• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi pelatih dalam membina atlet berprestasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi pelatih dalam membina atlet berprestasi."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

POLA KOMUNIKASI PELATIH DALAM MEMBINA ATLET TAEKWONDO BERPRESTASI

Talitha Laliba Rahmawinati1, Rahmawati Zulfiningrum2

Universitas Dian Nuswantoro, Semarang Jawa Tengah, Indonesia [email protected]1 , [email protected]2

ABSTRAK

Komunikasi memiliki peranan penting dalam proses pembinaan atlet berprestasi dengan didukung pendekatan personal dan peningkatan kompetensi atlet. Menjadi seorang atlet taekwondo memerlukan disiplin waktu, kondisi fisik yang baik, semangat yang tinggi tanpa mengenal kata menyerah, pengalaman, serta pertahanan mental yang stabil demi mencapai visi, misi serta tujuan yang telah ditargetkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi pelatih dalam membina atlet berprestasi. Metode penelitian menggunakan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Narasumber penelitian diantaranya adalah kepala pelatih, pelatih utama, dan atlet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola komunikasi pelatih dan atlet sebagai berikut; a) secara verbal melalui penyampaian instruksi secara langsung dan menjalin kedekatan personal, b) interaksi simbolik memiliki dampak positif pelatih mengetahui kepribadian dan tujuan atlet sedangkan dampak negatifnya adalah instruksi yang berlebihan menimbulkan ketidakfokusan dan kedekatan berlebihan dapat mengurangi kedisiplinan, c) non verbal, memberikan arahan kepada atlet didukung dengan gestur tubuh. Pola komunikasi yang efektif antara pelatih dan atlet menjadi kunci utama dari keberhasilan atlet dalam meraih prestasi yang didukung dengan pengalaman dan wawasan yang dimiliki oleh pelatih. Pelatih perlu mengetahui kelebihan dan kekurangan atlet, melakukan pembaruan ilmu dan wawasan, serta membangun suasana yang menyenangkan selama latihan.

Kata Kunci : Atlet, Pelatih, Prestasi, Taekwondo

(2)

PENDAHULUAN

Taekwondo merupakan olahraga yang berasal dari Korea dan digandrungi oleh masyarakat Indonesia yang menyukai beladiri sejak dahulu kala. Menurut Suryadi (2002), taekwondo adalah seni atau bentuk disiplin diri dengan menggunakan kaki telanjang dan tangan. Sedangkan menurut Webster, Taekwondo adalah seni bela diri Korea non-senjata yang ciri utamanya adalah penggunaan tendangan yang berat.

Taekwondo merupakan olahraga beladiri yang tidak mengandalkan senjata tajam maupun tumpul, serta dapat dilakukan dengan tangan kosong, dan olahraga ini memperhatikan kedisiplinan dalam berlatih.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, banyak diperoleh informasi tentang Taekwondo yang menunjukkan bahwa olahraga bela diri ini telah berkembang sejak 37 Masehi, namun memiliki nama berbeda disetiap negara.

Taekwondo pertama kali diresmikan oleh pihak WTF (World Taekwondo Federation) pada tahun 1973 oleh Presiden Korea sehingga olahraga tersebut seiring perkembangan zaman mulai diakui keberadaannya. Kejuaraan dunia Taekwondo pertama kali diselenggarakan oleh WTF pada tanggal 25-27 Mei 1973 berlokasi di Seoul dan diikuti oleh 18 negara. Program yang dibawa oleh WTF ini dijadikan sebagai program resmi pertahanan secara nasional pada kalangan aparat seperti tentara dan polisi.

Taekwondo pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1975 ketika Mauritsz Doweeks mengunjungi Tanjung Priok di Jakarta Utara dalam kunjungannya ke Indonesia. Namun jika dibandingkan dengan banyaknya peminat karate saat itu, peminat taekwondo sendiri masih tergolong

minoritas. Pada 15 Juli 1974, Partai Taekwondo diinstruksikan oleh Profesor Kim Ki Ha (Presiden Asosiasi Korea Indonesia) mengganti nama KATAEDO menjadi INTINDO (Asosiasi Taekwondo Indonesia). Pada perkembangan selanjutnya nama INTINDO berganti menjadi FTI (Federasi Taekwondo Indonesia).

Seiring perkembangan zaman, prosentase peminat olahraga bela diri taekwondo di Indonesia semakin meningkat.

Seperti halnya di club Dojang Dolog Semarang Jawa Tengah yang saat ini memiliki anggota sebanyak 100 orang.

Aktivitas club Dojang tidak terlepas dari proses interaksi yang dilakukan antara pelatih dan atlet sehingga dapat menciptakan proses latihan yang efektif dan hubungan kekeluargaan yang harmonis. Pendekatan melalui komunikasi interpersonal sangat berperan penting dalam berlangsungnya seluruh kegiatan yang dijalankan oleh club Dojang Dolog. Pada prosesa latihan yang berlangsung terdapat pula pertukaran informasi diantara para anggota club. Peran pelatih sangat lah penting, baik dari sisi internal maupun eksternal. Sebagai contoh apabila club menghadapi sebuah kendala dan memerlukan jalan keluarnya, maka dibutuhkan kesepakatan untuk dapat merangkul kepentingan bersama. Peran pelatih juga sangat esensial dalam mendukung terbentuknya atlet-atlet berprestasi. Melalui bimbingan secara rutin dari pelatih dapat membentuk serta melatih kedisiplinan diri yang nantinya dapat menghasilkan atlet yang unggul.

Komunikasi adalah kegiatan berinteraksi dalam kehidupan manusia dengan bertukar informasi antara dua individu atau lebih. Aktivitas meningkatkan prestasi atlet, Dojang Dolog menggunakan komunikasi interpersonal dan komunikasi

(3)

kompeten sangat berperan penting dalam berlangsungnya seluruh kegiatan yang dijalankan oleh club ini. Komunikasi interpersonal adalah aktivitas interaksi dimana satu orang memeberikan umpan balik kepada oarang lain (Cahyono, 2020).

Komunikasi interpersonal dapat digunakan sebagai alat untuk mempengaruhi dan membujuk orang lain karena dapat meningkatkan kemungkinan bahwa seseorang komunikator akan menggunakan panca indera untuk menyampaikan pesan persuasif kepada orang lain. Tujuan akhir dari proses komunikasi interpersonal adalah kesamaan makna pesan yang dikirim dan diterima oleh komunikator.

Teori-teori yang terkait dengan konteks pesan interpersonal dalam komunikasi interpersonal dideskripsikan secara jelas dan konkrit disertai dengan contoh fenomena praktis salah satunya saitu Teori Interaksi Simbolik (Symbolic Interactionism Theory) George Herbert Mead (Ali, 2020).

METODE

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Moleong (2017) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti, perilaku, persepsi, tindakan dll. Penelitian menggunakan pendekatan fenomenologis, dengan mengumpulkan data dan deskripsi berdasarkan fenomena nyata dan informasi yang tersedia. Creswell (1998) mengemukakan bahwa penelitian fenomenologi menggambarkan makna pengalaman hidup sebagian orang terhadap suatu konsep atau fenomena.

Lokasi penelitian pada Dojang Dolog Jateng dengan fokus pada pola komunikasi interpersonal antara pelatih dan atlet taekwondo di Kota Semarang. Club ini

terletak di Jl. Menteri Supeno, Mugasari, Kota Semarang, Jawa Tengah. Data primer diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi terhadap para pelatih. Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan, dokumen, buku, jurnal, surat kabar, dan arsip tertulis, yang relevan dengan subjek penelitian dalam penelitian ini (Sugishirono, 2015:187).

Narasumber penelitian ini diantaranya adalah para pelatih Dojang Dolog Jateng dan atlet. Observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung, difokuskan pada kegiatan latihan antara pelatih dan atlet.

Peneliti mengamati proses komunikasi selama latihan dan mencatat informasi yang diperoleh dari narasumber melalui wawancara mendalam. Pertanyaan yang diajukan tidaklah tertutup dan ketat sehingga peneliti mendapatkan jawaban yang mengalir dan mendalam (Safira Nur Ujiningtyas, 2021). Wawancara dilakukan dengan Pelatih utama dan pelatih inti dojang dolog Jateng untuk menggali informasi tentang program pelatihan dan hubungan antara pelatih dan atlet mulai dari pendaftaran atlet baru sampai pada proses pengelolaan atlet.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dojang Dolog Jateng adalah salah satu dojang tertua di Kota Semarang yang didirikan pertama kali oleh Joseph Huan pada tahun 1970 dan menjadi akar perkembangan Taekwondo di Kota Semarang. Dojang Dolog Jateng masih sangat aktif hingga saat ini dan menghasilkan beragam atlet berprestasi dari tingkat daerah sampai internasional.

Kegiatan pembinaan atlet berprestasi diharapkan akan terus berkembang sehingga regenerasi atlet berprestasi tidak terputus.

(4)

Kemampuan pelatih yang mumpuni sangat dibutuhkan dalam pengelolaan club, termasuk dalam hal membangun citra dan meningkatkan prestasi club Dolog Jateng.

Menurut SR (52 tahun, Kepala Dolog Jateng) sudah mengelola club dan menjadi pelatih professional selam 30 tahun. Sesi latihan atlet di Dojang Dolog Jateng seperti terdapat pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1 Sesi Latihan Atlet Club Dojang Dolog. Sumber, dokumentasi peneliti Proses Pendekatan Komunikasi Interpersonal Pelatih kepada Atlet

Komunikasi interpersonal yang terjalin antara individu maupun kelompok dalam Dojang Dolog diantaranya bertujuan untuk menjalin hubungan kekeluargaan dan meningkatkan prestasi atlet. Kegiatan pembinaan dan latihan atlet diharapkan dapat berjalan dengan lancar. Pada proses komunikasi pelatih dengan atlet terdapat beragam kendala dalam interaksi. Terkait hal ini HZ (25 tahun, Pelatih Utama Dolog Jateng) mengemukakan bahwa atlet juga manusia, kadang mood jelek, atau kondisi badan menurun. Kondisi ini dapat ditunjukkan sebagai reaksi seseorang yang negatif terhadap suatu hal yang menyebabkan hilangnya gairah atlet dalam berlatih atau berkomunikasi dengan pelatih.

Menurut HZ ( 25 tahun, Pelatih Utama Dolog Jateng) selaku pelatih utama,

interaksi simbolik yang dipakai untuk atlet melalui percakapan dan skinship (mengoreksi gerakan atlit), perumpamaan verbal dan non verbal. Perumpamaan dijelaskan ketika atlet yang sedang berlatih mengalami kelelahan dan suhu tubuhnya sedang panas, namun atlet tersebut mengkonsumsi minuman dingin (es), hal tersebut seharusnya tidak dilakukan oleh atlet, dan atlet dapat menjaga kondisi tubuhnya agar selalu prima. Interaksi simbolik bermanfaat dalam proses membina atlet, sehingga pelatih dapat membantu atlet untuk memahami apa yang telah disampaikan. Dampak positif dari interaksi ini adalah atlet menjadi lebih percaya diri, dan percaya terhadap pelatih. Apabila atlet sudah percaya diri dan percaya terhadap pelatih maka akan mudah menerapkan instruksi yang disampaikan. Dampak negatif yang mungkin muncul adalah ketika pelatih terlalu banyak menjelaskan detail-detail yang rumit untuk dipahami atlet, atlet dapat mengalami fase over load informasi. Pelatih melakukan antisipasi hal ini dengan menyeimbangkan antara teori dan praktik dalam latihan.

SR (52 tahun, Kepala Dolog Jateng) mengatakan bahwa manfaat yang didapat ketika berinteraksi dengan atlet adalah, pelatih menjadi lebih mengenal baik pribadi, tingkah laku, kondisi, kebiasaan, kebutuhan, keinginan, cita-cita atlet bahkan tingkat kedalaman ilmu yang dikuasai. Dampak positif hubungan antara pelatih dan atlet adalah hubungan menjadi tidak kaku atau tegang. Dampak negatif yang berpotensi muncul dari kedekatan personal adalah atlet dapat meremehkan pelatih dan mengurangi tingkat kedisiplinan.

Menurut HZ (25 tahun, Pelatih Utama Dolog Jateng), manfaat komunikasi verbal melalui interaksi secara langsung, pelatih

(5)

dapat lebih memahami atlet. Komunikasi verbal cukup efektif diantaranya ketika pelatih memberikan arahan saat latihan.

Menurut SR (52 tahun, Kepala Dolog Jateng) tingkat keefektifan komunikasi verbal sangat besar karena atlit, dapat lebih terkontrol dan terkendali karena pemberian arahan dilakukan secara langsung.

Menurut HZ ( 25 tahun, Pelatih Utama Dolog Jateng), manfaat komunikasi non verbal saat membina atlet adalah ketika mengkoreksi gerakan dengan memberikan contoh gerakan secara langsung (non verbal) sesuai materi. Sebagai contoh ketika pelatih menjadi official atlet saat bertanding, pelatih tidak diperkenankan menyampaikan arahan secara verbal dengan berlebihan, maka memberikan arahan melalui gesture atau ekspresi sehingga atlet memahami apa yang harus dilakukan. Hal ini diperkuat oleh SR (52 tahun, Kepala Dolog Jateng) bahwa fungsi dari komunikasi non verbal yaitu untuk menginstruksikan gerakan dengan istilah asing yang tidak dipahami oleh atlet maka harus diberikan secara non verbal.

AYN (14 tahun, Atlet Kadet Dolog Jateng ) menyatakan pandangannya terkait pemberian arahan dari pelatih “iya saya merasa sangat dibina karena pelatih selalu memberikan arahan satu persatu dengan baik dan jelas.”

Pentingnya Peningkatan Kompetensi untuk Memacu Atlet Berprestasi

Untuk meningkatkan prestasi atlet, pelatih perlu memicu semangat dan meningkatkan potensi diri. Maka dari itu, kompetensi pelatih dan dan keterampilan komunikasi merupakan unsur penting dalam membina atlet agar dapat mencapai target.

Kemampuan ini juga sangat dipengaruhi oleh motivasi dan pengetahuan individu dari pelatih.

Menurut HZ (25 tahun, Pelatih Utama Dolog Jateng) pelatih perlu memunculkan motivasi untuk dapat meningkatkan presetasi atlet. Membuat atlet yakin bahwa semua usaha dan kerja keras mereka akan berbuah manis sesuai dengan perjuangannya yang diperoleh ketika latihan dan didukung dengan doa agar hasilnya sesuai dengan yang mereka inginkan. Motivasi dapat dimunculkan oleh pelatih diantaranya dengan memberikan challenge saat latihan (terdapat hadiah/apresiasi ), atau games menarik yang berhubungan dengan latihan.

Atlet perlu selalu dipicu motivasinya agar dapat mengeluarkan seluruh kemampuannya yang mungkin potensi tersebut masih terpendam. Menurut SR (52 tahun, Kepala Dolog Jateng) motivasi dari pelatih berperan penting karena pelatih merupakan orang yang mengetahui kemampuan, kelebihan dan kelemahan dari atlet. Pada saat bertanding pelatih juga dapat memetakan kemampuan atlet lawan sehingga bisa membantu mengatur strategi juga peluang- peluang untuk menjadi juara.

Beladiri taekwondo berasal dari Korea sehingga pelatih perlu banyak berlajar dari ahlinya secara langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan refreshing keilmuan pelatih setiap tahunnya agar lisensi pelatih dapat terus aktif. HZ (25 tahun, Pelatih Utama Dolog Jateng) menyampaikan pengalamannya dalam mengikuti berbagai workshop atau seminar pelatih. Setelah mengikuti kegiatan tersebut HZ membuat program kegiatan sebagai penerapan dari materi yang diperoleh dari workshop/seminar pelatih tersebut “tujuan mengikuti pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan seputar latihan-latihan yang efisien untuk atlet-atlet saya.” Jadi setelah mengikuti refreshing atau workshop, pelatih tidak menyaring materi yang akan di

(6)

implementasikan disesuaikan dengan kemampuan atlet.

Menurut SR ( 52 tahun, Kepala Dolog Jateng) “ilmu itu terus berkembang jika tidak mengikuti perkembangan zaman, maka akan tertinggal, karena ketika melakukan pendalaman ilmu pelatih akan mendapat wawasan baru untuk solusi pada atlet. Jadi, saya bisa merubah programnya menjadi lebih tepat sesuai dengan kebutuhan atlet. Perkembangan setiap selalu ada ini menjadikan kita harus belajar dan berlatih setiap hari dan mengikuti diklat dan seminar”.

Berpengalaman selama 30 tahun sebagai pelatih SR memprioritaskan pondasi atlet melalui attitude yang baik untuk berprestasi.

Menurut SR (52 tahun, Kepala Dolog Jateng) “ketika membina atlet berprestasi mencakup semua hal selain fisik, teknik juga kepribadian dan disiplin dalam mengatur menjemen diri sendiri dan kewajiban seorang atlet. Selain itu, pelatih juga memberikan pembekalan terkait kemampuan yang perlu dikuasi atlet seperti menguasai semua materi dan teknik yang dipertandingkan dan peraturan baru dalam penilaian. Kemampuan juga harus seimbang yaitu atlet harus menguasai semua materi jurus yang dipertandingkan dan peraturan baru dalam penilaian.”

Pola Komunikasi Pembinaan Atlet

Pola komunikasi antara atlet dan pelatih setiap aspeknya saling berkaitan dan berkesinambungan. Pelatih memiliki peran penting dalam membina atletnya, tidak hanya menjadikan atlet berprestasi tetapi juga memiliki mental yang kuat dan

kepribadian yang baik. Berikut adalah analisis dari pola komunikasi club beladiri taekowondo Dolog Jateng seperti terdapat pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2 Analisis Hasil Pola Komunikasi Dojang Dolog Jateng

PENUTUP

Prestasi atlet Taekwondo Dojang Dolog merupakan salah satu wujud nyata bahwa olahraga ini mempu memberikan edukasi dan pengalaman dalam menjadikan atlet berprestasi dan professional, melalui didikan seorang pelatih yang maksimal dan kompeten. Penerapan pola komunikasi interpersonal dan peningkatan penguasaan kompetensi sangat diperlukan untuk mendukung atlet meraih kemenangan dan mampu bersaing baik di level nasional maupun internasional. Suasana latihan yang nyaman juga sangat diperlukan sehingga atlet bersemangat berlatih dalam situasi yang menyenangkan.

(7)

REFERENSI

Abdulloh, B. H., & Jatmiko, T. (2021).

Standarisasi Kondisi Fisik Atlet Taekwondo Puslatda Jawa Timur.

Jurnal Prestasi Olahraga.

https://ejournal.unesa.ac.id/index.p hp/jurnal-prestasi-

olahraga/article/view/40660

Ahmadi, D. (2005). Interaksi Simbolik : Suatu Pengantar.

B.Cahyono, Y. R. H. (2020). Pola Komunikasi Interpersonal Antara Orang Tua Dan Anak Dalam Mencegah Penularan Covid 19. 2, 1–15.

Habiba, M. (2019). AKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA PELATIH DAN ATLET TAEKWONDO PROVINSI JAWA TENGAH DALAM MENCAPAI PRESTASI NASIONAL. In Society. UNIVERSITAS SEMARANG.

Hajaroh, M. (2013). Paradigma, Pendekatandan Metode Penelitian Fenomenologi. Jurnal Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 1–

21.

Lumentut, G. F., Kerja, M., Di, A., Lembaga, L. P. M., Mahasiswa, P., Unsrat, I., Febrina, G., Pantow, J. T.,

& Waleleng, G. J. (2017). POLA KOMUNIKASI PEMIMPIN

ORGANISASI DALAM

MENINGKATKAN MOTIVASI KERJA ANGGOTA DI LPM (LEMBAGA PERS MAHASISWA) INOVASI UNSRAT. VI(1–15).

Morreale, S. P., Spitzberg, B. H., &

Barge, J. K. (2012). Human communication: Motivation, knowledge and skills. Belmont, California: Thomson Learning (J.

Perkins (ed.); second edi, Issue 9).

Holly J. Allen.

Nur Ahmad Muharram, & Puspodari.

(2020). Pengembangan Buku Teknik Dasar Taekwondo Berbasis Mobile Learning Dan Model Tes Keterampilan Tendangan Ap Hurigi Pada Atlet Taekwondo Kota Kediri.

Jurnal Kejaora (Kesehatan Jasmani Dan Olah Raga), 5(2), 41–46.

https://doi.org/10.36526/kejaora.v5i 2.1006

Safira Nur Ujiningtyas. (2021). RESEPSI

AUDIENS PADA SENIMAN

LINTAS GENDER DALAM

DOKUMENTER LELAKI AYU PRIMADONA JAWA: LENGGER LANANG. Https://Medium.Com/.

https://medium.com/@arifwicaksana a/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf Sholihah, I. & P. (2021).

KOMUNIKASI INTERPERSONAL PELATIH TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI ATLET Imroatus Sholihah. Kesehatan Dan Olahraga, 95–104.

Siregar, N. S. S. (2016). Kajian Tentang Interaksionisme Simbolik. Perspektif,

1(2), 100–110.

https://doi.org/10.31289/perspektif.v1i2 .86

Suyanto. (2019). Fenomenologi sebagai metode dalam penelitian pertunjukan teater musikal. Lakon: Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang, XVI(1), 26–32.

Ulfah, H. (2019). PERAN KOMITE OLAHRAGA NASIONAL INDONESIA (KONI) DALAM MENDUKUNG PRESTASI ATLET PADA CABANG

OLAHRAGA ATLETIK DI

KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA.

6–10.

(8)

Yussar, Z. (2019). Strategi Komunikasi Pelatih Dengan Atlet Dalam Mencapai Tujuan Prestasi Berkuda Pada Sekolah Berkuda “Yussar Horse Club Sidoarjo.”

Universitas Airlangga Undergraduate Thesis, 1–9.

Yusuf, saleha fitriana. (2021). PERAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

PELATIH DAN ATLET SHALEHA FITRIANA YUSUF.

Z. Hidayat, MM, M. S. (n.d.). FOUR CATEGORIES OF INTERPERSONAL COMUNICATION ( IPC ) Reasons for study IPC (Sseion 02). Universitas Esa Unggul.

Referensi

Dokumen terkait

The definitive publisher-authenticated version 'Essays in Criticism' is available online at: http://eic.oxfordjournals.org/cgi/reprint/XXXVIII/1/1 Archived at Flinders University:

Masih terdapat kendala-kendala yang membuat produktivitas karyawan kurang memenuhi target organisasi, salah satu masalah yang dihadapi dalam perusahaan ini yaitu persoalan sumber daya