• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAJAR PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN SEKTOR KANDIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAJAR PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN SEKTOR KANDIS"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAJAR PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN UNDANG

UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI WILAYAH

HUKUM KEPOLISIAN SEKTOR KANDIS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Di Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning Pekanbaru

Disusun Oleh :

NAMA : ANDIKA DODI PRATAMA DOLOK SARIBU NPM : 1674201384

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LANCANG KUNING PEKANBARU

2020

(2)

iii

(3)

xv ABSTRAK

Di Wilayah Polsek Kandis endiri sering kali terjadi pelanggaran lalu lintas yang kerap kali dilakukan dan dianggap sudah membudaya di kalangan masyarakat dan anak-anak sekolah. Pelanggaran lalu lintas tersebut seperti tidak memakai helm, menerobos lampu merah, bonceng tiga, dan tidak memiliki SIM dan STNK.

Pelanggaran seperti itu dianggap sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat pengguna jalan, sehingga tiap kali dilakukan operasi tertib lalu lintas di jalan raya oleh pihak yang berwenang, maka tidak sedikit yang terjaring kasus pelanggaran lalu lintas dan tidak jarang pula pelanggaran tersebut kerap menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Oleh karena itu, Aparat penegak hukum (polisi lalu lintas) berperan penting dalam mencegah hal tersebut dengan bertindak lebih ketat dalam berpatroli dan penjagaan jalan. Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul penegakan hukum terhadap pelajar pengemudi kendaraan bermotor berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Kandis”. Permasalahannya adalah bagaimanakah penegakan hukum terhadap pelajar pengemudi kendaraan bermotor berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Kandis?, hambatan dan upaya apa sajakah yang dilakukan mengenai penegakan hukum terhadap pelajar pengemudi kendaraan bermotor berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Kandis.

Jenis penelitian adalah jenis penelitian hukum sosiologis, lokasi penelitian adalah di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Kandis. Dimana data yang penulis lakukan dengan menggunakan analisis kualitatif. Data kualitatif ini penulis sajikan dan uraikan dengan kalimat yang jelas dan bahasa yang mudah dimengerti, sehingga ditarik kesimpulan dari fakta-fakta yang lebih sempit dalam aturan yang bersifat khusus, kepada fakta–fakta yang lebih luas dengan aturan yang bersifat lebih umum. Kesimpulan dalam skripsi ini adalah belum dapat terlaksana dengan baik untuk itu pembinaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh instansi yang sudah diberikan tugas dan tanggung jawab diharapkan penyelenggara Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat terlaksana dengan selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat mengurangi pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Kata Kunci: Penegakan Hukum, Pelajar.

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peranan penting transportasi juga akan semakin dirasakan. Hasrat untuk memenuhi kebutuhan hidup dan dinamika hidup, mengharuskan setiap manusia bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Jarak tempat yang akan di tempuh oleh setiap manusia bervariasi sifatnya dan terkadang harus ditempuh dengan suatu wahana atau dengan suatu modal transportasi. Transportasi mempunyai peranan penting dan strategis untuk memantapkan perwujudan wawasan nusantara, memperkukuh ketahanan nasional, dan mempererat hubungan antar bangsa dan dalam usaha mencapai tujuan nasioanal berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 1 Pembangunan yang ada saat ini tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan dan salah satu kekurangan yang paling sering ditemui adalah tingginya tingkat kemacetan pada jam-jam sibuk. Kemacetan merupakan salah satu dampak negatif dari semakin majunya pembangunan khususnya di bidang produksi kendaraan bermotor yang pada gilirannya menyebabkan semakin simpang siurnya lalu lintas jalan raya. 2

Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, diatur segala ketentuan mengenai pengemudi. Pasal 1 angka 23 undang-undang ini menentukan bahwa pengemudi adalah “orang yang

1 Rinto Raharjo, Tertib Berlalu Lintas, (Yogyakarta: Shafa Media, 2014), hlm. 5.

2 Witono Hidayat Yuliadi, Undang-Undang Lalu Lintas dan Aplikasinya, (Jakarta: Dunia Cerdas, 2010), hlm. 174-179.

(5)

2 mengemudikan kendaraan bermotor di jalan raya yang telah memiliki surat izin mengemudi”. Adapun mengenai persyaratan pengemudi, diatur dalam Bab VIII, yaitu Pasal 7, pada Pasal 80 bab yang sama juga mengatur mengenai penggolongan surat izin mengemudi (SIM) yang terdiri dari SIM A, SIM B I, SIM B II, SIM C, dan SIM D.3

Menurut Wirjono Prodjodikoro, pengertian pelanggaran adalah

overtredingen” atau pelanggaran berarti suatu perbutan yang melanggar sesuatu dan berhubungan dengan hukum, berarti tidak lain dari pada perbuatan melawan hukum.4 Adanya pembinaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh instansi yang sudah diberikan tugas dan tanggung jawab diharapkan penyelenggara Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat terlaksana dengan selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien.

Crimineel-on recht itu merupakan perbuatan yang bertentangan dengan hukum. Dalam kamus hukum menyebutkan bahwa pelanggaran adalah perbuatan pidana yang tergolong tidak seberat kejahatan, yang mana pelanggaran ini merupakan peristiwa pidana yang ancaman pidananya lebih ringan dari pada ancaman kejahatan.5

Salah satu permasalahan yang selalu dihadapi dikota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini terbukti dari adanya indikasi angka kecelakaan lalu lintas yang selalu meningkat. Dewasa ini, perkembangan lalu lintas yang semakin meningkat sangat pesat, keadaan ini merupakan salah satu perwujudan dari

3 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

4 Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana, (Bandung: Refika Aditama, 2003), hlm. 33.

5 Sudarsono, Kamus Hukum, (Rineka Cipta, Jakarta, 2005), hlm. 334.

(6)

3 perkembangan teknologi modern. Hal ini menyebabkan anak-anak dibawah umur khususnya mereka yang masih duduk dibangku sekolah telah begitu bebas dan leluasa mengendarai kendaraan roda dua dijalan raya. Padahal dalam Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2009 telah dijelaskan bahwa anak di bawah umur belum bisa mengendarai kendaraan baik itu roda dua maupun roda empat karena mereka belum memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi) dari kepolisian karena dalam aturan bahwa yang berhak memiliki SIM adalah mereka yang telah berusia 17 Tahun.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 77 ayat (1) jo 81 ayat 2 yang menjelaskan bahwa syarat usia paling rendah dalam mengurus SIM adalah 17 tahun dan jo Pasal 281 mengenai sanksi administratifnya.

Perkembangan zaman mempengaruhi perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak-anak tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di kalangan masyarakat, yakni kondisi saat ini anak pelajar yang mengendarai sepeda motor dijadikan sebagai kebutuhan untuk mempermudah melakukan berbagai aktivitas baik ke sekolah maupun tempat bermain. Sehingga rata-rata pelajar SMP dan SMA menggunakan sepeda motor kesekolah.6

Orangtua seharusnya bertanggungjawab dan berperan agar tidak membiarkan anak-anaknya mengemudikan sepeda motor karena masih di bawah umur. Terkadang hampir seluruh orangtua tidak pernah melarang anaknya membawa kendaraan ke sekolah. Alasan lain adalah karena jauh antara rumah dengan sekolah sehingga dibolehkannya anak membawa sepeda motor. Sibuknya

6 Wagiati soetodjo, Hukum Pidana Anak, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), hlm. 9- 11.

(7)

4 orangtua bekerja sehingga tidak sempat mengantarkan anaknya ke sekolah memberikan si anak sepeda motor.7

Aparat penegak hukum dalam hal ini Polisi Lalu Lintas berperan sebagai pencegah (politie toezicht) dan sebagai penindak (politie dwang). Di samping itu polisi lalu lintas juga melakukan fungsi regeling (misalnya, pengaturan tentang kewajiban bagi kendaraan bermotor tertentu untuk melengkapi dengan segitiga pengaman) dan fungsi bestuur khususnya dalam hal perizinan atau begunstiging (misalnya, mengeluarkan Surat Izin Mengemudi).8

Dijaman sekarang ini bukan hanya orang dewasa yang melakukan pelanggaran lalu lintas tetapi juga pelajar yang masih di bawah umur, tingkat kesadaran mereka dalam berlalu lintas masih rendah terlihat dari data Kepolisian bahwa masih tingginya jumlah pelajar SMP dan SMA yang melanggar lalu lintas sepanjang tahun 2020 di Polsek Kandis. Persoalan ini Orangtua seharusnya menjadi dominan, dalam banyak kasus kita dapati begitu mudahnya Orangtua mengizinkan anak-anak mereka mengendarai kendaraan dan tidak terbatas di lingkungan dimana si anak tinggal.

Hal ini membolehkan membawa kendaraan sekolah, tapi ditinjau dari segi apapun adalah tidak dapat dibenarkan seorang pelajar membawa kendaraan karena mereka belum cukup umur dan belum mempunyai Surat Izin Mengemudi (SIM).

Semestinya para bapak ibu guru tegas dalam menyikapi masalah tersebut bahwa jika ada pelajar yang tidak mematuhi peraturan sekolah akan dikenakan sanksi atau perlu membentuk tim khusus dengan aparat Kepolisian untuk memantau

7 Achmad Ali, Menguak Takbir Hukum, (Jakarta: Grafindo persada, 2007), hlm. 55

8 Pudi Rahardi, Hukum Kepolisian: Kemandirian Profesionalisme dan Reformasi POLRI, (Surabaya: Laksbang Grafika, 2014), hlm. 19.

(8)

5 aturan yang dikeluarkan oleh pihak sekolah. Tindak nyata lainnya yang bisa dilakukan mengumumkan melalui media pelajar sekolah pelanggar lalu lintas terbanyak.

Di Wilayah Polsek Kandis endiri sering kali terjadi pelanggaran lalu lintas yang kerap kali dilakukan dan dianggap sudah membudaya di kalangan masyarakat dan anak-anak sekolah. Pelanggaran lalu lintas tersebut seperti tidak memakai helm, menerobos lampu merah, bonceng tiga, dan tidak memiliki SIM dan STNK. Pelanggaran seperti itu dianggap sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat pengguna jalan, sehingga tiap kali dilakukan operasi tertib lalu lintas di jalan raya oleh pihak yang berwenang, maka tidak sedikit yang terjaring kasus pelanggaran lalu lintas dan tidak jarang pula pelanggaran tersebut kerap menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Oleh karena itu, Aparat penegak hukum (polisi lalu lintas) berperan penting dalam mencegah hal tersebut dengan bertindak lebih ketat dalam berpatroli dan penjagaan jalan.

Dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Penegakan Hukum Terhadap Pelajar Pengemudi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Kandis”.

(9)

6 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penegakan hukum terhadap pelajar pengemudi kendaraan bermotor berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Kandis?

2. Bagaimanakah hambatan yang dihadapi mengenai penegakan hukum terhadap pelajar pengemudi kendaraan bermotor berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Kandis?

3. Bagaimanakah upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang dihadapi dalam penegakan hukum terhadap pelajar pengemudi kendaraan bermotor berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Kandis?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menjelaskan bagaimana penegakan hukum terhadap pelajar pengemudi kendaraan bermotor berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Kandis.

(10)

7 b. Untuk menjelaskan bagaiaman hambatan yang dihadapi dalam penegakan hukum terhadap pelajar pengemudi kendaraan bermotor berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Kandis.

c. Untuk menjelaskan bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang dihadapi dalam penegakan hukum terhadap pelajar pengemudi kendaraan bermotor berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Kandis.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menambah khasanah keilmuan bagi penulis mengenai penegakan hukum terhadap pelajar pengemudi kendaraan bermotor berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Kandis.

b. Untuk kegunaan bagi dunia akademis (perkembangan khasanah keilmuan) dan juga di dalam masyarakat.

c. Untuk kepentingan instansi yang terkait yang memiliki hubungan dengan objek penelitian mengenai penegakan hukum terhadap pelajar pengemudi kendaraan bermotor berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Kandis.

D. Kerangka Teori

(11)

8 Masalah keamanan merupakan salah satu masalah pokok yang harus dihadapi oleh kepolisian dan memberi warna yang kuat pada fungsi kepolisian.9 Secara sosiologis, setiap penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan (role). Status didefenisikan sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok dalam hubungan dengan kelompok lain, sedangkan peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai suatu status, dengan pengertian lain status adalah seperangkat kewajiban dan hak-hak tertentu.10

Hak-hak dan kewajiban tersebut adalah merupakan suatu peranan (role).

Oleh karena itu, seseorang yang mempunyai kedudukan tertentu, lazimnya dinamakan pemegang peran (role accupant).11 Suatu hak sebenarnya merupakan wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban adalah beban tugas suatu peranan tertentu. Peranan yang sebenarnya dilakukan kadang-kadang juga dinamakan dengan role performance.

Peranan yang ideal dan seharusnya datang dari pihak lain, sedangkan peranan yang di anggap diri sendiri serta peranan yang sebenarnya dilakukan, berasal dari pribadi, didalam kenyataan peranan-peranan tadi berfungsi apabila seseorang berhubungan dengan pihak lain disebut beberapa pihak.12 Seorang penegak hukum, sebagaimana halnya dengan wargawarga masyarakat lainnya,

9 Anton Tabah, Polisi Pelaku dan Pemikir, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 111.

10 Wiliem Shakespeare, Sosiologi Hukum, cet. revisi ke iii, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 2011), hlm. 118.

11 Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum di Indonesia, (Semarang: Fakultas Hukum UNDIP, 2009), hlm. 36.

12 Alamsyah, Tinjauan Kriminologis Pelanggaran Lalu Lintas Yang Dilakukan Oleh Remaja Di Wilayah Hukum Polres Tolitoli, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion Edisi I, Volume 1, Tahun 2013, hlm. 38.

(12)

9 lazimnya mempunyai beberapa kedudukan dan peranan sekaligus. Dengan demikian bahwa antara berbagai kedudukan dan peran timbul konflik (status conflict dan conflict roles), jika didalam kenyataan terjadi kesenjangan antara expected role (peranan yang diharapkan) dengan actual role (peranan yang

sebenarnya dilakukan), maka terjadi suatu kesenjangan peranan (role distance) adalah tentang peranan lembaga yang dimaksud.13

Secara efisien kinerja polisi perlu dipahami. Dalam upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh Polisi Lalu Lintas, eksistensi polisi tengah masyarakat bergantung pada tingkah laku anggotanya. Pekerjaan dasar Polisi Lalu Lintas adalah “mengawasi lalu lintas”. Mengawasi lalu lintas, membantu menjaga agar sistem transportasi jalan raya berfungsi secara lancer dan efisien. Jika seseorang diijinkan untuk menggunakan jalan raya sesuka hati mereka, yang terjadi adalah kekacauan.

Penegakan hukum merupakan panutan dalam masyarakat yang hendaknya mempunyai kemampuankemampuan sesuai dengan aspirasi masyarakat, kemampuan berkomunikasi dan dapat diterima masyarakat. Menempatkan kepolisian sebagai sub-sistem adalah memfungsionalkan kepolisian dalam mewujudkan tujuan sistem peradilan pidana khususnya dalam rangka pengendalian, atau penanggulangan kejahatan yang menjadi salah satu sasaran sehingga mendapatkan perhatian dalam bekerjanya sistem peradilan pidana.14

Dalam menjalankan fungsinya, Kepolisian Negara Indonesia mempunyai beberapa tugas pokok yaitu, memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,

13 Ibid, hlm. 39.

14 Rusli Muhammad, Sistem Peradilan Pidana Indonesia, (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia Press, 2011), hlm. 88.

(13)

10 menegakkan hukum dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.15 Masalah pelanggaran lalu lintas oleh kendaraan bermotor merupakan suatu masalah yang menarik untuk diteliti, karna memiliki keterkaitan dengan peranan polisi lalu lintas dalam menanggulangi pelanggaran lalu lintas oleh kendaraan bermotor.

Pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh kendaraan bermotor sudah menjadi pembahasan yang serius saat ini, walaupun pemerintah telah membuat dan mengesahkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Tetapi kenyataan yang terjadi dilapangan berbanding terbalik dengan ketertiban lalu lintas yang semakin sering terjadi, oleh karena itu diperlukannya upaya polisi lalu lintas dalam menanggulangi pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pengendara kendaraan bermotor tersebut.

Penegakan hukum dapat dirumuskan sebagai usaha melaksanakan hukum sebagaimana mestinya, mengawasi pelaksanaannya agar tidak terjadi pelanggaran dan jika terjadi pelanggaran maka hukum itu dapat ditegakkan kembali.16 Untuk mendapat kejelasan mengenai proses penegakan hukum, pada hakekatnya hukum mengandung konsep-konsep yang dapat digolongkan sebagai sesuatu yang abstrak termasuk ide tentang keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan sosial.17 Penegakan hukum kepada masyarakat pada umumnya ada dua, yaitu penegakan hukum preventif dan penegakan hukum represif.

15 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

16 Abdul Kadir, Etika Profesi Hukum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006), hlm. 15.

17 Sajipto Rahardjo, Op.Cit, hlm. 12.

(14)

11 Penegakan hukum preventif adalah penegakan hukum yang dilakukan sebelum terjadinya suatu tindak pidana atau tindak pelanggaran, yang memiliki pengertian mementingkan pencegahan agar tidak terjadi tindak pidana atau pelanggaran. Sedangkan penegakan hukum represif adalah penegakan hukum yang dilakukan setelah terjadinya suatu tindak pidana atau pelanggaran.

Penegakan hukum represif ini bertujuan untuk memulihkan kembali keadaan sebelum terjadinya tindak pidana atau pelanggaran.18

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa penegakan hukum merupakan usaha menegakkan norma-norma dan kaidah-kaidah hukum sekaligus nilainilai yang ada di belakangnya. Dengan demikian aparat penegak hukum hendaknya memahami benar-benar jiwa hukum (legal spirit) yang mendasari peraturan hukum yang harus ditegakkan, terkait dengan berbagai dinamika yang terjadi dalam proses pembuatan perundang-undangan. Dengan banyak faktor yang mempengaruhi penegakan hukum maka peran dan keaktifan kepolisian menjadi sangat penting, karena kepolisian menjadi sub sistem dalam penegakan hukum yang berfungsi di bidang, perlindungan dan pelayanan masyarakat.

Polisi sebagai penegak hukum maka peran kepolisian dalam memberantas kejahatan sangat dinantikan oleh masyarakat terutama kejahatan tindak pidana pencurian, oleh karena masyarakat mengharapkan bahwa polisi akan dapat melindunginya, maka dengan sendirinya polisi harus mengenal lingkungan tempatnya bertugas dengan sebaik-baiknya.

18 Kerta Wicana, Penegakan Hukum Pelanggaran Lalu Lintas Yang Dilakukan Anak Dibawah Umur, Jurnal Ilmu Hukum Trias Politika, Vol. 04, No. 03, September 2015, hlm. 13.

(15)

12 Aparat penegak hukum (polisi lalu lintas) berperan sebagai pencegah (politie toezicht) dan sebagai penindak (politie dwang) dalam fungsi politik. Di samping itu polisi lalu lintas juga melakukan fungsi regeling (misalnya, pengaturan tentang kewajiban bagi kendaraan bermotor tertentu untuk melengkapi dengan segitiga pengaman) dan fungsi bestuur khususnya dalam hal perizinan atau begunstiging (misalnya, mengeluarkan Surat Izin Mengemudi), Khususnya dalam melaksanakan patroli.19

Patroli polisi dilakukan untuk mengetahui bagaimana keadaan sosial masyarakat dan budayanya sehingga diketahuilah rutinitas masyarakat disatu tempat yang akhirnya apabila suatu hari ditemukan halhal yang diluar kebiasaan daerah tersebut maka akan diketahui, dan mudah menanggulangi pelanggaran maupun kejahatan di wilayah tersebut. Dengan demikian masyarakat dapat merasa lebih aman dan adanya perlindungan hukum bagi dirinya. Disamping itu, masyarakat juga harus menyadari dan mengakui bahwa peran aktif masyarakat dapat turut serta menciptakan keamanan dan ketentraman di tengah-tengah masyarakat itu sendiri.

Polisi berfungsi untuk menjaga keamanan, pengayoman, perlindungan, ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat. Tanpa polisi, peraturan hukum pidana hanya akan menjadi rentetan norma tertulis yang mati. Pekerjaan seorang polisi bukanlah pekerjaan normatif, tetapi juga cultural yang kompleks, pekerjaan kemanusiaan yang berdimensi sangat luas. Dalam hal menjalankan tugasnya, polisi tidak dapat hanya berlindung dibelakang ketentuan tugas yang

19 Soerjono Soekanto 2, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masala-Masalah Sosial, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hlm. 58

(16)

13 harus dilaksanakannya, melainkan juga diharapkan kepada persoalan tentang bagaimana tugas itu dijalankan.20

Polisi yang kita kenal selama ini mungkin hanya sebatas Polisi Lalu Lintas saja karena Polantas memang yang paling sering berhubungan dengan masyarakat. Namun, polisi tidak hanya sebatas Polantas saja tetapi juga masih ada unsur-unsur lain Kepolisian Indonesia yang memiliki tugas dan fungsi masing- masing. Ada 5 Fungsi umum dalam kepolisian, yaitu Binamitra, Samapta, Lalu lintas, Intel, dan Reserse Kriminal:21

a. Samapta, adalah fungsi kepolisian yang menjalankan tugastugas umum Kepolisian seperti patroli, penjagaan markas, penjagaan tahanan, penjagaan obyek vital (Bank, Kereta Api, Dubes, dsb.), penerimaan dan pembuatan laporan surat kehilangan, dsb.

b. Lantas, adalah fungsi yang sudah dikenal oleh banyak orang, bahkan mungkin dijuluki “malaikat pencabut SIM/STNK” apabila anda tertangkap tidak memakai helm, atau lampu rem anda mati. Fungsi ini bertanggung jawab atas kelancaran, ketertiban, dan keamanan pengendara di jalan raya/umum.

c. Binamitra, fungsi ini mendekati fungsi humas, yaitu berkonsentrasi kepada sosialisasi informasi kepolisian secara aktif yang menghubungkan antara polisi dan masyarakat.

d. Intel, fungsi ini adalah mata dan telinganya lembaga kepolisian. Mereka mendengar dan melihat semua gejala dan keluhankeluhan masyarakat

20 Rinto Raharjo, Tertib Berlalu Lintas, (Yogyakarta: Shafa Media, 2014), hlm. 13.

21 Pudi Rahardi, Hukum Kepolisian: Kemandirian Profesionalisme dan Reformasi POLRI, (Jakarta: Laksbang Grafika, 2014), hlm. 12.

(17)

14 mulai dari naiknya harga minyak tanah, sampai mungkin celetukan kecil teroris saat belanja bahan peledak. Mereka menghasilkan laporan informasi yang nantinya akan dialihkan kepada fungsi yang berkaitan untuk meredam supaya tidak meningkat menjadi ancaman faktual/nyata.

e. Reskrim, fungsi ini akan bekerja apabila telah terjadi suatu tindak pidana.

Mereka bertugas mengumpulkan barang bukti, yang bertujuan untuk mengungkap kasus yang telah terjadi mulai dari awal sampai akhir.

Setelah bukti terkumpul, mereka menangkap tersangka, kemudian bersama-sama alat bukti yang telah terkumpul, diserahkan ke Jaksa Penuntut Umum.

Polisi Lalu Lintas adalah unsur pelaksana yang bertugas melaksanakan tugas kepolisian yang mencakup penjagaan, pengawalan dan patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi atau kendaraan bermotor, penyidik kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum dalam bidang lalu lintas guna memelihara ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Patroli adalah salah satu kegiatan kepolisian yang dilakukan oleh dua personel atau lebih dari prajurit Polri sebagai upaya mencegah bertemunya niat kesempatan dengan cara mendatangi, menjelajahi, mengamati mengawasi memperhatikan situasi dan kondisi yang diperkirakan akan menimbulkan segala bentuk gangguan kamtibmas (baik kejahatan maupun pelanggaran) serta menuntut kehadiran polri untuk melakukan tindakan-tindakan kepolisian guna memelihara ketertiban masyarakat.22

22 Anton Tabah, Patroli Polisi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 8

(18)

15 Indonesia merupakan Negara hukum yang dimana salah satu hukumnya yaitu hukum pidana yang mengatur tentang kejahatan dan pelanggaran serta penghukuman atasnya, di muat dalam kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHPidana). Selain itu juga kenakalan dan kejahatan yang dilakukan oleh anak telah diatur tersendiri dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, dan ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang perlindungan hak-hak , yaitu dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Oleh karena itu tindakan kenakalan yang dilakukan anak perlu mendapat pengkajian dan perhatian yang serius, sehingga pemberian sanksi tidak meninggalkan aspek pembinaan, dan dari sisi lainnya tidak melanggar perlindungan hak-hak asasi anak.

(19)

16 E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan jenis penelitian hukum sosiologis yang dibatasi pada penelitian berlakunya hukum positif yang terjadi ditengah masyarakat mengenai penegakan hukum terhadap pelajar pengemudi kendaraan bermotor.23

2. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang penulis lakukan di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Kandis, terkait mengenai penegakan hukum terhadap pelajar pengemudi kendaraan bermotor berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan masih belum berjalan sebagaimana mestinya.

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari objek yang akan diteliti yang mempunyai karakteristik yang sama, dimana dapat mengelompokkan dan memilah yang dapat dijadikan populasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Kanit Lantas Polsek Kandis.

2) Anggota Lantas Polsek Kandis.

3) Kepala Sekolah SMP dan SMA di Wilayah Hukum Kepolisan Sektor Kandis.

23 Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning, 2012, hlm.

10.

(20)

17 4) Pelajar Yang Melanggar Lalu Lintas

5) Orangtua b. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan dijadikan sebagai objek penelitian dimana dari sampel inilah data primer akan diperoleh.

1) Kanit Lantas Polsek Kandis, 1 (satu) orang, penulis tetapkan dengan metode sensus.

2) Anggota Lantas Polsek Kandis, 3 (tiga) orang, penulis tetapkan dengan metode purposiv.

3) Kepala Sekolah SMP dan SMA di Wilayah Hukum Kepolisan Sektor Kandis, 4 (dua) orang, penulis tetapkan dengan metode purposiv.

4) Pelajar Yang Melanggar Lalu Lintas, 4 (tiga) orang, penulis tetapkan dengan metode purposiv.

5) Orangtua, 4 (tiga) orang, penulis tetapkan dengan metode purposiv.

Berdasarkan populasi yang ada diharapkan dapat mewakili jumlah populasi yang ada guna membantu penulisan ini nantinya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(21)

18 Tabel 1. [1]

Populasi dan Sampel

No. Jenis Populasi Populasi Sampel Persentase

(%)

1. Kanit Lantas Polsek Kandis 1 1 100

2. Anggota Lantas Polsek Kandis 6 3 50

3. Kepala Sekolah SMP dan SMA di Wilayah Hukum Kepolisan Sektor Kandis

25 4 16

4. Pelajar Yang Melanggar Lalu Lintas

25 4 16

5 Orangtua 25 4 16

JUMLAH 82 9

Sumber Data: Data Olahan Tahun 2020.

4. Sumber Data

Sumber data yang dikumpulkan penulis dalam penelitian ini dengan mengumpulkan data yang sumber datanya adalah data primer yang dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari masyarakat (lapangan) yang sesuai dengan permasalahan yang ada mengenai penegakan hukum terhadap pelajar pengemudi kendaraan bermotor berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Kandis.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui kepustakaan yang bersifat mendukung data primer.

c. Data Tertier, yaitu data yang diperoleh melalui kamus, ensiklopedi, dan sejenisnya yang berfungsi untuk mendukung data primer dan data sekunder.

(22)

19 5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan metode sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung mengenai penegakan hukum terhadap pelajar pengemudi kendaraan bermotor berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Kandis.

b. Wawancara, metode wawancara yang penulis lakukan pertama kali adalah dengan wawancara terstruktur yaitu metode wawancara di mana si pewawancara telah menyiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan yang hendak disampaikan kepada responden. Selain itu pewawancara juga boleh melakukan wawancara ternonstruktur yaitu di mana si pewawancara bebas menentukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti mengenai penegakan hukum terhadap pelajar pengemudi kendaraan bermotor berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Kandis.

c. Kajian kepustakaan, yaitu dengan membaca literatur-literatur kepustakaan yang memiliki korelasi dengan permasalahan yang sedang diteliti.

(23)

20 6. Analisis Data

Analisa penelitian hukum sosiologis data yang penulis lakukan dengan menggunakan analisis kualitatif yaitu data yang penulis analisis dengan menguraikan secara deskriptif dari data yang telah diperoleh oleh penulis mengenai penegakan hukum terhadap pelajar pengemudi kendaraan bermotor berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Kandis.

Data kualitatif ini kemudian penulis sajikan dan uraikan dengan kalimat yang jelas dan bahasa yang mudah dimengerti, sehingga ditarik kesimpulan dari fakta-fakta yang lebih sempit dalam aturan-aturan yang bersifat khusus kepada fakta-fakta yang lebih luas dengan aturan-aturan yang bersifat lebih umum. Cara ini dikenal dengan perumusan kesimpulan secara induktif.

(24)

73 DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Abdul Kadir, Etika Profesi Hukum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006).

Achmad Ali, Menguak Takbir Hukum, (Jakarta: Grafindo persada, 2007).

Anton Tabah, Patroli Polisi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003).

___________, Polisi Pelaku dan Pemikir, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003).

Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning, 2012.

Pudi Rahardi, Hukum Kepolisian: Kemandirian Profesionalisme dan Reformasi POLRI, (Surabaya: Laksbang Grafika, 2014).

Rinto Raharjo, Tertib Berlalu Lintas, (Yogyakarta: Shafa Media, 2014).

Rusli Muhammad, Sistem Peradilan Pidana Indonesia, (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia Press, 2011).

Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum di Indonesia, (Semarang: Fakultas Hukum UNDIP, 2009).

Soerjono Soekanto 2, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masala- Masalah Sosial, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004).

Sudarsono, Kamus Hukum, (Rineka Cipta, Jakarta, 2005).

Wagiati soetodjo, Hukum Pidana Anak, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010).

Wiliem Shakespeare, Sosiologi Hukum, cet. revisi ke iii, (Jakarta: PT.Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 2011).

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana, (Bandung: Refika Aditama, 2003).

Witono Hidayat Yuliadi, Undang-Undang Lalu Lintas dan Aplikasinya, (Jakarta:

Dunia Cerdas, 2010).

B. Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009, Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

(25)

74 C. Jurnal Hukum, Makalah

Alamsyah, Tinjauan Kriminologis Pelanggaran Lalu Lintas Yang Dilakukan Oleh Remaja Di Wilayah Hukum Polres Tolitoli, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion Edisi I, Volume 1, Tahun 2013.

Andi Arfan, “Penegakan Hukum Bagi Pengemudi Kendaraan Roda Dua Dibawah Umur Tanpa Surat Izin Mengemudi Di Wilayah Hukum Polisi Resor Kota Pekanbaru Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan”, JOM Fakultas Hukum Volume 1 No. 2 Oktober 2014

Imas Sholiha, “Menyoroti Maraknya Pengendara Motor Dibawah Umur”, Jurnal RechtsVinding Online, Media Pembinaan Hukum Nasional, Vol. 03, No. 01, Juni 2016.

Kerta Wicana, Penegakan Hukum Pelanggaran Lalu Lintas Yang Dilakukan Anak Dibawah Umur, Jurnal Ilmu Hukum Trias Politika, Vol. 04, No.

03, September 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknis analisis data untuk menemukan analisa data yaitu menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif

Jenis Penelitian Hukum Berdasarkan tujuan penelitian ini adalah untuk memahami, mendeskripsikan dan menganalisis penegakan hukum oleh kepolisian terhadap pelanggaran

Diskripsi dilakukan terhadap data sekunder berupa bahan hukum primer yang merupakan peraturan perundang-undangan yang berlaku, selain itu juga terhadap bahan hukum sekunder

Karya ini merupakan karya asli dari penulis. Faktanya bahwa topik yang dikaji ini merupakan topik yang cukup populer. Telah banyak karya tulis yang membahas tentang

Guna mengatasi hambatan-hambatan yang ditemui oleh Polisi dalam melakukan penegakan hukum bagi pengemudi kendaraan bermotor yang menggunakan telepon seluler di

Jenis Penelitian Hukum Berdasarkan tujuan penelitian ini adalah untuk memahami, mendeskripsikan dan menganalisis penegakan hukum oleh kepolisian terhadap pelanggaran

Analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah kualitatif, dengan metode dedukatif. Kualitatif adalah menganalisis suatu data yang telah

Skripsi ini berjudul “ analisa hukum terhadap pelajar sebagai pelaku pelanggaran lalu lintas ditinjau dari undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan