• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Gangguan Menstruasi/haid

N/A
N/A
Nicolaus De Deo

Academic year: 2023

Membagikan "Penelitian Gangguan Menstruasi/haid"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Gangguan Menstruasi/haid

Seorang wanita berusia 24 tahun, datang ke poliklinik mengeluhkan perdarahan dari saluran kelamin 1 hari kemarin. Perdarahan muncul 2 minggu sejak hari pertama haid terakhir. Ganti pembalut sebanyak 5x. Riwayat haid 3 bulan terakhir berlangsung dengan interval tiap 28-30 hari sekali.

Pertanyaan untuk didiskusikan dalam kelompok:

- Bagaimana fisiologi terjadinya menstruasi/haid?

- Bagaimana patofisiologi terjadinya gangguan menstruasi/haid ?

- Bagaimana gejala dan tanda yang dapat ditemukan pada pasien dengan gangguan menstruasi/haid?

- Pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan untuk menegakan diagnosis gangguan menstruasi/haid?

- Farmakoterapi apa saja yang dibutuhkan oleh pasien dengan gangguan menstruasi/haid pada kasus tersebut?

Buatlah presentasi terkait materi jawaban dari pertanyaan tersebut, dan presentasikan di depan kelas pada waktu perkuliahan, jumlah total slide maksimal 25 slide (tidak termasuk slide judul, slide daftar Pustaka, dan slide penutup/ucapan terimakasih)

Jawaban :

BAHAN MATERI

1. Fisiologi terjadinya menstruasi (Thiyagarajan dkk., 2022; Villasari, 2021) Belum disingkat dan diringkas lagi ya ini

Video singkat:https://youtu.be/Vl2wRbO8LZU?si=xR9tE_Wx7Mw0yEKk Definisi:

Menstruasi adalah perdarahan periodik dari rahim yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Kondisi ini terjadi karena tidak ada pembuahan sel telur oleh sperma, sehingga lapisan dinding rahim (endometrium) yang sudah menebal untuk persiapan kehamilan menjadi luruh.

Jika seorang wanita tidak mengalami kehamilan, maka siklus menstruasi akan terjadi setiap bulannya. Umumnya siklus menstruasi pada wanita yang normal adalah terjadi setiap bulan yang berlangsung selama kurang lebih 3-7 hari, jarak satu haid ke haid berikutnya berlangsung kurang lebih 28 hari (antara 21-35). Siklus menstruasi pada wanita dikatakan tidak normal jika siklus haidnya kurang dari 21 hari atau lebih dari 40 hari, tetapi pada masa remaja biasanya siklus ini belum teratur (Sinaga dkk., 2017).

(2)

Fisiologi:

SIKLUS MENSTRUASI NORMAL

Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Siklus menstruasi melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis ovarium. Dalam siklus menstruasi normal, dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium (indung telur) dan siklus uterus (rahim).

Menstruasi biasa

Uraian mengenai menstruasi normal berikut ini berlaku untuk semua wanita usia subur, termasuk remaja. Jika pembuahan (kehamilan) tidak terjadi, siklus menstruasi dimulai dengan pengelupasan atau pelepasan lapisan rahim (yaitu endometrium). Kemudian, di bawah pengaruh estrogen dari folikel ovarium, ketebalan endometrium meningkat karena perkembangan kelenjar dan pembuluh darah. Kira-kira pertengahan siklus (dalam siklus normal), terjadi ovulasi. Folikel ovarium yang dominan mengalami proses yang disebut luteinisasi, menjadi korpus luteum, dan mengeluarkan progesteron. Di bawah pengaruh progesteron, kelenjar endometrium menjadi matang dan menjadi sekretorik, dimana lapisan fungsional endometrium akhirnya luruh. Dengan tidak adanya pembuahan, pembuluh darah endometrium menyempit dan bagian

endometrium yang baru berkembang, Gambar 1)

(James, 2016)

A. Siklus indung telur/ovarium terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus folikular dansiklus luteal.

Inti siklus ovarium: Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH, kemudian kelenjar hipofisis mengeluarkan LH (luteinizing hormon). Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi.

mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur

(3)

(folikel de Graaf) terjadi ovulasi, sisa folikel yang kosong di dalam ovarium berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional pada 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi hormon estrogen dan progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon progesterone menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.

1) Fase folikular

Merupakan fase pertama dari siklus menstruasi. Terjadidari hari pertama dengan waktu rata-rata berkisar 10-14 hari berdasarkan durasi rata-rata 28 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan.

Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur).

Hormon utama selama fase ini adalah estrogen, khususnya 17-beta-estradiol. Peningkatan hormon ini terjadi melalui peningkatan regulasi reseptor FSH di dalam folikel pada awal siklus. Namun, seiring dengan berakhirnya fase folikular, peningkatan jumlah 17-beta-estradiol akan memberikan umpan balik negatif ke hipofisis anterior. Tujuan dari fase ini adalah untuk menumbuhkan lapisan endometrium rahim. 17-beta-estradiol mencapai hal ini dengan meningkatkan pertumbuhan lapisan endometrium rahim,

Selain itu, fase ini juga penting untuk menciptakan lingkungan yang ramah dan membantu kemungkinan masuknya sperma.

17-beta-estradiol mencapai hal ini dengan menciptakan saluran di dalam serviks, memungkinkan masuknya sperma. Saluran ini dibuat dalam perubahan lendir serviks yang melimpah, berair, dan elastis.

Pada fase ini, folikel primordial mulai matang menjadi folikel Graaf. Folikel di sekitarnya mulai mengalami degenerasi, saat itulah folikel Graaf menjadi folikel matang. Ini menyiapkan folikel untuk ovulasi, langkah selanjutnya.

Ovulasi selalu terjadi 14 hari sebelum menstruasi; oleh karena itu, dengan siklus rata-rata 28 hari, ovulasi terjadi pada hari ke 14. Pada akhir fase proliferasi, kadar 17-beta-estradiol berada pada titik tinggi karena pematangan folikel dan peningkatan produksi hormon. Hanya pada saat ini, 17-beta-estradiol memberikan umpan balik positif untuk produksi FSH dan LH. Hal ini terjadi ketika tingkat kritis 17-beta-estradiol tercapai, setidaknya 200 pikogram per mililiter plasma.Tingginya kadar FSH dan LH yang terjadi pada saat ini disebut lonjakan LH. Akibatnya, folikel matang pecah dan oosit dilepaskan. Perubahan pada serviks yang dimulai selama fase folikuler semakin meningkat, sehingga menyebabkan lendir serviks yang lebih encer dan lebih banyak untuk

(4)

menampung kemungkinan sperma—kadar 17-beta-estradiol turun pada akhir ovulasi.

2) Fase luteal

Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-rata 14 hari.

Fase luteal atau fase sekretori ini selalu terjadi pada hari ke 14 hingga hari ke 28 siklus.Progesteron yang distimulasi oleh LH merupakan hormon dominan selama fase ini untuk mempersiapkan korpus luteum dan endometrium untuk kemungkinan implantasi sel telur yang telah dibuahi. Ketikafase luteal berakhir, progesteron akan memberikan umpan balik negatif ke hipofisis anterior untuk menurunkan kadar FSH dan LH dan, selanjutnya, kadar 17-beta-estradiol dan progesteron. Korpus luteum adalah struktur yang terbentuk di ovarium di lokasi pecahnya folikel matang untuk menghasilkan 17-beta-estradiol dan progesteron, yang dominan pada akhir fase karena sistem umpan balik negatif.

Endometrium bersiap dengan meningkatkan suplai pembuluh darah dan menstimulasi lebih banyak sekresi mukus.

Berbeda dengan perubahan mukosa serviks yang terlihat pada fase proliferasi dan ovulasi, progesteron menurunkan dan mengentalkan mukosa serviks sehingga menjadi tidak elastis sejak masa pembuahan berlalu, dan masuknya sperma tidak lagi menjadi prioritas. Selain itu, progesteron meningkatkan suhu hipotalamus, sehingga suhu tubuh meningkat selama fase luteal. Menjelang akhir fase sekretori, kadar 17-beta-estradiol dan progesteron dalam plasma diproduksi oleh korpus luteum.

Jika kehamilan terjadi, sel telur yang telah dibuahi ditanamkan ke dalam endometrium, dan korpus luteum akan bertahan dan mempertahankan kadar hormon. Namun,jika tidak ada sel telur yang telah dibuahi yang ditanamkan, maka korpus luteum akan mengalami kemunduran, dan kadar serum 17-beta-estradiol dan progesteron menurun dengan cepat.

B. Siklus endometrium dibagi menjadi masa proliferasi (pertumbuhan), dan masa sekresi/luteal. Pada fase menstruasi, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Luteinizing Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya, sedangkan siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon)baru mulai meningkat.

1) Fase proliferasi

Pada fase ini ovarium sedang melakukan proses pembentukan dan pematangan ovum. Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid.

(5)

Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Pada fase proliferasi terjadi peningkatan kadar hormon estrogen, karena fase ini tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.

2) Fase sekresi/luteal

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretori yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. Umumnya pada fase pasca ovulasi wanita akan lebih sensitif. Sebab pada fase ini hormon reproduksi (FSH, LH, estrogen dan progesteron)mengalami peningkatan. Jadi pada fase ini wanita mengalami yang namanya PreMenstrual Syndrome (PMS). Beberapa hari kemudian setelah gejala PMS maka lapisan dinding rahim akan luruh kembali.

3) Fase iskemi/premenstrual

Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus Luteum yang mensekresi estrogen dan progesterone menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesterone yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.

Pada tiap siklus haid dikenal tiga masa utama, yaitu:

a. Masa haid selama 2-8 hari. Pada waktu itu endometrium dilepas, sedangkan pengeluaran hormon ovarium paling rendah (minimun).

(6)

b. Masa proliferasi sampai hari ke 14 pada waktu endometrium tumbuh kembali disebut juga endometrium mengadakan proliferasi antara hari ke 12 dan ke 14 di mana dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.

c. Masa sekresi pada waktu itu korpus rubrum menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesteron. Di bawah pengaruh progesteron ini, kelenjar endometrium mengandung glikogen dan lemak. Pada akhir masa ini stroma endometrium berubah kearah sel-sel desidua terutama yang berada di sekitar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan adanya nidasi.

(Villasari, 2021) (ini cuma optional) Secara umum-keseluruhan: Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang, tetapi dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen.

Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropin). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.

(Thiyagarajan dkk., 2022; Villasari, 2021)

Perubahan di dalam rahim merupakan respons terhadap perubahan hormonal. Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot rahim, terletak di bagian tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim).

Endometrium adalah lapisan yang berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai desidua basalis.

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:

a. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH

b. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH

c. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin

(7)

2. Patofisiologi terjadinya gangguan menstruasi - Functional Hypothalamic Amenorrhea Definisi

Amenorea adalah keadaan dimana menstruasi berhenti atau tidak terjadi pada masa subur atau pada saat yang seharusnya menstruasi terjadi secara teratur. Hal ini tentu saja tidak termasuk berhenti menstruasi pada wanita yang sedang hamil, menyusui atau menopause. Amenorea dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer adalah istilah yang digunakan untuk perempuan yang terlambat mulai menstruasi yaitu apabila seorang perempuan berumur 16 tahun ke atas dan belum pernah menstruasi. Sedangkan amenorea sekunder adalah berhenti menstruasi, paling tidak selama 3 bulan berturut turut, padahal sebelumnya sudah pernah mengalami menstruasi.

Patofisiologi

FHA disebabkan adanya penekanan pada poros HPO (Hipotalamus Hipofisis Ovarium). Poros HPO merupakan sistem hormon yang mengatur pematangan folikel, ovulasi, dan siklus menstruasi. Jika poros HPO dan hormon lainnya terganggu, maka dapat mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi. Pada pubertas normal, gonadotropin-releasing hormone (GnRH) dilepaskan oleh hipotalamus kemudian merangsang sintesis dan sekresi luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) dari hipofisis anterior. Pada FHA sekresi GnRH ditekan, pulsatility LH terganggu dan kadar LH serta FSH total berkurang. Oleh karena itu FHA diklasifikasikan sebagai bentuk hipogonadisme hipogonadotropik, yang menghasilkan keadaan hipoestrogenik. Dalam FHA , penekanan sumbu HPO disesbabkan oleh pemicu umum termasuk stres psikologis, gangguan makan, penurunan berat badan, dan olahraga berlebihan (Gibson dkk.,2020)

Dismenorea Definisi

Dismenore adalah nyeri saat haid yang terasa diperut bagian bawah dan muncul sebelum, selama dan setelah menstruasi. Nyeri dapat bersifat kolik atau terus menerus. Dismenore timbul akibat kontraksi disritmik lapisan miometrium yang menampilkan satu lebih gejala mulai dari nyeri ringan hingga nyeri berat pada perut bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis.

Dismenore berkaitan dengan peningkatan sekresi prostanoid pada jalur siklooksigenase. Prostanoid yang berperan dalam patofisiologi disminore primer adalah prostaglandin. Dismenore primer terjadi karena peningkatan prostaglandin (PG) F2-alfa yang merupakan suatu siklooksigenase (COX-2) yang mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi pada miometrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri pada bagian bawah perut (Larasati dan Alatas, 2016).

MENORRHAGIA

(8)

Definisi

Menoragia adalah perdarahan yang terjadi pada masa menstruasi dengan jumlah yang banyak dapat disertai gumpalan darah bahkan disertai dismenore (Manuaba, 2009).

Pada menoragia, jumlah total darah yang keluar melebihi 80 ml dalam satu siklus, dan durasi lebih dari 7 hari, untuk frekuensi ganti pembalut dapat lebih dari 2-5 kali dalam sehari.

Patofisiologi

Menorrhagia terjadi karena kekurangan estrogen. Estrogen mendukung pertumbuhan pembuluh darah matang, sedangkan gestagen menyebabkan kerapuhan pembuluh darah. Kurangnya estrogen dapat menyebabkan endometrium menjadi rapuh dan kurang mendapatkan dukungan stromal (jaringan yang membentuk endometrium), sehingga menyebabkan perdarahan rahim yang berat dan berkelanjutan (NCBI, 2023).

Treatment

- Tujuan terapi: Terapi menorrhagia bertujuan mengurangi aliran darah menstruasi, meningkatkan kualitas hidup pasien, dan menghindari kemungkinan diperlukannya tindakan pembedahan.

- Terapi non farmakologi: Tindakan pembedahan, umumnya diperuntukkan bagi pasien yang tidak merespons pengobatan farmakologi.

- Terapi farmakologi:

- Drug Treatments of First Choice

- Bagi wanita yang mengalami menorrhagia yang berhubungan dengan siklus ovulasi dan tidak menginginkan terapi hormonal dan/atau kontrasepsi, NSAID selama menstruasi adalah pilihan yang masuk akal, tanpa adanya kontraindikasi atau penyakit gastrointestinal seperti penyakit tukak lambung atau penyakit refluks gastroesofageal. Pilihan ini nyaman (hanya diambil saat menstruasi) dan relatif murah.

- Bagi wanita yang menginginkan kontrasepsi, masuk akal untuk memulai dengan kontrasepsi oral atau IUD pelepas levonorgestrel. Pilihan mana pun dapat diterima baik bagi wanita nuligravida maupun multipara yang menginginkan bentuk kontrasepsi reversibel jangka panjang. Mengingat data efektivitas biaya, IUD pelepas levonorgestrel akan menjadi pilihan lini pertama terbaik bagi wanita yang menginginkan kontrasepsi.

- Alternative Drug TreatmentsGiven their side effects, reduced efficacy compared to the first-line agents, and/or cost, use of oral progesterone and depot medroxyprogesterone acetate should be reserved.

Tranexamic acid may be considered, in particular, as a treatment option for women with identified coagulopathies. In comparison to luteal phase oral progesterone, tranexamic acid results in a significantly greater reduction in menstrual blood loss and greater relief of patient-reported symptoms.

(9)

Misalnya untuk dosis terapi menoragia:

Obat yang digunakan bisa asam mefenamat 250-500 mg, sebanyak 2-4 kali sehari. Pilihan lain adalah ibuprofen dengan dosis 600-1.200 mg per hari

Pemberian asam traneksamat dapat dipertimbangkan untuk membantu menghentikan perdarahan. Dosis yang dianjurkan yakni 1-1,5 gram diberikan per oral setiap 8 jam sekali, selama 5 hari; atau melalui jalur intravena dengan dosis 10 mg/kgBB (maksimal 600 mg/hari) diberian setiap 8 jam sekali selama 5 hari.

- Special PopulationsAlthough in the past it was believed that IUD use should be avoided in nulliparous women, the American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) currently supports its use in such women who are at low risk for developing sexually transmitted diseases (see Clinical Controversy).32 As such, any of the treatment options discussed could be used in any female presenting with menorrhagia.

- Drug Class Information Table 83–3 identifies the significant pharmacologic properties, common adverse events, and clinically significant drug–drug and drug–food interactions of the agents used for management of menorrhagia.

3. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan pada pasien dengan gangguan menstruasi/haid Sindrom sebelum menstruasi secara umum dapat terjadi beberapa saat sebelum menstruasi atau hari-hari menstruasi wanita akan mengalami rasa tidak nyaman atau tidak enak merasakan gejala seperti:

1. Nyeri payudara

2. Rasa penuh/kembung di perut bagian bawah 3. Merasa sangat lelah

4. Nyeri otot, terutama di punggung bagian bawah dan perut 5. Perubahan kebasahan wanita

6. Muka berminyak ataupun tumbuh jerawat

7. Gangguan emosi, seperti mudah tersinggung, gelisah, sukar tidur, sakit kepala.

8. Hingga gangguan berat seperti depresi, rasa takut, gangguan konsentrasi dan muntah-muntah karena nyeri perut hebat.

Gejala menstruasi - Perut mulas

- Terasa nyeri saat buang air kecil - Sakit kepala

- Mual

- Panas dan demam - Tubuh terasa tidak fit

- Gelisah berlebihan merasa letih dan lemas - Keputihan

(10)

- Radang vagina - Kulit gatal-gatal - Payudara bengkak - Bau badan tidak sedap - Muncul jerawat di wajah

(Wenda dan Mahanani, 2018)

Tanda dan gejala:

- Amenorrhea

1. Tidak menstruasi 2. Rambut rontok 3. Nyeri kepala 4. Nyeri panggul

5. Gangguan penglihatan

6. Tumbuh bulu-bulu halus pada wajah 7. Keluar cairan dari puting susu - Menoragia

1. Darah yang keluar memenuhi 1 atau 2 pembalut setiap jamnya, selama beberapa jam berturut-turut

2. Durasi keluarnya darah lebih dari 7 hari

3. Darah yang keluar disertai gumpalan-gumpalan darah berukuran sebesar koin atau lebih

4. Darah yang keluar terlalu banyak - Oligomenore

1. Jarak antara haid lebih dari 35 hari

2. Mengalami haid kurang dari 9 kali dalam sebulan 3. Siklus haid tidak teratur

4. Perdarahan yang lebih sedikit pada saat haid daripada biasanya

(Halodoc, 2023) 4. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakan diagnosis gangguan

menstruasi/haid

- Pemeriksaan TSH : evaluasi penyakit hipotiroid dan hipertiroid - Pemeriksaan prolaktin : bila ada oligomenorea atau hipomenorea - Tes PAPsmear

- Bila curiga atau terdapat risiko keganasan endometrium : lakukan biopsi endometrium dan pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan dengan USG transvagina.

(Hendarto, 2011) - Tes hormonal

- Pemeriksaan histeroskopi: Diagnosis dengan histeroskopi lebih akurat karena dapat mendeteksi perlekatan minimal yang tidak tampak pada histerogram.

(11)

Perlekatan dapat terjadi secara sebagian atau seluruhnya menutup rongga endometrium atau kanalis servikalis

(Suparman dan Suparman, 2017).

- Tes darah - Ultrasonografi - Sonohisterografi

(Halodoc, 2023) 5. Farmakoterapi yang dibutuhkan oleh pasien dengan gangguan menstruasi/haid pada

kasus

Kasus : Seorang wanita berusia 24 tahun, datang ke poliklinik mengeluhkan perdarahan dari saluran kelamin 1 hari kemarin. Perdarahan muncul 2 minggu sejak hari pertama haid terakhir. Ganti pembalut sebanyak 5x. Riwayat haid 3 bulan terakhir berlangsung dengan interval tiap 28-30 hari sekali.

SOAP:

- Wanita berusia 24 tahun

- Gejala/keluhan: perdarahan dari saluran kelamin 1 hari kemarin dan muncul 2 minggu sejak hari pertama haid terakhir, serta ganti pembalut sebanyak 5x.

- Riwayat haid 3 bulan terakhir berlangsung dengan interval tiap 28-30 hari sekali.

- Diagnosis: menorrhagia → perdarahan menstruasi yang berlebihan

- Treatment planning: asam traneksamat, obat golongan NSAID seperti ibuprofen, naproxen, atau asam mefenamat sesuai anjuran dokter. Dokter juga dapat memberikan terapi hormonal, seperti pil kontrasepsi kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen), progesteron suntik dan obat minum noretisteron (progestogen buatan), atau analog GnRH (Gonadotropin releasing hormone). (Dari sumber Sinaga dkk., 2017)

- monitoring:

- Monitoring frekuensi penggantian pembalut/tampon/menstrual cup dalam 1-2 siklus menstruasi. Pasien harus kembali untuk evaluasi setelah satu siklus menstruasi penuh terapi.

- Melakukan pengukuran kadar hemoglobin/hematokrit di awal dan selama waktu 3 bulan setelah terapi dimulai.

- Pada wanita yang menerima terapi hormonal, wajib melakukan pemeriksaan ginekologi, pengukuran serum lipid dalam waktu 3-6 bulan setelah memulai regimen hormonal, dan pengukuran tekanan darah di awal dan selama waktu 4-6 minggu setelah memulai terapi hormonal.

Referensi

- Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach

Chapter 83: Menstruation-Related Disorders………1329 (pdf 1362)

(12)

Di piro J., Talbert RL., Yee G., Matzke G., Wells B., Posey LM., 2011, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, 8th edition, McGraw Hill Medical,USA.

- Harrison’s Principles of Internal Medicine Part 12: Endocrinology and Metabolism Section 2: Sex- and Gender-Based Medicine

Chapter 393 (jujur ini ga dapat pdf nya… searching di web gitu ga bisa diakses full)

Fauci AS., Braunwald E., Kasper DL., Hauser SL., Longo L., Jameson JL., Loscalzo J.2008 , Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17th edition,Mcgraw Hill Medical,USA.\

DAFTAR PUSTAKA

Gibson, M. E. S., Fleming, N., Zuijdwijk, C., Dumont, T., 2020. Where Have the Periods Gone? the Evaluation and Management of Fuctional Hypothalamic Amenorrhea.

Journal of Clinical Research in Pediatric Endocrinology,12(1): 18

Hendarto, A., 2011. Ilmu Kandungan Edisi III. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Halodoc, 2023. ‘Prosedur Tes Pemeriksaan yang Harus Dilakukan saat Alami Menoragia’.

URL:

https://www.halodoc.com/artikel/prosedur-tes-pemeriksaan-yang-harus-dilakukan-saat-alami- menoragia

(diakses tanggal 17/09/2023)

James, A.H., 2016. Heavy menstrual bleeding: work-up and management.Hematology Am Soc Hematol Educ Program, 1: 236-237.

Larasati, T., Alatas, F., 2016. Dismenore Primer dan Faktor Risiko Dismenore Primer pada Remaja, 5(3): 79.

NCBI, 2023. ‘Menorrhagia.’ URL:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536910/

(diakses tanggal 17 September 2023).

Sinaga, E., Saribanon, N., Sa’adah, S.N., Salamah, U., Murti, Y.A., Trisnamiati, A., Lorita, S., 2017.Manajemen Kesehatan Menstruasi. Universitas Nasional IWWASH Global One, Jakarta.

Suparman, E., Suparman, E., 2017. Amenorea Sekunder: Tinjauan dan Diagnosis.Jurnal Biomedik (JBM),9(3): 145.

Thiyagarajan D.K,, Basit H., Jeanmonod R., 2022. ‘Physiology, Menstrual Cycle’. URL:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK500020/ (diakses tanggal 14 September 2023).

Wenda, E., Mahanani, S., 2018.Description Of Menstrual Symptoms to Female Teenagers.

Jurnal Stikes, 11(1): 7.

Villasari, A., 2021.Fisiologi Menstruasi. STRADA PRESS, Madiun.

(13)
(14)

Kelompok 6:

218114004 MARIA ANGELA NOVIANA KRISTANTI 218114015 PAULINE SUCITRA DEWI

218114026 FIFI RAMONA MAYASARI SINAGA 218114037 FIDENCIA MYTHA PERMATA SARI 218114051 MARCELLA WIDYA CHRISANTI Pertanyaan terkait topik “aritmia” antara lain :

1. Jika dilihat dari kasus pasien yang didiagnosis takiaritmia, apakah hal ini bisa menyebabkan kehilangan fungsi jantung secara mendadak atau kematian jantung secara mendadak?

2. Apakah aritmia dapat menyebabkan serangan jantung dan juga jantung koroner? jika iya bagaimana mekanisme nya sehingga dapat menyebabkan serangan jantung dan juga jantung koroner?

3. Apakah gender mempengaruhi resiko aritmia, jika iya berikan alasannya?

4. Bagaimana cara deteksi dini aritmia jantung dan apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya agar kondisi aritmia jantung ini tidak semakin parah?

5. Apakah berolahraga berbahaya bagi penderita takiaritmia? Jelaskan alasannya!

6. Apakah seiring bertambahnya usia bisa meningkatkan faktor risiko terkena penyakit aritmia?

Efata → mengalami haid kurang dari 9 kali dalam sebulan Dalam

(15)

Nana →

Pertanyaan kelompok 1

1. Apakah pola makan dan pola tidur dapat mempengaruhi siklus menstruasi sehingga menyebabkan gangguan menstruasi? Jika iya, bagaimana mekanismenya?

Jawab:

Ya, pola makan dan pola tidur dapat mempengaruhi siklus menstruasi. Faktor-faktor seperti nutrisi, berat badan, pola tidur, dan tingkat stres dapat berinteraksi dengan sistem hormonal wanita, yang memainkan peran penting dalam mengatur siklus menstruasi.

Mekanisme persisnya kompleks dan melibatkan interaksi antara sistem saraf, hormon, dan fungsi tubuh secara keseluruhan. Gangguan pada pola makan dan pola tidur dapat mengacaukan keseimbangan hormonal yang diperlukan untuk siklus menstruasi yang teratur.

Sebaiknya, menjaga pola makan yang sehat, nutrisi yang cukup, berat badan yang seimbang, dan tidur yang cukup adalah penting untuk mempertahankan siklus menstruasi yang normal.

2. Apakah ada penyakit komplikasi lain saat seseorang sedang mengalami gangguan menstruasi?

Jawab:

Berikut ini komplikasi yang dapat terjadi dan berhubungan dengan gangguan menstruasi:

- Anemia

Anemia (kekurangan sel darah merah) sering menjadi komplikasi pada menorrhagia. Kasus anemia yang banyak terjadi adalah anemia ringan. Tetapi, meskipun ringan anemia tetap dapat mengurangi transport oksigenke jaringan tubuh sehingga menyebabkan kelelahan dan berkurangnya kapasitas fisik.

Anemia sedang hingga berat dapat menyebabkan sesak napas, peningkatan denyut jantung (takikardi), pusing, telinga berdenging (tinnitus), mudah marah, pucat, sindrom kaki gelisah, dan kebingungan mental (Prawirohardjo dan Winkjosastro, 2014).

- Osteopenia

Osteopenia (kehilangan kepadatan tulang) sering menjadi komplikasi pada amenorea. Berkurangnya kadar estrogen dapat menyebabkan kepadatan tulang semakin berkurang. Selain kondisi amenorea, osteopenia juga dapat terjadi pada kondisi lainnya dengan kadar estrogen yang rendah seperti gangguan makan, tumor hipofisis, dan kegagalan ovarium premature (Prawirohardjo dan Winkjosastro, 2014).

- Osteoporosis

Osteoporosis sebagai kondisi yang ditandai oleh kehilangan kepadatan tulang secara progresif, penipisan jaringan tulang, dan peningkatan kerentanan terhadap fraktur. Osteoporosis dapat timbul dari penyakit yang berhubungan dengan kekurangan hormon atau makanan (Prawirohardjo dan Winkjosastro, 2014).

- Infertilitas

(16)

Infertilitas merupakan kondisi dimana pasangan suami istri belum memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual 2-3 kali perminggu dalam kurun waktu 1 tahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun.

Gangguan menstruasi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon reproduksi akan mempengaruhi proses terjadinya ovulasi. Sehingga gangguan ovulasi baik anovulasi ataupun PCOS (Polycystic Ovarian Syndrome) dapat terjadi. Apabila ovulasi tidak terjadi, maka tidak akan ada sel telur yang bisa dibuahi (Indarwati dkk., 2017).

3. Apakah gangguan menstruasi menorrhagia sangat berbahaya? Jika iya, bagaimana cara mengatasi ketika seseorang sedang mengalami menorrhagia?

Jawab: Menoragia akan sangat berbahaya jika tidak ditangani dengan baik, karena menorrhagia ini adalah istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang berlebihan dimana dalam satu siklus menstruasi normal, perempuan rata-rata kehilangan sekitar 30-40 ml darah selama sekitar 7 hari haid, tetapi pada menoragia perdarahan dapat melampaui 7 hari dan jumlahnya lebih banyak (melebihi 80 ml).

Untuk mengatasinya kita bisa mengantisipasi dengan melihat gejala dan indikasinya dulu, tapi karena menentukan berapa banyak darah saat haid tentu tidak mudah maka untuk memudahkan dapat perhatikan indikasi-indikasi tertentu, seperti banyaknya jumlah pembalut yang dihabiskan atau seringnya darah menembus pakaian Anda karena tidak tertampung oleh pembalut. Menstruasi dianggap berat jika sampai harus mengganti pembalut setiap jam atau setiap beberapa jam berturut- turut.

Perhatikan gejala lain seperti pendarahan malam hari yang membuat terbangun untuk mengganti pembalut, adanya gumpalan darah besar saat menstruasi, haid berlangsung lebih dari tujuh hari, serta pada kasus yang berat, menstruasi dapat mengganggu tidur, aktivitas sehari-hari, kelelahan dan sesak napas.

Jika dirasa hal-hal tersebut dirasakan oleh perempuan dalam siklus menstruasinya maka segera periksakan ke dokter, apabila dokter tidak mencurigai adanya masalah serius yang menyebabkan menoragia, atau kondisi tersebut tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya, pengobatan biasanya tidak diperlukan. Apabila dokter menganggap perlu, dapat juga diberikan vitamin yang mengandung zat besi untuk mencegah anemia. Namun apabila dokter menduga ada gangguan serius yang menyebabkan menoragia, maka ada dua cara pengobatan yang dapat dilakukan, yaitu melalui obat-obatan dan operasi.

(Sinaga dkk., 2017) 4. Apakah pemakaian kontrasepsi dapat menyebabkan gangguan pada siklus menstruasi?

Jika iya bagaimana mekanismenya?

Jawab:

Ya, pemakaian kontrasepsi dapat mempengaruhi siklus menstruasi. Kontrasepsi hormonal seperti pil KB, suntikan, atau alat kontrasepsi hormonal dapat mengubah hormon dalam tubuh, seperti menekan produksi hormon yang mengatur ovulasi. Hal ini bisa menyebabkan perubahan pola menstruasi, termasuk siklus yang lebih pendek, lebih panjang, atau bahkan menstruasi ringan atau tidak ada sama sekali. Mekanisme

(17)

persisnya melibatkan penyesuaian kadar hormon dalam tubuh untuk mencegah ovulasi dan pengaruhnya terhadap endometrium dan perubahan hormon siklus menstruasi.

5. Ada beberapa orang yang terkadang mengalami keterlambatan menstruasi sangat lama, misal bisa 1 sampai 2 bulan. Apa yang menyebabkan keterlambatan menstruasi yang sangat lama tersebut dan bagaimana mekanisme hal tersebut bisa menyebabkan keterlambatan menstruasi?

Jawab:

Selama rentang waktunya berada di antara 21–35 hari, maka masih dianggap normal.

Beberapa wanita mungkin pernah mengalami terlambat menstruasi yang tidak biasa, dengan keterlambatan satu minggu sampai satu bulan (Hermina, 2022

Faktor yang menyebabkan keterlambatan menstruasi adalah…

Remaja putri sering mengalami gangguan menstruasi terutama pada tahun pertama setelah menarche.Gangguan terbanyak berupa keterlambatan siklus menstruasi (80%).Faktor risiko gangguan siklus menstruasi adalah hormonal, status gizi, Indeks Massa Tubuh (IMT), dan tingkat stres.

Mekanismenya

Gangguan siklus menstruasi terdiri dari 2 macam, yaitu polimenorea dan oligomenorea.Polimenorea adalah siklus menstruasi dengan jumlah rentang hari kurang dari 21 hari dan atau volume darah sama atau lebih banyak dari volume darahan menstruasi biasanya. Gangguan ini mengindikasikan gangguan pada

proses ovulasi, yaitu fase luteal yang pendek. Polimenorea menyebabkan unovulasi pada wanita karena sel telur tidak dapat matang sehingga pembuahan sulit terjadi.

Oligomenorea adalah siklus menstruasi dengan durasi lebih dari 35 hari. Volume perdarahan umumnya lebih sedikit dari volume perdarahan menstruasi biasanya.

Gangguan jenis ini berakibat ketidaksuburan dalam jangka panjang karena sel telur jarang diproduksi sehingga tidak terjadi pembuahan. Oligomenorea tidak berbahaya pada wanita, namun dapat berpotensi sulit hamil karena tidak terjadi ovulas.

Gangguan hormonal, status gizi, tinggi rendahnya IMT (Indeks Massa Tubuh), dan tingkat stress adalah faktor-faktor yang mengakibatkan timbulnya gangguan siklus menstruasi . Terdapat hubungan antara IMT dengan siklus menstruasi. Penurunan IMT berakibat pada peningkatan durasi siklus menstruasi Seseorang dengan status gizi overweight berisiko mengalami anovulatory chronic Wanita dengan kondisi ini, cenderung memiliki sel – sel lemak yang lebih banyak sehingga produksi hormon estrogen juga menjadi berlebih. Adapun wanita dengan status gizi underweight, cenderung kekurangan sel lemak sehingga produksi hormon estrogen berkurang.

Hal ini berdampak pada kejadian ketidakteraturan siklus menstruasi (Evan., 2011).

Tingkat stres berhubungan dengan siklus menstruasi karena stres berhubungan dengan tingkat emosi, alur berpikir, dan kondisi batin seseorang. Faktor stres dapat mempengaruhi produksi hormon kortisol yang berpengaruh pada produksi

hormon estrogen wanita Hasil penelitian menyebutkan bahwa sekitar 22,1% wanita dengan gangguan psikologis, mengalami siklus menstruasi tidak teratur

(Farida dan Islamy A., 2022)

(18)

6. Bagaimana mekanisme fibroid uterus, radang panggul, dan endometriosis dapat menyebabkan dismenore sekunder? Apakah fibroid uterus, radang panggul, dan endometriosis juga dapat menyebabkan gangguan menstruasi lainnya? Jika iya, apa saja?

Jawab:

Dismenore → nyeri haid yang bersifat kolik atau terus menerus; timbul akibat kontraksi disritmik lapisan miometrium.

dua jenis dismenore:

1. Dismenore primer adalah nyeri haid yang terjadi karena sekresi prostaglandin;

tidak disertai penyakit

2. Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan penyakit yang dapat diidentifikasi: fibroid uterus, radang panggul, endometriosis; selin itu kondisi lain yang juga dapat menyebabkan dismenore sekunder adalah adenomiosis dan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim.

Mekanisme:

1. Fibroid uterus: Fibroid adalah jenis tumor jinak yang bisa memicu nyeri haid atau dismenore sekunder.

2. Radang panggul: Pelvic Inflammatory Disease (PID) bisa memicu nyeri dismenore sekunder. Kondisi ini disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyerang organ reproduksi wanita. Infeksi biasanya dimulai di rahim dan bisa menyebar ke organ reproduksi lainnya.

3. Endometriosis: Terjadi ketika jaringan yang membentuk lapisan dalam dinding rahim tumbuh di tempat yang tidak seharusnya, yaitu di luar rahim (bisa di indung telur, usus, tuba falopi, rektum, hingga vagina). Menjelang menstruasi, endometrium akan menebal dan menjadi tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Namun, jika tidak ada pembuahan (tidak hamil), endometrium akan luruh dan keluar dari tubuh (menstruasi). Dalam kasus endometriosis, jaringan endometrium yang tumbuh di luar rahim ini tidak bisa keluar dari tubuh. Hal ini yang menyebabkan muncul keluhan nyeri atau kram selama periode menstruasi.

(Proctor dan Farquhar, 2006; Armour dkk., 2019) Daftar Pustaka

Armour, M., Parry, K., Al-Dabbas, M.A., Curry, C., Holmes, K., dan MacMillan, F., 2019.

Self-care strategies and sources of knowledge on menstruation in 12,526 young women with dysmenorrhea: A systematic review and metaanalysis. PLoS ONE, 14:

1-18.

Indarwati, I., Budihastuti, U. R., Dewi, Y. L. R., 2017.Analysis of factors influencing female infertility.Journal of Maternal and Child Health. 2(2): 150–161.

Prawirohardjo, S., Winkjosastro, H., 2014. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Proctor, M., dan Farquhar, C., 2006. Diagnosis and management of dysmenorrhoea. BMJ, 332:1134-1142.

(19)

Sinaga, E., Saribanon, N., Sa’adah, S.N., Salamah, U., Murti, Y.A., Trisnamiati, A., Lorita, S., 2017. Manajemen Kesehatan Menstruasi. Universitas Nasional IWWASH Global One, Jakarta.

Efata : mengalami haid kurang dari 9 dalam sebulan, Kadang sakit kadang enggak saat menstruasi?

Dalam gangguan oligomenore, perdarahan ringan yang jarang terjadi atau tidak normal pada wanita yang sedang menstruasi bisa lebih dari 35 hari jaraknya atau kurang dari sembilan periode menstruasi dalam setahun.

Untuk gejala terkait sakit dan tidak sakit saat menstruasi, kembali lagi kita bisa melihat hal-hal yang dapat mempengaruhi sistem kerja hormon seperti pola hidup misalnya stress, aktivitas fisik kurang, pola makan yang tidak sehat, jadi balik lagi nantinya mempengaruhi kinerja hormon-hormon yang berperan dalam siklus menstruasi, karena tadi sempat dijelaskan juga hormon-hormon ini bekerja secara teratur jadi dari pola hidup kita juga bisa berpengaruh

Nana : Perut kram, hal apa yang dapat memicu kram tersebut, hal lain yg dapat menyebabkan keputihan?

Kram perut saat haid muncul akibat kontraksi otot rahim untuk melepaskan dan mengeluarkan endometrium (lapisan dalam dinding rahim). Kontraksi ini menyebabkan pembuluh darah terjepit sehingga pasokan oksigen ke rahim berkurang dan menyebabkan rasa nyeri. Berkaitan juga dengan kadar prostaglandin akan merangsang

otot otot halus dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi kadar prostaglandin, kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri yang dirasakan juga makin kuat. Biasanya, pada hari pertama menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi jadi menstruasi hari pertama kadang kram nyerinya terasa kuat.

Rere : apakah ada komplikasi (penanya)

Dion : keterlambatan siklus mens, yang menyebabkan keterlambatan dan mekanismenya (penanya)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut (Arsyad, 2013), berpendapat bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, motivasi