• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Anggota Terbaik Pemadam Kebakaran Dengan Menggunakan Metode Analitycal Hierarchy Proses (AHP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Anggota Terbaik Pemadam Kebakaran Dengan Menggunakan Metode Analitycal Hierarchy Proses (AHP)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom |Page | 538

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Anggota Terbaik Pemadam Kebakaran Dengan Menggunakan Metode Analitycal Hierarchy Proses (AHP)

Reva Gunawan

Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budi Darma, Medan, Indonesia Jalan Sisingamangaraja No. 338 Medan, Indonesia

Abstrak

Kebakaran merupakan suatu ancaman bagi keselamatan manusia, harta benda maupun lingkungan. Penduduk semakin padat, pembangunan gedung-gedung perkantoran, kawasan perumahan, industry yang semakin berkembang menimbulkan kerawanan apabila terjadi kebakaran sehingga membutuhkan penanganan secara khusus. Dinas pemadam kebakaran atau BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) adalah unsur pelaksana pemerintah yang diberi tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas penanganan masalah kebakaran dan bencana yang termasuk dalam dinas gawat darurat atau Rescue (Penyelamat) seperti Ambulans dan Badan SAR Nasional.

AHP (Analitycal Hierarchy Proses) adalah metode untuk memecahkan suatu situasi yang komplek tidak terstruktur kedalam beberapa komponen dalam susunan yang hirarki, dengan memberi nilai subjektif tentang pentingnya setiap variabel secara relatif, dan menetapkan variabel mana yang dimiliki prioritas paling tinggi guna mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif yang terbaik. Seperti melakukan penstrukturan persoalan, penentuan alternatif- alternatif, penenetapan nilai kemungkinan untuk variabel aleatori, penetap nilai, persyaratan preferensi terhadap waktu, dan spesifikasi atas resiko.

Dari hasil penelitian menunjukkan pemanfaatan AHP sebagai model sistem pendukung keputusan pemilihan Anggota Terbaik Pemadam Kebakaran Dinas Pemadam Kebakaran dapat membantu admin dalam menentukan Anggota Terbaik dengan proses pembobotan multikriteria dan seleksi dengan lebih cepat, cermat dan lebih efektif.

Kata Kunci: Sistem Pendukung Keputusan, AHP.

Abstract

Fire is a threat to human safety, property and the environment. Increasingly dense population, the construction of office buildings, residential areas, industries that are increasingly developing causing vulnerability in the event of a fire that requires special handling. The fire brigade or BPBD (Regional Disaster Management Agency) is a government implementing element that is given responsibility in carrying out the tasks of handling fire and disaster problems which are included in the emergency department or Rescue (Rescuers) such as Ambulance and the National SAR Agency. AHP (Analitycal Hierarchy Process) is a method for solving an unstructured complex situation into several components in a hierarchical arrangement, by giving a subjective value of the relative importance of each variable, and determining which variable has the highest priority to influence the outcome of the situation . The decision making process is basically choosing the best alternative. Such as structuring the problem, determining alternatives, determining the likelihood value for the aleatori variable, setting the value, the preference requirements over time, and the specification of risk. The results of the study show that the use of AHP as a model of decision support systems for selecting the Best Members of the Fire Department can help the admin in determining the Best Member with a multi-criteria weighting process and selection more quickly, accurately and more effectively.

Keywords: Decision Support System, AHP.

1. PENDAHULUAN

Kebakaran merupakan suatu ancaman bagi keselamatan manusia, harta benda maupun lingkungan. Penduduk semakin padat, pembangunan gedung-gedung perkantoran, kawasan perumahan, industry yang semakin berkembang menimbulkan kerawanan apabila terjadi kebakaran sehingga membutuhkan penanganan secara khusus. Dinas pemadam kebakaran atau BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) adalah unsur pelaksana pemerintah yang diberi tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas penanganan masalah kebakaran dan bencana yang termasuk dalam dinas gawat darurat atau Rescue (Penyelamat) seperti Ambulans dan Badan SAR Nasional. Pemadam kebakaran disingkat Damkar atau PMK adalah pasukan yang bertugas memadamkan kebakaran, melakukan penyelamatan, dan menanggulangi bencana atau kejadian lainnya.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah lembaga pemerintah non-departemen yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerah, baik provinsi maupun kabupaten atau kota dengan berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana. BPBD di bentuk berdasarkan Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2008, menggantikan Satuan Koordinasi Pelaksana Penanganan Bencana (Satkorlak) di tingkat provinsi dan Satuan Pelaksana Penanganan Bencana (Satlak PB) di tingkat kabupaten atau kota, yang keduannya di bentuk berdasarkan peraturan Presiden nomor 83 tahun 2005.

Pemilihan Anggota Terbaik Pemadam kebakaran di Kabupaten Gayo Lues dibentuk dengan keputusan Bupati dengan melibatkan sejumlah unsur-unsur yang bertugas di Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Kab. Gayo Lues. Musyawarah Kelompok Kerja Anggota Pemadam Kebakaran dan Tokoh Masyarakat. Anggota Terbaik pemadam kebakaran dipilih berdasarkan kriteria yaitu: Prilaku, Kemampuan, Kedisiplinan, Pendidikan dan Pengalaman Kerja. Bagi Anggota pemadam kebakaran yang memperoleh hasil penilaian tertinggi, maka Anggota tersebut yang berhak menjadi Anggota terbaik pemadam kebakaran dan akan diberikan penghargaan berupa piagam.

Permasalahan muncul karena banyak terdapat kepentingan dalam pemberian penilaian terhadap Anggota Pemadam Kebakaran, sehingga penilaian tersebut tidak dilaksanakan secara transparan. Adanya kepentingan dalam memberikan nilai Anggota Pemadam Kebakaran berdampak pada hasil keputusan yang diberikan tidak tepat. Untuk itu pemilihan Anggota Pemadam Kebakaran terbaik harus bebas dari kepentingan kelompok atau golongan, berdasarkan suku, agama, ras, daerah,

(2)

http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom |Page | 539 politik, dan lain-lain, tapi sepenuhnya didasarkan atas pertimbangan keadilan berdasarkan Prilaku, Kemampuan, Kedisiplinan, Pendidikan dan Pengalaman Kerja. dalam melaksanakan tugas yang berkualitas.

Untuk mengatasi permasalahan diatas, maka perlu dibangun suatu Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dengan menerapkan metode perankingan yang dapat mempermudah menentukan Anggota pemadam kebakaran Terbaik dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP merupakan yang dibangun dengan pendekatan, yaitu pada permasalahan jika terdapat kriteria bersifat subjektif lebih banyak (Raharjo dkk, 2002). Penentuan bobot prioritas AHP tidak dapat digunakan untuk permasalahan data yang tidak pasti dan ketidak telitian dalam menentukan keputusan yang bersumber dari pernyataan pemikiran manusia. Oleh karena itu, pernyataan perbandingan pada AHP dijadikan sebagai himpunan dalam perbandingan AHP. Metode Analytical Hierarchy Process memerlukan proses normalisasi karena metode ini mengalihkan hasil penilaian setiap atribut. Hasil perkalian tersebut belum bermakna jika belum dibandingkan (dibagi) dengan nilai standart. Bobot untuk atribut manfaat berfungsi sebagai pangkat positif dalam proses perkalian, sementara bobot biaya berfungsi sebagai pangkat negatif.

Adapun penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya adalah sebagai berikut, Penelitian oleh Tominanto dengan judul Sistem Pendukung Keputusan Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Penentuan Prestasi Kinerja Dokter Pada RSUD. Sukoharjo. Dalam penelitian yang juga mengangkat Sistem Pendukung Keputusan dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) menyatakan bahwa untuk menentukan nilai keputusan maka dibutuhkan susunan kriteria-kriteria yang masing-masing memiliki nilai (Jurnal SNTN ISSN 2338-4018). Tominanto dalam Jurnal Informatika, Vol.2, No.1, Agustus 2012 menyatakan Konsep metode AHP adalah merubah nilai-nilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif. Sehingga keputusan-keputusan yang diambil bisa lebih obyektif. Berdasarkan hal tersebut maka metode ini dapat digunakan sebagai solusi permasalahan dari dinas pertamanan kota medan.

2. LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Pendukung Keputusan

Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System/DSS) merupakan system informasi yang menyediakan informasi, pemodelan dan pemanipulasian data. Sistem ini digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang semiterstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan harus dibuat [1]. Sistem Pendukung Keputusan ini bertujuan untuk menyediakan informasi, membimbing, memberikan prediksi serta mengarahkan kepada pengguna informasi agar dapat melakukan pengambil keputusan dengan lebih baik.

2.2 Pemadam Kebakaran

Pemadam kebakaran, Branwir, PMK, atau damkar adalah petugas atau dinas yang dilatih dan bertugas untuk menanggulangi kebakaran. Petugas pemadam kebakaran selain terlatih untuk menyelamatkan korban dari kebakaran, juga dilatih untuk menyelamatkan korban kecelakaan lalu lintas,gedung runtuh, dll. Dinas pemadam kebakaran dan/atau BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) adalah unsur pelaksana pemerintah yang diberi tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas penanganan masalah kebakaran dan bencana yang termasuk dalam dinas gawat darurat atau Rescue/(Penyelamatan) seperti Ambulans dan Badan SAR Nasional. Para Pemadam Kebakaran dilengkapi dengan pakaian anti-panas atau anti-api dan juga helm serta boot/sepatu khusus dalam melaksanakan tugas, dan biasanya pakaianya dilengkapi dengan scotlight reflektor berwarna putih mengkilat agar dapat terlihat pada saat pelaksanaan tugas[4].

Pemadaman kebakaran merupakan tindaklanjut dari kegagalan usaha-usaha pencegahan kebakaran. Dalam melakukan pemadaman kebakaran, petugas pemadam kebakaran dihadapkan pada situasi extreme yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja, dengan kata lain sangat beresiko tinggi. Oleh karenanya dalam melakukan pemadaman kebakaran dibutuhkan keterampilan khusus, disiplin tinggi dan kerjasama tim yang baik.

2.3 Fuzzy Multiple Attribute Decision Making (FMADM)

Fuzzy Multiple Attribute Decision Making (FMADM) adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif dengan kriteria tertentu. Inti dari FMADM adalah menentukan nilai bobot untuk setiap atribut,kemudian dilanjutkan dengan proses perankingan yang akan menyeleksi alternatif yang sudah diberikan. Pada dasarnya, ada 3 pendekatan untuk mencari nilai bobot atribut, yaitu pendekatan subyektif, pendekatan obyektif dan pendekatan integrasi antara subyektif dan obyektif. Masing-masing pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan. Pada pendekatan subyektif, nilai bobot ditentukan berdasarkan subyektifitas dari para pengambil keputusan, sehingga beberapa faktor dalam proses perankingan alternatif bisa ditentukan secara bebas. Sedangkan pada pendekatan obyektif, nilai bobot dihitung secara matematis sehingga mengabaikan subyektifitas dari pengambil keputusan [5].

2.4 Analitical Hierarchy Prosess (AHP)

Secara sederhana, AHP sering diartikan sebagai pembobotan (penentuan prioritas) dari serangkaian persoalan yang dihadapi, baik terhadap kriteria maupun alternatifnya. AHP dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan yang kompleks[6].

Secara sederhana, Analitical Hierarchy Process dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut [6]:

1. Rancangan/struktur keputusan dari persoalan yang dihadapi.

2. Perhitungan berpasangan (pairwise comparison).

(3)

http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom |Page | 540 3. Sintesa prioritas (bobot).

4. Uji konsistensi

3. ANALISA DAN PEMBAHASAN

Memilih anggota terbaik pemadam kebakaran menggunakan metode ahp harus dengan memiliki kriteria-kriteria yang tepat serta memilih bobot yang tepat untuk masing-masing tingkat kepentingan sehingga menghasilkan pendukung keputusan yang dapat dijadikan rujukan kuat sebagai penentu keputusan akhir. Untuk memilih personal ataupun orang diperlukan penilaian personal dan penilaian kemampuan orang tersebut terhadap profesi yang dikerjakan. Kriteria-kriteria yang cocok untuk memilih anggota terbaik pemadam kebakaran adalah sebagai berikut :

1. Prilaku (K1)

Kriteria prilaku adalah kriteria yang menyangkut tentang sepak terjang anggota yang sedang dinilai, yang didapatkan melalui penilaian kuesioner oleh atasan dan teman sejawat.

2. Kemampuan (K2)

Kriteria kemampuan adalah kriteria yang berhubungan erat dengan penguasaan terhadap teori dan lapangan dalam memadamkan kebakaran, nilai dari kriteria kemampuan dapat didapatkan melalui hasil tes ujian tertulis maupun ujian praktek.

3. Kedisiplinan (K3)

Kriteria kedisiplinan adalah kriteria yang menyangkut tentang komitmen anggota pemadam kebaran dari segi waktu, yang dapat dilihat dari data absensi.

4. Pendidikan (K4)

Kriteria pendidikan dilihat dari riwayat sekolah formal ataupun informal yang dimiliki oleh anggota pemadam kebaran, nilai kriteria pendidikan dapat dilihat dari bukti ijazah atau sertifikat-sertifikat yang dimiliki.

5. Pengalaman Kerja (K5)

Kriteria pengalaman kerja adalah kriteria yang menilai pengalaman kerja anggota pemadam sebelum bekerja sebagai pemadam kebakaran, nilai untuk kriteria pengalaman kerja dapat diambil dari surat keterangan kerja dari perusahaan tempat anggota pemadam kebakaran pernah bekerja.

3.1 Penerapan Algoritma AHP

Sebelum melakukan proses penilaian pemilihan anggota terbaik pemadam kebaran, terlebih dahulu dilakukan identifikasi alternatif-alternatif yang akan dinilai. Alternatif adalah anggota pemadam kebakaran itu sendiri, yang dinilai menggunakan metode ahp. Berikut data 4 anggota pemadam kebaran sebagai alternatif:

Tabel 1. Alternatif Anggota Terbaik Pemadam Kebakaran.

No Nama

1 Darwinsyah

2 Usman Ali

3 M. Husin

4 Sukri Muliadi

Permasalahan yang akan diselesaikan diuraikan menjadi unsur-unsur kritera dan alternatif, kemudian disusun menjajdi sebuah diagram hirarki pendukung keputusan menggunakan metode ahp seperti di bawah ini :

Gambar 1. Struktur Hirarki AHP

Sebelum melakukan penilaian terhadap alternatif menggunakan metode ahp, terlebih dahulu perlu di ketahui tabel nilai skala perbandingan berpasangan dan tabel nilai indeks random seperti di bawah :

(4)

http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom |Page | 541 Tabel 2. Skala Nilai Perbandingan Berpasangan

Nilai Keterangan

1 Kriteria/alternatif A sama penting dengan kriteria/alternatif B 3 A sedikit lebih penting dari B

5 A jelas lebih penting dari B 7 A sangat jelas lebih penting dari B 9 Mutlak lebih penting dari B

2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan

Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya. Proses perbandingan berpasangan, dimulai dari tingkat hirarki paling tinggi, dimana suatu kriteria digunakan sebagai dasar pembuatan perbandingan.

Tabel 3. Ketentuan Nilai Indeks Random AHP Ukuran Matriks Nilai RI

1, 2 0,00

3 0,58

4 0,90

5 1,12

6 1,24

7 1,32

8 1,41

9 1,45

10 1,49

11 1,51

12 1,48

13 1,56

14 1,57

15 1,59

Tabel nilai indeks random di atas digunakan untuk melihat dan menentukan rasion konsistensi yang didapatkan pada perhitungan mencari nilai perbandingan antara kritera. Setelah kedua tabel di atas telah diketahui maka sudah dapat dilakukan proses perhitungan perangkingan terhadap alternatif, antara lain :

Tabel 3. Penilaian Alternatif

Id Nama Prilaku (K1) Kemampuan

(K2)

Kedisiplinan

(K3) Pendidikan (K4) Pengalaman Kerja (K5)

1 Darwinsyah Baik Cukup Kurang Cukup Kurang

2 Usman Ali Cukup Baik Kurang Kurang Kurang

3 M. Husin Baik Kurang Cukup Baik Kurang

4 Sukri Muliadi Cukup Cukup Cukup Kurang Baik

Ketentuan datangnya penilaian:

1. Kriteria prilaku diberi nilai dengan Baik/Cukup/Kurang berdasarkan dari hasil kuesioner yang dijalankan di internal organisasi, nilai baik menandakan rata-rata yang memberikan nilai pada kuesioner prilaku baik.

2. Kriteria kemampuan diberi nilai dengan Baik/Cukup/Kurang berdasarkan dari hasil ujian tertulis dan ujian praktek yang dilakukan pada internal organisasi.

3. Kriteria kedisiplinan diberi nilai dengan Baik/Cukup/Kurang berdasarkan riwayat absensi atau ketidak hadiran, serta keteralambatan peserta sewaktu hadir pada jam kerja.

4. Kriteria pendidikan diberi nilai dengan Baik/Cukup/Kurang berdasarkan riwayat pendidikan peserta, tolok ukurnya adalah baik dengan pendidikan paling tinggi, sehingga pendidikan dibawahnya akan otomatis diberi nilai cukup atau kurang.

5. Kriteria pengalaman diberi nilai dengan Baik/Cukup/Kurang berdasarkan riwayat pengalaman bekerja sebagai pemadam kebakaran.

1. Perhitungan Prioritas Kriteria

Langkah-langkah dalam menghitung prioritas kriteria adalah sebagai berikut : a. Menghitung Matriks Perbandingan Berpasangan

Tahap ini adalah proses membandingkan tiap-tiap kriteria dengan kriteria yang lain, referensi nilai dari perbandingan ini adalah pada tabel 1 yaitu skala perbandingan berpasangan.

(5)

http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom |Page | 542 Tabel 4. Matriks Perbandingan Berpasangan

Prilaku Kemampuan Kedisiplinan Pendidikan Pengalaman Kerja

Prilaku 1 3 3 3 5

Kemampuan 1/3=0.333 1 3 3 5

Kedisiplinan 1/3=0.333 1/3=0.333 1 3 5

Pendidikan 1/3=0.333 1/3=0.333 1/3=0.333 1 3

Pengalaman_Kerja 1/5=0.2 1/5=0.2 1/3=0.2 1/3=0.333 1

Jumlah 2.199 4.866 7.533 10.333 19

b. Menghitung Matriks Nilai Kriteria

Matriks di bawah ini diperoleh dengan rumus :

Nilai baris kolom baru = nilai baris kolom lama/jumlah masing-masing kolom lama. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5. Matriks Nilai Kriteria

Prilaku Kemampuan Kedisi plinan Pendi dikan Pengalaman Kerja Jumlah

Baris Prioritas Prilaku

1/2.199=

0.455 0.617 0.398 0.29 0.263 2.023 0.405

Kemampuan 0.151 0.206 0.398 0.29 0.263 1.308 0.262

Kedisiplinan 0.151

0.333/4.866=

0.068 0.133 0.29 0.263 0.905 0.181

Pendidikan 0.151

0.333/4.866=

0.068 0.044 0.097 0.158 0.518 0.104

Pengalaman

Kerja 0.091 0.041 0.027 0.032 0.053 0.244 0.049

Jumlah 0.999 1 1 0.999 1 4.998

c. Menghitung Matriks Rasio Konsistensi

Perhitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi CR<=0.1, jika ternyata nilai CR lebih besar dari 0.1, maka matriks perbandingan harus diperbaiki. Untuk menghitung rasio konsistensi dibuat pada tabel 6.

Tabel 6. Matriks Rasio Konsistensi

Jumlah Baris Prioritas Hasil

Prilaku 2.023 0.405 2.428

Kemampuan 1.308 0.262 1.57

Kedisiplinan 0.905 0.181 1.086

Pendidikan 0.518 0.104 0.622

Pengalaman_Kerja 0.244 0.049 0.293

Jumlah 5.999

2. Perhitungan Prioritas Sub Kriteria

Langkah-langkah dalam menghitung prioritas sub kriteria adalah sebagai berikut : a. Menghitung Matriks Perbandingan Berpasangan

Tahap ini adalah proses membandingkan tiap-tiap sub kriteria dengan sub kriteria yang lain, referensi nilai dari perbandingan ini adalah pada tabel 7. yaitu skala perbandingan berpasangan.

Tabel 7. Matriks Perbandingan Berpasangan

Baik Cukup Kurang

Baik 1 3 5

Cukup 0.333 1 3

Kurang 0.2 0.333 1

Jumlah 1.533 4.333 9

b. Menghitung Matriks Nilai Sub Kriteria Matriks di bawah ini diperoleh dengan rumus :

Nilai baris kolom baru=nilai baris kolom lama/jumlah masing-masing kolom lama. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 8. Matriks Nilai Sub Kriteria

Baik Cukup Kurang Jumlah Baris Prioritas Prioritas Sub Kriteria

Baik 0.652 0.692 0.556 1.9 0.633 1

Cukup 0.217 0.231 0.333 0.781 0.26 0.411

Kurang 0.13 0.077 0.111 0.318 0.106 0.167

(6)

http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom |Page | 543

Jumlah 0.999 1 1 2.999 0.999 1.578

c. Menghitung Matriks Rasio Konsistensi Sub Kriteria

Perhitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi CR <=0.1, jika ternyata nilai CR lebih besar dari 0.1, maka matriks perbandingan harus diperbaiki. Untuk menghitu rasio konsistensi sub kriteria dibuat pada tabel 9.

Tabel 9. Matriks Rasio Konsistensi Sub Kriteria

Jumlah Baris Prioritas Hasil

Baik 1.9 0.633 2.533

Cukup 0.781 0.26 1.041

Kurang 0.318 0.106 0.424

Jumlah 3.998

3. Mengkonversi Penilaian Alternatif

Sebelum melakukan konversi nilai verbal kedalam nilai numerikal maka diperlukan tabel matriks hasil perhitungan yang diambil dari nilai prioritas masing-masing kriteria dan sub kriteria, seperti tabel di bawah ini :

Tabel 10. Matriks Hasil Perhitungan

Prilaku Kemampuan Kedisiplinan Pendidikan Pengalaman_Kerja

0.405 0.262 0.181 0.104 0.049

Baik Baik Baik Baik Baik

1 1 1 1 1

Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup

0.411 0.411 0.411 0.411 0.411

Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang

0.167 0.167 0.167 0.167 0.167

Setelah tabel 10. di diatas diketahui, maka langkah selanjutnya adalah memberi nilai pada alternatif yang telah diisi nilai verbal (sub kriteria) pada tahap sebelumnya.

Tabel 11. Penilaian Alternatif

Id Nama Prilaku

(K1)

Kemampuan (K2)

Kedisiplinan (K3)

Pendidikan (K4)

Pengalaman Kerja (K5)

1 Darwinsyah Baik Cukup Kurang Cukup Kurang

2 Usman Ali Cukup Baik Kurang Kurang Kurang

3 M. Husin Baik Kurang Cukup Baik Kurang

4 Sukri Muliadi Cukup Cukup Cukup Kurang Baik

Berdasarkan tabel 10 maka tabel 11 dapat dirubah menjadi :

Tabel 12. Tabel Penilaian Alternatif dengan Numerikal

Id Nama Prilaku

(K1)

Kemampuan (K2)

Kedisiplinan (K3)

Pendidikan (K4)

Pengalaman Kerja (K5) 1 Darwinsyah 0.405*1.000 0.262*0.411 0.181*0.167 0.104*0.411 0.049*0.167 2 Usman Ali 0.405*0.411 0.262*1.000 0.181*0.167 0.104*0.167 0.049*0.167 3 M. Husin 0.405*1.000 0.262*0.167 0.181*0.411 0.104*1.000 0.049*0.167 4 Sukri Muliadi 0.405*0.411 0.262*0.411 0.181*0.411 0.104*0.167 0.049*1.000 Kemudian hasil dari penilian tabel 12. adalah :

Tabel 13. Hasil Penilaian Metode AHP

Id Nama Prilaku

(K1)

Kemampuan (K2)

Kedisiplinan (K3)

Pendidikan (K4)

Pengalaman Kerja (K5)

Total

1 Darwinsyah 0.405 0.108 0.030 0.043 0.008 0.594

2 Usman Ali 0.166 0.262 0.030 0.017 0.008 0.483

3 M. Husin 0.405 0.044 0.074 0.104 0.008 0.635

4 Sukri Muliadi 0.166 0.108 0.074 0.017 0.049 0.414

4. Melakukan Perangkingan Terhadap Alternatif

(7)

http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/jurikom |Page | 544 Langkah terakhir yang dilakukan adalah menyajikan laporan perangkingan terhadap alternatif yang telah dinilai, seperti dibawah ini :

Tabel 14. Hasil Perangkingan Id Nama Total Rangking

1 M. Husin 0.635 1

2 Darwinsyah 0.594 2

3 Usman Ali 0.483 3

4 Sukri Muliadi 0.414 4 Dari hasil diatas anggota pemadam kebakaran terbaik adalah M. Husin.

4. IMPLEMENTASI

Sistem pemilihan Anggota Pemadam Kebakaran yang dirancang, menggunakan antar muka pengolahan data dan pengujian.

Pada antar muka pengelolahan, dapat dimasukkan berupa data pemilihan Anggota Pemadam Kebakaran. adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Hasil AHP.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan perumusan masalah dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:

1. Prosedur Pemilihan Anggota terbaik pemadam kebakaran pada Dinas Pemadam Kebakaran Kab. Gayo Lues dilakukan dengan beberapa persyaratan untuk bisa dicalonkan menjadi calon peserta anggota pemadam kebakaran terbaik, kemudian dilakukan perbandingan nilai kriteria dengan para peserta lainnya, agar bisa diperoleh Anggota terbaik pemadam kebakaran.

2. Proses pemilihan anggota terbaik pemadam kebakaran yang dilakukan melalui perhitungan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) penilaian Kriteria pada Anggota pemadam kebakaran dilakukan mendefinisian masalah dan menentukan solusi, membuat struktur hirarki, membuat prioritas elemen, membuat sintesis, mengukur konsistensi, mencari nilai consistetncy index, mencari nilai consistency ratio, memeriksa konsistensi hierarki, dan akan menghasilkan hasil akhir nilai total untuk setiap alternatif.

3. Sistem pendukung keputusan ini dirancang menggunakan Microsoft Visual Studio2008, sehingga dengan adanya sistem ini maka memudahkan petugas dalam melakukan pemilihan Anggota terbaik pemadam kebakaran, sistem diharapkan dapat membantu peningkatan kinerja program pemilihan khusus dalam pemilihan Anggota terbaik pemadam kebakaran berdasarkan kriteria yang digunakan..

REFERENCES

[1] Harsiti, et al, “Prototype Sistem Pendukung Keputusan Penyeleksian Atlet Berprestasi Dengan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Proses (AHP)”, Fakutlas Teknologi Informasi Universitas Serang Raya, Vol 4, No. 1, Th, 2014

[2] Kun Maryati dan Juju Suryawati, Sosiologi, Jakarta :PT. Gelora Aksara Pratama, 2001

[3] Rika Idmayanti, “Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Penerima Beasiswa BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa) Pada Politeknik Negeri Padang Menggunakan Metode Fuzzy Multiple Attribute Decision Making”, Teknologi Informasi Politeknik Negeri Padang, VOL. 7, NO. 1, Maret 2014 [4] Bustanul Arifin Noer, Belajar Mudah Riset Operasional, Yogyakarta : C.V ANDI OFFSET. 2010.

[5] Safitri, K., Waruwu, F. T., & Mesran, M. (2017). SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIEARARCHY PROCESS (Studi Kasus : PT.Capella Dinamik Nusantara Takengon). MEDIA INFORMATIKA BUDIDARMA, 1(1).

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pendukung keputusan ini juga dibuat untuk membantu pembeli memilih laptop yang sesuai dengan kebutuhannya supaya pembeli tidak kebingungan karena banyaknya

Dari uraian bab sebelumnya, ada beberapa hal yang bisa dicermati pada sistem pendukung keputusan pemilihan menu makanan bagi anak dengan menggunakan metode AHP

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang telah saya buat dengan judul: “PENERAPAN METODE AHP DAN MOORA PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KARPET

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan tugas akhir ini adalah menghasilkan sebuah sistem pendukung keputusan pemilihan karyawan terbaik menggunakan metode

Dari uraian bab sebelumnya, ada beberapa hal yang bisa dicermati pada sistem pendukung keputusan pemilihan menu makanan bagi anak dengan menggunakan metode AHP

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang dan membuat suatu sistem pendukung keputusan untuk admin pondok pesantren dan guru dalam pemilihan

Hasil yang di harapkan penelitian ini adalah berupa sistem pendukung keputusan pemilihan bidan delima pada wilayah cileungsi untuk memudahkan user di wilayah cileungsi

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan E-Commerce Terbaik Menggunakan Metode MOOSRA Zulfi Azhar*, Neni Mulyani, Jeperson Hutahaean, Ade Mayhaky Prodi Sistem Informasi, STMIK Royal