Pendidikan Eko-Teologi dalam
Spiritualitas Hijau: Praktik Baik Green Religion Menuju Transformasi
Keberagamaan Ramah Lingkungan
Latar Belakang
• Krisis ekologis global: perubahan iklim, degradasi alam, eksploitasi sumber daya.
• Pendekatan spiritual & teologis dibutuhkan, bukan hanya teknis- ekonomi.
• Konteks Indonesia: plural agama → kekuatan lintas iman dalam tanggung jawab ekologis.
• Islam ada Konsep Khalifah fil Ardhi, Kristen ada konsep Alam
semesta adalah tubuh Allah, Hindu dan Buddha ada konsep Ahimsa dan Karma, Kpercayaan Lokal seperti Sunda Wiwitan, Bali, dan
Dayak ada konsep tentang alam bagian dari Tuhan.
Agenda
• Eco-teologi: jembatan iman & kesadaran ekologis (Ernst Conradie, 2006): eco-teologi berperan dalam merefleksikan secara kritis
relasi manusia dan alam dalam terang iman keagamaan. Eco- teologi mendorong umat beragama untuk melihat bumi bukan
hanya sebagai sumber daya ekonomi, tetapi sebagai ciptaan yang sakral dan layak diperlakukan dengan hormat dan cinta kasih.
• Pendidikan agama harus adaptif terhadap isu global (Giuliano, 2022): pendidikan agama masa kini perlu memperluas
orientasinya tidak hanya pada aspek doktrinal dan moral, tetapi juga pada tanggung jawab kolektif dalam merespons isu-isu
global seperti krisis lingkungan, kemiskinan, dan ketimpangan
sosial.
Permasalah
an Saat Ini
Kesenjangan antara nilai religius
& praktik ekologis
Pendidikan agama: masih fokus pada aspek ritual-doctrinal
Minim integrasi nilai ekoteologi dalam kurikulum & praktik belajar Krisis ekologis berlanjut:
deforestasi, polusi, abrasi,
pencemaran laut & udara
Fakta Krisis Ekologis di Indonesia
• Deforestasi: Papua, Kalimantan (Margono et al., 2016)
• Karhutla 2015 → dampak lintas negara
• Abrasi pantai Jakarta, kerusakan mangrove (Arifanti et al., 2022)
• Polusi laut: 620.000 ton plastik/tahun (Humas, 2024)
• Kualitas udara Jabodetabek terburuk 2023–2024
Mengapa Perlu
Pendidikan Ekoteologi
• Mengatasi krisis spiritual & ekologis secara bersamaan
• Menumbuhkan generasi religius, tangguh, dan visioner
• Membangun spiritualitas hijau: iman yang berpihak pada bumi
• Menjadikan pendidikan agama sebagai agen transformasi sosial
Rumusan Masalah
Umum: Menggali dan mengarusutamakan nilai-nilai ekoteologis dalam pendidikan agama di Indonesia sebagai respons terhadap krisis ekologis dan spiritual.
Khusus
1. Identifikasi nilai ekoteologis dalam berbagai agama
2. Telaah integrasi ekoteologi dalam kebijakan & praktik pendidikan
3. Dokumentasi praktik baik (best practice) pendidikan ekoteologi
4. Rekomendasi kebijakan & penguatan kolaborasi antar lembaga
5. Narasi lintas iman: membangun budaya keberagamaan ekologis
1. Mengapa pendidikan ekoteologi penting diintegrasikan?
2. Apa tantangan kesenjangan
religiusitas vs kesadaran ekologis?
3. Bagaimana praktik baik pendidikan ekoteologi diterapkan lintas agama?
4. Bagaimana mengembangkan model pendidikan ekoteologis?
Tujuan
Harapan &
Dampak
1. Terwujudnya pendidikan agama berwawasan lingkungan
2. Spiritualitas cinta terhadap ciptaan
3. Generasi religius dengan kesadaran ekologis tinggi
4. Pendidikan agama sebagai pilar keberlanjutan
Kerangka Teoretik
Tujuan:
1. Merumuskan dasar konseptual bagi pengembangan pendidikan ekoteologi.
2. Menjelaskan relasi antara spiritualitas, agama, dan ekologi.
3. Menggali praktik keagamaan lintas iman dalam merawat bumi (green religion).
4. Menawarkan arah kurikulum pendidikan berbasis ekoteologi.
Konteks Krisis Ekologis
• Perubahan iklim & kerusakan ekosistem akibat keserakahan manusia.
• Krisis spiritualitas ekologis di masyarakat modern.
• Kebutuhan pendekatan transformatif berbasis nilai keagamaan.
Landasan Ekoteologi
1. Studi teologis tentang relasi manusia, Tuhan, dan alam.
2. Menekankan keutuhan ciptaan (creation care).
Tokoh Penting:
• Sallie McFague: Teologi sebagai tubuh Allah (body of God).
• Leonardo Boff: Keterpanggilan spiritual untuk merawat bumi.
• Thomas Berry: “The Earth is a communion of subjects, not a collection of objects.”
• Sayed Husen Nasr
Ekospiritualitas dan Green Religion
• Ekospiritualitas: Penghayatan iman yang terintegrasi dengan kesadaran ekologis.
• Green Religion: Praktik keagamaan yang
mendorong pelestarian alam, Tindakan konkret
berbasis ajaran dan etika lingkungan
Pandangan Agama-agama
Islam:
• Konsep khalifah, rahmatan lil ‘alamin, haram merusak bumi.
• Praktik: EcoMasjid, Green Hajj, Majelis Dzikir Alam.
Kristen
•Creation care, Green Theology.
•Paus Fransiskus: Laudato Si’ (2015) – seruan ekologi integral.
Hindu:
• Tri Hita Karana, Tat Twam Asi, pemujaan unsur alam Buddha:
• Paticca Samuppada (hukum saling ketergantungan).
• Compassion terhadap semua makhluk.
Spiritualitas Lokal:
• Tana’ Ulen, hutan adat, kearifan Nusantara, sunda wiwitan, Aboge, Dayak, Bali, dll
Pendekatan Pendidikan Ekoteologi
Normatif-Teologis:
•Menekankan nilai, doktrin, dan etika keagamaan terhadap alam.
Praksis-Kontekstual:
•Menyusun strategi pendidikan berbasis konteks sosial dan ekologis.
•Mendorong aksi nyata: advokasi, rekonstruksi kurikulum, dll.
Kebutuhan Model Pendidikan
Ekoteologi
1. Mengintegrasikan iman, ilmu, dan aksi lingkungan.
2. Menjadi jembatan antara wacana teologis dan gerakan sosial.
3. Melahirkan kesadaran ekologis lintas agama dan budaya.
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY
Jadi:
Agama dan spiritualitas memiliki potensi besar untuk merespons krisis ekologis.
Pendidikan ekoteologi menjadi jalan transformasi kesadaran ekologis.
Praktik green religion menunjukkan model konkret lintas iman.
Diperlukan pendekatan kurikuler yang integratif dan partisipatif.
Lantas?
• Bagaimana kita membumikan pendidikan ekoteologi dalam konteks lokal?
• Peran apa yang bisa dimainkan lembaga pendidikan agama?
Metode Penelitian
Pendekatan:
Kualitatif deskriptif dengan analisis naratif Jenis Penelitian:
Studi eksploratif atas praktik spiritualitas hijau lintas agama
Teknik Pengumpulan Data:
Studi pustaka (literatur ekoteologi & moderasi beragama)
Wawancara mendalam (tokoh agama, aktivis lingkungan, pendidik)
Observasi partisipatif (komunitas iman yang menjalankan praktik hijau)
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA
Lokasi / Setting:
Komunitas lintas iman, lembaga pendidikan agama di Indonesia yang menjalankan green religion (contoh: Pesantren Hijau, Gereja Peduli Lingkungan, Ashram Hindu, dll.)
•Triangulasi sumber & metode
•Konfirmasi hasil dengan informan
•Audit trail (jejak interpretatif)
Validitas Data:
Teknik Analisis Data:
•Reduksi data
•Kategorisasi tematik
•Penarikan makna & integrasi konsep (ekoteologi–
spiritualitas–pendidikan)
Realitas
Ekoteologi
1. Islam: pesantren ramah lingkungan, bank sampah masjid
2. Kristen: teologi ciptaan, ekokatekese
3. Hindu-Buddha: sakralisasi alam, ritual pelestarian
4. Lintas iman: tanam pohon, kamp lingkungan, doa
bersama
Praktik Green Religion
1. Ajaran ekoteologis ada di semua agama besar 2. Belum tergarap dalam pendidikan formal, dan
non formal
3. Ada ketimpangan antara ajaran & aksi nyata
Model Integrasi Pendidikan Ekoteologi
Level Kognitif: kurikulum agama &
ekologi
Level Afektif: nilai kepedulian dan tanggung jawab
Level Praktik: proyek aksi lingkungan
berbasis iman
Implikasi
1. Akademik: perluasan cakupan studi agama
2. Pendidikan: kurikulum lintas nilai & kontekstual 3. Sosial: penguatan komunitas iman yang ekologis
4. Kebijakan: arah baru dalam pembangunan umat beragama berwawasan ekoteology