E-ISSN : 3063-234X
P-ISSN : 3063-6515 MJS Vol. 01 No. 02, Desember 2024
Hal. : 122-132
Identifikasi dan Uji Sensitivitas Antibiotik pada Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih di RS Soeradji Tirtonegoro Klaten
Retno Wulandari1 Rahmat Budi Nugroho2 Nony Puspawati2
1 RS Soeradji Tirtonegoro, Klaten, Indonesia
2 Prodi D4 Analis Kesehatan Universitas Setia Budi Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
Article Info
Submitted : 26 Juli 2024 Accepted : 21 November 2024
Author’s correspondence Retno Wulandari
© 2024 The Authors. This is an open access article under the CC BY-SA 4.0 license.
ABSTRAK
Latar Belakang: Infeksi saluran kemih (ISK) adalah kondisi yang ditandai dengan adanya mikroorganisme patogen di dalam urin, kandung kemih, uretra, ginjal, atau prostat. Penyebab ISK adalah 95% karena bakteri, sementara 5% sisanya disebabkan oleh mikroorganisme lain.
Gejala ISK meliputi keinginan untuk buang air kecil meskipun kandung kemih kosong, atau nyeri saat buang air kecil. Standar emas untuk penegakan diagnosis dan terapi ISK adalah melalui kultur urin
Tujuan: Mengetahui jenis bakteri penyebab ISK dan pola sensitivitasnya terhadap antibiotik.
Metode: Penelitian ini deskriptif dengan desain cross sectional. Data 30 sampel urin pasien ISK di RS Soeradji Tirtonegoro Klaten yang diperiksa untuk kultur dan sensitivitas terhadap antibiotik pada bulan Oktober- Desember 2023. Identifikasi bakteri menggunakan alat Matrix Assisted Laser Desorption Ionization Time Of Flight (MALDI TOF). Sensitivitas antibiotik menggunakan alat BD Phoenix, dengan interpretasi hasil sensitif, intermediet, atau resisten sesuai standar CLSI.
Hasil: Dari 30 sampel urin, ditemukan 37 isolat bakteri. Bakteri penyebab ISK meliputi Escherichia coli (32,43%), Klebsiella pneumoniae (16,22%), dan Enterococcus faecalis (10,81%). Escherichia coli sensitif terhadap Amikasin (100%), Meropenem (70%), Imipenem (75%), dan Piperasilin/Tazobaktam (75%). Klebsiella pneumoniae sensitif terhadap Amikasin (100%), Imipenem (83%), Meropenem (67%), Gentamisin (67%), dan Piperasilin/Tazobaktam (67%). Enterococcus faecalis sensitif terhadap Ampisilin (100%), Linezolid (100%), Penisilin (75%), dan Vankomisin (75%).
Kesimpulan: Bakteri penyebab ISK yang ditemukan pada urin pasien ISK adalah Escherichia coli (32,43%), Klebsiella pneumoniae (16,22%), Enterococcus faecalis (10,81%). Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae sensitif 100% terhadap Amikasin, sementara Enterococcus faecalis sensitif 100% terhadap Ampisilin dan Linezolid
Kata Kunci: Infeksi saluran kemih, Urin, Bakteri, Uji sensitivitas, Antibiotik.
E-ISSN : 3063-234X
P-ISSN : 3063-6515 MJS Vol. 01 No. 02, Desember 2024
Hal. : 122-132
ABSTRACT
Background : Urinary tract infection (UTI) is a condition that describes the presence of pathogenic microorganisms in the urine, bladder, urethra, kidneys, prostate which causes clinical symptoms. The cause of UTI is 95% due to bacteria, the remaining 5% is caused by other microorganisms. Symptoms of a UTI include the need to urinate even though the bladder is empty, or pain when urinating. The gold standard for diagnosing and treating UTI is urine sensitivity culture.
Aims : to determine the type of bacteria that causes UTI and its sensitivity pattern to antibiotics.
Method : This research is descriptive with a cross-sectional design. The data used is from 30 urine samples from UTI patients at Soeradji Tirtonegoro Hospital, Klaten, which were examined for culture and sensitivity to antibiotics in October-December 2023. Identification of bacteria in this study used Matrix Assisted Laser Desorption Ionization Time Of Flight (MALDI TOF) tool. Antibiotic sensitivity using the BD Phoenix tool, with interpretation of sensitive, intermediate or resistant results according to CLSI standards.
Result : Culture results from 30 urine samples found 37 bacterial isolates. The bacteria that cause UTI are Escherichia coli (32.43%), Klebsiella pneumoniae (16.22%) and Enterococcus faecalis (10.81%). Escherichia coli is sensitive to Amikacin (100%), Meropenem (70%), Imipenem (75%) and Taxobactam piperacillin (75%).
Klebsiella pneumoniae was sensitive to Amikacin (100%), Imipenem (83%), Meropenem (67%), Gentamicin (67%), and Taxobactam piperacillin (67%). Enterrococcus faecalis is sensitive to Ampicillin (100%), Linesolid (100%), Penicillin (75%), and Vancomycin (75%).
Conclusion : The bacteria that cause UTI found in the urine of UTI patients were Escherichia coli (32.43%), Klebsiella pneumoniae (16.22%) and Enterococcus faecalis (10.81%). Escherichia coli and Klebsiella pneumoniae are 100% sensitive to Amikacin, Enterococcus faecalis is 100% sensitive to Ampicillin and Linesolid
Keywords : Urinary tract infection, urine, bacterial identification, sensitivity test, antibiotics
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah kondisi yang ditandai dengan adanya mikroba patogen di saluran kemih, seperti uretra, kandung kemih, ureter, dan ginjal, yang menyebabkan tanda dan gejala klinis.
Mikroorganisme penyebab ISK meliputi bakteri, virus, jamur, dan parasit. Kasus ISK 95% disebabkan oleh bakteri, yang sering disebut sebagai bacteriuria (1).
Gejala ISK dapat berupa sering buang air kecil, keinginan buang air kecil meskipun kandung kemih kosong, atau nyeri saat buang air kecil. Prevalensi ISK dapat terjadi pada semua usia, mulai dari bayi, anak-anak, hingga
dewasa. Wanita dewasa biasanya mengalami ISK setidaknya sekali dalam hidup mereka, karena anatomi uretra yang lebih pendek dan aktivitas seksual. Kasus kekambuhan terjadi pada 30% anak-anak yang pernah mengalami ISK, disebabkan oleh kondisi seperti refluks vesikoureteral dan disfungsi kandung kemih (2).
Klasifikasi ISK berdasarkan klinis yaitu ISK tanpa komplikasi dan ISK dengan komplikasi. Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi secara khusus terjadi pada orang sehat dan tidak ada kelainan struktur saluran perkemihan. Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi dibedakan antara ISK bagian bawah
E-ISSN : 3063-234X
P-ISSN : 3063-6515 MJS Vol. 01 No. 02, Desember 2024
Hal. : 122-132
(cystitis) dan ISK bagian atas (pyelonephritis).
Faktor penyebab ISK tanpa komplikasi yaitu obesitas, aktivitas seksual, faktor keturunan, atau infeksi vagina. Infeksi saluran kemih dengan komplikasi berhubungan dengan faktor-faktor yang membahayakan saluran kemih atau sistem kekebalan tubuh. Faktor penyebab ISK dengan komplikasi antara lain gagal ginjal, retensi urin, sumbatan saluran kemih, dan pemakaian kateter (3).
Gambar 1. Patogenesis ISK tanpa komplikasi dan ISK dengan komplikasi (Sumber : Mireles
et al., 2015)
Bakteri penyebab ISK adalah bakteri yang berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal di introitus vagina, preputium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Jalur ascending merupakan jalur yang paling sering menyebabkan terjadinya ISK. Terdapat empat tahapan untuk terjadinya infeksi secara ascending, yaitu:
a. Kolonisasi bakteri pada daerah introitus vagina dan uretra
b. Mikroorganisme masuk ke dalam buli-buli c. Terjadi multiplikasi dan penempelan bakteri
pada mukosa kandung kemih
d. Bakteri naik dari kandung kemih sampai ke ginjal.
Baku emas penegakkan diagnosis ISK adalah adanya gejala klinis dan kultur urin.
Jumlah bakteri ≥105CFU/ml sebagai acuan diagnosis ISK, tetapi jika menggunakan acuan nilai ini akan memberikan hasil negatif palsu sehingga gagal untuk mendeteksi infeksi lain yang relevan. Rekomendasi urinalisis Eropa menyatakan bahwa pasien dengan ISK dapat dari perhitungan angka kuman ≥103CFU/ml.
Jumlah ini berhubungan dengan gejala dan respon pengobatan (8).
Bakteri penyebab ISK yang sering tumbuh pada pemeriksaan kultur urin antara lain Escherichia coli, Klebsiella spp, Serratia spp, Proteus spp, Pseudomonas spp, dan Enterococcus spp. Enterobacterales (60-70%) dengan Escherichia coli sebagai bakteri tersering ditemukan terutama pada infeksi yang terjadi pertama kali (4).
Infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri perlu diterapi dengan peresepan antibiotik. Antibiotik dapat digunakan sebagai terapi empirik maupun definitif. Pemilihan antibiotik untuk terapi empirik disesuaikan dengan pola kuman masing-masing fasilitas kesehatan atau rumah sakit, sedangkan terapi definitif disesuaikan dengan hasil kultur urin.
E-ISSN : 3063-234X
P-ISSN : 3063-6515 MJS Vol. 01 No. 02, Desember 2024
Hal. : 122-132
Hasil pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik yang dilakukan pada sampel urin di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Bali pada tahun 2019, dilaporkan bahwa bakteri yang paling banyak ditemukan adalah Escherichia coli yaitu sebanyak 277 isolat, yang memiliki sensitivitas terhadap Meropenem (100%), Tigesiklin dan Amikasin (99%) diikuti dengan Nitrofurantoin (90%) dan Piperasilin taksobaktam (89%) (4).
Prevalensi bakteri resisten terhadap antibiotik yang sering disebut sebagai Multi Drug Resisten Organism (MDRO) mengalami peningkatan selama beberapa tahun terakhir, baik pada pasien di komunitas maupun pasien rawat inap (1).
Antibiotik harus diberikan secara bijak sesuai dengan hasil kultur bakteri untuk mencegah terjadinya MDRO. Pengetahuan tentang pola sensitivitas bakteri di lokasi geografis tertentu merupakan faktor penting untuk memilih pengobatan antibiotik empiris yang tepat (5).
METODE
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan sampel urin pasien ISK dari poliklinik dan rawat inap, dengan desain penelitian Cross – sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2023 - Mei 2024 di Laboratorium Mikrobiologi dan Rekam Medik RS Soeradji Tirtonegoro Klaten. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 30 sampel urin yang diambil menggunakan teknik Non Probability Sampling dengan menggunakan metode Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian yang ditetapkan oleh peneliti.
a. Kriteria Inklusi
1. Sampel urin dari pasien rawat jalan atau rawat inap dengan diagnosis ISK yang melakukan pemeriksaan kultur sensitivitas.
2. Sampel urin pancaran tengah atau urin kateter.
3. Sampel urin positif ada pertumbuhan bakteri dengan perhitungan angka kuman
≥ 103 CFU/ml.
b. Kriteria Eksklusi
Sampel urin yang ada pertumbuhan lebih dari 3 bakteri, yang bisa terjadi karena adanya kontaminasi saat pengambilan sampel, atau penundaan pengiriman sampel, sehingga harus dilakukan sampling urin ulang.
Sampel urin diinokulasi pada media isolasi agar darah dan Mac Concey menggunakan ose terkalibrasi 1µl atau 10µl.
Perhitungaan angka kuman dilakukan dengan mengalikan jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada media agar darah yang digores secara 2 kuadran dengan faktor konversi. Faktor konversi 1000 apabila ose yang digunakan 1µl, faktor konversi 100 apabila ose yang digunakan 10µl.
Identifikasi bakteri penyebab ISK dengan menggunakan alat MALDI TOFF, alat ini
E-ISSN : 3063-234X
P-ISSN : 3063-6515 MJS Vol. 01 No. 02, Desember 2024
Hal. : 122-132
menggunakan metode massa spektrometri dengan cara menembakkan laser pada isolat bakteri yang sudah ditetesi Matriks pada plat target, kemudian protein bakteri akan terbang dan ditangkap oleh detektor. Hasil pembacaan alat MALDI TOFF berupa grafik yang kemudian dicocokkan dengan sidik jari bakteri pada software alat, sehingga diperoleh hasil identifikasi bakteri dalam waktu cepat.
Uji sensitivitas antibiotik dengan metode mikrodilusi menggunakan alat otomatis BD Phoenix. Hasil pembacaan Minimum Inhibitor Concentration (MIC) secara kolorimetri dari alat BD Phoenix akan dicocokkan dengan software breakpoint masing-masing bakteri terhadap antibiotik sesuai pedoman Clinical Laboratory Standarts Institute (CLSI), sehingga diperoleh interpretasi hasil Sensitif, Intermediet, Resisten
HASIL
Penelitian ini menggunakan 30 sampel urin pasien ISK, yang terdiri 5 urin kateter dan 25 urin mid stream. Pasien ISK yang diperiksa kultur urin terdiri dari 15 orang laki-laki dan 15 orang perempuan.
Tabel 1. Hasil identifikasi bakteri penyebab ISK
Bakteri Gram negatif
No Bakteri
Jumlah isolat bakteri
% Bakteri 1 Escherichia coli 12 32,43 2 Klebsiella pneumoniae 6 16,22 3 Pseudomonasa
aeruginosa 3 8,11
4 Acinetobacter
baumanii 1 2,70
5 Stenotrophomonas
maltophilia 1 2,70
6 Enterobacter
hormaechei 1 2,70
7 Enterobacter cloacae 1 2,70 8 Serratia marcescens 1 2,70 9 Burkholderia
cenocepacia 2 5,41
Bakteri Gram positif
No Bakteri
Jumlah isolat bakteri
% Bakteri 1 Enterococcus faecalis 4 10,81 2 Enterococcus faecium 1 2,70 3 Staphylococcus
epidermidis 1 2,70
4 Staphylococcus
haemolyticus 1 2,70
5 Streptococcus
agalactiae 1 2,70
6 Streptococcus
pyogenes 1 2,70
Hasil kultur dari 30 sampel urin didapatkan 37 isolat bakteri yang terdiri dari 28 bakteri Gram negatif dan 9 bakteri Gram positif.
Bakteri Gram negatif yang ditemukan antara lain Escherichia coli 32,43%, Klebsiella pneumoniae 16,22%, Pseudomonas aeruginosa 8,11%, Acinetobacter baumannii 2,70%, Stenotrophomonas maltophilia 2,70%, Enterobacter hormaechei 2,70%, Enterobacter cloacae 2.70%, Serratia marcescens 2,70%, Burkholderia cenocepacia 5,41%. Bakteri Gram positif yang ditemukan antara lain Enterococcus faecalis 10,81%, Enterococcus faecium 2,70%, Staphylococcus epidermidis 2,70%, Staphylococcus haemolyticus 2,70%, Sreptococcus agalactiae 2,70%, Streptococcus pyogenes 2,70%.
E-ISSN : 3063-234X
P-ISSN : 3063-6515 MJS Vol. 01 No. 02, Desember 2024
Hal. : 122-132
Grafik 1. Prosentase bakteri penyebab ISK
Hasil identifikasi bakteri dengan alat MALDI TOF dari grafik 1 diperoleh hasil 3 bakteri yang terbanyak yang ditemukan pada
kultur urin pasien ISK yaitu Eschericia coli (32,43%), Klebsiella pneumoniae (16,22%), dan Enterococcus faecalis (10,81%).
Tabel 2. Sensitivitas antibiotik bakteri Gram negatif
Tabel 3. Jumlah bakteri Gram negatif penghasil Extended Spectrum Beta Lactamases (ESBL)
Bakteri N ESBL % ESBL
Escherichia coli 12 9 75
Klebsiella
pneumoniae 6 4 67
32,43
16,22 10,81
8,11
2,70 2,70 2,70 2,70 2,70 2,70 2,70 2,70 2,70 2,70 5,41 0,00
5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00
PERSEN
BAKTERI
E-ISSN : 3063-234X
P-ISSN : 3063-6515 MJS Vol. 01 No. 02, Desember 2024
Hal. : 122-132
Penelitian ini didapatkan hasil bahwa bakteri Gram negatif penyebab ISK di RS Soeradji Tirtonegoro mayoritas adalah strain bakteri penghasil Extended Spectrum Beta Lactamases (ESBL). Escherichia coli sebagai bakteri
penyebab utama ISK 75% diantaranya adalah strain penghasil ESBL, sedangkan Klebsiella pneumoniae 67% merupakan strain penghasil ESBL.
Grafik 2. Prosentase sensitivitas Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae terhadap antibiotik Amikasin, Meropenem, Imipenem, Piperasilin taksobaktam, dan Gentamisin
Hasil uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik pada penelitian ini diperoleh hasil Escherichia coli sensitif terhadap Amikasin (100%), Meropenem (75%), Imipenem (75%), dan Piperasilin taksobaktam (75%). Klebsiella
pneumoniae sensitif terhadap Amikasin (100%), Imipenem (83%), Meropenem (67%), Gentamisin (67%), dan Piperasilin taksobaktam (67%).
Tabel 3. Sensitivitas antibiotik bakteri Gram positif
E-ISSN : 3063-234X
P-ISSN : 3063-6515 MJS Vol. 01 No. 02, Desember 2024
Hal. : 122-132
Grafik 3. Prosentase sensitivitas Enterococcus faecalis terhadap antibiotik Ampisilin, Linesolid, Penisilin, dan Vankomisin
Hasil uji sensitivitas antibiotik Enterococcus faecalis sensitif terhadap Ampisilin (100%), Linesolid (100%), Penisilin (75%), dan Vankomisin (75%).
DISKUSI
Hasil kultur urin pada penelitian ini ditemukan 12 isolat Escherichia coli dari 37 isolat bakteri yang ditemukan, dan merupakan bakteri penyebab ISK tertinggi. Hasil ini sesuai dengan pola kuman RSUP Sanglah periode Januari-Juni 2019, bahwa Escherichia coli adalah bakteri yang paling banyak ditemukan pada kultur urin pasien ISK yaitu sebanyak 51,21%(6).
Escherichia coli adalah penyebab utama ISK. Strain Uropatogenic Escherichia coli (UPEC) mempunyai faktor adherence yang disebut P fimbriae atau pili. P fimbriae memediasi perlekatan Escherichia coli pada sel-sel uroepitelial. P fimbriae dapat mengurangi ekspresi plgR di ginjal sehingga mengurangi transportasi IgA ke dalam urin.
Escherichia coli yang memiliki P fimbriae dapat menyebabkan ISK bagian atas
(pyelonephritis) dengan menekan sistem kekebalan tubuh inang(7).
Anatomi uretra wanita lebih pendek dan berdekatan dengan anus sehingga bakteri Escherichia coli dapat bermigrasi dari flora normal saluran pencernaan menuju saluran kemih sebagai patogen. Toksin yang diproduksi oleh UPEC dan disekresikan ke lingkungannya yaitu hemolisin yang berhubungan dengan kerusakan ginjal dan jaringan parut(7).
Klebsiella pneumoniae adalah bakteri batang Gram negatif yang memiliki kapsul.
Klebsiella pneumoniae merupakan flora normal saluran pencernaaan, yang menjadi salah satu bakteri penyebab ISK karena bakteri ini menyebabkan infeksi oportunistik saat daya tahan tubuh pasien lemah. Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri penyebab infeksi nosokomial pada pasien yang dirawat di rumah sakit, dengan transmisi utamanya saluran pencernaan dan berkaitan dengan kebersihan tangan tenaga medis yang bertugas.
Patogen ini hampir mirip dengan UPEC dalam menggunakan adhesin fimbria untuk perlekatan, berkolonisasi dan membentuk biofilm pada reseptor di saluran kemih(8).
0 50 100
Ampisilin Linesolid Penisilin Vankomisin
%Sensitif
Antibiotik
E-ISSN : 3063-234X
P-ISSN : 3063-6515 MJS Vol. 01 No. 02, Desember 2024
Hal. : 122-132
Enterococcus faecalis merupakan bakteri coccus Gram positif yang bersifat anaerob fakultatif. Enterococcus faecalis termasuk flora normal saluran gastrointestinal yang bisa menjadi kuman patogen oportunistik pada pasien komunitas atau pasien yang dirawat di rumah sakit dengan kondisi penurunan daya tahan tubuh. Enterococcus faecalis menyebabkan infeksi endokarditis, bakteremia, dan ISK.
Pseudomonas aeruginosa menyebabkan ISK yang berhubungan dengan pemakaian kateter (CAUTI) melalui pembentukan biofilm pada permukaan kateter yang terpasang.
Bakteri-bakteri lain yang ditemukan seperti Acinetobacter baumannii, Stenotrophomonas malthophilia, Enterobacter hormaechei, Enterobacter cloacae, Serratia marcescens, Burkholderia cenocepacia, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus haemolyticus, Streptococcus agalactiae, Streptococcus pyogenes, secara epidemiologi dapat menjadi penyebab ISK dengan prevalensi kecil.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bakteri Gram negatif penyebab ISK, yaitu Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae, memiliki sensitivitas tertinggi terhadap Amikasin (100%). Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan di RSUD Dr.
Soebandi Jember, yang menunjukkan bahwa Amikasin memiliki sensitivitas tinggi, diikuti oleh Fosfomisin (6).
Amikasin adalah antibiotik spektrum luas dengan tingkat resistensi rendah, hal ini disebabkan struktur Amikasin lebih tahan terhadap enzim penginaktivasi Aminoglikosida dibanding antibiotik lainya, sehingga jenis bakteri yang sudah resisten terhadap Aminoglikosida yang lain masih sensitif terhadap Amikasin(9). Amikasin mempunyai sensitivitas tinggi terhadap Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, dan Enterobacter spp(10).
Bakteri Enterococcus faecalis yang ditemukan pada penelitian ini memiliki sensitivitas antibiotik tertinggi untuk antibiotik Ampisilin (100%) dan Linesolid (100%).
Ampisilin dan Penisilin termasuk antibiotik golongan penisilin, yang memberikan efek bakterisidal dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba.
Penisilin aktif melawan sebagian besar bakteri Gram positif. Ampisilin digunakan untuk pengobatan ISK Enterococcus.
Linesolid memiliki aktivitas spektrum luas dan digunakan sebagai antibiotik pilihan untuk pengobatan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram positif yang resisten terhadap banyak obat termasuk Staphylococcus aureus MRSA yang resisten terhadap Metisilin dan Enterococcus resisten terhadap Vankomisin (11).
Escherichia coli dan Klebsiella pneumonia adalah bakteri Gram negatif penyebab ISK, hasil penelitian ini menunjukkan lebih dari 50% adalah strain
E-ISSN : 3063-234X
P-ISSN : 3063-6515 MJS Vol. 01 No. 02, Desember 2024
Hal. : 122-132
penghasil ESBL. Infeksi bakteri penghasil ESBL ini menyebabkan terjadinya Multi Drug Resistant Organism (MDR), sehingga pilihan antibiotik untuk terapi terbatas.
Keterbatasan penelitian ini adalah sampel yang digunakan sedikit, sehingga perlu dilakukan penelitian sejenis dengan menggunakan data sekunder sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih representatif.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan :
1. Bakteri penyebab ISK yang ditemukan pada urin pasien ISK adalah Escherichia coli (32,43%), Klebsiella pneumoniae (16,22%), Enterococcus faecalis (10,81%).
2. Sensitivitas bakteri penyebab ISK terhadap antibiotik adalah sebagai berikut :
a. Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae sensitif 100% terhadap Amikasin.
b. Enterococcus faecalis sensitif 100%
terhadap Ampisilin dan Linesolid.
REFERENSI
1. Muhammad, A., Khan, S. N., Ali, N., Rehman, M. U., & Ali, I. (2020).
Prevalence and antibiotic susceptibility pattern of uropathogens in outpatients at a tertiary care hospital. New Microbes and New Infections, 36, 100716.
https://doi.org/10.1016/j.nmni.2020.1007 16.
2. Khan, M. A., Rahman, A. U., Khan, b., Al- Mikalli, S.H., Alswat, A. S., Amin, A., Eid, R. A., Zaki, M. S. A.,Butt, S., Ahmad, J., Fayad, E., & Ullah, A. (2023).
Antibiotic resistance profilling and phylogenicity of uropathogenic bacteria isolated from patiens with urinary tract infections. Antibiotics, 12(10).
https://doi.org/10.3390/antibiotics121015 08, a Tertiary Hospita14
3. Kaufman, J., Temple-Smith, M., & Sanci, L. (2019). Urinary tract infections in children: An overview of diagnosis and management. BMJ Paediatrics Open, 3(1).
https://doi.org/10.1136/nmjpo-2019- 000487
4. Ikatan Ahli Urologi Indonesia IAUI, (2020). Panduan Tatalaksana Infeksi Saluran Kemih Dan Genetalia Pria.
5. Erdem, I., Kara Ali, R., ardic, E., Elbasan Omar, S., Mutlu, R., & Topkaya,A.
(2018). Community-acquired lower urinary tract infections: Etiology, antimicrobial resistance, and treatment result in female patiens. Journal of Global Infectious Diseases, 10(3), 129-132.
https://doi.org/10.4103/jgid.jgid_86_17 6. Andari, I.A.P.P., Pinatih,K.J.P.,&
Budayanti, N.N.S (2021). Pola Kepekaan kuman Dan sensitivitasnya Terhadap Antimikroba Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Rsup Sanglah Periode Januari – Juni 2019. E-Jurnal Medika Udayana,
10(5), 33.
https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i5.
p06
7. Zhou, Y., Zhou, Z., Zheng, L., Gong, Z., Li, Y., Huang, Y., &Chi, M. (2023).
Urinary Tract Infections Caused by Uropathogenic Escherichia coli : Mechanisms of Infection and Treament Options. International Journal of Molecular sciences, 24(13).
https://doi.org/10.3390/ijms241310537
E-ISSN : 3063-234X
P-ISSN : 3063-6515 MJS Vol. 01 No. 02, Desember 2024
Hal. : 122-132
8. Mancuso, G., Midiri, A., Gerace, E., Marra, M., Zummo, S., & Biondo, C.
(2023). Urinary Tract Infections: The Current Scenario and Future Prospects.
Pathogens, 12(4).
https://doi.org/10.3390/pathogens120406 23
9. Utaminigrum, W., Puspitasari, I., Laksanawati, I.S., & Lukitaningsih, E.
(2022). Penggunaan Antibiotika Aminoglikosida pada Pasien Anak di RSUP Dr. sardjito Yogyakarta.
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (PharmaceuticalJournal of Indonesia), 19(1),98.
https://doi.org/10.30595/pharmacy.v19i1.
12223
10. Fransiska, F. (2019). Ototoksisitas Aminoglikosida. KELUWIH: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran, 1(1), 37-47.
https://doi.org/10.24123/kesdok.v1i1,249 5
11. Ma, X., Zhang, F., Bai., Lin, Z., Xu, G., &
Chen, Z.(2021). Linezolid Resistance in Enterococcus faecalis Associated With Urinary Tract Infections of Patiens in a tertiary Hospitals in China : Resistance Mechanisms, Virulence, and Risk Factors.
9(February).
https://doi.org/10.3389/fpubh.2021.57065