• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SIEMPAT NEMPU KABUPATEN DAIRI 2022/2023

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PERAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SIEMPAT NEMPU KABUPATEN DAIRI 2022/2023"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

Adakah pengaruh peran guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam pencegahan tindak pidana pelajar di SMP N 1 Siempat Nempu. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan gagasan yang bermanfaat terkait dengan peningkatan peran guru di sekolah melalui pengaruh peran guru pendidikan pancasila dan PKn serta pencegahan tindak pidana di SMP Negeri 1 Siempat Nempu. Menambah pengetahuan dan wawasan penelitian mengenai pengaruh peran pancasila dan guru dalam pendidikan sosial dan pencegahan kenakalan siswa di SMP Negeri 1.

Ada berbagai peran dan tugas guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) seperti yang dikemukakan Mcleod sebagai berikut.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) memiliki tugas dan peran yang lebih dibandingkan dengan guru mata pelajaran lainnya, hal ini terkait dengan tanggung jawab untuk membentuk perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari sebagai warga negara yang baik. Tugas guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi menanamkan nilai-nilai yang diharapkan dapat dipahami, diwujudkan dan diwujudkan dalam perilaku baik siswa. Oleh karena itu, guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) harus dapat memanfaatkan fungsinya sebagai pembimbing moral, sikap dan memberikan dorongan yang lebih baik.

Salah satu langkah dalam penyusunan kurikulum 2013 adalah reorganisasi mata pelajaran Kewarganegaraan menjadi mata pelajaran Kewarganegaraan, dimana menurut Kurikulum 2013 Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang misinya adalah pengembangan peradaban Pancasila, diharapkan mampu membudayakan dan memberdayakan siswa. menjadi warga negara yang cerdas dan baik serta menjadi pemimpin bangsa dan Indonesia di masa depan yang amanah, jujur, cerdas dan bertanggung jawab. Secara umum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang menitikberatkan pada pembentukan individu yang beragam baik dari segi agama, sosial budaya, bahasa, umur dan suku bangsa menjadi warga negara yang cerdas, cakap, dan berkarakter sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila. dan UUD 1945. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan juga dapat diartikan sebagai sarana untuk mengembangkan dan memelihara nilai-nilai luhur dan moral yang berakar pada kebudayaan Indonesia.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan pentingnya nilai, hak dan kewajiban warga negara agar segala sesuatu yang dilakukan sejalan dengan tujuan dan cita-cita bangsa serta tidak menyimpang dari apa yang diharapkan. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang berhasil akan menghasilkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, warga negara Republik Indonesia diharapkan mampu “memahami”, menganalisis dan merespon permasalahan yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara secara mantap dan berkesinambungan sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasional. sebagaimana diuraikan dalam pembukaan UUD 1945.

Masalah-Masalah Yang Dialami Remaja

Melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, warga negara Republik Indonesia diharapkan mampu memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara secara konsisten dan berkesinambungan dalam cita-cita dan tujuan nasional. memahami", menganalisis dan menjawab. diatur dalam pembukaan UUD 1945. d) Masalah perilaku sosial. Tanda-tanda masalah perilaku sosial pada siswa dapat dilihat dari adanya diskriminasi terhadap mereka yang berbeda latar belakang ras, agama dan sosial ekonomi. e) Masalah moral. Masalah moral yang terjadi pada siswa ditandai dengan ketidakmampuan siswa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini dapat disebabkan oleh kontradiksi konsep benar dan salah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. f) Masalah keluarga.

Seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (dalam Mugiarso et al.), penyebab umum konflik keluarga pada masa remaja adalah standar perilaku, metode pendisiplinan, hubungan dengan saudara kandung, dan sikap yang sangat kritis terhadap remaja (Mugiarso, et al.

Teori Mengenai Sebab Kenakalan Remaja

Ini termasuk kecerdasan, sifat kepribadian, motivasi, sikap yang salah, fantasi, rasionalisasi, internalisasi, diri yang salah, konflik batin, emosi kontroversial, dan kecenderungan psikopatologis. Argumen sentral dari teori ini adalah sebagai berikut: delirium adalah bentuk penyelesaian atau kompensasi masalah psikologis dan konflik batin sebagai respons terhadap rangsangan eksternal atau sosial dan pola keluarga patologis. Sosiolog berpendapat bahwa perilaku nakal pada remaja adalah murni sosiologis atau sosial-psikologis.

Misalnya disebabkan oleh pengaruh struktur sosial yang menyimpang, tekanan teman sebaya, peran sosial, status sosial atau karena internalisasi simbol yang salah. Saat ini, perubahan sosial begitu pesat, dan infrastruktur komunikasi dan transportasi begitu maju, ditambah lagi terjadi kerancuan norma (anomie). Kondisi internal dan eksternal siswa yang demikian merupakan kondisi yang sangat rentan dalam perkembangan psikologisnya.

Kenakalan siswa adalah perbuatan atau perilaku seorang siswa secara sendiri atau kelompok yang melanggar ketentuan hukum, moral, dan sosial yang berlaku di masyarakat (Soeparwoto, dkk.

Ciri-ciri Pokok dari Kenakalan Peserta Didik

Kenakalan siswa dapat dilakukan oleh satu siswa, atau dapat dilakukan secara bersama-sama dengan sekelompok siswa. Selain itu, untuk menilai kenakalan siswa perlu memperhatikan faktor kesengajaan atau kesadaran dari individu yang bersangkutan. Kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diatur oleh undang-undang, sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai perbuatan yang melanggar hukum.

Tindak pidana yang melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan undang-undang yang ada sama dengan perbuatan melawan hukum (Gunarsa.

Karakteristik atau Bentuk-bentuk Kenakalan Peserta Didik

Tindak pidana yang melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan hukum dan undang-undang yang berlaku sama dengan pelanggaran hukum (Gunarsa, 2009: 19). Merusak diri sendiri: merokok, minum, merokok ganja, berpakaian tidak pantas juga merusak diri sendiri (Gunarsa.

Menanggulangi Masalah Kenakalan Remaja a. Pengertian Remaja

Kenakalan remaja merupakan suatu perbuatan yang menyimpang, perbuatan tersebut dapat melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia muda atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian khusus masyarakat sejak dibentuknya pengadilan bagi anak nakal. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial yang bertentangan dengan hukum, agama dan norma-norma masyarakat, sehingga akibatnya dapat merugikan orang lain, meresahkan. ketentraman masyarakat dan juga merugikan diri sendiri. .

Kurangnya perhatian dari orang tua dan kurangnya kasih sayang. Keadaan lingkungan keluarga yang menjadi penyebab kenakalan remaja, seperti keluarga yang retak, rumah tangga yang retak karena kematian ayah atau ibu, keluarga terlibat dalam konflik kekerasan, keuangan keluarga yang buruk, semua ini merupakan sumber subur munculnya dari kenakalan remaja. Tindak pidana remaja sering terjadi pada saat anak-anak sekolah dan jam kosong. Sedangkan dampaknya terhadap mental yaitu kenakalan remaja akan mengantarkannya pada mentalitas yang lembek, pemikiran yang labil dan kepribadiannya akan terus menyimpang dari sudut pandang moral, yang pada akhirnya akan melanggar kaidah-kaidah etika dan estetika.

Kenakalan remaja dalam bentuk apapun menimbulkan akibat negatif baik bagi masyarakat umum maupun remaja itu sendiri. Memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, kondisi sosial keluarga dan masyarakat tempat terjadinya kenakalan remaja. Dengan adanya sanksi yang tegas bagi para pelaku kenakalan remaja, diharapkan nantinya para remaja tersebut dapat ditertibkan dan berhenti melakukan hal-hal yang menyimpang.

Upaya kuratif untuk menanggulangi masalah kenakalan remaja adalah upaya pencegahan gejala kenakalan agar kenakalan tidak meluas dan merugikan masyarakat. . Tindakan ini dilakukan setelah dilakukan tindakan preventif lainnya dan dipandang perlu untuk mengubah perilaku pelaku di bawah umur dengan memberikan pendidikan lebih lanjut.

TINDAKAN GURU DALAM PENANGANAN KENAKALAN REMAJA 1. Menanamkan Nilai-Nilai Norma Pancasila

Guru Membangun Kerjasama Dengan Orang Tua

Selain guru menanamkan nilai-nilai normatif pada siswa, guru juga membangun kerjasama dengan orang tua siswa dan masyarakat dalam mengatasi perilaku menyimpang di kalangan siswa. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa tindak pidana pelajar merupakan suatu penyimpangan yang bersifat sosial, dan merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai norma, sosial dan agama. Hubungan kerjasama dibangun dalam bentuk saling informasi tentang kondisi atau tempat tinggal siswa tentang kehidupan dan ciri-cirinya, baik dari guru ke orang tua maupun sebaliknya dari orang tua ke guru.

Dengan cara ini, guru dapat mengetahui lingkungan alam seperti apa yang ditinggali siswa, dan orang tua juga dapat mengetahui masalah yang dihadapi anak-anak mereka di sekolah.

Guru Membangun Kerjasama Dengan Masyarakat

Masyarakat tidak boleh diam atau acuh tak acuh terhadap kehidupan generasi ini, masyarakat harus ikut mengontrol setiap gerak-gerik mahasiswa yang sering melakukan tindakan anarki terhadap sesama dan masyarakat, yang akan mengancam keharmonisan dan keutuhan masyarakat sehingga bahwa itu tidak berantakan. Untuk mencegah tawuran antar siswa, pihak sekolah sangat perlu mensosialisasikan bahaya tawuran melalui benda atau melalui kerjasama dengan aparat. Selain menggalakkan potensi siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler, program pembinaan, pengawasan, dan sosialisasi terkait bahaya tawuran bagi siswa menjadi prioritas.

Hal ini dapat dicapai dengan memasukkan ancaman pertarungan dengan topik seperti agama dan kewarganegaraan. Selain itu, pihak sekolah juga dapat bekerjasama dengan pihak kepolisian dan PPPA setempat.

METODE PENELITIAN

  • JENIS PENELITIAN
  • LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 1. Lokasi penelitian
    • Objek Penelitian
  • FOCUS PENELITIAN
  • SUMBER DATA
  • TEKNIK PENGUMPULAN DATA
  • TEKNIK ANALISIS DATA
  • TAHAPAN PENELITIAN

Sumber utama dalam penelitian ini adalah guru PKn dan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Siempat Nempu Kabupaten Dairi. Proses pengumpulan data menggunakan teknik purposive sampling. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan mempelajari dokumentasi di SMP Negeri 1 Siempat Nempu. Observasi dalam penelitian ini adalah untuk mengamati bagaimana peran guru dalam menghadapi siswa di kelas, seperti ketika siswa tidak memperhatikan guru selama proses pembelajaran.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dimana peneliti menggunakan pedoman wawancara untuk memudahkan pelaksanaan dan melakukan wawancara tatap muka. Dokumentasi dalam penelitian ini adalah data yang diambil dari sekolah, seperti data guru dan siswa. Analisis dilakukan terhadap setiap aspek kegiatan, analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara merefleksi hasil observasi proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Menurut Miles dan Huberman (di Bungin, analisis dalam penelitian terjadi bersamaan dengan proses pengumpulan data. Dalam penelitian ini peneliti hanya membandingkan data observasi dengan data wawancara, dan membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen terkait. Dalam penelitian ini penelitian, alasan atau latar belakang penelitian, kerangka teori dan metode yang digunakan dalam penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Legal Certainty in Peace Agreements in Default Disputes Through Negotiations Dispute resolution through negotiation aims to end disputes peacefully on the basis of

Sehingga seorang guru pendidikan anak usia dini (PAUD) memiliki peran penting dalam dalam menanamkan dan membentuk karakter anak. Guru hendaknya memiliki strategi