• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Adaptive Reuse pada Bangunan di Kawasan CB-sakapari2020

N/A
N/A
m yusuf s

Academic year: 2025

Membagikan "Penerapan Adaptive Reuse pada Bangunan di Kawasan CB-sakapari2020"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Konsep Adaptive Reuse pada Bangunan di Kawasan Cagar Budaya

Muhammad Yusuf Syaifullah

1

, Tony Kunto Wibisono

2

1

Jurusan Arsitektur, Universitas Islam Indonesia

1

Surel : 16512130@sudents,uii.ac.id

Abstrak

Adaptive reuse merupakan salah satu alternatif metode dalam memanfaatkan fisik bangunan lama yang sudah tidak difungsikan, maupun bangunan yang fungsinya sudah tidak relevan dengan masa saat ini.

Metode tersebut memanfaatkan fisik bangunan eksisting dengan memasukkan fungsi baru sehingga bangunan tidak lagi terbengkalai dan bisa dimanfaatkan kembali. Pada perkembangan zama, pergerakan manusia menuju kemodernitas semakin cepat. Menuntut pengembangan kawasan yang lebih mendukung aktifitas masyarakatnya. Pada kawasan cagar budaya, problema antara mempertahankan citra sejarah atau konservasi, dan kawasan yang terus berkembang menjadi kendala yang terus bertemu. Perubahan fungsi bangunan lama menjadi fungsi baru merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan pada konteks masalah tersebut. Meski menggunakan fisik bangunan yang sama, konsep adaptive reuse dan mix-use building tetap memberikan infil terhadap bangunan baik berupa struktur maupun lingkungan. Terjadinya alihfungsi lahan membuat performa kinerja bangunan dengan fungsi awal mengalami perbedaan dengan fungsi yang baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif konsep adaptive reuse menjadi alternatif dengan penilaian berdasarkan kriteria evaluasi pasca huni.

Kata kunci : Cagar Budaya, Adaptive Reuse, Evaluasi Pasca Huni.

Pendahuluan

Bangunan-bangunan yang berada di kawasan cagar budaya merupakan bangunan tua yang umumnya berusia lebih dari 50 tahun (Runa, dkk 2011). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010, segala bentuk warisan budaya yang sifatnya merupakan suatu benda, bangunan, struktur budaya, situs, dan kawasan. Objek cagar budaya tersebut perlu untuk dilakukan pelestarian, hal ini disebabkan karena objek tersebut memiliki nilai dan peran yang penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, ras suku, agama, dan kebudayaan itu sendiri, sehingga perlu dilakukan proses penetapan. Ada sejumlah bangunan yang saat ini terbengkalai, rusak, dan ditinggalkan. Sebagian bangunan lain juga ada yang hingga saat ini masih dimanfaatkan baik sebagai fungsi awal, maupun sudah beralih fungsi. Semua bangunan tersebut yang sudah memiliki usia diatas 50 tahun kemungkinan sudah mengalami beberapa perubahan dan renovasi. Perubahan dan renovasi dilakukan dari berbagai aspek secara arsitektural hingga non- arsitektural yang dilakukan untuk mendukung

bangunan agar tetap berdiri. Hal tersebut dilakukan dengan melakukan perbaikan- perbaikan seperti struktur, pengecatan kembali, mengganti material interior maupun eksterior.

Tinjauan Pustaka

Upaya pelestarian cagar budaya dapat dipahami sebagai konservasi. Konservasi dapat dipahami secara umum yaitu upaya atau usaha untuk melestarikan, menjaga, dan memelihara asset yang sudah ada, berupa bangunan atau lingkungan binaan pada kondisi tertentu.

Adaptive Reuse merupakan salah satu metode menambah dan mengubah fisik, konteks, atau fungsi bangunan lama, maupun metode memasukkan konsep bangunan baru pada Kawasan yang sudah terbentuk sebelumnya.

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam melakukan perubahan dan penambahan pada bangunan di kawasan bersejarah yaitu :

• Melakukan prioritas pada nilai sejarah dan karakter arsitekturalnya

(2)

• Mempertimbangkan material, skala, layout, dan karakter visual dari bangunan yang sudah ada. Sehingga meminimalkan dampak visual yang terlalu dominan

• Perubahan tidak menghalangi garis aksen skyline yang sudah ada di kawasan

• Penambahan struktur yang mendukung bangunan perlu untuk disesuaikan letak visualnya. Penambahan tidak harus sama persis dengan struktur bangunan awalnya, akan tetapi dibedakan dengan penyesuaian.

• Penambahan elemen baru tidak direkomendasikan menutupi fasad asli bangunan, direkomendasikan melakukan penambahan di samping atau belakang bangunan.

Adaptive re-use menurut Alan Dobby melalui bukunya “Conservation and Planning tahun 1978 dijelaskan bahwa metode tersebut dapat menjadi salh satu strategi yang baik dalam

upaya konservasi bangunan. Pada prinsipnya adaptive reuse mengadaptasi antara fungsi baru dnegan bangunan yang sudah ada. Prinsip konservasi yaitu melindungi dan menjaga elemen aspek bersejarah. Mengalihfungsikan bangunan yang sudah ada dengan fungsi yang baru bertujuan untuk tetap mempertahankan nilai Kawasan meskipun secara fungsi berkembang mengikuti perkembangan waktu.

Ada beberapa jenis pendekatan dalam melakukan adaptive reuse. Pendekatan yang dapat dilakukan yaitu:

a) Matching

Pendeketan ini dilakukan dengan melakukan rancangan desain dengan gaya arsitektural yang sama atau setipikal dengan bangunan yang sudah ada.

b) Contrast

Pendekatan ini dilakukan dengan menghadirkan atau menambah sesuatu yang baru pada bangunan yang sudah ada. Penambahan ini bisa berupa exposing struktur, tengaran atau landmark, interior, dan sebagainya.

c) Compatible

Pendekatan ini dilakukan dengan mempertahankan dengan tegas visual arsitekturnya khususnya fasad.

Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang dijelaskan sebelumnya, penelitian ini bersifat observative, jenis penelitian yang dilakukan yaitu kualitatif deskriptif. Penelitian dilakukan dengan mengambil data primer dari suatu objek sampel dari populasi secara langsung. Penelitian ini dilakukan berdasarkan kajian teori yang telah diturunkan menjadi variable-variable, kemudian dibandingkan dengan data yang ada di lapangan.

Dalam penelitian ini akan diambil sample bangunan tiap satu area Kawasan cagar budaya. Terdapat 3 sample yang menjadi objek penelitian.

a) Toko buku Togamas, Kotabaru

Toko Buku Togamas terletak di Jalan Suroto No. 8, Kelurahan Kotabaru, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta. Bangunan tersebut termasuk terletak di kawasan cagar budaya Kotabaru.

(3)

b) Taphouse Beer Garden, Gedong Tengen Taphouse Beer Garden merupakan sebuah Bar House yang menyediakan minuman dan makanan degan konsep Garden Bar.

Bangunan tersebut termasuk terletak di Kawasan cagar budaya yaitu Kawasan Malioboro.

c) Gandhok café, Kraton

Gandhok café merupakan sebuah kafe yang menyediakan sajian minuman olahan kopi.

Gandhok Café terletak di Kelurahan Kadipaten di dalam Kawasan Kraton Yogyakarta.

Ke tiga sample objek dilakukan pengamatan terhadap jenis konsep aadaptive reuse yang diturunkan menjadi variable.

Pembahasan

Toko buku Togamas memiliki massa bangunan baru yang terletak di belakang massa utama. Massa bangunan baru tersebut berfungsi sebagai ruang display. Massa bangunan baru tersebut menggunakan struktur yang berbeda yaitu struktur joglo.

Struktur tambahan tersebut dapat dilihat sangat berbeda dengan karakter struktur bangunan lama yakni struktur dinding kapur.

Selain struktur Joglo, Togamas Kotabaru juga menambahkan struktur baja pada beberapa dinding antar ruang.

Bangunan Taphouse awalnya merupakan bangunan hunian yang sebagian bangunannya rusak dan hancur akibat gempa bumi dan sudah lama tidak digunakan kembali. Ada beberapa bagian bangunan dari Taphouse yang merupakan penambahan selubung berupa bata ekspose dan struktur kolom beton. Pemilihan bata ekspose dipilih karena menyelaraskan sisa sia konstruksi bangunan lama berupa dinding kapur yang sudah rusak sebagian.

Bagian bangunan Gandhok kafe, bagian yang dilakukan perubahan untuk memenuhi kebutuhan ruang kafe hanya pada bagian gandhok bagian timur. Gandhok merupakan bagian bangunan yang berada di salah satu sisi bangunan utama, atau bias terdapat di kedua sisi. Bagian ini teradapat pada tipologi rumah jawa. Akan tetapi bangunan rumah hunian yang merupakan eksisting tersebut memiliki karakter rumah

java-indische.

Kesimpulan

Dari hasil data yang telah didapatkan pada bab analisis, didapatkan hasil rekapitulasi pada nilai yang terdapat pada masing-masing sample di tiap jenis konsep adaptive reuse.

Berikut merupakan table hasil nilai dari ke tiga

(4)

sample.

a) Toko buku Togamas lebih condong menerapkan konsep adaptive reuse contrast. Hal ini disebabkan toko buku Togamas memiliki satu penanda yang cukup berbeda dari bangunan utamanya yaitu struktur joglo pada massa bangunan baru yang disematkan di bagian belakang.

b) Taphouse Beer Garden lebbih condong menerapkan konsep adaptive reuse matching. Hal ini disebabkan oleh material dan struktur yang digunakan dalam mendukung bangunan lama mengikuti jenis material yang sudah ada.

c) Gandhok Café lebih condong menerapkan konsep adaptive reuse matching. Hal ini dikarenakan tidak banyak perubahan yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan ruang kafe sebagai fungsi yang baru.

Setelah dilakukan perbandingan antara 3 (tiga) sample yang menjadi objek penelitian, dapat disimpulkan bahwa konsep adaptive reuse yang paling kerap diterapkan yaitu matching. Konsep matching menggunakan pola dan jenis material pada bangunan yang sudah ada menjadi referensi dalam menggunakan kembali bangunan yang sudah ada dengan menyematkan fungsi baru.

Dari nilai yang sama antara satu jenis konsep dengan konsep yang lain pada sample

penelitian memiliki factor yang berbeda.

Penilitian ini mencoba untuk mengetahui nilai yang diterapkan secara substansial yang dituj=njukkan dengan variable yang telah ditentukan.

Referensi

Ardiani, Y. M. (2009). Insertion: Menambah Tanpa merobohkan. Wastu Lanas Grafika.

Bullen, Peter A. 2007. Adaptive Reuse and Sustainability of Commercial Buildings.

Vol. 25 No. ½ page 20-31. Perth. Emerald Group Publishing Ltd.

Chapter 7 : Guidelines for Adaptive Reuse, Additions, and Alterations.

https://historic.georgetown.org/files/20 09/02/Chapter-7-Guidelines-for- Adaptive-Re-use-Additions-and- Alterations.pdf

Mısırlısoy, D., & Günçe, K. (2016). Adaptive reuse strategies for heritage buildings: A holistic approach. Sustainable Cities and Society, 26, 91–98.

doi:10.1016/j.scs.2016.05.017 Saputra, Handri; Purwatiasning, Ari. 2013.

Kajian Konsep Adaptive Reuse sebagai Alternatif Aplikasi Konsep Konservasi.

Jakarta: Jurnal Arsitektur Jurusan Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Sofiana, Retdia; Purwatiasning, Ari; Anisa. 2014.

Strategi Penerapan Konsep Adaptive Reuse pada Bangunan Tua Studi Kasus:Gedung PT. PPI di Kawasan Kota Tua Jakarta.

Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Toko Buku Togamas

Taphouse

Beer Garden Gandho k Café

Matching 3/12 atau

25 % 9/12 atau

75 % 9/12

atau 75 % Contrast 5/10

atau 50 %

5/10 atau

50 % 3/10

atau 30,3 %.

Compatibl

e 4/11

atau 36,3 %

7/11 atau

63,6 % 5/11 atau 45,5 % Jenis

adaptive reuse Sample

(5)

Referensi

Dokumen terkait

pembahasan yang penulis lakukan pada BAB IV dapat ditarik kesimpulan bahwa kolaborasi pengelolaan kawasan dan bangunan cagar budaya secara umum belum sepenuhnya dilaksanakan

Seseorang atau badan hukum yang memanfaatkan bangunan cagar budaya di kawasan yang sudah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya, maka seseorang atau badan hukum

Kawasan Cagar Alam Budaya dan ilmu pengetahuan adalah kawasan dimana lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alam yang khas

3 Berdasarkan hal-hal diatas, Gedung Spiegel ini dirasa menarik dan cocok untuk dijadikan sebagai objek penelitian mengenai perubahan fungsi pada Bangunan Cagar

Salah satu solusi yang tepat dalam menghidupkan kembali suatu kawasan bersejarah adalah dengan langkah membuat suatu fungsi baru dari fungsi lama pada bangunan-bangunan

Djuanda (Dago) juga banyak sekali bangunan-bangunan cagar budaya yang dahulunya kawasan Dago merupakan tempat tinggal/kawasan perumahan, karena perkembangan zaman,

Permasalahan yang berkaitan dengan upaya-upaya pengawasan dalam mendirikan bangunan dan lingkungan di Kawasan Cagar Budaya Kraton Yogyakarta dalam bentuk pengaturan

Konsep wisata citywalk merupakan salah satu konsep yang sesuai untuk dikembangkan di kawasan cagar budaya Kotabaru.. Namun dalam pengembangan wisata ini kawasan cagar budaya Kotabaru