• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KESEHATAN HIV dan AIDS - Repository UMJ

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PENDIDIKAN KESEHATAN HIV dan AIDS - Repository UMJ"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

Salah satu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu hamil tentang kesehatan adalah pendidikan kesehatan. Dengan demikian, kelas ibu hamil diharapkan dapat menjadi wadah pendidikan kesehatan bagi ibu hamil.

Alat bantu dan Media Pendidikan Kesehatan Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan

Penggunaan alat bantu pendidikan akan memberikan pengalaman tidak langsung atau langsung kepada peserta didik. Oleh karena itu, penggunaan alat pendidikan kesehatan HIV yang tepat pada kelas ibu hamil akan memperjelas pesan-pesan yang disampaikan kepada ibu hamil sehingga ibu hamil dapat memahami dan memahaminya dan pada akhirnya akan muncul kesadaran untuk berperilaku hidup sehat dalam rangka pencegahan. transfer. dari HIV dan AIDS.

Gambar 1.1 Kerucut Edgar Dale
Gambar 1.1 Kerucut Edgar Dale

KONSEP DASAR HIV DAN AIDS

Pengertian HIV dan AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus RNA yang khusus menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan menyebabkan AIDS. Ketika sistem kekebalan terlalu lemah, tubuh tidak dapat melawan kuman yang biasanya tidak menyebabkan penyakit.

Tanda, Gejala dan Risiko HIV 1. Gejala infeksi tahap awal

Gejala infeksi HIV stadium akhir disebut juga gejala AIDS, yaitu penurunan berat badan yang cepat, diare kronis, batuk, sesak napas (infeksi paru-paru, tuberkulosis yang meluas), bercak atau bisul berwarna merah muda atau ungu (kanker kulit yang telah menyebar) yang disebut sarkoma Kaposi ), pusing, kebingungan, infeksi otak. Berbagai gejala AIDS umumnya tidak terjadi pada orang yang memiliki daya tahan tubuh yang baik.

Penularan HIV HIV menular melalui

Darah: penularan darah dapat terjadi melalui transfusi darah dan produknya (plasma, trombosis) dan perilaku penyuntikan yang tidak aman di kalangan pengguna narkoba suntik (IDU/IDU). Dari ibu ke anak: Ini terjadi di dalam rahim melalui plasenta yang terinfeksi, melalui cairan seksual saat melahirkan dan selama menyusui melalui menyusui. Kemungkinan penularan dari ibu ke anak (Mother-to-Child Transmission) berkisar antara 25-40%, artinya dari setiap 10 kehamilan ibu HIV-positif, kemungkinan lahir 3-4 bayi HIV-positif.

Penelitian menunjukkan bahwa obat antiretroviral, operasi caesar, dan pemberian susu formula mengurangi kemungkinan penularan HIV dari ibu ke anak (MTCT). Jika pemberian makanan pengganti dapat diterima, mudah dilakukan, terjangkau, berkelanjutan dan aman, ibu yang terinfeksi HIV disarankan untuk tidak menyusui anaknya. Dari semua anak yang dianggap hidup dengan HIV, 2 juta anak (hampir 90%) tinggal di sub-Sahara Afrika.

Perilaku berisiko ini bisa jadi merupakan bagian dari riwayat seseorang yang diduga mengidap HIV/AIDS. Berbagi (sharing) jarum dan alat lain yang bersentuhan dengan darah dan cairan tubuh dengan orang lain.

Pencegahan HIV

Pencegahan dilakukan terhadap kelompok masyarakat berdasarkan perilaku kelompok tersebut dan potensi bahaya yang dihadapinya. Kegiatan mulai dari pencegahan berupa penyuluhan, promosi hidup sehat, edukasi hingga penggunaan alat pencegahan, yang dikemas sesuai dengan tujuan upaya pencegahan. Kelompok berisiko tertular adalah mereka yang berperilaku sedemikian rupa sehingga berisiko tinggi tertular HIV.

Kelompok ini meliputi pekerja seks, baik laki-laki maupun perempuan, klien pekerja seks, pengguna narkoba suntik dan pasangannya, waria. Kelompok rentan adalah kelompok orang yang karena rendahnya cakupan pekerjaan, lingkungan, ketahanan dan/atau kesejahteraan keluarga serta status kesehatan yang tidak stabil, rentan terhadap penularan HIV. Kelompok rentan meliputi masyarakat dengan mobilitas tinggi, baik sipil maupun militer, perempuan, pemuda, anak jalanan, pengungsi, ibu hamil, penerima transfusi darah dan tenaga kesehatan.

PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU

Penularan HIV dari ibu ke anak

Penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) adalah penularan HIV dari ibu yang terinfeksi HIV ke janin dalam kandungan. Risiko terbesar adalah penetrasi vagina atau dubur yang tidak terlindungi dari orang yang terinfeksi HIV. Penularan melalui darah dapat terjadi jika seorang ibu hamil pernah menerima donor darah yang tidak dilakukan skrining tes HIV secara cermat.

Virus ini dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama kehamilan, persalinan dan menyusui. Faktor utama yang berperan dalam penularan HIV dari ibu ke anak adalah faktor ibu, bayi/anak dan tindakan kebidanan.

Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke anak

Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) atau Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak (PMTCT) merupakan bagian dari rangkaian upaya pengendalian HIV-AIDS. Langkah awal yang paling efektif untuk mencegah penularan HIV pada bayi adalah dengan mencegah wanita usia subur agar tidak tertular HIV. Pendekatan pencegahan primer bertujuan untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak secara dini, bahkan sebelum melakukan hubungan seksual.

Dengan mencegah penularan HIV pada wanita usia subur dan ibu hamil, maka kita dapat menjamin pencegahan penularan HIV pada bayi. Program KB yang paling efektif bagi perempuan HIV positif adalah penggunaan salah satu bentuk kontrasepsi padat untuk mencegah kehamilan bersamaan dengan penggunaan kondom sebagai alat pencegahan penularan HIV. Semua penggunaan kontrasepsi harus dibarengi dengan penggunaan kondom sebagai alat pencegahan penularan HIV.

Jika bayi ibu tidak tertular HIV, sebaiknya tetap memikirkan masa depannya, karena kemungkinan besar ia akan segera menjadi yatim piatu dan yatim piatu. Diharapkan agar beliau bersikap bijak dan positif untuk selalu menjaga kesehatan dirinya dan anaknya serta berperilaku sehat agar tidak terjadi penularan HIV dari dirinya ke orang lain.

Tatalaksana ibu hamil dengan HIV

Tingkat HIV (viral load) yang tinggi mempengaruhi risiko penularan HIV dari ibu ke anak sebelum atau selama persalinan. durasi kerja; Semakin lama proses persalinan, semakin besar risiko penularan HIV dari ibu ke anak karena semakin lama kontak antara bayi dengan darah dan lendir ibu berlangsung. Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan meningkatkan risiko penularan hingga dua kali lipat dibandingkan bila ketuban pecah kurang dari 4 jam;

Tujuan penatalaksanaan ibu hamil dengan HIV adalah untuk mengurangi jumlah virus melalui pemberian Anti Retroviral (ARV). Pemberian ARV pada ibu hamil HIV (+) diberikan sedini mungkin tanpa menunggu 14 minggu (kesepakatan panel ahli tahun 2013). Bayi yang lahir dari ibu dengan HIV diberikan AZT selama 6 minggu dengan dosis 4 mg/kg setiap 12 jam.

Risiko penularan ke bayi relatif tinggi, 10-20% (kecuali ibu sudah rutin minum ARV dan viral loadnya tidak terdeteksi). Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa operasi caesar akan menurunkan risiko penularan HIV dari ibu ke bayi hingga 2%-4%, namun perlu diperhatikan faktor keamanan ibu pasca operasi caesar, ketersediaan dan jangkauan fasilitas pelayanan kesehatan. . yang memungkinkan operasi caesar dan biaya operasi caesar. .

Tatalaksana bayi dengan ibu HIV

Hal ini karena susu formula merupakan benda asing yang dapat menyebabkan perubahan lapisan dinding usus sehingga memudahkan virus HIV yang terdapat pada ASI untuk masuk ke aliran darah bayi. Ibu dengan HIV diperbolehkan memberikan susu formula kepada bayinya yang HIV atau tidak diketahui status HIV-nya, jika SEMUA persyaratan AFASS (Affordable/affordable, Feasible/mampu diterapkan,. Ibu (atau pengasuh) sepenuhnya mampu menyediakan susu formula yang cukup/memadai susu untuk menunjang tumbuh kembang anak.

Ibu (atau pengasuh) mengetahui cara menyiapkan susu formula dengan bersih dan cukup sering sehingga aman dan mencegah diare dan malnutrisi. Ibu (atau pengasuh) dapat memenuhi kebutuhan susu adaptasi secara eksklusif/terus menerus sampai bayi berusia 6 bulan. Keluarga dapat memberikan dukungan dalam proses pemberian susu formula yang baik; dan - Ibu (atau wali) memiliki akses ke Layanan.

Jika syarat pada poin 5 terpenuhi, pemberian ASI dihentikan dan susu formula diberikan dengan cara yang baik. Untuk berhenti menyusui, (setelah syarat pada poin 5 terpenuhi) bayi dapat langsung beralih sepenuhnya ke susu formula (agar tidak dicampur susu).

Stigma, Diskriminasi dan Dukungan Sosial 1. Stigma

  • Dukungan sosial

Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi, tidak hanya dalam pemberian nutrisi pada anak, tetapi juga pentingnya profilaksis antiretroviral dan kotrimoksazol pada anak. Implikasi stigma dan diskriminasi tidak hanya untuk orang atau kelompok tertentu, tetapi juga untuk keluarga mereka dan pihak lain yang terlibat dalam kehidupan mereka. UNAIDS mendefinisikan stigma dan diskriminasi terkait HIV sebagai karakteristik negatif yang diberikan kepada seseorang sehingga menimbulkan tindakan yang tidak pantas dan tidak adil terhadap orang tersebut berdasarkan status HIV-nya.

Rumah sakit dan petugas kesehatan menolak menerima ODHA atau menempatkan ODHA di kamar terpisah karena takut tertular. Karantina ODHA karena mereka percaya bahwa HIV-AIDS adalah kutukan atau hukuman Tuhan bagi orang yang berbuat dosa. Masalah sosial yang umumnya dihadapi ibu HIV-positif serupa dengan yang dihadapi oleh ODHA pada umumnya, yaitu stigma dan diskriminasi, depresi, pengucilan dari lingkungan sosial dan keluarga, masalah pekerjaan dan keuangan, serta masalah pola asuh.

Memberikan pendidikan dan pelatihan HIV/AIDS kepada anggota masyarakat, terutama tokoh-tokoh yang berperan dalam opini publik, dukun bayi, tenaga kesehatan, tokoh agama dan pengelola di industri swasta. Layanan PMTCT perlu melibatkan dan mendukung masyarakat setempat, mengintegrasikan intervensi PMTCT ke dalam perawatan antenatal (ANC, prenatal dan antenatal (ANC) untuk semua wanita).

DETEKSI DINI RISIKO HIV

Deteksi Dini Risiko HIV

Hasil tahapan tes individu (tes 1, tes 2 dan tes 3) dicatat dalam laporan hasil tes HIV, dilanjutkan dengan kesimpulan akhir tes yaitu “reaktif”, “non reaktif”. ", atau jika hasil tes pertama adalah "non-reaktif", tes kedua dan ketiga mengatakan "gagal" diikuti dengan kesimpulan akhir "non-reaktif". Kesimpulan akhir dari tes harus ditulis sebagai "reaktif ” dan “non-reaktif” daripada “positif” dan “negatif”.

Jika hasil pemeriksaan pertama reaktif, maka pemeriksaan kedua reaktif dan pemeriksaan ketiga masih reaktif, atau hasilnya tidak tentu, tetapi hasil akhirnya reaktif. Bila hasil pemeriksaan pertama non reaktif, atau hasil pemeriksaan pertama reaktif, maka hasilnya tidak tentu dengan hasil akhir non reaktif. Jika hasil reaktif dan non-reaktif ditemukan pada penapisan strategi III, hasilnya bisa dua kali reaktif atau dua kali non-reaktif.

Hasil pengujian harus menggunakan Strategi 3 secara berurutan, jika hanya 2 reagen uji yang digunakan, hasil tidak dapat dikeluarkan dan harus dilakukan uji lanjutan terhadap reagen ketiga. Hasil tes harus segera dicatat pada lembar tes HIV dengan menggunakan formulir hasil tes anti HIV dan ditandatangani oleh dokter sebelum hasilnya dikembalikan kepada konselor/dispatcher.

Tes HIV Atas Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan (TIPK)

Tes HIV di TIPK tidak dilakukan jika pasien menolak secara tertulis atau disebut juga opsi eksternal. Informasi pretest bersifat informatif dengan cara singkat dan sederhana serta dapat dilakukan secara individu/berpasangan/berkelompok. Ketika menerapkan pendekatan PITC, konseling pre-test yang biasanya diberikan pada VCT disederhanakan tanpa sesi pendidikan dan konseling yang lengkap. Semua pasien yang menjalani tes HIV harus menerima konseling pasca tes pada saat komunikasi hasil tes, terlepas dari hasil tes HIV mereka.

Wanita hamil dengan hasil tes HIV reaktif. kotrimoksazol dan terapi antiretroviral pada ibu - kotrimoksazol profilaksis dan terapi antiretroviral pada bayi - tes HIV diagnostik pada bayi. penyuluhan.

BIOGRAFI PENULIS

Gambar

Gambar 1.1 Kerucut Edgar Dale

Referensi

Dokumen terkait

Based on product trials that have been carried out by researchers on teachers at SMA Negeri 1 Bagan Sinembah 2 Indonesian language teachers, the product developed