702
Pendidikan Seni Tari:Proses Kreatif Tari Kreasi Yang Berpijak Pada Tradisi Berdasarkan Unsur-Unsur
Pendukung
Rully Rochayati*
Universitas Negeri Semarang, Jl. Kelud Utara III, Petompon, Kec. Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah 50237, Indonesia
*Corresponding Author: [email protected]
Abstrak. Tari sebagai bagian dari pendidikan seni didalamnya memuat materi yaitu tari tradisi, tari kreasi, proses kreatif.
Tari tradisi dengan kebakuan dan kepakemannya hingga masa kini dianggap sebagai tarian yang susah untuk dipelajari karena terikat dengan aturan-aturan. Dengan aturan dan kesulitan dalam mempelajari maka sebagian masyarakat lebih memilih tari kreasi sebagai alternatifnya. Proses kreatif tari kreasi yang berpijak pada tari tradisi berdasarkan unsur-unsur pendukung digunakan untuk mempermudah dalam memilah, memilih, menentukan, mengembangkan baik dari segi konsep garapan maupun prosesnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis proses kreatif tari kreasi dengan pijakan tari tradisi. Menganalisis unsur-unsur pendukung tari yang dapat digunakan dalam membantu ketercapaian proses kreatif.
Metode penelitian menggunakan diskritif kualitatif dengan memanfaatkan observasi, wawancara, dokumentasi, dan perekaman dalam pengumpulan data. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, klasifikasi data, display data, yang diperkuat dengan metode interpretasi dengan pembagian interpretasi sebagai metode pengungkapan, sebagi metode menerangkan, dan sebagai menerjemahkan. Hasil penelitian adalah penggunaan proses kreatif yang terdiri dari eksplorasi, improvisasi, pemberian bentuk dan evaluasi, ditambahkan dengan pola pengembangan dan variasi, serta struktur keruangan tari lebih memudahkan untuk mewujudkannya. Pola pengembangan dapat dilakukan secara sederhana hingga rumit bergantung dari kemampuan dari pelakunya. Penetapan unsur-unsur pendukung tari yang lengkap turut menentukan arah bentukan tari kreasi tersebut.
Kata Kunci: Proses Kreatif; Unsur Pendukung Tari Tradisi; Tari Kreasi; Dan Pendidikan Tari
Abstract. Dance as part of art education includes material, namely traditional dance, creative dance, creative process. Until now, traditional dance with its standards and conventions is considered a dance that is difficult to learn because it is bound by rules. With rules and difficulties in learning, some people prefer creative dance as an alternative. The creative process of creative dance that is based on traditional dance based on supporting elements is used to make it easier to sort, choose, determine, develop both in terms of the concept of work and the process. The purpose of this research is to analyze the creative process of creation dance based on traditional dance. Analyze the supporting elements of dance that can be used to help achieve the creative process. The research method uses qualitative descriptive by utilizing observation, interviews, documentation, and recording in data collection. The data analysis technique uses data reduction, data classification, data display, which is reinforced by the method of interpretation by dividing interpretation as a method of disclosure, as a method of explaining, and as a method of translating. The result of the research is the use of a creative process which consists of exploration, improvisation, giving form and evaluation, added with patterns of development and variation, and the spatial structure of the dance makes it easier to make it happen. Development patterns can be done from simple to complex depending on the ability of the performer. The determination of the complete supporting elements of the dance also determines the direction of the creation of the dance.
Keywords: Creative Process; Supporting Elements of Traditional Dance; Creative Dance; and Dance Education
How to Cite: Rochayati, R. (2023). Pendidikan Seni Tari: Proses Kreatif Tari Kreasi Yang Berpijak Pada Tradisi Berdasarkan Unsur-unsur Pendukung. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana, 2023, 702-710.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan hidup manusia, karena dengan pendidikan manusia banyak mempelajari segala hal yang berkenaan dengan kehidupannya.
Pendidikan harus dan wajib dimiliki oleh setiap manusia agar dalam proses berkehidupan lebih baik secara individual atau dalam bermasyarakat.
Pendidikan tidak hanya apa yang didapat dari ruang lingkup sekolah tetapi juga didapat dari lingkungan yang lebih besar yaitu lingkungan
masyarakat. Lingkungan yang mempengaruhi perkembangan pendidikan seseorang adalah dari keluarga, sekolah dan masyarakat hingga berbangsa dan bernegara. Manusia sebagai individu mengenal keluarga sebagai lingkungan terkecil dalam menjalani pendidikan. setelah itu lingkungan sekitar keluarga turut menyumbang terbentuknya pendidikan seseorang. Artinya dari lingkungan terdekat keluarga atau yang ada di sekitarnya manusia dapat mengenal pendidikan.
berada dalam lingkungan yang religius maka
703 manusia dituntut sesuai dengan lingkungannya, manusia tersebut akan didik, diajarkan hal-hal yang berkaitan dengan religiusitas. Pemahaman kebenaran dan kejahatan akan tertaman dengan lekat. Lain halnya dengan berada di lingkungan yang berisi sekelompok seniman, maka setiap waktu akan lekat dengan pendidikan-pendidikan yang terkait dengan seni, kesenimanan, proses, dan hasil. Pengetahuan dan ketrampilan tentang berkesenian akan melekat secara baik dan terarah.
Pendidikan seni tidak terbatas dengan memberikan meteri-materi tentang seni dan budaya, didalamnya juga terkait dengan proses kreatif yang menuntut sesorang untuk kreatif, produktif dalam menghasilkan suatu karya. Ada banyak cara atau metode dalam proses kreatif.
Setiap orang berbeda dan menyesuaikan dengan kemampuan dirinya sendiri. Semakin banyak apresiasi yang dilakukan maka semakin mudah untuk membuat atau menghasilkan bentuk baru.
Semakin kurang dalam apresiasi maka akan sulit mengawali untuk proses kreatif. Proses kreatif perlu diasah setiap waktu, perlu dicoba dengan membuat hal-hal yang sederhana, perlu pengalaman yang mendukung. Untuk itu proses kreatif perlu ditanamkan sejak awal untuk pendidikan seni. Proses kreatif dalam pendidikan seni menjadi bagian yang penting untuk diajarkan. Tujuannya agar siswa/peserta didik/
mahasiswa dapat menuangkan ide gagasan dengan menggunakan metode-metode yang sederhana dan mudah. Penambahan unsur-unsur pendukung dilakukan agar bentuk tari semakin lengkap. Dapat dikatakan proses kreatif yang berpijak dari tari tradisi memiliki batasan mengembangkan kemudian menatanya kembali, maka diperlukan beberapa poin tambahan selain metode dan unsur-unsur pendukung yaitu pola pengembangan dan variasi, serta pola struktur ruang.
Kajian teoritik yang digunakan terkait dengan pendidikan, proses kreatif dan unsur pendukung karya tari sebagai penguat penulisan ini. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara, (Irawan 2017). Rohidi (1993), Melalui proses pendidikan setiap individu dalam masyarakat mengenal, menyerap, mewarisi, memasukan, dan menembangkan unsur-unsur kebudayaannya,
yaitu nilai-nilai, kepercayaan-kepercayaan, pengetahuan, teknologi, yang diperlukan untuk tetap bertahan dan berkembang dalam menghadapi lingkungan, (Triyanto 2017).
Pendidikan seni sebagai strategi sosialisasi berarti suatu proses memperkenalkan (membelajarkan) orang pada norma dan kebiasaan sosial dengan seni sebagai medianya.
Dengan kata lain posisi seni dijadikan sebagai media untuk menyampaikan norma dan kebiasaan sosial di dalam masyarakat. Ketika kesenian dinikmati melalui proses apresiasi dan kreasi, terjadi proses-proses belajar di dalam anggota masyarakat tersebut baik secara langsung maupun secara tidak langsung,(Sugiarto &
Rohidi 2021). Susanto (2011), pendidikan pada dasarnya adalah upaya membantu atau membimbing peserta didik untuk mencapai perkembangannya secara optimal,(Sugiarto 2019).
Proses kreatif adalah bagian dari proses berkesenian yang didalamnya memuat berbagai hal salah satunya adalah melakukan kerja kreatif.
Manusia dalam kehidupannya dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar ini dikaitkan dengan kebutuhan berkesenian. Ketika kebutuhan berkesenian itu menjadi sesuatu yang penting maka kerja kreatif diperlukan. Seperti yang diungkapkan oleh Hawkins bahwa setiap manusia berpotensi melakukan kerja kreatif dalam memenuhi kebutuhan dasar akan suatu bentuk pengungkapan adalah faktor utama yang mempengaruhi perwujudan karya-karya seni.
Pelaku seni mereaksi getaran dari dalam hatinya dan perubahan pikiran imajinatifnya, menciptakan suatu bentuk baru atau karya seni yang mengandung pengindraan dan curahan pikiran, (Hawkins. Alma M 2003). Proses kreatif merupakan aktivitas kerja yang mempresentasikan seseorang kreatif melakukan aktivitas berpikir, bersikap, dan bertindak saat mereka berada pada situasi tertentu, (Sugiarto 2019). Proses kreatif adalah bagian dari proses berkesenian yang didalamnya memuat berbagai hal salah satunya adalah melakukan kerja kreatif.
Manusia dalam kehidupannya dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar ini dikaitkan dengan kebutuhan berkesenian. Ketika kebutuhan berkesenian itu menjadi sesuatu yang penting maka kerja kreatif diperlukan. Seperti yang diungkapkan oleh Hawkins bahwa setiap manusia berpotensi melakukan kerja kreatif dalam memenuhi kebutuhan dasar akan suatu bentuk
704 pengungkapan adalah faktor utama yang mempengaruhi perwujudan karya-karya seni.
Pelaku seni mereaksi getaran dari dalam hatinya dan perubahan pikiran imajinatifnya, menciptakan suatu bentuk baru atau karya seni yang mengandung pengindraan dan curahan pikiran,(Hawkins. Alma M 2003). Proses kreatif merupakan aktivitas kerja yang mempresentasikan seseorang kreatif melakukan aktivitas berpikir, bersikap, dan bertindak saat mereka berada pada situasi tertentu, (Sugiarto 2019).
Membahas tentang proses kreatif maka tidak dapat terlepas dari kreativitas itu sendiri.
Menurut Munandar (2012) menjelaskan
“Kreativitas sebagai kemampuan umum untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan- hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya”. Ditinjau dari sisi kreativitas, sebenarnya setiap orang memilikinya. Hal yang membedakan manusia satu dengan manusia yang lain dari sisi kreativitas adalah dikembangkan atau tidaknya. Contoh sederhana bahwa suatu aktivitas baru disebut sebagai tontonan apabila ia dilakukan dengan kesengajaan dengan maksud untuk dilihat oleh orang lain untuk ditonton.
Aktivitas yang baru dapat muncul dalam diri manusia yang memiliki tujuan dan punya motivasi dalam mewujudkan kreativitas yang dimiliki,(Hera and Nurdin 2019).
Proses kreatif adalah aktivitas yang dilakukan oleh seorang individu untuk menghasilkan bentuk-bentuk baru dari gagasan- gagasan baru. Terwujudnya proses kreatif pada diri setiap orang akan berbeda-beda, bergantung pada kemauan untuk mengembangkannya atau tidak. Karena dalam mengembangkan proses kreatif harus diimbangi dengan kemampuan untuk berbuat, berpikir, bersikap sesuai kebutuhannya. Kreativitas tidak dapat muncul dengan sendirinya tetapi perlu digali secara kontinyu dan terus menerus. Untuk dapat berpikir kreatif diperlukan proses yang tidak sederhana.
Terlebih lagi dalam proses kreatif berkesenian.
Sekalipun kreativitas adalah persoalan pribadi, kehadirannya tidak serta merta ada, proses pencariannya pun dilakukan secara sadar.
Kesadaran akan proses kreatif inilah yang menjadikan bentuk seni dapat didiskripsikan dengan baik. Kreativitas yang muncul tidak secara sederhana tetapi perlu dipahami bahwa proses kreatif dalam berkarya tari sangat lama dan rumit,(Rochayati, Elvandari, and Hera 2022)
Unsur pendukung karya merupakan sebuah kelengkapan yang harus dipertimbangkan ketika melakukan proses kreatif tari. unsur pendukung ini akan turut mengambil bagian dalam proses kreatif. Terkadang banyak yang tidak mempedulikan unsur-unsur pendukung, justru terkadang ada yang menganggap unsur-unsur pendukung karya ini tidak penting. Guna menmberikan pemahaman yang jelas terhadap unsur-unsur pendukung tersebut pada teori ini yang dipilih adalah teori unsur pendukung dengan 13 komponen non verbal. Wujud komponen nonverbal dalam tari merupakan bentuk yang memiliki nilai-nilai artistik yang berpotensi memberikan kepuasan estetis bagi penghayat.
Selayaknya jenis-jenis komponen yang terdapat dalam tari mengalami observasi, seleksi, stilisasi, inovasi, kolaborasi, klasifikasi sehingga membentuk komponen-komponen yang berkualitas dan memiliki nilai artistik. Komponen nonverbal merupakan jenis-jenis komponen /unsur yang berbentuk nonkebahasaan yaitu tema, alur cerita atau alur dramatik, gerak, penari, pola lantai, ekspresi wajah/polatan, rias, busana, musik, panggung, properti, pencahayaan dan seting,(Maryono 2012). Penggunaan komponen nonverbal ini merupakan komponen yang lengkap dan dapat digunakan untuk melihat secara kebentukan.
Di masa kini, di saat semua serba cepat, instan, maka karya tari baru bermunculan agar pertumbuhan kesenian tetap tumbuh dan berkembang. Terdapat banyak cara yang dilakukan oleh seniman atau pelaku seni baik dari ruang lingkup sanggar, sekolah, perguruan tinggi hingga pemerintah memberikan ruang yang lebih luas untuk berbuat melestarikan, mengembangkan, atau bahkan membentuk kesenian-kesenian baru. Permasalahannya yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah: 1].
Bagaimana proses kreatif dalam berkarya tari, 2].
Apakah unsur pendukung tari tradisi yang dapat digunakan sebagai pijakan untuk tari kreasi, 3].
Bagaimana keterkaitan antara proses kreatif dengan pendidikan seni tari. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlunya pendidikan seni tari yang terkait dengan proses kreatif tari kreasi yang berpijak dari tari tradisi berdasarkan unsur-unsur pendukung tari. Tujuannya adalah menganalisa proses kreatif yang dapat digunakan untuk siswa atau mahasiswa dalam berkarya, menganalisa unsur pendukung tari tradisi yang dapat digunakan sebagai pijakan dalam tari kreasi, dan menganalisa proses kreatif yang dilakukan dapat menumbuhkan pengetahuan dan
705 pengalaman yang dalam pendidikan seni tari menjadi bagian yang penting.
METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah diskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah yang paling strategis dalam suatu penelitian, dengan tujuan utama dari penelitian guna mendapatkan data, dan dari sumber data tersebut akan dilakukan analisisnya sehingga peneliti menemukan substansi yang menjadi permasalahan dalam rumusan masalah, (Kaelan, 2012). Untuk itu guna menjawab seluruh permasalahan yang ada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dokumentasi. Peneliti terlibat sebagai peneliti partisipan sehingga memudahkan dalam pengambilan data.
Sementara untuk teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, klasifikasi data, dan display data, kemudian diperkuat dengan metode interpretasi, yang mana dalam metode interpretasi (Kaelan 2012) terdapat tiga pembagian yaitu interpretasi sebagai metode pengungkapan, metode menerangkan, dan sebagai menerjemahkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Kreatif
Pendidikan seni memberikan ruang kreativitas bagi siswa atau mahasiswa untuk menggali kemampuannya berkarya melalui proses kreatif. Proses kreatif adalah proses yang dilakukan oleh individu dan tidak terikat oleh teori-teori tertentu. Proses pencarian kreativitas seseorang dapat berbeda-beda berdasarkan kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan yang di dapat sebelumnya. Begitupun proses pendidikan terkait dengan pengalaman dan pengetahuan. Hal yang seringkali dilakukan dalam proses kreatif dapat menggunakan beberapa langkah yaitu:
1]. Eksplorasi, Penjelajahan terhadap gerak- gerak yang digunakan sebagai pijakan harus dilakukan, hal ini untuk menentukan gerakan dasar yang tepat untuk karya tari tersebut, (Rochayati & Purwaningsari 2022). Kebutuhan akan eksplorasi terhadap gerakan ini sangat penting dan wajib dilakukan mengingat dengan dilakukan eksplorasi dapat mengetahui bentukan motif dasar tersebut apakah dapat digunakan sebagai motif dasar atau tidak. Selain itu untuk mengetahui sejauh mana kemampuan tubuh dapat
melakukan penjelajahan terhadap gerak-gerak tersebut. Jika berpijak dari tari tradisi maka eksplorasi yang dilakukan adalah mengambil gerakan-gerakan yang dijelajahi kembali.
2]. Hasil awal yang ditemukan dari improvisasi ini belum dapat dikategorikan sebagai hasil gerak baku, mengingat gerakan yang ada dalam improvisasi merupakan gerakan- gerakan spontan, (Smith. Jacqueline 1985) (Rochayati et al. 2022). Pada saat melakukan improvisasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu improvisasi terpimpin dan improvisasi bebas. Improvisasi terpimpin dilakukan dengan membatasi gerakan berdasarkan tema-tema yang telah dibentuk, sedangkan improvisasi bebas dilakukan tanpa batasan tema.
3]. Pemberian bentuk yaitu proses koreografi yang sudah melalui penyeleksian tari sebelumnya yaitu dengan proses eksplorasi dan improvisasi, (Hadi, 2016) artinya setelah melalui kedua proses tersebut kini saatnya untuk membentuk motif maupun ragam gerak hingga membentuk satu kesatuan gerak yang dapat disampaikan. Ketika melakukan pembentukan yaitu dengan menggabungkan gerakan yang sudah diperoleh dari hasil eksplorasi dan improvisasi, (Rochayati & Purwaningsari, 2022).
4]. Evaluasi dapat dilakukan dengan dua tahap yaitu evaluasi ketika proses penentuan motif gerak dasar dan evaluasi pada saat karya tari sudah terangkai, tersusun lengkap. Evaluasi yang dilakukan pada saat penentuan motif untuk mencari gerak yang sesuai dengan unsur pendukung karya yang terkait dengan tema, alur cerita. Untuk evaluasi karya tari secara keseluruhan dikaitkan dengan penari, musik tari, pola lantai, properti yang digunakan, dan unsur pendukung lainnya. Evaluasi dilakukan setiap kali proses terjadi agar dapat sedini mungkin diketahui kekurangan karya tersebut.
Proses kreatif tersebut belum mencapai tahapan yang maksimal, dalam arti untuk membentuk sebuah karya tari baru atau tari kreasi maka didalam proses kreatif tersebut masih terdapat bagian-bagian yang turut mendukung terwujudnya sebuah karya secara utuh. Perlu diketahui tahapan yang perlu dilakukan oleh seniman muda selain proses kreatif adalah:
1. Pola Pengembangan dan Variasi Gerak Pola pengembangan dapat mengacu pada teori-teori yang sudah ada atau dengan kemampuannya sendiri dapat menggunakan pola sederhana. Pada penulisan ini akan dibahas tentang pola pengembangan dan variasi yang diambil dari Metode Konstruksi II yang terbagi
706 atas pengembangan dan variasi dari segi aksi, pengembangan dan variasi dari segi effort (pengerahan tenaga, usaha), pengembangan dan variasi dari segi ruang, dan pengembangan dan variasi dari segi tata hubungan. Pengembangan dan variasi dapat dilakukan secara sederhana misalnya untuk pengembangan dan variasi dari segi effort dapatlah dilakukan dengan mengubah gerakan lambat menjadi gerakan dengan kecepatan sedang atau sangat cepat, dapat juga dengan melakukan berbagai jenis ayunan, dan gerakan mengkontras. Pada segi tenaga yang terwujud dari aksi, tekanan, dan intensitas. Aksi adalah bagian terkecil dari gerakan tetapi mampu memberikan daya ledak yang menarik pada gerakan. Intensitas berkaitan dengan tenaga yang dialirkan ke dalam tubuh yang bergerak, maka bisa dikatakan satun gerakan yang sama belum tentu menggunakan tenaga yang sama karena fokus gerak yang digunakan juga tidak sama.
Tekanan atau penekanan dapat dilakukan pada gerak-gerak tertentu yang dianggap menarik.
Hampir mirip seperti aksi tetapi berbeda. jika aksi tidak memerlukan gerak yang besar, tatapi tekanan atau penekanan biasa dilakukan dengan fokus gerak yang lebih besar dengan tenaga yang kuat.
Pada pengembangan dan variasi segi ruang dapat menggunakan perubahan pola ukuran jauh dekat, level, arah. Pada pengembangan dan variasi segi aksi dapat mengubah tekukan menjadi rentangan, langkah berputar, lompatan, sedangkan untuk pengembangan dan variasi pada tata hubungan merupakam perubahan susunan atau tata letak ragam garaknya. Berdasarkan pola pengembangan dan variasi dapat menambah, mengurangi, mengubah bagian-bagian yang diperlukan.
2. Pengembangan Struktur Keruangan Berdasarkan elemen ruang dalam struktur keruangan maka pola pengembangan dapat berupa mengubah, menambahkan, mengurangi dari bagian-bagian aspek ruang yang terdiri dari arah hadap, pola lantai, level, dan dimensi. Arah hadap dalam konsep tari terdiri delapan arah mata angin, dapat juga dipahami dengan hadap depan, hadap belakang, hadap kanan, hadap kiri, hadap serong kanan depan, hadap serong kiri depan, hadap serong kiri belakang, hadap serong kanan belakang. Pada arah hadap ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan tarinya karena jika penempatan arah hadap ini tidak sesuai biasanya tidak memberikan keuntungan bagi tarian yang dikembangkan.
Pola lantai mempunyai 3 pembagian yaitu
stasionary, locomotor, dan pause. Stasionary adalah gerakan dilakukan dengan menetap di tempat. Locomotor adalah gerakan dilakukan dengan berpindah tempat, dan pause adalah bergerak dan terhenti sesaat pada waktu-waktu tertentu. pola pengembangan dari level terdiri dari level rendah, level sedang dan level tinggi.
Sedangkan dari dimensi dapat dikembangkan dengan memberikan dimensi kelebaran, ketinggian, dan kedalaman pada gerak. Untuk ruang positif-negatif tidak terdapat pola pengembangannya karena ruang positif –negatif digunakan untuk mengetahui bagian gerak yang dikategorikan positif pada ruang dan ruang negatif yang ditempati oleh tubuh. Pola pengembangan dari segi waktu dapat dicapai dari segi ritme dan tempo. Pola yang digunakan dengan menambahkan kecepatan pada hitungan, mengurangi kecepatan atau melambatkan hitungan yang digunakan. dapat juga dengan memberikan bentukan stakato, canon, mengalun, tak bertenaga, dan lain-lain. selain ritme dan tempo juga harus mempertimbangkan durasi waktu yang digunakan agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari wujud karya.
Unsur Pendukung Karya Tari Tradisi Sebagai Pijakan Tari Kreasi
Kekayaan budaya yang ada di Indonesia memberikan pembeda dan batasan yang jelas antara tari tradisi, tari kreasi. Tari tradisi identik dengan kebakuan, struktur tertata, pakem yang tidak dapat diubah, dan mendapat predikat adi luhung. Tari kreasi adalah tari yang dikembangkan berdasarkan pijakan tari tradisi.
Ketika tari tradisi menjadi pijakan untuk membentuk tari kreasi maka yang diperlukan adalah mengetahui secara jelas gaya tari yang akan dibentuknya.
Setiap wilayah mempunyai karakteristik bentuk tari yang berbeda-beda. Jika melihat dari gaya yang dimiliki oleh setiap daerah maka akan diketahui bahwa tari tradisi yang ada dan berkembang hingga saat ini sangatlah beragam.
Keterlibatan unsur-unsur pendukung karya menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan.
Artinya ketika mengembangkan suatu tarian tradisi maka unsur pendukung turut dipersiapkan dengan sangat baik. Unsur pendukung karya merupakan sebuah kelengkapan yang harus dipertimbangkan ketika melakukan proses kreatif tari. Unsur pendukung ini akan turut mengambil bagian dalam proses kreatif. Terkadang banyak yang tidak mempedulikan unsur-unsur pendukung, justru terkadang ada yang
707 menganggap unsur-unsur pendukung karya ini tidak penting. Guna menmberikan pemahaman yang jelas terhadap unsur-unsur pendukung tersebut pada teori ini yang dipilih adalah teori unsur pendukung dengan 13 komponen non verbal. Wujud komponen nonverbal dalam tari merupakan bentuk yang memiliki nilai-nilai artistik yang berpotensi memberikan kepuasan estetis bagi penghayat. Selayaknya jenis-jenis komponen yang terdapat dalam tari mengalami observasi, seleksi, stilisasi, inovasi, kolaborasi, klasifikasi sehingga membentuk komponen- komponen yang berkualitas dan memiliki nilai artistik. Komponen nonverbal merupakan jenis- jenis komponen /unsur yang berbentuk nonkebahasaan yaitu tema, alur cerita atau alur dramatik, gerak, penari, pola lantai, ekspresi wajah/polatan, rias, busana, musik, panggung, properti, pencahayaan dan seting,(Maryono 2012). Penggunaan komponen nonverbal ini merupakan komponen yang lengkap dan dapat digunakan untuk melihat secara kebentukan.
Gambar 1. Tari Gending Sriwijaya.
Dokumentasi: Dewi, (2021)
Tarian tersebut di atas adalah salah satu tarian tradisi yang ada di Sumatera Selatan yaitu tari Gending Sriwijaya. Merupakan salah satu tari sambut yang biasanya digunakan pada saat acara- acara khusus yaitu datangnya pejabat negara yang datang ke Kota Palembang. Tari Gending Sriwijaya hingga saat ini masih dipertahankan kebakuannya mulai dari gerakan, tata rias, tata busana, propertinya, hingga fungsinya.
Mengamati dari bentuk tarinya maka dapat dituliskan bahwa tari Gending Sriwijaya memiliki unsur-unsur pendukung yang sangat lengkap yaitu:
Tabel 1. Unsur Pendukung No Unsur-unsur
Pendukung Tari
Tari Gending Sriwijaya
1 Tema Kebesaran masa Sriwijaya.
2 Alur Cerita Tidak mempunyai alur cerita
3 Gerak Gerak yang digunakan adalah gerak yang berakar pada tari tradisi Palembang, Sumatera Selatan yaitu sembah hormat, kecubung, borobudur, siguntang mahameru, nyisir, tabur bunga, elang terbang, dan lain-lain.
4 Penari Jumlah 9 orang penari putri.
5 Pola lantai Menggunakan 3 pola lantai horisontal, V, horisontal.
6 Ekspresi Ekspresi wajah tersenyum memancarkan kecantikan, keramahtamahan.
7 Tata Rias Rias yang digunakan adalah corective make up yang menampilkan garis-garis pada wajah tanpa menunjukan karakter tertentu.
8 Tata Busana Busana yang digunakan menciri tradisi Palembang dengan warna khas merah dan emas sebagai simbol kejayaan Sriwijaya. Desain busana dan aksesoris sangat rumit dan glamour
9 Musik Musik Menggunakan Orkestra Melayu dengan syair lagu Gending Sriwijaya
10 Area Pentas Pada awalnya menggunakan lapangan sebagai panggung, namun dapat ditampilkan pada panggung pertunjukan seperti prosenium.
11 Properti Properti yang digunakan adalah tepak yang berisi sekapur sirih 12 Pencahayaan Pencahayaan digunakan menyesuaikan dengan panggung dan waktu
pertunjukannya
13 Setting Tidak menggunakan setting atau menyesuaikan dengan kebutuhan dimana tari ini ditampilkan
708 Berdasarkan unsur-unsur pendukung tersebut di atas, peneliti membuat sebuah studi perbandingan yaitu tari kreasi yang menggunakan tari Gending Sriwijaya sebagai pijakannya.
Gambar 2. Salah satu bagian dari dramatari yang berpijak pada slah satu ragam gerak tari Gending Sriwijaya. Dokumentasi, Rully
(2021).
Gambar tersebut di atas merupakan salah satu ragam gerak yang digunakan pada dramatari Ikrar Bukit Siguntang pada acara di Siguntang Festival 2021. Pada salah satu adegan dramatari tersebut terdapat tari sambut yang menggunakan tari Gending Sriwijaya sebagai pijakannya. Jika didampingkan dan ditinjau lebih lanjut maka terdapat perbedaannya dari unsur-unsur pendukungnya.
Melihat secara keseluruhan bentuk tari dari unsur pendukung tari maka dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 2. Unsur Pendukung No Unsur-unsur Pendukung
Tari
Tari Kreasi pada Dramatari Ikrar Bukit Siguntang
1 Tema Tema kepahlawanan secara keseluruhan dari dramatari. Untuk tari kreasi tersebut tema keharmonisan dan kebahagiaan.
2 Alur Cerita Tari kreasi ini termasuk pada adegan 3 dari rangkaian dramatari, menceritakan penyambutan 3 Pangeran dari Hindi 3 Gerak Menggunakan beberapa gerak dasar seperti yaitu sembah
hormat, kecubung, borobudur, siguntang mahameru, nyisir, telah dilakukan pengembangan melalui proses kreatif, pengembangan dan variasi, serta struktur ruang.
4 Penari Jumlah 4 orang penari putri.
5 Pola lantai Menggunakan pola lantai yang lebih bervariatif seperti horisontal, trapesium, diagonal, vertikal, jajaran genjang.
6 Ekspresi Ekspresi lebih dominan ke ekspresi gerak, untuk ekspresi wajah tidak menunjukan kemarahan ataupun senyuman, namun terpancar dari dalam.
7 Tata Rias Rias menggunakan rias cantik atau corective make up namun dengan warna natural.
8 Tata Busana Busana yang digunakan sederhana didominasi warna merah dan tambahan warna kuning emas serta perak, desain dan aksesoris tidak mewah tetapi cukup mewakili apa yang ingin
diungkapkan pada masa itu.
9 Musik Musik menggunakan lagu Gending Sriwijaya sebagai pijakan, terdapat awalan musik yang sama tetapi untuk keseluruhan tari berbeda, musik lebih berdinamika.
10 Area Pentas Ditampilkan pada panggung atau arena terbuka.
11 Properti Tidak menggunakan properti
12 Pencahayaan Pencahayaan digunakan menyesuaikan dengan panggung dan waktu pertunjukannya
13 Setting Tidak menggunakan setting atau menyesuaikan dengan kebutuhan dimana tari ini ditampilkan
Perbedaan bentuk tari dapat dilihat dari penjabaran unsur-unsur pendukung dari kedua tarian tersebut. Tari tradisi sebagai pijakan tetap memelihara bentuk tradisinya, sedangkan tari kreasi lebih mengutamakan kesederhanaan sesuai dengan konsep garapannya. Ada beberapa unsur-
unsur pendukung yang sama dan ada yang berubah. Perubahan tersebut disesuaikan dengan ide gagasan dasarnya. Berdasarkan penjabaran tersebut diatas maka pada dasarnya tari tradisi dapat digunakan sebagai pijakan proses kreatif yang menghasilkan tari kreasi.
709 Proses Kreatif Dalam Pendidikan Seni Tari
Proses kreatif dalam pendidikan seni tentunya diajarkan dari kelas dasar (Sekolah Dasar) hingga perguruan tinggi, namun setiap tingkatan mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Untuk sekolah dasar memberikan pendidikan tentang proses kreatif yang sederhana atau bahkan lebih pada tahapan meniru, untuk sekolah menengah pertama diberikan keleluasaan dalam proses kreatif sampai tahapan memodifikasi, untuk sekolah menengah umun lebih detail atau guru memberikan ruang-ruang kreatif yang lebih luas sehingga muncul bentuk- bentuk baru yang lebih menarik. Sementara di ranah perguruan tinggi memberikan pengalaman dan pengetahuan yang lebih kompleks lagi sesuai dengan kemampuan, latar belakang mahasiswanya.
Keberhasilan sebuah proses kreatif seseorang ditentukan dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Pengalaman (experience) merupakan keseluruhan aktivitas manusia yang mencakup segala proses saling mempengaruhi antara organisme yang hidup dalam lingkungan sosial dan fisik. Dewey membangun berdasarkan asumsi bahwa pengetahuan berpangkal dari pengalaman- pengalaman dan bergerak kembali menuju pengalaman. Untuk menyusun kembali pengalaman tersebut tidak menentu ke arah keadaan tertentu. Pengalaman manusia memuat dimensi natural, intelektual, spiritual, moral, dan sosial. Pengalaman manusia yang kompleks dan multi dimensi merupakan fokus refleksi Dewey dalam mengembangkan filsafatnya. Pengalaman berkarakter dinamis, kontinyu dan perubahan.
Dewey mengembangkan sebuah refleksi filosofis yang berkarakter dinamis, kritis, pragmatis dan transformatif, (Mulyatno 2018).
Berkaitan dengan pengalaman, begitupun dengan bidang seni tari khususnya bidang penciptaan tari. pengalaman juga menjadi bagian terpenting dalam proses mencipta tari. dapat dikatakan bahwa seorang pencipta tari tidak dapat menciptaan sebuah karya tari jika tidak mempunyai pengalaman yang cukup dalam berkarya tari, entah itu dari kemampuan pola pikir, kemampuan pola tindak.
Susanne Langer (1942) bahwa manusia mempunyai potensi untuk membuat simbolisasi yaitu diskursus dan presentasi. Simbol diskursus menggunakan kata-kata sebagi alat untuk menyatakan semua pengalaman menjadi sesuatu yang berarti. Susunan dari rangkaian kata–kata membuat simbol diskursus menjadi datar dalam
struktur. Simbol presentasi bersifat kiasan dan menampilkan esensi dari rasa pikiran melalui penggunaan daya khayalan dan ilusi. Koreografi dapat dikatakan suatu wujud representasi dari simbolisasi, (Hawkins. Alma M 2003).
Pengalaman subjektif bisa menjadi isu suatu forma simbolis. Jika pengalaman ini adalah suatu perasaan yang kuat, maka pembentukan forma ini akan menunjukkan ekspresivitas yang sedemikian kuat mengakar, sehingga forma itu seolah-olah hidup. Forma akan menjadi nilai-nilai estetik suatu objek atau artifak, (Sachari Agus 2002)
Kehadiran sebuah karya tari tidak terlepas dari pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh pembuatnya. Seluruh rangkaian pengalaman menjadi rangsang utama dalam proses awal pembentuk karya. Proses tersebut tidak dapat secara langsung terejawantah dengan baik namun melalui proses yang bertahap. Tahapan dari proses tersebut yang harus dipahami dan menjadi bagian dari pengalaman itu sendiri. Rangsangan yang dimiliki menumbuhkan rasa ingin membuat, melakukan, hingga ketika menemukan hasil dari proses membuat dan melakukan itu terwujud ada semacam kepuasan dari pembuat. Pengalaman berproses kreatif harus terus dilakukan sehingga dapat menemukan bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan inovatif.
Pengalaman menjadi rangsang utk berproses kreatif dan berangkat dari pengalaman dapat memberikan kemampuan bereksperimen untuk menemukan sesuatu yang baru.
Eksperimen digunakan ketika manusia mengalami fase pengalaman yang akan menjadi pengetahuan. Ketika pengalaman yang dimiliki tersebut memberikan kesulitan maka manusia akan secara sadar menemukan dorongan—
dorongan untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapinya. Eksperimen juga diperlukan untuk bidang-bidang ilmu baik yang terkait secara langsung dengan manusia atau yang tidak mempunyai keterkaitan sama sekali. Eksperimen akan menjadi bagian yang melekat dari setiap proses pertumbuhan pengalaman yang hadir setiap saat.
SIMPULAN
Tari tradisi mempunyai bentuk baku yang mana bagi sebagian masyarakat beranggapan tidak dapat, tidak boleh berubah. Namun kebutuhan zaman dan semakin berkembangnya kehidupkan maka tari tradisi mulai dikembangkan, atau digunakan sebagai pijakan.
710 Tari kreasi dengan bentuk barunya mendapatkan tempat tersendiri bagi masyarakat penikmatnya.
Perubahan yang terjadi pada bentuk tari kreasi tidak mempengaruhi bentuk tari tradisi yang ada tetapi bentuk baru akan menambah kekayaan dari bentuk tari itu sendiri.
Proses yang digunakan dalam membentuk tari kreasi adalah proses kreatif yang terdiri dari eksplorasi, improvisasi, pembentukan dan evaluasi. Proses ini mendapat penambahan pengembangan dan variasi serta struktur keruangan tari. Melihat dari sisi kebutuhan pengembangan tari maka perlu ditambahkan unsur-unsur pendukung tari sebagai penguat dari konsep garapan tari kreasi tersebut. Konsep dasar sangat diperlukan untuk memberikan batasan akan arah bentuk tari tersebut.
Ranah pendidikan seni, proses kreatif diajarkan dalam konsep yang paling sederhana hanya sebatas pengembangan dasar walaupun tetap menggunakan proses kreatif tersebut, sedangkan untuk tingkatan yang lebih tinggi menggunakan penambahan konsep garapan yang lebih rumit dan detail. Pendidikan seni memberikan ruang untuk berproses kreatif dengan baik dan maksimal sehingga tumbuh pribadi-pribadi yang selalu inovatif, dan mampu mewujudkan pengalaman-pengalaman melalui ekperimen yang nyata. Pengalaman yang dieksperimenkan menjadi bagian dari pengetahuan.
REFERENSI
Hadi, Y. Sumandiyo. 2016. Koreografi: Bentuk- Teknik-Isi. Yogyakarta: Cipta Media.
Hawkins. Alma M. 2003. Moving From Within: A New Method for Dance Making. Bandung:
Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Hera, Treny, and Nurdin. 2019. “Kontribusi Motivasi Mahasiswa Dalam Proses Kreatif Penciptaan Tari Pada Mata Kuliah Koreografi.” Sitakarai: Pendidikan Seni Dan
Seni Budaya 4(1). doi:
http://dx.doi.org/10.31851/sitakara.v4i1.255 8.
Irawan, Deddy. 2017. “Pendidikan Seni Membumikan.” Pp. 19–32 in Paradigma Pendidikan Seni, edited by Deddy Irawan.
Yogyakarta: Thafa Media.
Kaelan. 2012. Metode Peneltian Kualitatif Interdisipliner Bidang Sosial, Budaya, Filsafat, Seni, Agama Dan Humaniora.
Pertama. Yogyakarta: Paradigma.
Maryono. 2012. Analisis Tari. Solo: ISI Press Solo.
Mulyatno. 2018. “Peran Filsafat Dalam Transformasi Masyarakat Menurut John Dewey.” Jurnal Filsafat Arete 7(1).
Rochayati, Rully, Efita Elvandari, and Treny Hera.
2022. “Penataan Karya Tari Kipas Chandani Sebagai Materi Tari Kreasi Baru Di Universitas PGRI Palembang.” Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) 4(4):2162–71. doi:
10.34007/jehss.v4i4.1026.
Rochayati, Rully, and Dewi Purwaningsari. 2022.
“Karya Tari Sang Misionaris : Interpretasi Karya Misi Paulus Tjen On Ngiedi Keuskupan Pangkalpinang.” Jurnal Pendidikan Dan Penciptaan Seni 2(2):92–
102. doi: DOI: 10.34007/jipsi.v2i2.295.
Sachari Agus. 2002. Estetika: Makna, Simbol Dan Daya. Bandung: Penerbit ITB.
Smith. Jacqueline. 1985. Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. Yogyakarta:
Ikalasti.
Sugiarto, Eko. 2019. Kreativitas Seni &
Pembelajarannya. edited by T. R. Rohidi.
Yogyakarta: Lkis.
Sugiarto, Eko, and Tjetjep Rohendi. Rohidi. 2021.
Pendidikan Seni Berbasis Masyarakat:
Pandangan Paradigmatik Untuk Arah Pendidikan Seni. 1st ed. Semarang: LPPM Unnes.
Triyanto. 2017. Spirit Ideologis Pendidikan Seni.
Semarang: Cipta Prima Nusantara.