• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Tradisi Lokal Solo Sebagai Upaya Peningkatan Kesadaran Sejarah bagi Generasi Muda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Tradisi Lokal Solo Sebagai Upaya Peningkatan Kesadaran Sejarah bagi Generasi Muda"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

DOI 10.33087/dikdaya.v13i2.513

439

Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Tradisi Lokal Solo Sebagai Upaya Peningkatan Kesadaran Sejarah bagi Generasi Muda

I Made Ratih Rosanawati1, Sri Marmoah2, Farida Nurhasanah3

1Universitas Veteran Bangun Nusantara, Sukoharjo

2,3Universitas Sebelas Maret, Surakarta Correspondence Email: imet.made@gmail.com

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mendeskripsikan tentang bentuk tradisi lokal yang dianut oleh masyarakat Kota Solo, 2) untuk mendeskripsikan karakter apa sajakah yang ada di dalam tradisi lokal yang dianut oleh masyarakat Kota Solo, dan 3) untuk menganalisis relevansi kajian tradisi lokal dengan upaya peningkatan kesadaran sejarah bagi generasi muda di Kota Solo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, sehingga dalam menjawab rumusan masalah harus dilakukan melalui pengkajian secara teoretik maupun empirik.

Kajian teoretik menggunakan studi pustaka dan literatur yang relevan, data yang diperoleh di lapangan, disertai dengan tehnik trianggulasi data. Penelitian kualitatif ini proses analisis dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Nilai kearifan tradisi lokal memegang fungsi penting bagi pembentukan karakter pada generasi muda, bisa memunculkan sikap yang menjunjung tinggi nilai serta kearifan lokal. Nilai kearifan lokal berpotensi dapat menyadarkan generasi muda akan pentingnya meningkatkan kesadaran sejarah demi terwujudnya persatuan dan kesatuan karena sadar akan perannya bagi Bangsa Indonesia.

Kata kunci: Tradisi lokal, nilai karakter, dan kesadaran sejarah.

Abstract: The purpose of this study is 1) to describe the form of local traditions adopted by the people of Solo, 2) to describe what characters exist in the local traditions adopted by the people of Solo, and 3) to analyze the relevance of local tradition studies to efforts to increase historical awareness for the younger generation in Solo. This research uses qualitative descriptive methods, so that in answering the formulation of the problem must be done through theoretical and empirical studies. Theoretical studies use literature studies and relevant literature, data obtained in the field, accompanied by data triangulation techniques. This qualitative research analysis process is carried out simultaneously with the data collection process. The value of local tradition wisdom plays an important function for character building in the younger generation, can bring out attitudes that uphold local values and wisdom. The value of local wisdom has the potential to make the younger generation aware of the importance of increasing historical awareness for the realization of unity and unity because they are aware of their role for the Indonesian nation.

Keywords: Local traditions, character values, and historical awareness.

PENDAHULUAN

Manusia adalah makluk yang dibekali cipta, rasa, dan karsa sehingga mampu menciptakan kebudayaan untuk menunjang kehidupannya. Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar (Koentjaraningrat, 2003:72). Setiap daerah pastinya mempunyai corak yang memperlihatkan ciri khasnya, dan hal ini bisa dilihat dari berbagai bentuk kegiatan sehari-hari masyarakat pendukungnya, hal inilah yang disebut dengan kebudayaan lokal atau kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat suatu daerah tertentu. Kebudayaan daerah merupakan kebudayaan asli yang telah lama ada dan berkembang pada suatu daerah tertentu serta diwariskan secara turun temurun kepada generasi berikutnya.

Kebudayaan daerah tercermin kedalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah Indonesia yang mana setiap daerah memiliki ciri khas adat dan tradisi yang berbeda (Koentjaraningrat, 2003:89). Wujud kebudayaan terbagi menjadi 3, yaitu; (1) Kesatuan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan; (2) sistem social yaitu aktivitas serta tindakan berpola yang dilakukan manusia dalam suatu masyarakat tertentu; (3) material sistem (artefak) misalnya kesatuan benda-benda hasil karya manusia yang bisa dilihat dan diraba.

Tradisi merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang masih dilaksanakan oleh masyarakat tertentu. Tradisi diteruskan oleh masyarakat pendukungnya dari generasi ke generasi.

Sekelompok masyarakat tertentu pastinya akan melestarikan adat dan tradisi kelompoknya,

(2)

440

karena jika tidak dilaksanakan akan timbul kekawatiran kalau “terjadi musibah”. Sehingga adat dan tradisi masyarakat tersebut akan selalu dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab agar selalu mendapatkan kebaikan dan keselamatan. Nilai kearifan lokal tradisional yang terdapat pada tradisi dapat dihargai kalau nilai tersebut dikenali dengan baik oleh generasi muda.

Nilai-nilai kearifan budaya lokal itu jika tidak dijaga dan dipelihara, dikhawatirkan secara berangsur-angsur akan mengalami proses kepunahan. Salah satu upaya untuk menjaganya adalah melalui pemanfaatan budaya lokal dalam proses pembelajaran di sekolah.

Dunia pendidikan perlu dipacu untuk secara terencana dan terarah melahirkan manusia- manusia budaya yang sadar, terdidik, dan berkualitas (Tilaar, 2002: 98). Tidak bisa dimungkiri masih banyak generasi muda di Indonesia yang tidak mengenal potensi serta kekayaan alam dan budaya di daerahnya masing-masing. Dengan memasukkan pembelajaran berbasis kearifan lokal, maka generasi muda akan mengenal lebih dekat dan detail tentang kebudayaan Indonesia pada umumnya dan akan lebih peduli terhadap kebudayaan daerah di sekitanya. Kearifan lokal ini juga dapat digunakan sebagai modal untuk membentuk karakter luhur bangsa yang telah sejak dulu dimiliki.

Tradisi merupakan salah satu unsur budaya yang mengikat kuat bagi sekelompok masyarakat tertentu. Masyakarat akan hidup berdampingan meski setiap daerah mempunyai adat dan tradisi sendiri-sendiri. Semakin berkembangnya peradaban masyarakat, ternyata tradisi lokal ini masih terus dilestarikan dan dilaksanakan oleh masyarakat pendukungnya. Mereka yang melestarikan tradisi yang telah ada, bahkan akan disesuaikan dengan perkembangan zaman tanpa merusak nilai dan makna tradisi tersebut. Mengacu pada kriteria kearifan lokal dan kebijaksanaan tersebut, kita bisa melakukan kontrol agar tradisi itu tetap dilakukan dalam koridor kearifan lokal yang sesungguhnya. Sehingga kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akan selalu berjalan beriringan dan harmonis dengan beragam keunikan khas masing-masing daerah.

Tradisi lokal yang berakar dari kearifan lokal suatu daerah tentunya harus dilestarikan agar tidak terjadi perpecahan bangsa. Pada era globalisasi, kecanggihan teknologi, dan kemudahan mengakses informasi tentunya ada dampak buruk dan negatifnya. Sehingga kita perlu menghadapai era globalisasi ini dengan arif dan bijaksana. Era globalisasi dimana kehidupan antar bangsa hampir terlihat tanpa batas, maka perlu adanya kearifan lokal yang mampu menumbuhkan rasa cinta tanah air sehingga masyarakat Indonesia mampu menyaring adat budaya asing yang tidak sesuai dengan kearifan lokal masyarakat Indonesia. Perlu ditekankan cerita rakyat setiap masyarakat Indonesia terutama generasi muda agar mereka mencintai tanah air dan memiliki karakter yang sesuai dengan kebribadian bangsa dan tidak terpengaruh budaya luar yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, serta tidak mudah terpecah belah.

Menumbuhkan kesadaran sejarah kepada generasi milenial harus dilakukan dengan caracara yang kreatif dan inovatif agar mudah diterima. Sebelum mempersoalkan cara dan strategi pembelajarannya, sesungguhnya ada persoalan lain yang harus menjadi perhatian bersama yaitu bahan ajar dan sumber referensi yang dijadikan rujukan. Kita sering dihadapkan pada persoalan sejarah controversial terutama sejarah kontemporer yang berbeda dengan buku ajar di sekolah.

Antara sejarah yang diingat, sejarah yang dibuat, dan sejarah yang ditemukan seringkali tumpang tindih dan muncul ke permukaan secara bersamaan (Warto, Disampaikan dalam acara Diskusi Sejarah dengan tema “Internalisasi Nilai-Nilai Sejarah sebagai Upaya Meningkatkan Rasa Nasionalisme dan Sadar Sejarah kepada Generasi Muda”.

Sikap nasionalisme generasi muda saat ini terutama pada peserta didik ini mulai berkurang. Sementara di dalam praktik langsung masyarakat kurangnya antusias generasi muda.

Hal ini terluhat saat upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI banyak tidak diikuti para generasi muda Indonesia. Kadang kala, kurangnya aroma kemerdekaan itu bukan saja terasa di sekolah melainkan di kampus juga begitu terasa kurangnya spirit nasionalisme generasi muda Indonesia.

Tindakan konkret lain adalah dimana merupakan pengaruh globalisasi yang membawa dampak buruk terhadap nasionalisme

(3)

441

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini akan memfokuskan masalah yang berkaitan dengan “Kajian Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Tradisi Lokal Solo dan Relevansinya Sebagai Upaya Peningkatan Kesadaran Sejarah bagi Generasi Muda”. Dalam penelitian ini, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimanakah bentuk tradisi lokal yang dianut oleh masyarakat Kota Solo ? Nilai-nilai karakter apa sajakah yang ada di dalam tradisi lokal dan dianut oleh masyarakat Kota Solo? Bagaimanakah relevansi kajian tradisi lokal dengan upaya peningkatan kesadaran sejarah bagi generasi muda di Kota Solo?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan benyuk tradisi lokal yang dianut oleh masyarakat Kota Solo, untuk mendeskripsikan karakter apa sajakah yang ada di dalam tradisi lokal dan dianut oleh masyarakat Kota Solo, untuk mendeskripsikan dan menjelaskan relevansi kajian tradisi lokal dengan upaya peningkatan kesadaran sejarah bagi generasi muda di Kota Solo.

LANDASAN TEORI Pendidikan Karakter

Kamus Besar Bahasa Indonesia kata karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin

“Charakter”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak Sedangkan secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Maka perlu adanya pendidikan karakter terhadap generasi muda, karena pendidikan karakter merupakan suatu usaha manusia secara sadar dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya (UU N0. 20 Tahun 2003).

Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang di dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut.

Pendidikan karakter (character education) sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral dimana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus- menerus guna penyempurnaan diri kearah hidup yang lebih baik.

Tradisi

Secara etimologi, kata “tradisi” berasal dari bahasa latin “traditio” yang berarti diteruskan atau kebiasaan, tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian kehidupan sekelompok masyarakat, dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama.

Tradisi merupakan keseluruhan benda material dan gagasan yang berasal dari masa lalu dan sampai sekarang masih ada, tidak dibuang, atau dilupakan.

Tradisi adalah pewarisan atau penerusan norma adat istiadat, kaidah, harta, meskipun demikian tradisi tersebut bukanlah sesuatu yang tidak dapat diubah. Menurut Hasan Hanafi (Hakim, 2003:29) mendefinisikan bahwa tradisi merupakan segala warisan masa lampau yang masuk pada kebudayaan sekarang yang berlaku. Hal ini berarti bahwa, tradisi merupakan segala sesuatu yang diwariskan oleh masa lalu tetapi masih berwujud dan berfungsi pada masa sekarang.

Tradisi memperlihatkan bagaimana anggota masyarakat berperilaku, baik dalam kehidupan duniawi maupun terhadap hal yang gaib.

Shils (Sztompka, 2007: 74) menyatakan bahwa tradisi adalah kebijakan turun temurun yang gagasan serta materialnya dapat digunakan orang untuk membangun masa depan, memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup serta keyakinan maupun aturan yang sudah

(4)

442

ada, menyediakan simbol identitas kolektif yang memperkuat loyalitas primordial terhadap kelompok, dan berfungsi dalam membantu menyediakan tempat pelarian dari ketidakpuasan dan kekecewaan kehidupan modern.

Tradisi juga merupakan suatu sistem yang menyeluruh, yang terdiri dari cara, aspek dan pemberian arti laku ujaran, laku ritual, dan beberapa jenis laku lainnya dari manusia atau sejumlah manusia yang melakukan tindakan satu dengan yang lain. Unsur terkecil dari sistem tersebut adalah simbol. Simbol meliputi simbol konstitutif (yang berbentuk kepercayaan), simbol penilaian norma, dan sistem ekspresif. Dapat disimpulkan bahwa tradisi adalah kebiasaan, yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat.

Dalam tradisi, ada informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya baik secara tertulis maupun secara lisan sehingga tradisi ini tidak dapat punah.

Urgensi Kesadaran Sejarah

Kesadaran sejarah sangat penting diberikan kepada generasi muda karena mereka adalah generasi penerus bangsa yang mempuyai sikap kesadaran sejarah untuk mengamankan, memelihara, mengembangkan, dan mewariskan budaya. Timbulnya kesadaran sejarah pada generasi muda diharapkan dapat menghayati dan menghargai nilai luhur, budaya, jasa para pahlawan dan peninggalan sejarah yang penting siswa dapat menjaga dan melestarikan peninggalan tersebut.

Sejarah merupakan cerita tentang pengalaman kolektif suatu komunitas atau nasion di masa lampau. Pada pribadi pengalaman membentuk kepribadian seseorang dan sekaligus menentukan identitasnya. Proses serupa terjadi pada kolektivitas, yakni pengalaman kolektifnya atau sejarahnyalah yang membentuk kepribadian nasional dan sekaligus identitas nasionalnya.

Bangsa yang tidak mengenal sejarahnya dapat diibaratkan seorang individu yang telah kehilangan memorinya, ialah orang yang pikun atau sakit jiwa, maka dia kehilangan kepribadian atau identitasnya (Kartodirdjo, 1993: 50). Dengan demikian kesadaran sejarah merupakan kondisi kejiwaan yang menunjukkan tingkat penghayatan pada makna dan hakekat sejarah bagi masa kini dan bagi masa yang akan datang, menyadari dasar pokok bagi berfungsinya makna sejarah dalam proses pendidikan.

Menurut Suyatno Kartodirdjo (1989: 1-7), kesadaran sejarah pada manusia sangat penting artinya bagi pembinaan budaya bangsa. Kesadaran sejarah dalam konteks ini bukan hanya sekedar memperluas pengatahuan, melainkan harus diarahkan pula kepada kesadaran penghayatan nilai- nilai budaya yang relevan dengan usaha pengembangan kebudayaan itu sendiri. Kesadaran sejarah dalam konteks pembinaan budaya bangsa dalam pembangkitan kesadaran bahwa bangsa itu merupakan suatu kesatuan sosial yang terwujud melalui suatu proses sejarah, yang akhirnya mempersatukan sejumlah nasion kecil dalam suatu nasion besar yaitu bangsa.

METODE PENELITIAN

Metode pada penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data pada penelitian ini berasal dari sumber tertulis dan lisan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan studi dokumen. Teknik validitas data menggunakan triangulasi sumber. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data interaktif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Generasi muda harus selalu terkontrol kehidupan sosialnya agar mereka mampu mengikuti perkembangan zaman yang tidak kebablasan dan mempunyai kebebasan yang bertanggung jawab berdasarkan nilai dan prinsip kehidupan. Pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai hidup dapat tercermin dalam pendidikan karakter, dimana proses pendewasaan individu dimulai dari

(5)

443

lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Generasi muda harus mampu menempatkan pendidikan karakter sebagai suatu kekuatan bangsa, maka kebijakan dan implementasi pendidikan harus berbasis karakter dalam rangka membangun bangsa ini.

Identitas serta Karakter bangsa tercipta karena adanya keanekaragaman budaya lokal yang menjadikan bangsa ini lebih bermartabat dan penuh toleransi. Generasi muda perlu belajar pada nilai-nilai tradisi lokal yang didalamnya terdapat kearifan lokal sebagai dasar bersikap dan berperilaku. Budaya dan tradisi lokal inilah yang membentuk jati diri bangsa hingga menjadikan bangsa ini berkarakter. Era globalisasi yang tidak mungkin kita elakkan harus dihadapi dengan secara bijak, generasi muda harus berpegang teguh pada kearifan lokal agar tercipta masyarakat yang aman dan damai serta berkepribadian. Menggali kearifan lokal perlu dilakukan secara terus menerus untuk mempertahankan identitas bangsa agar tidak bergeser. Upaya menemukan identitas bangsa yang baru atas dasar tradisi dan kearifan lokal merupakan hal yang penting demi penyatuan kebudayaan bangsa atas dasar identitas sejumlah etnik yang ada di Indonesia.

Tradisi lokal yang berkembang pada masyarakat memiliki kekuatan yang mampu mengontrol, membentuk dan mencetak individu, sehingga dalam membentuk karakter manusia paling tepat menggunakan pendekatan budaya. Manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial, menganut sebuah tatanan atau sistem yang menjadi landasan kehidupan masyarakat. Sebagai individu, manusia memiliki karakter, sedangkan sebagai makhluk sosial dituntut bertindak sesuai etika dan moral yang berlaku. Tradisi lokal merupakan bagian terdalam dari diri manusia yang mempengaruhi tingkah laku, baik sebagai individu ataupun sebagai makhluk sosial.

Generasi muda hidup dalam masyarakat yang semakin plural yang rawan akan konflik, semakin banyak perbedaan, maka potensi konflik semakin besar, inilah pentingnya tradisi lokal dalam membina dan memupuk karakter generasi muda agar tidak tergerus zaman. Tradisi lokal mampu membuat tingkah laku manusia menjadi baik dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran.

Tradisi lokal tidak dapat dilepaskan dalam upaya mencetak generasi yang bertanggung jawab dan membentuk kondisi masyarakat yang sejahtera.

Laju perkembangan sains dan tekhnologi belakangan ini telah mengantar masyarakat kedalam gerbang perubahan yang sangat drastis. Setiap lini dan dimensi dalam kehidupan bermasyarakat telah dirambah, sehingga hal tersebut memberikan dampak terhadap perkembangannya. Perubahan yang diakibatkan oleh perkembangan sains dan tekhnologi tersebut seakan membentuk masyarakat yang konsumtif dan penuh ketergantungan, selain itu pula perubahan tingkah laku dan cara pandang pun tidak luput dari pengaruh perkembangannya. Salah satu hal positif yang dapat kita rasakan yakni, mudahnya akses informasi dan proses administratif yang selalu ditawarkan oleh perkembangan tekhnologi tersebut dan hal-hal lain yang berhubungan dengan akses kemudahan dalam beraktifitas yang disebabkan oleh tekhnologi yang semakin canggih. Disamping itu, terdapat dampak negative yang telah dilahirkan oleh perkembangan sains dan teknologi.

Nilai-nilai kearifan lokal dimaksud, sangat penting untuk dikaji dan diangkat ke permukaan, sebab nilai-nilai kearifan lokal yang dimuat di dalamnya masih sangat relevan untuk menghadapi kehidupan masa kini, begitu juga pada masa yang akan datang dalam era modern. Oleh karena itu sangat penting mengajarkan nilai-nilai kerifan lokal kepada seorang anak agar mereka memiliki karakter yang baik. Tata krama ataupun sopan santun hendaknya tidak hilang dalam diri kita.

Orang yang sopan akan disenangi oleh orang lain. Pola asuhan dalam budaya Jawa adalah pengasuhan dengan menampilkan orang tua sebagai model yang menghargai, menghormati, dan mengingatkakan, memimpin sesuai dengan budaya itu yaitu sopan mendidik anak, sehingga mencetak anak yang berkarakter sopan.

Penanaman nilai-nilai kearifan lokal melalui tradisi lokal dan cerita rakyat dapat memberikan dampak yang positif terhadap proses pembentukan karakter anak usia dini sampai pada generasi muda yang bisa membawa anak meraih sebuah kesuskseannya. Karakter yang

(6)

444

dimiliki oleh anak mencerminkan perilaku yang baik, anak mampu berperilaku jujur, tegas, dapat menghormati dan menghargai orang lain, dan memiliki rasa malu yang tinggi, sebagaimana yang diajarkan oleh orang tua mereka. Dengan penanaman karakter melalui tradisi lokal dan cerita rakyat yang berkembang di masyarakat, hal tersebut bisa dilihat dari kepribadian dari anak-anak yang mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Karakter yang terbentuk dari pola asuhan mereka telah mengantarkan anak-anak mereka menjadi manusia yang beradab, berbudi luhur dan berkepribadian baik. Diharapkan perilaku yang ditunjukan sangat baik yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari mereka sehingga mereka dianggap keluarga terpadang dan sangat dihargai oleh anggota masyarakat lainnya dan mampu berinteaksi dengan baik saat berinteraksi dengan masyarakat luas.

SIMPULAN

Kecerdasan sikap yang memungkinkan terbentuknya nilai-nilai luhur bangsa atas anak didik atau generasi muda, yaitu, jujur, sikap jujur terhadap sesama mahluk akan menciptakan suatu tatanan kehidupan sosial yang harmonis, karena sifat tersebut bisa membuat masyarakat yang lainnya terpengaruh pada sifa-tsifat yang tidak merusak sistem sosial yang telah tertata rapi dalam lingkungan masyarakat. Jujur mengandung empat unsur yakni, jujur kepada Tuhan, jujur terhadap diri sendiri, jujur tehadap sesama manusia dan jujur tehadap sesama ciptaan yang maha Pencipta.

Tegas, diartikan konsep ini bahwa kita sebagai umat manusia harus bisa tegas dalam setiap tindakan dan ucapan. Apalagi dalam hal berbicara dengan orang banyak. Saling menghargai yaitu mengakui segala hak tanpa memandang status social. Ini bisa juga diartikan sebagai rasa kepedulian sesama dan merupakan sifat yang tidak saling membeda-bedakan.

DAFTAR PUSTAKA

Daniah. (2020) “Kearifan Lokal (Local Wisdom) Sebagai Basis Pendidikankarakter”. Jurnal Ar-Raniry.ac.id

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Kartodirdjo, S. (1993). “Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah”. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

________________. (1992). Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

________________. (1989). “Fungsi Sejarah dalam Pembangunan Nasional”, dalam Historika No.1 Tahun I. Surakarta: Program Pasca Sarjana Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta KPK Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jurnal UNY “Istoria”, Volume 12 No 1

Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu Antropologi (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Shavab, O., A., K. (2020) “Ngarumat Tradisi, Ngamumule Sajarah: Penguatan Karakter Siswa Melalui Kearifan Lokal Tradisi Misalin Di Cimaragas”. HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, 3 (2).

Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan pendidikan Karakter Stztompka, P. (2007). Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta; Persada.

Kartodirdjo, S. (1993). Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Setiadi, dkk. (2006). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.

Tilaar, H.A.R. (2004). Paradigma Baru Pendidikan Nasional.cetakan kedua. Jakarta:

Rineka Cipta.

Warto. (2017). Disampaikan dalam acara Diskusi Sejarah dengan tema “Internalisasi Nilai- Nilai Sejarah sebagai Upaya Meningkatkan Rasa Nasionalisme dan Sadar Sejarah kepada Generasi Muda”.

Referensi

Dokumen terkait

Jurnal Pendidikan Tambusai 9901 Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Menumbuhkan Kesadaran Nasionalisme pada Generasi Muda di Era Globalisasi Nur Laeli Asyahidah1, Dinie