -0.0133 -0.0010 0.0863 0.1545 0.4386 KM -> MP 0.3499 0.3391 0.1411 2.4804 0.0067 Sumber: Data diolah (2018)

Keterangan: EK (ekspektasi kinerja), EU (ekspektasi usaha), PS (pengaruh sosial), FM (fasilitas yang mendukung), MP (minat penggunaan)

(14)

Gambar 3. Model Struktural Pengujian Hipotesis

Sumber: Data diolah (2018)

Berdasarkan hasil analisis tabel 2 dan gambar 3 diatas, berikut uraian hasil pengujian hipotesis:

1. Hipotesis 1

Hipotesis 1 menyatakan bahwa konstruk ekspektasi kinerja berpengaruh positif terhadap minat penggunaan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM). Berdasarkan hasil pengujian di dalam tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai beta (β) adalah positif sebesar 0,3290, nilai P- Values sebesar 0,0059, dan nilai T-statistic konstruk ekspektasi usaha terhadap minat penggunaan sebesar 2,5290. Nilai P-Values lebih kecil dari 0,05 dan nilai T-statistic konstruk tersebut lebih besar dari 1,64. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekspektasi usaha berpengaruh positif terhadap keinginan UMKM dalam menerapkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM). Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa hipotesis 1 diterima.

2. Hipotesis 2

Hipotesis 2 menyatakan bahwa konstruk ekspektasi usaha berpengaruh positif terhadap minat penggunaan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM). Berdasarkan hasil pengujian di dalam tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai beta (β) adalah positif sebesar 0,2845, nilai P- Values sebesar 0.0051, dan nilai T-statistic konstruk ekspektasi usaha terhadap minat penggunaan sebesar 2,5766. Nilai P-Values lebih kecil dari 0,05 dan nilai T-statistic konstruk tersebut lebih besar dari 1,64. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekspektasi usaha

berpengaruh positif terhadap keinginan UMKM dalam menerapkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM). Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa hipotesis 2 diterima.

3. Hipotesis 3

Hipotesis 3 menyatakan bahwa konstruk pengaruh sosial berpengaruh positif terhadap minat penggunaan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM). Berdasarkan hasil pengujian didalam tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai beta (β) adalah negatif sebesar -0,0133, nilai P-Values sebesar 0,4386, dan nilai T-statistic konstruk pengaruh sosial terhadap minat penggunaan sebesar 0,1545. Nilai P-Values lebih besar dari 0,05 dan nilai T-statistic tersebut lebih kecil dari 1,64. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh sosial tidak berpengaruh positif terhadap keinginan UMKM dalam menerapkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM). Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa hipotesis 3 ditolak.

4. Hipotesis 4

Hipotesis 4 menyatakan bahwa konstruk kondisi yang mendukung berpengaruh positif terhadap minat penggunaan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM). Berdasarkan hasil pengujian didalam tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai beta (β) adalah positif sebesar 0,3499, nilai P- Values sebesar 0,0067, dan nilai T-statistic konstruk kondisi yang mendukung terhadap minat penggunaan sebesar 2,4804. Nilai P- Values kurang dari 0,05 dan nilai T-statistic konstruk tersebut lebih besar dari 1,64. Jadi

(15)

dapat disimpulkan bahwa kondisi yang mendukung berpengaruh positif terhadap keinginan UMKM dalam menerapkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM). Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa hipotesis 4 diterima.

Diskusi Pengaruh dari Ekspektasi Kinerja Terhadap Minat Penggunaan SAK EMKM

Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) menyatakan bahwa penentu pengguna teknologi informasi salah satunya adalah ekspektasi kinerja, yaitu tingkat dimana seorang individu meyakini bahwa dengan menggunakan teknologi atau sistem akan membantu dalam meningkatkan kinerjanya. Ekspektasi kinerja merupakan variabel prediktif yang paling kuat dalam model UTAUT (Venkatesh et. al., 2003).

Pernyataan ini menjadi dasar bagi banyak penelitian yang menggunakan UTAUT sebagai dasar teorinya.

Ekspektasi kinerja berkaitan dengan minat penggunaan teknologi atau sistem baru, termasuk diantaranya SAK EMKM. Dalam menggunakan SAK EMKM dibutuhkan ekspektasi usaha yang baik dari penggunananya. Jika seseorang percaya bahwa dengan menggunakan SAK EMKM dapat membantu usahanya, maka seseorang tersebut akan menggunakannya. Sebaliknya jika sesorang tidak percaya bahwa dengan menggunakan SAK EMKM membantu usahanya, maka seseorang tersebut tidak akan menggunakannya.

Hipotesis pertama dalam studi ini menyatakan bahwa ekspektasi kinerja berpengaruh positif terhadap penerapan SAK EMKM. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai T-statistic sebesar 2,5290, nilai tersebut lebih besar dari nilai T-table (>1,64) dengan nilai β positif sebesar 0,3290. Berdasarkan hasil tersebut maka ekspektasi kinerja berpengaruh positif terhadap penerapan SAK EMKM. Oleh karena itu hipotesis 1 diterima.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik ekspektasi kinerja dari pemilik UMKM terhadap SAK EMKM, maka akan semakin tinggi juga minat pemilik UMKM dalam menerapkan SAK EMKM. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Astutie & Fanani (2016). Penelitian yang dilakukan oleh Astutie &

Fanani (2016) untuk menguji hubungan antara ekspektasi kinerja dan minat UMKM dalam menggunakan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) di Jawa Tengah. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bukti bahwa ekspektasi kinerja berpengaruh positif terhadap implementasi SAK ETAP.

Nawaz dan Sheham (2015) juga melakukan pengujian terhadap minat penggunaan sistem informasi pada UMKM di Sri Lanka. Hasil penelitian Nawaz dan Sheham (2015) juga menunjukkan hubungan yang positif antara

ekspektasi kinerja terhadap minat penggunaan sistem informasi akuntansi pada UMKM di Sri Lanka. Penelitian lainnya untuk menguji hubungan positif antara ekspektasi kinerja terhadap penggunaan informasi akuntansi pada UMKM dilakukan oleh Whetyningtyas (2016) pada pemilik UMKM di Kota Kudus. Hasil penelitian Whetyningtyas (2016) juga menunjukkan bahwa ekspektasi kinerja berpengaruh positif terhadap penggunaan informasi akuntansi UMKM. Hasil penelitian diatas juga konsisten terhadap hasil penelitian Penelitian Aoun, Vatanasakdakul, & Li (2010) yang menyatakan bahwa ekspektasi kinerja berpengaruh positif terhadap minat penggunaan sistem informasi akuntansi.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ekspektasi kinerja merupakan salah satu faktor yang memengaruhi keinginan UMKM dalam menerapkan SAK EMKM.

Diskusi Pengaruh dari Ekspektasi Usaha Terhadap Minat Penggunaan SAK EMKM

Ekspektasi usaha merupakan tingkat kemudahan penggunaan sistem atau teknologi yang akan mengurangi upaya (tenaga dan waktu) dalam melakukan pekerjaannya (Venkatesh et. al. 2003).

Ekspektasi usaha patut menjadi perhatian khusus karena tingkat ekspektasi usaha tersebut akan menentukan apakah sebuah sistem atau teknologi tersebut akan digunakan atau tidak oleh penggunanya. Konstruk ekspektasi usaha ini sudah dijelaskan dalam UTAUT.

Hipotesis kedua dalam studi ini menyatakan bahwa ekspektasi usaha berpengaruh positif terhadap penerapan SAK EMKM. Hasil pengujian menunjukkan nilai T-statistic ekspektasi usaha terhadap minat penggunaan sebesar 2,5766, nilai tersebut lebih besar dari 1,64 dengan nilai β positif sebesar 0,2845. Berdasarkan pada hasil tersebut maka hipotesis 2 dinyatakan diterima.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Astutie & Fanani (2016). Astutie & Fanani (2016) melakukan penelitian terhadap implementasi standar akuntansi keuangan pada usaha kecil dan menengah di Jawa Tengah. Data diperoleh dari persepsi pemilik UKM di beberapa kota di Jawa Tengah Indonesia, menggunakan survei sebagai data primer. Salah satu hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah hubungan antara ekspektasi usaha terhadap minat UMKM dalam menggunakan SAK ETAP. Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa pengaruh sosial berpengaruh terhadap minat UMKM dalam menggunakan SAK ETAP.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Nawaz &

Sheham (2015) dan Aoun, Vatanasakdakul, & Li (2010). Nawaz & Sheham (2015) melakukan penelitian terhadap minat penggunaan sistem informasi pada UMKM di Sri Lanka. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa ekspektasi usaha berpengaruh terhadap minat penggunaan

(16)

sistem informasi akuntansi pada UMKM di Sri Lanka. Sedangkan, penelitian Aoun, Vatanasakdakul, & Li (2010) meneliti faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) oleh praktisi akuntansi di Australia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ekspektasi usaha berpengaruh positif terhadap minat penggunaan sistem informasi akuntansi.

Jika pengguna merasa bahwa SAK EMKM dapat dengan mudah dipelajari dan tidak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk beradaptasi maka secara tidak langsung hal tersebut dapat meningkatkan penggunaan SAK EMKM itu sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekspektasi usaha merupakan salah satu faktor yang memengaruhi keinginan UMKM dalam menerapkan SAK EMKM.

Diskusi Pengaruh dari Pengaruh Sosial Terhadap Minat Penggunaan SAK EMKM

Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) menyatakan bahwa penentu pengguna teknologi informasi salah satunya adalah pengaruh sosial (social influnce) yaitu sejauh mana suatu individu meyakini orang lain dalam menggunakan sistem baru (Vanketesh dkk., 2003).

Pengaruh sosial yang diterima pemilik UMKM merupakan faktor yang dapat memengaruhi persepsi pemilik UMKM untuk menerapkan SAK EMKM. Pengaruh sosial merupakan pengaruh dari lingkungan sekitar yang menyakinkan individu untuk menggunakan SAK EMKM. Pengaruh sosial ditunjukkan dari besarnya dukungan orang-orang terdekat, pelaku usaha lain, pemerintah, investor, dan kreditur.

Hipotesis ketiga dalam studi ini menyatakan bahwa pengaruh sosial berpengaruh positif terhadap penerapan SAK EMKM. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai T-statistic pengaruh sosial terhadap minat penggunaan sebesar 0,1545, nilai tersebut jauh lebih kecil dari nilai T-table (<1,64) dengan nilai β negatif sebesar -0,0133.

Berdasarkan pada hasil tersebut maka hipotesis 3 dinyatakan ditolak.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nawaz & Sheham (2015), dan Astutie & Fanani (2016) yang menyatakan bahwa pengaruh sosial berpengaruh positif terhadap minat penggunaan. Nawaz &

Sheham (2015) melakukan penelitian terhadap minat penggunaan sistem informasi akuntansi pada UMKM di Sri Lanka dengan melihat pada hubungan antara pengaruh sosial dan dampaknya terhadap penggunaan sistem informasi akuntansi.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara pengaruh sosial terhadap minat penggunaan sistem informasi akuntansi. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Astutie & Fanani (2016) menguji salah satu hipotesis, yaitu hubungan pengaruh sosial terhadap implementasi SAK ETAP. Hasil penelitian tersebut mengemukakan

bahwa pengaruh sosial berpengaruh terhadap minat UMKM dalam menggunakan SAK ETAP. Namun demikian, hasil penelitian ini masih konsisten terhadap penelitian yang dilakukan oleh Aoun, Vatanasakdakul, & Li (2010) dan Tritunggal (2017) yang menyatakan bahwa pengaruh sosial tidak berpengaruh terhadap minat penggunaan.

Aoun, Vatanasakdakul, & Li (2010) meneliti faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) oleh praktisi akuntansi di Australia. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa pengaruh sosial tidak berpengaruh terhadap minat penggunaan informasi akuntansi. Ini dikarenakan masyarakat lebih bersifat individualisme dan menganut kebebasan.

Individualisme adalah keadaan psikologis di mana orang melihat diri mereka terlebih dahulu sebagai individu dan mempercayai kepentingan dan nilai diri sendiri adalah yang utama. Individualisme berkaitan dengan masyarakat di mana hubungan antar individu, longgar, semua orang diharapkan untuk menjaga dirinya sendiri dan keluarganya (Hofstede, 1993). Mangundjaya (2010) menyatakan dalam penelitiannya, Indonesia juga merupakan negara yang masyarakatnya bersifat individualis. Dengan demikian individualisme dapat menyebabkan pengaruh sosial tidak berpengaruh terhadap penggunaan Sistem Informasi Akuntansi (SIA).

Tritunggal (2017) melakukan penelitian terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi pada perusahaan jasa ekspedisi di Yogyakarta. Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa faktor sosial tidak berpengaruh terhadap minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi. Hal ini dikarenakan masih minimnya kesadaran dari pengguna sistem informasi akuntansi terhadap pentingnya sistem informasi akuntansi bagi usahanya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh sosial bukan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi keinginan UMKM dalam menerapkan SAK EMKM.

Diskusi Pengaruh dari Kondisi yang

Mendukung Terhadap Minat Penggunaan SAK EMKM

Kondisi yang mendukung didefinisikan sebagai sejauh mana seorang individu percaya bahwa infrastruktur organisasi dan teknis ada untuk mendukung sistem, seperti keterampilan, pengetahuan, kemampuan dan sumber daya (Venkatesh et al., 2003, Zhou et al. 2010). Dalam penelitian ini variabel kondisi yang mendukung menjadi prediktor paling kuat terhadap minat penggunaan SAK EMKM.

Hipotesis keempat dalam studi ini menyatakan bahwa kondisi yang mendukung berpengaruh positif terhadap penerapan SAK EMKM. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai

Referensi

Dokumen terkait

a) Bankruptcy Prediction Model for All Banks are: MP-6, MP-12 and MP-24 b) Bankruptcy Prediction Model for the Banks Group are: MP-BK and MP-BB. 6) Variables of RP, RK and

Dari hasil penelitian dan wawancara kepada pengurus koperasi Namita Di SMP 1 Gandapura bahwa upaya-upaya yang diterapkan dalam meningkatkan sertamengembangkan usaha