PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Hal ini terlihat dari penggunaan dua bahasa atau bahkan lebih yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebab, masyarakat Indonesia adalah bilingual, bahkan multilingual, karena menguasai lebih dari dua bahasa. Penelitian yang dilakukan oleh Munira Hasyim dalam bentuk jurnal pada tahun 2008 tentang Penentu Penggunaan Bahasa pada Komunitas Tutur Makassar: Kajian Sosiolinguistik di Kabupaten Gowa, dari hasil penelitiannya ia menyimpulkan bahwa Komunitas Etnis Makassar di Kabupaten Gowa merupakan kelompok komunitas tutur yang bersifat bilingual atau multilingual, hal ini terlihat dari beragamnya bahasa yang digunakan, baik dari segi penggunaan bahasa daerah Makassar sebagai bahasa pertama, bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, maupun bahasa Melayu Makassar yang berperan sebagai lingua franca. antar kelompok etnis di wilayah tersebut.
Pada akhirnya, proses saling mempengaruhi antara satu bahasa dengan bahasa lain tidak bisa terjadi. Kontak bahasa dapat mengakibatkan terjadinya perubahan sistem suatu bahasa yang disebabkan oleh adanya perpindahan bagian-bagian suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Pengaruh kontak yang menyebabkan menurunnya frekuensi penggunaan bahasa Jawa dapat dijelaskan melalui pola penggunaan bahasa Jawa dalam berbagai peristiwa tutur.
Pola penggunaan bahasa Jawa ini menyebabkan situasi bilingual semakin non-glossik karena fungsi masing-masing daerah tidak dapat dipisahkan secara jelas. Salah satu penyebabnya adalah karena lawan bicara tidak menguasai bahasa yang diucapkan penuturnya, sehingga menjadi interaksi yang tidak linier.
Identifikasi Masalah
Dalam penggunaan dua bahasa terkadang tidak memenuhi syarat sebagai peristiwa tutur dan tidak memenuhi komponen-komponen peristiwa tutur. Oleh karena itu SPEAKING oleh Dell Hymes digunakan sebagai alat analisis karena metode ini terbagi menjadi beberapa aspek komponen tuturan yang sangat cocok untuk menganalisis peristiwa tuturan secara lengkap dan detail.
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
- Hakikat Bahasa
- Fungsi Bahasa
- Bilingualisme
- Dwibahasawan
- Hubungan Bahasa Indonesia
- Analisis Kajian Teori Dell Hymes
Menurut Chaer dan Leonie (2010:11), pengertian bahasa adalah suatu sistem, artinya bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang terpola secara tepat dan dapat diadopsi. Menurut Chaer dan Leonie (2010:15) dari sudut pandang penutur, bahasa mempunyai fungsi yang personal atau privat, yaitu penutur mengungkapkan sikap terhadap dirinya sendiri. Dilihat dari sudut pandang pendengar atau lawan bicaranya, bahasa mempunyai fungsi penuntun, yaitu mengatur tingkah laku si pendengar.
Menurut Chaer dan Leonie (2010:16), bahasa ditinjau dari topik tuturannya mempunyai fungsi referensial, ada yang menyebutnya fungsi denotatif atau fungsi informatif. Chaer dan Leonie (2010:16) menyatakan bahwa bahasa ditinjau dari kode yang digunakan berfungsi sebagai metalinguistik atau metalinguistik, yaitu bahasa digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Bahkan, agak aneh jika bahasa tersebut biasanya digunakan untuk membicarakan isu-isu tersebut, seperti politik, ekonomi, atau pertanian.
Bahkan dalam kamus satu bahasa pun, bahasa digunakan untuk menjelaskan makna bahasa (dalam hal ini kata). Menurut Chaer dan Leonie (2010:17), dalam kaitannya dengan pesan yang ingin disampaikan, bahasa berperan sebagai imajinasi.
Kerangka Konseptual
Hipotesis Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Sumber Data dan Data Penelitian
Metode Penelitian
Teknik Analisis Data
Berbeda dengan percakapan yang dilakukan mahasiswa perantau Mandailing oleh Mei Harahap dan Selvi Nasution yang berlangsung di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, mereka berkomunikasi dalam suasana tenang dan serius dengan bahasa nonformal, namun tetap dalam tempo yang pelan. suara karena mereka berada di perpustakaan. Bukti percakapan mahasiswa Mei Harahap dan Selvi Nasution terdapat pada kutipan dialog berikut. Begitu pula pada percakapan siswa Mei Harahap dan Dinda Rizky yang berlangsung dalam suasana tenang di kelas, mereka menggunakan bahasa formal dalam tuturannya.
Bukti percakapan siswi Mei Harahap dan Dinda Rizky dapat dilihat pada cuplikan dialog di bawah ini. Percakapan selanjutnya dilakukan oleh siswa Mei Harahap dan Selvi Nasution yang berkomunikasi menggunakan bahasa Mandailing, jumlah percakapan yang melibatkan partisipan sebanyak 23 ujaran. Selain itu, bilingualisme siswa dengan menggunakan bahasa nasional (Indonesia) dilakukan oleh siswa Putri Kurniasari dan Ayu Febriani sebanyak 23 ujaran, dan percakapan antara Dinda Rizky dan Mei Harahap melibatkan partisipan sebanyak 22 ujaran.
Maksud dan maksud utama pernyataan tersebut adalah penggunaan bahasa nasional (Indonesia) yang dilakukan siswi Dinda Rizky, yakni mengajak Mei Harahap ke studio foto untuk mengambil foto untuk paspornya. Berbeda dengan bentuk dan nada pembicaraan mahasiswa Mei Harahap dan Selvi Nasution yang terkesan serius saat membicarakan sulitnya menulis skripsi dan menyusun proposal bisnis. Asrul Nasution bersama Ayu Febriani Rambe dan Mei Harahap bersama Selvi Nasution mengambil jalur lisan dan menggunakan dialek Mandailing.
Dalam percakapan yang dilakukan siswa Putri Kurniasari dengan Ayu Febriani Rambe dan Mei Harahap dengan Dinda Rizky melalui saluran lisan dan menggunakan dialek bahasa nasional (Indonesia). Putri Kurniasari : “Apakah kamu tidak mengerjakan skripsimu?” (bahasa nasional) Mei Harahap : "Da Din, dari mana asalmu?" (Bahasa nasional). Norma bahasa yang digunakan antara siswa M. Asrul Nasution dengan Ayu Febriani Rambe dan Mei Harahap dengan Selvi Nasution dalam menggunakan bahasa Mandailing adalah saling menghormati, saling membantu sebagai teman, mendorong dan bekerja sama untuk menyelesaikan kelas agar dapat lulus bersama, dalam dan mereka juga memasukkan unsur lucu dalam percakapan mereka.
Bukti percakapan mahasiswa M. Asrul Nasution dan Ayu Febriani Rambe terdapat pada kutipan dialog berikut. Bukti percakapan mahasiswa Mei Harahap dan Selvi Nasution terdapat pada cuplikan dialog berikut. Sedangkan norma bahasa yang digunakan antara Ayu Febriani Rambe dan Putri Kurniasari serta Mei Harahap dan Dinda Rizky adalah pada penggunaan bahasa nasional.
Asrul Nasution bersama Ayu Febriani Rambe dengan 42 ujaran dan Mei Harahap dan Selvi Nasution dengan 23 ujaran berkomunikasi dalam bahasa daerah. Bilingualisme siswa dalam bahasa nasional (Indonesia) dilakukan oleh siswa Putri Kurniasari dan Ayu Febriani sebanyak 23 ekspresi, dan percakapan antara Dinda Rizky dan Mei Harahap sebanyak 22 ekspresi. Begitu pula percakapan murid Putri Kurniasari dengan Ayu Febriani Rambe dan Mei Harahap dengan Dinda Rizky bersifat lisan dan menggunakan dialek bahasa nasional (Indonesia).
HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
Deskripsi Data
Analisis Data
Asrul Nasution dan Ayu Febriani Rambe menggunakan bahasa Mandailing yang berlangsung di aula FKIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, dengan menggunakan ragam bahasa santai dan perpaduan lawakan antara sapaan dan salam. Bukti percakapan siswa Ayu Febriani Rambe dan Putri Kurniasari terdapat pada kutipan dialog berikut. Asrul Nasution dan Ayu Febriani Rambe akan meminta bantuan untuk mentransfer uang tunai melalui kartu pembayaran Ayu Febriani ke adik M.
Dalam perbincangan mahasiswa Mei Harahap dan Selvi Nasution pun ada tujuan, yakni mengajak keduanya mendaftar bersama untuk ujian kewirausahaan. Asrul Nasution dan Ayu Febriani Rambe menggunakan bahasa Mandailing agar terkesan lebih santai dan berkesan menghantui. Begitu pula dalam percakapan bilingual yang menggunakan bahasa nasional (Indonesia), seperti yang dilakukan siswa Putri Kurniasari dengan Ayu Febriani Rambe dan Dinda Rizky dengan Mei Harahap, bentuk atau nada yang disampaikan tergantung pada tempat dan topik pembicaraan yang sedang berlangsung.
Bukti percakapan Putri Kurniasari dan Ayu Febriani Rambe dapat dilihat pada cuplikan dialog berikut. Bukti percakapan siswa Ayu Febriani Rambe dan Putri Kurniasari dapat dilihat pada cuplikan dialog berikut.
Jawaban Pernyataan Penelitian
Diskusi Hasil Penelitian
Keterbatasan Penelitian
Asrul Nasution : “Olo napolai, uban ma tong hepeng ku na mungkin hepeng mu parjolo i.” (bahasa daerah).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang diteliti, dapat dikatakan bahwa mahasiswa pendatang Mandailing Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Program Studi Bahasa Indonesia Kelas VIII B-pagi bersifat bilingual (bilingual). Dari data kajian tuturan siswa diketahui bahwa siswa mampu menguasai dua bahasa secara memadai dan benar, yaitu bahasa daerah dan bahasa nasional (Indonesia). Komponen pertama adalah Setting dan Scene, yaitu percakapan yang dipimpin oleh mahasiswa M. Asrul Nasution dan Ayu Febriani Rambe dengan menggunakan bahasa Mandailing, yang dilaksanakan di aula FKIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, dengan menggunakan ragam bahasa yang santai dan humor.
Pada dialog berikutnya berbunyi: “Sekali lagi mahua do ho, juguk-juguk sada ho hu ida.”. menunjukkan tempat umum bagi siswa untuk duduk santai/pendopa). Begitu pula dengan penggunaan bahasa nasional (Indonesia) bagi mahasiswa Ayu Febriani Ramba dan Putri Kurniasari yang dilaksanakan di kantin Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dengan berbagai bahasa santai dan humor. Ini ada dalam dialog berikut: "Saya ingin makan siang bersama teman-teman saya." (mengumumkan warga kota), "Sama-sama. Taruh haha.." (ucapan lucu).
Tujuan utama perbincangan Putri Kurniasari adalah mengajak Ayu Febriani Rambe membeli karya referensi dari Gramedia. Ayu Rambe: "Iya saya juga, masih ada dua referensi lagi yang perlu saya cari." Maksud dan tujuan utama Dinda Rizky adalah mengajak Mei Harahap mengambil studio foto untuk foto paspor.
Komponen yang keempat adalah Tatanan Hukum, bentuk tuturan yang dilakukan adalah dengan menggunakan bahasa daerah, yaitu bahasa yang tidak formal tetapi digunakan. Tujuh Norma Interaksi dan Interpretasi, norma kebahasaan yang digunakan mahasiswa dalam penggunaan bahasa Mandailing adalah saling menghormati, saling membantu sebagai sahabat, saling mendorong dan bekerjasama dalam penyelesaian urusan perkuliahan agar dapat lulus bersama, dan juga memasukkan unsur lelucon dalam percakapan mereka. Putri Kurniasari : “Baiklah Ayu, besok kamu bilang baik padaku.” (Bahasa Nasional) Komponen terakhir adalah Genre, suatu bentuk kedwibahasaan pelajar perantau Mandailing dalam penggunaan bahasa daerah yaitu Mandailing dan penggunaan bahasa nasional (Indonesia) dengan menggunakan narasi atau penjelasan.
Temuan: Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam penggunaan bahasa daerah yaitu Mandailing terlihat adanya keakraban antar siswa dalam berinteraksi.
Saran
Asrul Nasution : “Ooh songoni do pe so, mohon tunggu waktunya biar au boto, saya bisa melakukannya siang hari.”. Mencari buku, saya hanya menemukan dua buku) Selvi Nasution : “Buku aha dehe na dijalaki ho i.