ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH FAKTOR DETERMINAN TERHADAP FINANCIAL DISTRESS
(Studi Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2013 – 2017)
Oleh:
Inayah Tri Cahyanti Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Industri makanan dan minuman adalah penopang perekonomian domestik di tengah tidak stabilnya perekonomian Indonesia. Dalam mempertahankan laba, manajemen perusahaan perlu memperhatikan kondisi ekonomi mikro dan ekonomi makro yang akan menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor determinan yaitu Suku Bunga, Inflasi, Nilai Tukar, Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Arus Kas, Kepemilikan Institusional terhadap kemungkinan Finansial Distress dengan analisis Altaman Z-Score. Penelitian ini menggunakan data dari tahun 2013 hingga tahun 2017 dengan sampel perusahaan sebanyak 14 perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suku bunga, inflasi, nilai tukar, return on assets, arus kas, curent ratio, debt to assets rasio, dan struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap finansial distress.
Kata kunci: Suku Bunga, Inflasi, Nilai Tukar, Return on Assets, Arus Kas, Current Rasio, Struktur Kepemilikan Institusional, Finansial Distress
ABSTRACT
AN ANALYSIS OF THE EFFECT OF DETERMINANTS ON FINANCIAL DISTRESS (A Study on Food And Beverage Companies Registered in Indonesia Stock Exchange in
2013 – 2017)
By: Inayah Tri Cahyanti
The food and beverage industry has been the pillar of the domestic economy since the unstable economy situation in Indonesia. As such, to sustain the profit income, company management is required to pay attention to microeconomic and macroeconomic conditions to circumvent financial woes. This study aims to determine the effect of the determinants (interest rates, inflation, exchange rates, profitability, liquidity, leverage, cash flow, and institutional ownership) on financial distress analyzed through the Altaman Z-Score. The samples are 14 food and beverage companies between 2013 and 2017. The results of this study reveal that interest rates, inflation, exchange rates, return on assets, cash flow, curent ratio, debt to assets ratio, and institutional ownership structure have an effect on financial distress.
Keywords: Interest Rates, Inflation, Exchange Rates, Return on Assets, Cash Flow, Current Ratio, Institutional Ownership Structure, Financial Distress
A. Pendahuluan
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang menjual produknya mulai dari proses pembelian bahan baku, pengolahan bahan baku mentah, sehingga menjadi barang siap konsumsi.
Oleh karena itu, sektor industri makanan dan minuman adalah penopang perekonomian domestik di tengah tidak stabilnya perekonomian Indonesia. Apabila perusahaan tidak dapat memprediksi dengan tepat kapan dan apa saja yang perlu diperhatikan maka akan membawa perusahaan ke kondisi yang buruk, yaitu kesulitan keuangan (finansial distress). Mengingat suku bunga di Indonesia yang sering naik dibandingkan dengan negara-negara lainnya termasuk kendala perusahaan dalam mempertahankan perolehan laba (Katadata.com, 2013). Pernyataan di atas sesuai dengan yang terjadi pada Indonesia yaitu pada tahun 2014, Indonesia menempati posisi pertama untuk tingkat suku bunga bank sentral tertinggi di antara bank-bank sentral seluruh dunia (Merdeka.com, 2014). Melemahnya nilai tukar rupiah mengakibatkan pertumbuhan ekonomi melambat. Menurut Kompasiana.com (2015), pertumbuhan ekonomi I pada kuartal II-2015 mengalami perlambatan, dengan tumbuh sebesar 4,6 persen. Maka dari itu penting untuk menganalisis pengaruh perekonomian dalam memprediksi finansial distress karena dengan mengetahui pengaruhnya maka diharapkan dapat dilakukan penanganan untuk mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kebangkrutan dan menghindari kerugian dalam nilai investasi (Marfungatun, 2016:2).
B. Tinjauan Pustaka
1. Teori Sinyal (Signaling Theory)
Teori sinyal (signalling theory) yang dikemukakan oleh Akerlof (1970) mempelajari fenomena ketidakseimbangan informasi mengenai kualitas produk antara pembeli dan penjual.
Menurut Jogiyanto (2014), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Pada saat informasi diumumkan, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berkaitan dengan laporan keuangan maupun informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan.
2. Financial Distress (Kesulitan Keuangan)
Finansial distress dimulai dari ketidakmampuan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya, terutama kewajiban yang bersifat jangka pendek, termasuk kewajiban likuiditas, dan juga termasuk kewajiban dalam kategori solvabilitas (Fahmi, 2016:133). Jika suatu perusahaan mengalami masalah dalam likuiditas maka sangat memungkinkan perusahaan tersebut mulai memasuki masa kesulitan keuangan (finansial distress) dan jika kondisi kesulitan keuangan tersebut tidak segera diatasi maka ini bisa berakibat kebangkrutan usaha (bankruptcy). Maka dari itu untuk menghindari kebangkrutan dibutuhkan berbagai kebijakan, strategi dan bantuan, baik bantuan dari pihak internal maupun eksternal (Fahmi, 2016:133).
Model finansial distress perlu dikembangkan karena dengan mengetahui finansial distress sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan untuk mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kebangkrutan dan menghindari kerugian dalam nilai investasi (Marfungatun, 2016:2). Pada saat ini ada banyak formula yang telah dikembangkan untuk menjawab berbagai permasalahan tentang bankruptcy, salah satu yang dianggap populer dan banyak digunakan dalam berbagai penelitian dan analisis secara umum adalah model kebangkrutan Altman yang dikembangkan oleh Edward Altman pada tahun 1968. Model Altman ini atau lebih umum disebut model Z-Score Altman dengan mempergunakan pendekatan analisis diskriminan (Fahmi, 2016:134). Peneliti memilih model analisis untuk memprediksi finansial yaitu dengan mengetahui nilai Z perusahaan dengan metode diskriminan kebangkrutan Altman maka perusahaan dapat mengetahui tingkat kesehatan keuangan perusahaannya. Formula dari Altman dapat ditulis sebagai berikut:
Z= 1.2 x X1 + 1.4 x X2 + 3.3 x X3 + 0.6 x X4 + 1,0 x X5
Sumber: Fahmi, 2016:134 Keterangan:
X1 = Working capital/ Total assets X2 = Retained earnings/ Total assets
X3 = Earnings before interest and taxes (EBIT)/ Total assets
X4 = Market value of equity/ Book value of debt X5 = Sales/ Total assets
3. Risiko suku
Risiko suku bunga adalah risiko yang dialami akibat dari perubahan suku bunga yang terjadi di pasaran yang mampu mempengaruhi pendapatan perusahaan, oleh karena itu penciptaan pada suatu kestabilan suku bunga merupakan harapan bagi pelaku bisnis (Irham, 2016:39).
Tahun Suku Bunga
2013 7,50%
2014 7,75%
2015 7,50%
2016 4,75%
2017 4,25%
Sumber : BI rate dan BI 7-day (reverse) repo rate, 2020.
4. Inflasi
Inflasi adalah kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa secara umum dalam periode waktu tertentu. Inflasi dapat mempengaruhi beban operasional suatu perusahaan untuk menghasilkan produk dengan meningkatkan harga dari perlengkapan dan bahan baku (Madura, 2007:129). Data Indeks Harga Konsumen ini dapat diperoleh dari laporan BPS, Bank Indonesia ataupun lembaga lainnya. Untuk model pengukurannya adalah sebagai berikut:
𝐿𝐼𝑡 = IHKt − IHKt − 1 IHKt − 1
Sumber: Rohiman (2019:189) Keterangan:
LIt = Laju inflasi pada periode t
IHKt = Indeks Harga Konsumen periode t
IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen periode t-1 5. Nilai tukar
Nilai tukar atau kurs adalah perubahan nilai mata uang, bagi investor yang melakukan investasi di berbagai negara dengan berbagai nilai mata uang, perubahan kurs menjadi faktor penyebab real return lebih kecil dari pada expected return (Abror, 2014:176-177). Adapun pendapat Darmawan (2017:103) yiatu cara dalam mengukur nilai tukar atau kurs adalah sebagai berikut.
𝐾𝑢𝑟𝑠 𝑇𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ =Kurs Jual + Kurs Beli 2
Sumber: Darmawan, 2017:103 6. Imbal hasil atas aset atau Return on Aset (ROA)
Return on Aset (ROA) atau dapat disebut juga Return on Investment (ROI) adalah ukuran laba untuk setiap dolar dari aset (Ross, 2018:72). Imbal hasil dapat menunjukkan ukuran tentang seberapa efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya (Kasmir, 2010:115). Persamaan Return on Investment (ROI) sebagai berikut:
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 (𝑅𝑂𝐼) =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡
Sumber: Kasmir, 2010:136 7. Arus Kas
Cash flow adequacy rasio merupakan perbandingan antara arus kas dari operasi dengan pembayaran utang jangka panjang, pembelian aset, dan pembayaran dividen yang dinyatakan dalam persentase. Jika angka rasionya 1 hingga 100% maka perusahaan memiliki kas untuk memenuhi kewajibannya baik kepada kreditur maupun investor dan dapat melakukan investasi (Sri Mulyani, 2013:20).
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤 𝐴𝑑𝑒𝑞𝑢𝑎𝑐𝑦
= 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑒𝑡 + 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 + 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑦𝑟𝑎𝑛 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 Sumber: Sri Mulyani, 2013:20.
8. Likuiditas
Likuiditas mengacu pada kecepatan dan kemudahan dari suatu aset untuk dapat diubah menjadi uang tunai atau kas. Semakin likuid suatu perusahaan, semakin kecil kemungkinan perusahaan tersebut mengalami kesulitan keuangan (yaitu kesulitan dalam membayar hutang- hutang atau membeli berbagai aset yang diperlukan) (Ross, 2018:26). Persamaan untuk rasio lancar adalah sebagai berikut:
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = Aktiva Lancar (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠) Utang Lancar (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠) Sumber: Kasmir, 2010:119
9. Leverage
Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar hutang yang digunakan dalam pembelanjaan (Sudana, 2009:23). Debt to Assets Rasio merupakan rasio hutang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva (Kasmir, 2010:112).
Persamaan Debt to Assets Rasio dapat ditulis sebagai berikut
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 Sumber: Kasmir, 2010:122
10. Kepemilikan Institusional
Di Indonesia struktur kepemilikan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu dewan direksi atau dan komisaris (Ayuningtyas, 2013). Institutional ownership adalah lembar saham yang kepemilikannya ada pada sejumlah pihak yang memiliki bentuk institusi seperti perusahaan investasi, perusahaan asuransi, yayasan, dana pensiun, perusahaan berbentuk perseroan atau PT, bank dan institusi lainnya (Novaridha, 2016). Sedangkan kepemilikan manajerial atau insider’s ownership adalah proporsi kepemilikan saham dari dewan (Setiyawan, 2020:53).
𝐼𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙′𝑠 𝑂𝑤𝑛𝑒𝑟𝑠ℎ𝑖𝑝 𝑖. 𝑡 =£(𝐼𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑠 𝑂𝑤𝑛𝑒𝑟𝑠ℎ𝑖𝑝 𝑖. 𝑡)
£(𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑖. 𝑡) 𝑥 100%
Sumber: Setiyawan, 2020:56
Keterangan:
£ Inst. Own. = Total saham yang dimiliki oleh pihak berbentuk institusi.
£ Total Saham = Total saham biasa yang beredar.
i = Perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh pihak institusi.
t = Jumlah saham yang dimiliki institusi pada tahun
C. Metode Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan Foods and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013-2017. Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Oleh sebab itu, sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau mewakili. Sampel diambil menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan yang dijadikan sampel merupakan perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangan di BEI selama tahun 2013 hingga tahun 2017.
b. Perusahaan yang mengalami finansial distress berdasarkan penghitungan Z-Score.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan mendokumentasikan laporan keuangan perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2017.
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Suku Bunga berpengaruh terhadap finansial distress
Pada uji f kelompok bangkrut, ragu-ragu, dan non bangkrut menunjukkan bahwa suku bunga, inflasi, nilai tukar, return on assets, current rasio, debt to assets rasio, arus kas, dan kepemilikan institusional berpengaruh secara simultan terhadap finansial distress. Teori Taqwa (2014) untuk mendeteksi finansial distress dapat menggunakan analisis rasio keuangan (mikroekonomi) secara umum seperti profitabilitas, likuiditas, leverage, dan arus kas. Karena rasio-rasio keuangan tersebut lebih signifikan dan sering digunakan dalam memprediksi finansial distress. Selain itu, finansial distress juga dapat dideteksi menggunakan faktor makroekonomi (Iramani, 2017). Faktor makroekonomi tersebut antara lain, suku bunga, inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar (Liou & Smith, 2006).
2. Inflasi berpengaruh terhadap finansial distress
Pada uji t kelompok bangkrut, ragu-ragu, dan non bangkrut menghasilkan suku bunga berpengaruh terhadap finansial distress, Inflasi dapat mempengaruhi beban operasional suatu perusahaan untuk menghasilkan produk dengan meningkatkan harga dari perlengkapan dan bahan
baku (Madura, 2007:129). Seorang manajer perusahaan harus mampu dalam mengelola keuangan perusahaan, karena hal ini penting untuk menghadapi pengaruh dari inflasi terhadap perusahaan.
3. Nilai Tukar berpengaruh terhadap finansial distress
Hasil penelitian ini menunjukkan nilai tukar pada perusahaan kategori bangkrut, ragu-ragu, dan non bangkrut menunjukkan bahwa memiliki pengaruh terhadap finansial distress. Menurut Widarjo (2009), penurunan nilai tukar domestik menyebabkan peningkatan beban produksi yang akan menyebabkan menurunnya laba operasi. Nilai tukar mata uang yang menurun akan mengurangi daya beli pendapatan dan keuntungan modali. Selain itu, pengaruh nilai tukar mempengaruhi faktor pendapatan lainnya seperti suku bunga, inflasi, dan bahkan keuntungan modal dari surat berharga domestik.
4. Return on Assets berpengaruh terhadap finansial distress
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa return on assets pada perusahaan bangkrut, ragu-ragu, dan bangkrut memiliki pengaruh dalam memprediksi finansial distress pada perusahaan food and beverage. Return on assets adalah salah satu jenis rasio profitabilitas yang mampu menilai kemampuan perusahaan dalam hal memperoleh laba dari aktivitas yang digunakan. Return on assets akan menilai kemampuan perusahaan berdasarkan penghasilan keuntungan masa lampau agar bisa dimanfaatkan pada masa atau periode selanjutnya.
5. Arus kas berpengaruh terhadap finansial distress
Pada uji t kelompok bangkrut, ragu-ragu, dan non bangkrut menghasilkan arus kas berpengaruh terhadap finansial distress. Hasil ini sesuai dengan teori sinyal (signalling theory) yaitu bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal pada pengguna laporan keuangan, salah satunya adalah laporan arus kas, laporan arus kas dapat dijadikan informasi alternatif dalam menilai kinerja dan prospek perusahaan. Apabila perusahaan tidak memiliki kas yang cukup, maka gaji karyawan tidak dapat dibayar, hutang tidak dapat dilunasi, dividen tidak dapat dibayar, dan peralatan tidak dapat dibeli. Laporan arus kas menunjukkan bagaimana kas digunakan dan dari mana kas itu berasal. Karyawan, kreditor, pemegang saham, dan pelanggan memiliki kepentingan dengan laporan arus kas, karena menunjukkan arus kas yang terjadi di dalam perusahaan.
6. Current Rasio berpengaruh terhadap finansial distress
Pada uji t kelompok bangkrut, ragu-ragu, dan non bangkrut menghasilkan current rasio berpengaruh terhadap finansial distress. dalam current rasio diketahui sejauh mana aktiva lancar perusahaan dapat digunakan untuk menutupi kewajiban jangka pendek atau hutang lancarnya.
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar maka dapat diartikan tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban hutang lancarnya. Tingginya rasio lancar dapat menunjukkan adanya uang kas berlebih yang bisa berarti dua hak yaitu besarnya keuntungan yang telah diperoleh atau akibat tidak digunakannya keuangan perusahaan secara efektif untuk berinvestasi.
7. Debt to Equity Rasio berpengaruh terhadap finansial distress
Pada uji t kelompok bangkrut, ragu-ragu, dan non bangkrut menghasilkan pengaruh antara debt to assets rasio berpengaruh terhadap finansial distress. Debt to Equity Rasio (DER) adalah sebuah rasio keuangan yang membandingkan jumlah hutang dengan ekuitas. Ekuitas dan jumlah dan jumlah hutang yang digunakan untuk operasional perusahaan harus berada dalam jumlah yang proporsional. Debt to Equity Rasio juga dapat dikatakan sebagai leverage atau rasio pengungkit, yaitu rasio yang digunakan untuk melakukan pengukuran dari suatu investasi yang terdapat perusahaan. Debt to Equity Rasio digunakan untuk mengukur posisi keuangan suatu perusahaan.
8. Institutional Ownership berpengaruh terhadap finansial distress
Pada uji t kelompok bangkrut, ragu-ragu, dan non bangkrut menghasilkan pengaruh antara institutional ownership berpengaruh terhadap finansial distress. struktur kepemilikan merupakan bentuk komitmen dari pemegang saham untuk mendelegasikan pengendalian dengan tingkat tertentu kepada para manajer. Pemilik perusahaan akan menunjuk agen-agen profesional yang telah terlebih dahulu dipilih melalui seleksi yang kemudian akan melaksanakan tugasnya untuk mengelola perusahaan yang pada akhirnya dituntut untuk dapat memaksimalkan nilai perusahaan.
E. Penutup
1. Kesimpulan
Ketika terjadi inflasi, daya saing barang ekspor akan mengalami penurunan. Hal itu terjadi karena harga barang ekspor cenderung mahal. Inflasi dapat menyulitkan kedua belah pihak
eksportir maupun pihak negara. Negara mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang. Akibatnya, jumlah penjualan berkurang.
Tujuan pelaporan keuangan yaitu memberikan informasi yang akan memungkinkan untuk memprediksi jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas di masa yang mendatang. Dengan memeriksa kegiatan investasi perusahaan (pembelian dan penjualan aktiva selain produknya) dan kegiatan pembiayaan (peminjaman dan pelunasan peminjaman, investasi oleh pemilik, dan distribusi kepada pemilik), seorang pembaca laporan keuangan dapat memahami dengan baik mengapa aktiva dan kewajiban bertambah atau berkurang selama satu periode.
2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menganalisis pengaruh faktor determinan terhadap finansial distress, di mana salah satu variabel yang peneliti gunakan yaitu arus kas. Peneliti mengalami keterbatasan informasi mengenai informasi pembayaran deviden. Di mana pembayaran dividen ini tidak muncul pada beberapa laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Hal ini dikarenakan beberapa perusahaan di tahun tertentu tidak memutuskan untuk membagikan dividen kepada pemegang sahamnya.
3. Saran
Saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah variabel yang digunakan penelitian ini harus ditambah atau diganti dengan variabel yang menganalisis berdasarkan kepemilikan manajemen (kepemilikan terpusat), mengganti rasio profitabilitas dengan return on equity (ROE), serta rasio leverage yang lainnya. Penggunaan jangka waktu penelitian yang panjang sangat disarankan bagi peneliti selanjutnya. Serta obyek penelitian yang beragam, misalnya pada perusahaan perbankan, otomotif, kimia, dll. Apabila jenis perusahaan yang diteliti berbeda, maka tidak menutup kemungkinan menghasilkan hasil penelitian yang berbeda. Saran terakhir yang dapat digunakan bagi peneliti selanjutnya adalah dapat menggunakan model analisis finansial distress yang lainnya, selain analisis Altman Z-Score, peneliti dapat menggunakan analisis dalam memprediksi kebangkrutan lainnya seperti model Zmijewski dan model Springate
DAFTAR PUSTAKA
Alfinda, R., Muh. Saifi, & Ari D. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage Terhadap Finansial Distress. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 61(2), 11-19.
Darmawan (2017). Analisis Pengaruh Corporate Governance, Variabel Ekonomi Makro Terhadap Finansial Distress dengan Variabel Kontrol Ukuran Perusahaan dan Jenis Kepemilikan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 7(1) 100-122.
Dewi, A. S. M. & Wirajaya (2013). Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Pada Nilai Perusahaan. Jurnal Riset Manajemen, 4(2), 2302-8556.
Erik Setiyawan (2020). Pengaruh Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, dan Nilai Tukar Terhadap Finansial Distress Pada Perusahaan yang Terdaftar di IDX Tahun 2016-2017. Jurnal Ilmu Manajemen (JIM), 8(1), 51-62.
Firasari N. & Saparila W. (2018). Penggunaan Rasio Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, dan Arus Kas untuk Memprediksi Finansial Distress (Studi pada Perusahaan Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2016). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 61(2), 136-143.
Fitri M. (2017). Pengaruh Rasio Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage Terhadap Kondisi Finansial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Biaya.
Ghozali, Imam (2011). Ekonometrika, Teori Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Universitas Diponegoro: Semarang.
Iskandar Putong (2013). Economics Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra Wacana.
Irham Fahmi (2016). Manajemen Risiko. Bandung: Alfabeta.
Jeff Madura (2007). Pengantar Bisnis Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
Kasmir (2010). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana.
Muh. Abror & Dadang S. (2016). Pertumbuhan Arus Kas, Pertumbuhan Laba, Inflasi, Suku Bunga, Nilai Kurs, dan Return Saham pada Badan Usaha Milik Negara di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan, 1(2), 171-186.
Muhammad Arif (2014). Prediksi Finansial Distress Perusahaan Mnufaktur di Indonesia.
Diponegoro Journal of Accounting, 3(3), 2337-3806.
M. Budiarta (2003). Penggunaan Antara Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga, dan Harga Saham Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. KINERJA, 7(1), 141-153.
Ni Made I. S. & I Made D. (2019). Pengaruh Likuiditas, Leverage, dan Kepemilikan
Institusional Terhadap Finansial Distress Pada Perusahaan Property dan Real Estate. E- Jurnal Manajemen, 8(5), 3110-3137.
Novaridha, I. A. (2016). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Elemen-elemen Integated Reporting. Journal Of Management Fakultas Ekonomi, 4(1), 3399-3411.
Sabrina F. R & Cacik R. D (2019). Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, dan Suku Bunga Terhadap Finansial Distress (Studi pada Semua Perusahaan yang Terdaftaar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017). Jurnal Administrasi Bisnis, 72(2), 186-195.
Santika, R. B. & Sudiyanto (2011). Menentukan Struktur Modal Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia. Dinamika Keuangan & Perbankan, 3(1), 172-182.
Stephen A. R., Randolph W. W., Bradford D. J., Joseph Lim, & Ruth Tan (2018). Pengantar Keuangan Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Subramanyam, K. R., & Wild (2010). Analisis Laporan Keuangan Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat.
Subramanyam. K.R (2017). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Widarjo (2009). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Finansial Distress Perusahaan Otomotif. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 11(2).