• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor pendukung keberhasilan Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun dalam pengembangan pendidikan di pondok pesantren Darullughah Wadda’wah yaitu dukungan pemerintah, masyarakat, dan keluarga

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Faktor pendukung keberhasilan Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun dalam pengembangan pendidikan di pondok pesantren Darullughah Wadda’wah yaitu dukungan pemerintah, masyarakat, dan keluarga"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

143 PERANAN AL-HABIB HASAN BIN AHMAD BAHARUN

DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

DI PONDOK PESANTREN DARULLUGHAH WADDA’WAH RACI-BANGIL-PASURUAN

Mahmud Abstrak:

Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun merupakan ulama yang memiliki karismatik tinggi dan berwawasan luas. Sebagai pengasuh pondok pesantren Darullughah Wadda’wah beliau berhasil memimpin dan mengembangkan lembaga pendidikan tersebut dalam waktu yang relative singkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun mempunyai peranan yang sangat besar dalam pengembangan pendidikan di pondok pesantren Darullughah Wadda’wah. Di antara usaha yang beliau lakukan adalah meningkatkan profesionalisme tenaga edukatif, meningkatkan kedisiplinan santri, mengembangkan kurikulum dan metode pembelajaran, membangun sarana dan prasarana pondok, menjalin kerja sama dengn beberapa lembaga pendidikan terkemuka di Timur Tengah, penerapan bahasa Arab sebagai bahasa sehari-hari di pondok, lahirnya para alumnus yang siap terjun ke masyarakat yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia bahkan manca negara. Faktor pendukung keberhasilan Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun dalam pengembangan pendidikan di pondok pesantren Darullughah Wadda’wah yaitu dukungan pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Sedangkan faktor penghambatnya adalah adanya orang-orang/pihak-pihak yang suka memfitnah dan mengganggu pondok pesantren serta kurangnya dana pesantren.

Kata kunci:

Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun, upaya pengembangan pendidikan pondok pesantren, faktor pendukung dan penghambat pengembangan pendidikan pondok pesantren

Penulis adalah dosen tetap Prodi PAI STAI Rakha Amuntai, email:

[email protected]

(2)

144

A.Pendahuluan

Sejarah merupakan gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan kepahaman tentang apa yang berlaku.1 Karenanya pengkajian sejarah mempunyai makna khusus di dalam pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan ketersingkapan kesadaran identifikasi yang merefleksikan maniferstasi atas dirinya.2

Tujuan mempelajari sejarah dengan mengadakan rekonstuksi kejadian-kejadian masa lalu adalah masa kini dan mendatang menuju yang lebih baik dan sempurna lagi bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Tidak diragukan lagi bahwa al-Quran memandang sejarah sebagai suatu pelajaran, sumber pengetahuan, dan sebagai bahan renungan yang baik yang perlu diberi perhatian yang mendalam.3 Di sisi lain, dengan mempelajari sejarah, manusia dapat mengevaluasi kegiatan atau kejadian saat ini, apakah lebih maju atau mengalami kemerosotan jika dibandingkan dengan kejadian sebelumnya.

Allah Swt. berfiman dalam Surat Yusuf ayat 111 yang artinya:

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”4

1M. Shalihin Manan, Pengantar Metode Penelitian Sejarah di Indonesia.

Surabaya: Usaha Nasional , 1998, hal. 11

2 Effat Al-Syarqawi, Filsafat Kebudayaan Islam, ter. Ahmad Rofi’I Utsmani, Bandung: Mizan, 1999, hal. 22

3 Mutadha, Menguak Masa Depan Umat Manusia, Suatu Pendekatan Filsafat, Jakarta: Pustaka Hidayah. 1991, hal. 59

4 Depatemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Bumi Restu, 1988, hal. 366

(3)

145 Selain itu, Nabi Muhammad SAW memandang dirinya sebagai pembaharu sosial agama yang melaksanakan kenabiannya dan untuk memberikan suatu kerangka bagi suatu wadah sejarah yang sangat luas untuk diisi dan ditafsirkan oleh para sejarawan. Terdapat pula aspek lain dari kesadaran sejarah yang dipupuk oleh Nabi Muhammad SAW peristiwa sejarah masa lalu dalam seluruh manifestasinya yang hakiki sangat penting dalam perkembangan peradaban Islam.5 Hal ini terbukti dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad SAW mengadakan reformasi total (tatanan baru) kehidupan masyarakat jahiliyah menuju masyarakat Arab yang beradab.

Salah seorang pembaharu pendidikan yang berhasil menghembuskan roh Islam kepada murid-murinya, terutama santri yang belajar di pondok pesantren yang ia dirikan adalah Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun. Beliau adalah seorang ulama besar dan tokoh agama serta pengasuh pondok pesantren Darullughah Wadda’wah Bangil yang terkenal dengan pondok pesantren Dalwa. Yang lebih menarik lagi, Beliau dikenal sebagai ulama yang memiliki nilai-nilai kharismatik yang tinggi yang berpengaruh terhadap system pendidikan yang dipimpinnya.

Dalam umur yang masih muda (singkat) dibandingkan dengan pondok- pondok pesatren yang ada di sekitar Bangil, pondok pesantren Darullughah Wadda’wah merupakan lembaga pendidikan yang telah banyak mencapai kemajuan, baik di bidang kurikulum yang telah menerapkan kurikulum nasional khususnya di bidang pendidikan formal, dan telah banyak disediakan berbagai macam fasilitas untuk menunjang proses pembelajaran, metode pengajaran, jumlah santri yang dari tahun ke tahun semakin bertambah baik yang berasal dari dalam daerah maupun luar daerah bahkan dari luar negeri. Dari segi fisik, secara bertahap pembangunan terus dilaksanakan untuk melengkapi fasilitas asrama seperti kamar mandi, toilet, tempat wudhu, renovasi masjid, dan aula serta fasilitas olah raga.

5Taufiq Abdullah, Ilmu Sejarah dan Historiografi Arah dan Persfektif, Jakarta: PT. Gramedia, 1988, hal. 56

(4)

146

Seorang pemimpin dalam sebuah lembaga pendidikan mempunyai fungsi dan peranan yang sangat besar dalam mengawasi, mengatur, dan menguasai lembaga tersebut agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Lebih dari itu agar lembaga tersebut dapat maju dan berkembang secara dinamis. Pola kepemimpinan dan system pendidikan yang diterapkan oleh Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun kepada santri-santrinya mendapatkan sambutan yang sangat positif. Hal tersebut terbukti dari sekian banyak alumni pondok pesantren Darullughah Wadda’wah yang menjadi tokoh ulama dan pemimpin masyarakat dan bahkan pengasuh pondok pesantren. Seperti Al-Habib Miqdad bin Qasim Baharun (Cirebon), Al-Habib Hasan bin Musthafa Al-Haddad (Pontianak), Ustadz Mulkani (Banjarmasin), dan lain-lain. Kepeloporan dan kebijaksanaan serta pola pendidikan yang dipraktikkannya kepada para santrinya dan masyarakat luas telah banyak menyumbangkan kualitas kader bangsa yang lebih dinamis terutama di kalangan pondok pesantren serta dapat lebih memberikan sumbangan berharga dalam rangka pengembangan pendidikan agama Islam di berbagai pelosok tanah air.

B. Pembahasan

1. Usaha-Usaha yang Dilakukan Oleh Habib Hasan Bin Ahmad Baharun Dalam Mengembangkan Pendidikan di Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah

Di antara upaya-upaya yang dilakukan oleh Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun dalam mengembangkan pendidikan di pondok pesantren Darullughah Wadda’wah adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Edukatif (Guru)

Langkah-langkah yang dilakukan oleh Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun dalam meningkatkan profesionalisme guru adalah mengadakan koordinasi antara pengurus bagian pengajar dengan para ustadz dalam menyusun jadwal kegiatan pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk menghindari agar para ustadz tidak mengajar rangkap dalam satu hari dan waktu yang

(5)

147 berurutan sehingga para ustadz dapat mempersiapkan materi yang akan disampaikan dengan baik. Memberikan beban kepada ustadz yang akan mengajar dengan mata pelajaran yang sesuai dengan bidang keahliannya. Sehingga para ustadz benar-benar menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada santrinya. Mengadakan musyawarah khusus dengan para pengajar untuk memecahkan setiap kendala dan kesulitan yang dihadapi dalam proses belajar-mengajar, baik menyangkut metode, materi, kurikulum, maupun sistem yang cocok untuk diterapkan. Meningkatkan kualitas tenaga edukatif yaitu dengan pengajian-pengajian tambahan atau pengajian khusus serta dikirimnya ustadz ke luar negeri untuk belajar dengan tujuan agar para ustadz bertambah luas wawasan keilmuannya.

Meningkatkan kewibawaan para ustadz dengan selalu mengarahkan dan mengingatkan para ustadz untuk selalu berperilaku yang baik ketika mengajar maupun di luar jam mengajar sesuai dengan profesinya yaitu sebagai guru, sehingga dapat menjadi suri teladan bagi santri.

b. Meningkatkan Kedisiplinan Santri

Untuk mengatasi masalah pelanggaran santri terhadap peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh pondok pesantren, maka Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun menggunakan pendekatan Fisiologi. Langkah-langkah awal adalah dengan memperingatkan setiap pelaku pelanggaran, kemudian kalau masih terulang kembali maka akan diberikan nasihat secara khusus kepada pelaku pelanggaran. Untuk mengatasi pelanggaran santri yang tidak mengikuti shalat berjama’ah, Al- Habib Hasan bin Ahmad Bahrun sering memberikan nasihat dan ceramah tentang manfaat dan fadhilah shalat berjama’ah. Di samping itu juga, beliau langsung turun dalam pengontrolan dan membangunkan para santri ketika sudah sampai waktu shalat.

Diharapkan dengan demikian lambat laun akan menimbulkan kesadaran santri akan pentingnya shalat berjama’ah dan

(6)

148

kedisiplinan dalam berbagai hal. Dalam usaha meningkatkan kedisiplinan santri dan menjaga ketertiban pondok pesantren Al- Habib Hasan bin Ahmad Baharun membuat peraturan-peraturan yang dapat mengikat dan menyatukan langkah dalam mencapai hasil yang baik dan realistis.

c. Mengembangkan Kurikulum dan Metode Pembelajaran Pesantren Meski bentuk pondok pesantren telah mengalami perkembangan tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat serta akibat kemajuan dan perkembangan lebih jauh untuk menyesuaikan diri dengan sistem pendidikan pada lembaga formal seperti Madrasah Ibtidaiyyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Sekolah Tinggi Agama Islam. Namun tetap melaksanakan ciri khas pengajaran pondok pesantren yaitu sorogan dan bandongan.

Pembinaan dan pendidikan yang dilakukan oleh Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun kepada para santrinya berlangsung selama 24 jam selama 7 hari. Hal ini sangat mudah dilakukan karena asrama para santri berada di sekitar rumahnya. Di samping itu juga dengan sistem pengawasan 24 jam dan keberadaan Al- Habib Hasan bin Ahmad Bahrun sebagai ulama kharismatik di lembaga pesantren, maka system pendidikan yang utuh dengan mudah dapat tercapai. Metode pembelajaran yang digunakan oleh Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun adalah pertama, metode klasikal yang meliputi metode sorogan, wetonan/

bandongan (halaqah), gabungan, muhawarah (percakapan), dan hapalan. Kedua, non-klasikal yaitu system pendidikan yang berjenjang yang menggunakan alat peraga, evaluasi dengan berbagai variasi dan latihan-latihan. Prinsip-prinsip psikologi perkembangan pendidikan dan proses belajar mengajar mulai diterapkan, dan metode pengajaran baru pada masing-masing jenjang dipraktikkan. Kenaikan kelas, pembahasan masa sekolah diadakan sembari administrasi sekolah pun dilaksanakan dalam organisasi yang tertib.

(7)

149 d. Membangun Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren

Peranan Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun dalam pembangunan pondok pesantren Darullughah Wadda’wah sangat besar. Ia bukan termasuk dari golongan orang yang konglomerat.

Ia memulai pembangunan pondok pesantren mulai dari nol tetapi dengan modal tawakkal dan ikhlas yang tinggi, Ia mampu membangun lembaga pendidikan yang megah dengan fasilitas yang memadai. Dalam mengembangkan pondok pesantren, Al- Habib Hasan bin Ahmad Baharun mempunyai prinsip bahwa pembangunan pondok pesantren yang dilakukannya adalah merupakan proyek Allah SWT. Oleh karena itu, beliau sangat yakin apa beliau lakukan pasti akan selesai (berhasil) walaupun dengan dana seadanya, tinggal menatanya agar selalu ikhlas.

e. Menjalin Kerjasama Dengan Beberapa Lembaga Pendidikan Terkemuka di Timur Tengah

Di antara usaha Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun untuk memperdalam keilmuan santri dan memperluas wawasan mereka adalah dengan mengirim para santri yang berprestasi ke beberapa lembaga pendidikan di Timur Tengah untuk memperdalam ilmu pengetahuan di sana. Hal tersebut diharapkan agar keilmuan yang dimiliki santri benar-benar luas, sehingga setelah pulang dari sana mereka benar-benar siap untuk terjun ke masyarakat atau mengabdi (mengajar) di pondok pesantren. Di antara lembaga-lembaga di Timur Tengah yang menjadi tujuan belajar santri-santri pondok pesantren Darullughah Wadda’wah adalah: Universitas Al-Ahqaf (Yaman), Universitas Hudaida (yang diasuh oleh Syekh Ali Mur’i, Yaman), Ribath Tarim (yang diasuh oleh Al-Habib Salim Asy-Syathiri, Hadramaut) Ribath Darul Musthafa (yang diasuh oleh Habib Umar bin Hafizh BSA, Tarim) Ribath Al-Habib Zain bin Smith (Madinah), Ribath Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al- Hasani (Mekkah), dan lain-lain.

(8)

150

2. Hasil Perjuangan Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun Dilihat Dari Keadaan Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah

Kemajuan yang telah dicapai oleh pondok pesantren Darullughah Wadda’wah dalam waktu yang relatif singkat sejak berdiri sampai sekarang adalah sebagai berikut:

a. Dibangunnya sarana dan prasarana pondok pesatren b. Berdirinya lembaga pendidikan formal

c. Pertumbuhan jumlah santri secara signifikan

d. Terjalinnya hubungan kerjasama antara pondok pesantren Darullughah Wadda’wah dengan beberapa lembaga pendidikan di Timur Tengah

e. Penerapan Bahasa Arab sebagai bahasa sehari-hari di Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah

f. Lahirnya para alumnus yang siap terjun ke masyarakat yang tersebar di berbagai daerah di indonesia bahkan manca negara.

3. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Keberhasilan Al- Habib Hasan Bin Ahmad Baharun Dalam Usahanya Mengembangkan Pendidikan di Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah

a. Faktor Pendukung

1). Dukungan Pemerintah

Walau bagaimanapun juga sebuah lembaga pendidikan akan membutuhkan dukungan pemerintah termasuk pondok pesantren. Oleh karena itu, Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun menjalin hubungan dengan beberapa instansi pemerintahan. Bangunan-bangunan yang telah dibangun di pondok pesaantren itu semuanya atas izin pemerintah dan ditanggung oleh Bupati setempat. Ini semua karena kedekatannya dengan pemerintah dan atas dukungan serta bantuan dari pemerintah.

(9)

151 2). Dukungan Masyarakat

Pergaulan Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun sangat luwes. beliau tidak pernah membedakan dengan siapa pun beliau bergaul, baik dari kalangan masyarakat biasa maupun pejabat pemerintahan sehingga beliau sangat disenangi oleh masyarakat. Hal tersebut terbukti dengan adanya masyarakat yang bersilaturrahmi ke pondok pesantren setiap hari, baik untuk bertanya tentang masalah agama, minta pendapat, minta bantuan, dan lain-lain.

3). Dukungan keluarga

Salah satu faktor pendukung keberhasilan Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun dalam mengembangkan pendidikan di pondok pesantren Darullughah Wadda’wah adalah adanya dukungan keluarga terutama dari istri beliau sendiri. Sikap pengertian, kesabaran, dan ketabahan yang dimiliki oleh istri beliau sangat luar biasa. Untuk memenuhi kebutuhan pondok pesantren tidak jarang Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun harus pergi ke luar negeri untuk mencari bantuan. Biasanya beliau berangkat pada bulan Syawwal dan baru pulang pada bulan Sya’ban. Walaupun demikian istri beliau tetap sabar menunggunya. Bahkan ketika pondok pesantren kekurangan dana istrinya sering memberikan perhiasannya untuk dijual dan uangnya digunakan untuk keperluan pondok pesantren.

Begitu juga dengan kesabaran putera-putrinya yang begitu mendukung terhadap perjuangan Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun dalam memperjuangkan pondok pesantren Darullughah Wadda’wah.

b. Faktor Penghambat

Di antara hambatan yang dihadapi oleh Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun adalah adanya orang-orang atau pihak- pihak yang suka memfitnah dan mengganggu pondok peasntren.

Walau demikian beliau dapat menghadapinya dengan sabar.

Bahkan tidak jarang beliau memberikan hadiah dan membantu

(10)

152

urusan-urusan mereka seakan-akan beliau tidak tahu bahwa orang tersebut telah mengganggunya. Selain itu juga faktor penghambat keberhasilan pondok pesantren Darullughah Wadda’wah adlah masalah dana (keuangan). Jumlah santri yang senantiasa meningkat pesat tentunya menuntut kepada pemenuhan berbagai kebutuhan terutama pembangunan fasilitas pondok dan pemenuhan konsumsi santri setiap hari. Adanya ketimpangan dana antara pemasukan dan pengeluaran pondok pesantren disebabkan karena adanya dispensasi yang diberikan oleh Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun kepada sebagian santri yang tidak mampu. Untuk menutupi kebutuhan-kebutuhan tersebut, kadang beliau meminta bantuan kepada para dermawan (non-pemerintahan) bahkan tidak jarang beliau harus berangkat ke luar negeri untuk meminta bantuan.

C. Penutup

1. Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun merupakan sosok ulama yang utuh, dalam artian beliau tampil sebagai sosok intelektualis dan ulama sufi yang memiliki kharisma yang tinggi. Beliau menguasai berbagai bidang keilmuan agama terutama ilmu bahasa Arab. Beliau mempunyai keahlian dalam berorganisasi dan berpolitik (Siyasah Islamiyyah). Di antara usaha yang telah beliau lakukan untuk mengembangkan pendidikan di pondok pesantren Darullughah Wadda’wah adalah meningkatkan profesionalisme tenaga edukatif, meningkatkan kedisiplinan santri, mengembangkan kurikulum dan metode pembelajaran, membangun sarana prasarana pondok, menjalin kerjasama dengan beberapa lembaga pendidikan terkemuka di Timur tengah.

2. Hasil perjuangan Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun dalam mengembangkan pendidikan di Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah dilihat dari dibangunnya berbagai sarana prasarana pondok pesantren, berdirinya lembaga pendidikan formal,

(11)

153 pertumbuhan jumlah santri secara signifikan, terjalinnya hubungan kerjasama antara pondok pesantren dengan lembaga pendidikan terkemuka di Timur Tengah, penerapan bahasa Arab sebagai bahasa sehari-hari di pondok pesantren, dan lahirnya para alumnus yang siap terjun ke masyarakat yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia bahkan manca negara.

3. Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun dalam pengembangan pendidikan di pondok pesantren Darullughah Wadda’wah yaitu dukungan pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Adapun faktor penghambat perjuangannya adalah adanya orang-orang yang suka memfitnah dan mengganggu pondok pesantren dan kurangnya dana keuangan pondok pesantren.

(12)

154

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufiq, Ilmu Sejarah dan Historiografi Arah dan Persfektif, Jakarta: PT. Gramedia, 1988.

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Bumi Restu, 1988.

Mannan, M. Shalihin, Pengantar Metode Penelitian Sejarah di Indonesia.

Surabaya: Usaha Nasional, 1998.

Mutadha, Menguak Masa Depan Umat Manusia, Suatu Pendekatan Filsafat, Jakarta: Pustaka Hidayah. 1991.

Syarqawi Al, Effat, Filsafat Kebudayaan Islam, ter. Ahmad Rofi’i Utsmani, Bandung: Mizan, 1999.

Referensi

Dokumen terkait

Asyhar Romadhoni, Hasan Basri: Modernisasi Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren… TAMADDUN Homepage : http://journal.umg.ac.id/index.php/tamaddun 93 pendidikan pesantren dipondok