• Tidak ada hasil yang ditemukan

01, No.01, Maret 2020, pp 199 199 PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KABUPATEN BANTAENG Syamsul Alam1, Ibrahim H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "01, No.01, Maret 2020, pp 199 199 PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KABUPATEN BANTAENG Syamsul Alam1, Ibrahim H"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.01, Maret 2020, pp 199 199

PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KABUPATEN BANTAENG

Syamsul Alam1, Ibrahim H. Ahmad2, Rostiaty Yunus3

1,2,3SekolahTinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar

1syamsulalam28@gmail.com. 2ibrahimahmad3112@gmail.com. 3rostiatyyunus@gmail.com.

ABSTRACT

This research aimed to find out the suitability of Zakat accountancy application and Infak at Baznas in Bantaeng regency. The method of this research was descriptive qualitative. Technique of data analysis applied was data description, data segmentation indicator namely recognition, measurement, presentation and disclosure. It was then followed by comparing the theory in PSAK 109 on Zakat accountancy and Infak. PSAK 109 aims to manage recognition, measurement, presentation and disclosure of Zakat and Infak transaction.

Technique of data collection was observation, interview and documentation. The result of the findings reveals that the application of Zakat and Infak accountancy done by Baznas is not fully accordingly on PSAK 109 refers to paragraph 27, 39, 40 and 41.

Keywords: recognition and measurement, presentation, disclosure, PSAK 109.

PENDAHULUAN

Zakat ialah rukun Islam ketiga, yaitu harta yang wajib dibayarkan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat (muzaki) untuk menyucikan hartanya dengan cara menyalurkan zakatnya kepada penerima zakat (mustahik). Zakat mengandung hikmah dan peran yang besar bagi peningkatan kesejahteraan hidup manusia dan penguatan solidaritas sosial secara menyeluruh. Dalam hal ini yang merekat solidaritas sosial melalui zakat adalah amil yang diangkat atau disahkan secara resmi oleh negara dan melaksanakan tugasnya secara amanah, profesional dan transparan.

Penegasan amil dalam konteks zakat di dalam Al Quran diungkapkan sebagai bentuk jamak, yaitu amilin. Amilin artinya amil itu bukan orang per orang yang bekerja sendiri-sendiri, tanpa keterkaitan satu sama lain.

Dalam mewujudkan fungsi zakat untuk kesejahteraan, maka penguatan institusi amil menjadi bagian yang tak terpisahkan dari penguatan sistem zakat nasional. Langkah ke arah itu dilakukan sebagai implementasi Undang-Undang No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

Dalam undang-undang tersebut digariskan bahwa, pengelolaan zakat bertujuan untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat, serta meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim yaitu sekitar 87% dari total populasi dibandingkan dengan keyakinan lain yang diakui di Indonesia. Fakta ini menyiratkan bahwa zakat memiliki potensi besar dan dapat berkontribusi dalam mengurangi kemiskinan. Data zakat, di Indonesia menunjukkan bahwa terdapat kenaikan jumlah penghimpunan zakat, infak, dan sedekah dari tahun 2016 hingga 2017.

Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 15 UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, telah ditetapkan Keputusan Direktu Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ.II/568 Tahun 2014 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten/Kota SeIndonesia. Dalam hal ini, pembentukan BAZNAS Kabupaten Bantaeng yang menjadi lokasi penelitian. Kerjasama dan sinergi antara BAZNAS dan BAZNAS kabupaten/kota beserta lembaga zakat lainnya akan melahirkan penguatan gerakan zakat di seluruh wilayah negara Republik Indonesia.

(2)

200 Syamsul Alam, Ibrahim H. Ahmad, Rostiaty Yunus Kabupaten Bantaeng memiliki

populasi penduduk muslim sekitar 99,79%

berdasarkan data BPS Kabupaten Bantaeng tahun 2018. Angka ini menunjukan zakat memiliki potensi besar dan berkontribusi mengurangi kemiskinan. Hal tersebut dapat terwujud dengan adanya pengelolaan zakat yang baik. Pada tahun 2018, terhitung Januari-Desember, penduduk miskin yang terjangkau sebanyak 3.711 orang dengan total zakat sebesar Rp 1,8 milyar yang terdiri dari santunan pendidikan, bantuan bagi masyarakat kurang mampu lainnya (Husnul, 2018).

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti tentang pengelolaan zakat dan bertujuan menuangkannya dalam tulisan ini dengan judul “Penerapan Akuntansi Zakat Dan Infak/Sedekah Pada Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Bantaeng

Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah penerapan PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah pada BAZNAS Kabupaten Bantaeng telah sesuai?

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kesesuaian penerapan akuntansi zakat dan infak/sedekah pada BAZNAS Kabupaten Bantaeng berdasarkan PSAK 109.

TINJAUAN LITERATUR

Zakat dari segi bahasa mempunyai beberapa arti, yaitu albarakatu (keberkahan), annamaa (pertumbuhan dan perkembangan), aththuhru (kesucian), dan ashshalahu (keberesan/baik). Sedangkan zakat secara istilah adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT wajibkan kepada pemilik harta, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula melalui amil zakat. Hubungan antara pengertian menurut bahasa dan istilah, sangat nyata dan erat, yaitu bahwa yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan baik Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam QS At-Taubah: 103 yang artinya,

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu memberikan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka ...” (Hafidhuddin et al., 2015).

Menurut Nurhayati dan Wasilah (2015) dari segi bahasa, zakat memiliki kata

dasar zaka yang berarti berkah, tumbuh, suci bersih dan baik. Sedangkan secara terminologi berarti aktivitas memberikan harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT dalam jumlah dan perhitungan tertentu untuk diserahkan kepada yang berhak menerima.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka zakat merupakan suatu kewajiban muslim yang harus ditunaikan dan bukan merupakan hak.

Jadi, zakat bersifat sangat khusus karena memiliki persyaratan dan aturan baku baik untuk alokasi, sumber, besaran maupun waktu tertentu yang ditetapkan oleh syariah berlandaskan Quran dan Sunnah.

Pengertian zakat menurut UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat pasal 1 ayat 2, zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.

Pengertian serupa terkait zakat juga terdapat dalam Peraturan Menteri Agama RI Nomor 52 Tahun 2014 tentang Syarat dan Tata Cara Penghitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah serta Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif.

Zakat menurut PSAK 109 adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzaki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.

Ketentuan zakat mengatur mengenai persyaratan nisab, haul periodik maupun tidak periodik, tarif zakat, dan peruntukannya (Ikatan Akuntan Indonesia, 2019).

Infak/sedekah adalah harta yang diberikan secara sukarela oleh pemiliknya yang peruntukannya ditentukan maupun tidak ditentukan” (Ikatan Akuntan Indonesia, 2019).

Menurut Nurhayati dan Wasilah (2015) secara bahasa, infak adalah membelanjakan, sedangkan menurut terminologi artinya mengeluarkan harta karena taat dan patuh kepada Allah SWT dan menurut kebiasaan yaitu untuk memenuhi kebutuhan. Sedangkan, sedekah adalah segala pemberian atau kegiatan untuk mengharap pahala dari Allah SWT.

Syarat zakat antara lain 1) Islam, berarti mereka yang beragama Islam, 2) merdeka, berarti bukan budak dan memiliki kebebasan untuk melaksanakan dan menjalankan seluruh syariah Islam, 3) memiliki satu nisab dari salah satu jenis

(3)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.01, Maret 2020, pp 199-207 201 harta yang wajib dikenakan zakat dan cukup

haul (Nurhayati & Wasilah, 2015).

Ada dua jenis zakat, yaitu zakat fitrah dan zakat maal. Zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan kepada setiap muslim setelah matahari terbenam akhir bulan Ramadhan. Zakat harta adalah zakat yang boleh dibayarkan pada waktu yang tidak tertentu, mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak serta hasil kerja (profesi) yang masing-masing memiliki perhitungan sendiri-sendiri.

(Nurhayati & Wasilah, 2015).

Objek zakat fitrah adalah makanan pokok yang dimiliki muslim yang merdeka melebihi kebutuhan dirinya sendiri dan keluarganya untuk sehari semalam (Ismail, et al., 2018).

Objek zakat maal antara lain zakat emas dan perak, zakat binatang ternak, zakat pertanian, zakat barang tambang dan barang temuan, zakat perniagaan, zakat investasi, zakat pendapatan dan jasa, dan zakat perusahaan (Ismail, et al., 2018).

Penentuan penerima zakat (mustahik) pada dasarnya telah ditetapkan dalam QS At- Taubah ayat 60 terdapat delapan golongan.

Kedelapan golongan tersebut merupakan asnaf zakat yang berhak mendapatkan dana zakat, antara lain fakir, miskin, amil, golongan mualaf, memerdekakan budak, orang yang berhutang, orang yang berjuang di jalan Allah dan ibnu sabil (Beik et al., 2018).

Fakir menurut pemuka ahli tafsir Imam At-Thaban adalah orang yang dalam kebutuhan, tapi dapat menjaga diri untuk tidak meminta-minta. Sedangkan menurut Imam Mazhab (Maliki, Syafi’i dan Hambali) adalah orang yang tidak memiliki harta atau penghasilan dalam memenuhi kebutuhannya, baik untuk diri sendiri maupun yang ditanggungnya (Ismail, et al., 2018).

Miskin adalah orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya secara wajar meskipun mereka punya pekerjaan dan penghasilan (Ismail, et al., 2018).

Amil zakat adalah orang yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat, mulai pengumpulan dan penjagaan dana tersebut (Ismail, et al., 2018).

Golongan mualaf, yakni mereka yang diharapkan kecenderungan hatinya atau

keyakinannya bertambah terhadap Islam, atau terhalangnya niat jahat mereka terhadap kaum muslimin atau akan datang manfaat dari mereka dalam membela dan menolong kaum muslimin terhadap musuh (Ismail, et al., 2018).

Memerdekakan budak, hal ini dipandang dari dua arah. Pertama, menolong hamba yang telah memiliki perjanjian kepada tuannya untuk dibebaskan dengan mengusahakan harta dalam kadar tertentu untuk membebaskan dirinya. Kedua, seseorang atau bersama-sama membayarkan hartanya untuk membebaskan budak, atau membeli budak dari hartanya dan kemudian dibebaskannya (Ismail, et al., 2018).

Orang yang berhutang. Imam Abu Hanifah menyatakan bahwa gharim adalah orang yang mempunyai utang dan tidak memiliki bagian yang lebih dari utangnya, sedangkan Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad memberikan dua pengelom- pokan yang mempunyai konsekuensi hukum tersendiri, yaitu orang berhutang untuk kemaslahatan sendiri, dan orang yang berhutang untuk kemaslahatan masyarakat (Ismail, et al., 2018).

Orang yang berjuang di jalan Allah.

Penentuan sabilillah di kalangan ulama berbeda-beda. Ulama Hanafi menentukan sabilillah dengan berbagai cara dengan syarat ada kefakiran dan kebutuhan seperti tentara, jama’ah haji, pencari ilmu atau orang yang berjuang untuk kebaikan. Ulama Maliki berpendapat sabilillah berhubungan dengan perang, jihad dan berkaitan dengan itu, diberikan kepada mujahid dan pengawal perbatasan dan diperbolehkan untuk kepentingan jihad seperti senjata, kuda, benteng, kapal perang dan lainnya (Ismail, et al., 2018).

Ibnu Sabil, yang dinyatakan delapan kali dalam ayat Al-Quran. Ibnu sabil adalah musafir yang asing dan yang terputus. Para ulama berbeda pendapat dalam kategori orang yang merencanakan perjalanan dan orang yang tersesat dalam perjalanan.

Jumhur menyatakan orang yang hendak atau dalam rencana melakukan perjalanan tidak mendapat bagian zakat, karena masih dalam daerahnya dan tidak dalam kelompok asing, serta tidak pula disebut sabil, sedangkan Imam Syafi’i memperbolehkannya, baik musafir yang terputus ataupun bermaksud melakukan perjalanan (Ismail, et al., 2018).

(4)

202 Syamsul Alam, Ibrahim H. Ahmad, Rostiaty Yunus Di Indonesia, kajian mengenai standar

had kifayah telah dilakukan oleh Pusat Kajian Strategis BAZNAS dimana standar had kifayah ini menghitung kebutuhan dasar setiap keluarga berdasarkan pada perspektif Maqasid Syariah. Adapun tujuh dimensi yang digunakan untuk menghitung standar had kifayah yaitu makanan, pakaian, tempat tinggal, ibadah, pendidikan, kesehatan, dan transportasi. Selanjutnya, jumlah keluarga yang digunakan dalam perhitungan had kifayah adalah sebanyak empat orang.

Apabila sebuah keluarga melebihi empat orang atau kurang dari empat orang, atau terdapat anggota keluarga yang berkebutuhan khusus, maka jumlah besaran had kifayah dapat disesuaikan dengan jumlah aktual anggota keluarga dan kondisi anggota keluarga (Puskas BAZNAS, 2018).

PSAK 109 adalah pernyataan standar keuangan yang bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi zakat dan infak/sedekah. Pernyataan ini tidak berlaku untuk entitas syariah yang menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah tetapi bukan sebagai kegiatan umumnya. Entitas syariah tersebut mengacu kepada PSAK 101:

Penyajian Laporan Keuangan Syariah (Ikatan Akuntan Indonesia, 2019).

Pengakuan merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan dalam laporan posisi keuangan atau laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.

Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan dalam laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain (Ikatan Akuntan Indonesia, 2019).

Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan informatif yang memadai atas hal-hal material. Hal tersebut mencakup bentuk, susunan dan isi laporan keuangan serta catatan atas laporan keuangan yang meliputi kebijakan akuntansi dalam laporan keuangan (Harahap, 2015). Dalam PSAK 109 diatur terkait penyajian laporan keuangan amil. Amil menyajikan dana zakat, dana infak/sedekah dan dana amil secara terpisah dalam laporan neraca (Ikatan Akuntan Indonesia, 2019).

Pengungkapan dalam arti sempit menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SAFC) dalam Sunardi dan Sunyoto (2015) adalah informasi selain yang disajikan di dalam laporan keuangan.

“Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan bahwa informasi lain tetap diungkapkan”

(Hasti, 2018).

Komponan laporan keuangan amil terdiri dari, laporan posisi keuangan, laporan perubahan dana, laporan perubahan aset kelolaan, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2019).

Sejak 2008 ED PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah telah dibuat oleh IAI. Tahun 2010 pada tanggal 6 April PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah telah disahkan dan berlaku efektif pada 1 Januari 2012. Meskipun sudah berlaku efektif sejak tahun 2012, masih ada lembaga zakat yang belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK 109. Misalnya, pada LAZ DAPU Masjid AL-Markaz, LAZISMU, dan BAZNAS di Makassar belum menerapkan PSAK 109, sedangkan LAZ Rumah Zakat sudah menerapkan tapi hanya menyajikan neraca dan laporan perubahan dana (Hambali, 2017). Selain itu, LAZIS YBW UII di Yogyakarta sudah mengacu PSAK 109, tapi masih kurang dalam pengakuan dan pengukuran infak/sedekah dan pengung- kapannya jika mengacu pada PSAK 109 (Aprilia, 2017).

Penerapan PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah pada BAZNAS Kabupaten Bantaeng diperkirakan sudah diterapkan tapi belum sepenuhnya sesuai.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu studi kasus pada BAZNAS Kabupaten Bantaeng. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Analisis data yang digunakan adalah mendeskripsikan data-data yang telah disegmentasikan kemudian hasil deskripsi tersebut dibandingkan dengan teori, yaitu

(5)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.01, Maret 2020, pp 199-207 203 PSAK 109 Akuntansi Zakat dan

Infak/Sedekah. Menginterpretasikan hasil analisis tersebut kemudian penarikan kesimpulan.

Penelitian ini dilaksanakan di BAZNAS Kabupaten Bantaeng Jl. Dr.

Ratulangi No. 6 Lembang Kec. Bantaeng, Kabupaten Bantaeng. Waktu penelitian selama kurang lebih dua bulan (Juni- Agustus).

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yaitu data yang berhubungan dengan kategorisasi, karak- teristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata. Dalam penilitian ini, data kualitatif yang diperoleh dari wawancara kemudian data ini dianalisis oleh peneliti.

Data kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data kuantitatif berupa daftar rincian penerimaan dan penyaluran zakat dan infak/sedekah, laporan keuangan BAZNAS Kabupaten Bantaeng.

Sumber data penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang dihimpun langsung oleh peneliti.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari hasil wawancara. Data sekunder yaitu data yang dihimpun melalui tangan kedua. Data sekunder dalam penelitian ini adalah daftar rincian penerimaan dan penyaluran zakat dan infak/sedekah, laporan keuangan serta bukti pendukung lain yang diperlukan dalam penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif-deskriptif, lalu membandingkan hasil analisis tersebut dengan teori, yaitu PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/

Sedekah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis laporan keuangan BAZNAS Kabupaten Bantaeng berdasarkan PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah agar mengetahui penerapan akuntansi zakat dan infak/sedekah dengan menggunakan alat ukur pengakuan dan pengukuran, penyajian serta pengungkapan.Pendapatan bunga

tersebut dilaporkan dalam laporan laba rugi sebagai komponen pendapatan operasional lainnya. Pengukuran pendapatan bunga ini telah sesuai dengan PSAK No. 55 (Revisi 2011), yang dalam pengukuran aset atau liabilitas menggunakan nilai wajar.

Zakat yang diterima merupakan zakat harta/profesi dan zakat fitrah. Penerimaan zakat diakui sebesar jumlah yang diterima oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng. Zakat harta/profesi yang diterima oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng hingga saat ini adalah dalam bentuk kas. Zakat fitrah yang diterima oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng ada yang dalam bentuk beras dan juga ada yang dalam bentuk uang. Nilai beras yang diakui adalah sesuai harga pasar beras maupun beras jagung di Kabupaten Bantaeng per liter yang diakui oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng. Harga beras untuk 1 liter adalah Rp7.000 dan beras jagung seharga Rp5.000 per liter. Muzaki yang menyetor dalam bentuk uang untuk zakat fitrahnya sesuai dengan yang ditentukan oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng adalah Rp28.000 per orang untukk beras dan Rp20.000 per orang untuk beras jagung.

Penerimaan zakat yang penerimaan- nya pada umumnya dalam bentuk kas oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng mengurangi resiko akan terjadinya penurunan nilai aset zakat. Aset nonkas yang diterima untuk zakat fitrah, yaitu beras langsung didistribusikan pada bulan Ramadhan. Hal ini mengurangi dampak penurunan nilai aset yang diterima oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng. Berikut adalah salah satu bentuk penerimaan zakat fitrah.

Tabel 1

Penerimaan Zakat Fitrah Jenis

Zakat Fitrah

Muzaki (Org)

Jml (L)

Nilai (Rp)

Total (Rp) Beras 100 4 7.000 2.800.000 Beras

Jagung 100 4 5.000 2.000.000 Uang 10 - 28.000 280.000

Sumber: Data Olah dari BAZNAS Kabupaten Bantaeng (2019)

Penerimaan infak/sedekah pada umumnya dalam bentuk kas. BAZNAS Kabupaten Bantaeng menerima bantuan oleh pemerintah daerah, yaitu ambulans. Tapi tidak diakui oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng sebagai penambah dana

(6)

204 Syamsul Alam, Ibrahim H. Ahmad, Rostiaty Yunus infak/sedekah. BAZNAS mengakui

penerimaan infak/sedekah dalam bentuk uang. Pencatatan yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng mengguna- kan single entry sehingga tidak ditemukan debit dan kredit dalam pencatatan penerimaan infak/sedekah oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng. Berikut adalah bentuk penerimaan zakat dan infak.

Tabel 4.2

Penerimaan Zakat dan Infak Nama

Setoran

Total Zakat

(Rp)

Infak (Rp)

A 6.490.000 6.383.000 12.873.000 B 2.756.025 32.000 2.788.025

C 100.000 - 100.000

D 3.560.048 1.581.107 5.141.155

E - 606.868 606.868

Sumber: Data Olah dari BAZNAS Kabupaten Bantaeng (2019)

Penyaluran zakat yang yan tercatat adalah sebesar yang disalurkan oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng. Zakat yang didistribusikan yaitu zakat yang diperoleh dalam bentuk kas yang bersumber dari zakat profesi/pendapatan dari peegawai dan guru.

Zakat fitrah yang diterima, langsung disalurkan sepenuhnya pada saat itu juga, karena penyaluran zakat yang harus diterima oleh mustahik. Penyaluran zakat oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng kepada mustahik pada tahun 2018, yaitu kepada fakir sebanyak 400 mustahik sebesar Rp116.600.000,00, miskin sebanyak 1.500 mustahik sebesar Rp567.518.950,00, riqab sebesar Rp16.600.000,00 dengan 15 mustahik, gharim mustahik dengan total Rp.103.100.000,00, mualaf mencapai total Rp38.550.000,00, amil memperoleh total Rp135.922.276,00, fisabilillah mencapai 1.099 mustahik dengan total pendistribusian sebesar Rp368.010.000,00, dan ibnu sabil sebanyak 35 mustahik tersalurkan sebesar Rp70.218.000,00.

Penyaluran infak/sedekah oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng yang dicatat sebesar Rp510.381.115. Dari total tersebut sudah termasuk dari bagian amil. Selain bagian amil, hal tersebut juga sudah termasuk bagian golongan penerima infak yang dirincikan oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng, yaitu fakir, miskin, orang yang terlilit utang (gharim), riqab, mualaf,

fisabilillah, dan Ibnu sabil (orang yang sedang dalam perjalanan).

Komponen laporan keuangan yang dibuat oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng ada 4 komponen, yaitu Laporan Perubahan Dana, Laporan Perubahan Aset Kelolaan, Neraca, dan laporan Arus Kas. Laporan tersebut dibuat dalam periode setahun, yaitu per 31 Desember.

Neraca per 31 Desember 2018 yang dibuat oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng menyajikan neraca dengan pos-pos akun di kolom aktiva terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Kolom passiva terdiri dari pos saldo dana. Saldo dana yang disusun adalah dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil, dana non halal dan dana infak diinvestasikan aktiva tetap.

Penyajian laporan perubahan aset kelolaan yang terdiri dari pos dana infak/sedekah aset kelolaan lancar dan pos dana infak/sedekah aset kelolaan tidak lancar.

Laporan perubahan dana menyajikan pos-pos perubahan dana yang terjadi dalam satu periode. Laporan ini dirincikan penerimaan dan penyaluran dana, yaitu dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil dan dana non halal. Serta laporan arus kas dibuat merincikan penerimaan dan pengeluaran kas dalam setiap bulannya selama tahun 2018.

BAZNAS Kabupaten Bantaeng tidak membuat catatan atas laporan keuangan.

Catatan atas laporan keuangan merupakan media untuk pengungkapan yang diharuskan dalam standar akuntansi dan yang tidak dapat disajikan dalam komponen laporan keuangan lainnya. Hal ini dapat menyebabkan laporan keuangan yang kurang informatif terkait kebijakan akuntansi yang dibuat oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng.

Dari hasil analisis, penerapan akuntansi di BAZNAS Kabupaten Bantaeng berdasarkan PSAK 109 masih ada beberapa poin yang belum seseuai. Hal ini disebabkan karena kurangnya pelatihan terkait pelaporan keuangan. Menurut H. Abd. Malik Madong selaku Wakil Ketua Bidang Keuangan dan Pelaporan, bahwa penyusunan laporan keuangan di BAZNAS Kabupaten Bantaeng dilakukan secara otodidak dari internet terkait PSAK 109. Beliau juga menambahkan bahwa sudah berkali-kali mengajukan agar diadakan pelatihan untuk pelaporan keuangannya.

(7)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.01, Maret 2020, pp 199-207 205 Pada saat penerimaan dan penyaluran

zakat dan infak/sedekah BAZNAS Kabupaten Bantaeng melakukan pencatatan tunggal (single entry). Sedangkan dalam perkembangan akuntansi saat ini pencatatan dilakukan atas dasar double entry system, yaitu salah satu akun dicatat di sisi debet dan akun yang lain di sisi kredit (Herry, 2012).

Dengan kata lain, pencatatan yang dilakukan oleh BAZNAS terkait penerimaan dan penyaluran zakat adalah dengan pencatatan double entry system dalam perkembangan akuntansi saat ini.

BAZNAS Kabupaten Bantaeng dalam pengakuan dan pengukuran aset, yaitu pemberian mobil ambulans oleh Pemda Bantaeng tidak sesuai dengan PSAK 109 paragraf 27 yang berbunyi “Aset tidak lancar yang diterima dan diamanahkan untuk dikelola oleh amil diukur sebesar nilai wajar dan diakui sebagai aset tidak lancar infak/sedekah”, karena BAZNAS tidak mengakui mobil ambulans sebagai aset BAZNAS Kabupaten Bantaeng dan mobil ambulans tersebut hanya sebatas hak pakai yang tidak ditentukan batas waktu pemakaiannya dalam penyerahan mobil ambulans oleh Pemda Kabupaten Bantaeng kepada BAZNAS Kabupaten Bantaeng.

Mobil ambulans ini seharusnya diakui sebagai aset oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng. “Sesuai dengan konsep pengakuan yaitu proses pembentukan suatu pos yang memenuhi kriteria pengakuan. Kriteria pengakuan yang dimaksud, yaitu 1) Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas syariah, dan 2) Pos tersebut mempunyai nilai yang dapat diukur dengan modal (Ikatan Akuntan Indonesia, 2019).” Kriteria tersebut pada poin pertama maka sudah seharusnya BAZNAS Kabupaten Bantaeng mencatat dan mengakui mobil ambulans tersebut sebagai aset dan menjadi penambah dana infak/sedekah.

Berdasarkan PSAK 109 paragraf 38 bahwa amil zakat menyajikan dana zakat, dana infak/sedekah dan dana amil secara terpisah dalam laporan posisi keuangan, telah diterapkan oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng. Sedangkan secara keseluruhan untuk komponen laporan keuangan lain masih perlu ada perbaikan, yaitu laporan arus kas. BAZNAS Kabupaten Bantaeng menyajikan laporan arus kas dalam format

penerimaan dan pengeluaran tiap tanpa membedakan bagian yang termasuk arus kas aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

“Laporan arus kas adalah laporan arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas”

(Ikatan Akuntan Indonesia, 2014). “Entitas menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.” Menurut PSAK 02 paragraf 14, “Arus kas dari aktivitas operasi diperoleh terutama dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas.” Paragraf 16 PSAK 02 berbunyi, “Arus kas yang timbul dari aktivitas investasi adalah merepresen- tasikan sejauh mana pengeluaran yang telah terjadi untuk sumber daya yang diintensikan untuk menghasilkan penghasilan dan arus kas masa depan.” Paragraf 17 PSAK 02 yang berbunyi, “arus kas aktivitas pendanaan diperlukan untuk memprediksi klaim atas arus kas masa depan oleh para penyedia modal entitas.”

“Pengungkapan dalam arti sempit merupakan informasi tambahan selain yang disajikan di dalam laporan keuangan”

(Sunardi & Sunyoto, 2015). Dalam paragraf 133 PSAK 101 Penyajian Laporan Keuangan yang berbunyi, “entitas syariah mengung- kapkan dalam ringkasan kebijakan akuntansi, yaitu dasar pengukuran yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan, dan kebijakan akuntansi lain yang diterapkan yang relevan untuk memahami laporan keuangan” (Ikatan Akuntan Indonesia, 2019).

BAZNAS Kabupaten Bantaeng selain komponen laporan keuangan neraca, arus kas, perubahan dana, dan laporan perubahan aset kelolaan, tidak dibuat catatan atas laporan keuangan yang mendukung komponen laporan keuangan yang telah disajikan.

Berdasarkan pengertian pengungkapan, maka catatan atas laporan keuangan menjadi sumber informasi lain selain laporan keuangan yang menyajikan kebijakan akuntansi. Oleh karena catatan atas laporan keuangan tidak dibuat oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng.

PENUTUP

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah pada Kantor BAZNAS Kabupaten Bantaeng belum sepenuhnya sesuai. Indikator yang belum

(8)

206 Syamsul Alam, Ibrahim H. Ahmad, Rostiaty Yunus sesuai, yaitu 1) Pengakuan dan Pengukuran,

pada paragraf 27 dalam praktik kantor BAZNAS Kabupaten Bantaeng belum sesuai, karena adanya aset yang diterima tapi belum diakui sebagai aset oleh BAZNAS Kabupaten Bantaeng, 2) Penyajian, sudah sesuai dalam menyajikan dana zakat, dana infak/sedekah, dan dana amil dalam neraca.

Sedangkan penyajian laporan arus kas belum sesuai dengan peraturan yang mengacu pada PSAK 02 Laporan Arus Kas, 3) Pengung- kapan, pada paragraf 39, paragraf 40 dan paragraf 41 PSAK 109 dalam praktik kantor BAZNAS Kabupaten Bantaeng, karena catatan atas laporan keuangan tidak dibuat untuk mendukung keberadaan komponen laporan keuangan lain yang telah dibuat oleh entitas tersebut.

Berdasarkan hasil analisis dan penarikan kesimpulan, BAZNAS Kabupaten Bantaeng masih perlu melakukan perbaikan terkait pelaporan keuangan. Solusi untuk memperbaiki pelaporan tersebut adalah dengan diadakan pelatihan bagi pengurus dan pelaksana bagian keuangan dan pelaporan. Pelatihan yang diutamakan adalah pelatihan PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah yang merupakan kegiatan utama dari BAZNAS Kabupaten Bantaeng.

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, L. (2017). Analisis Penerapan PSAK Syariah No. 109 Pada Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah (Studi Kasus LAZIS YBW UII Yogyakarta). Skripsi.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Diakses pada tanggal 27 April 2019 pada website

http://repository.usd.ac.id/11095/2/13211 4086_full.pdf.

Beik, I.S., Zaenal, M.H., Rizkiningsih, P., Farchatunnisa, H, Lathifah, U., Ascarya, Hakim, C.M., Rahmawati, S. & Masrifah, A.R. (2018). Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat. Jakarta: Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional.

Divisi Publikasi dan Jaringan Puskas BAZNAS. (2018). Kajian Had Kifayah.

Jakarta: Pusat Kajian Strategi Badan Amil Zakat Nasional.

Hafidhuddin, D., Nasar, M.F., Kustiawan, T., Beik, I.S., & Hakiem, H. (2015). Fiqih Zakat Indonesia. Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional.

Hambali, M. (2017). Analisis Penerapan Akuntansi Zakat dan Infaq/Shadaqoh Pada Lembaga Amil Zakat Di Kota Makassar (Studi Kasus LAZ Masjid Al- Markaz, LAZ Rumah Zakat, LAZISMU, dan BAZNAS). Skripsi. Makassar:

Universitas Hasanuddin Diakses pada tanggal 13 April 2019 pada website http://repository.usd.ac.id/11095/2/13211 4086_full.pdf.

Harahap, S.S. (2015). Teori Akuntansi.

Depok: PT. Rajagrafindo Persada.

Hasti, A. Analisis Penyajian dan Pengungkapan Biaya Lingkungan Pada PT. Semen Tonasa, Tbk Di Kabupaten Pangkep. Equity: Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi. 14 (1).

Diakses pada tanggal 19 Oktober 2019 melalui website http://ojs.stkip- ypup.ac.id/index.php/equity/issue/view/8/

Astuty%20Hasti%20%26%20Justina%20 Stella%20Nona%20Susanta

Herry. (2012). Pengantar Akuntansi I.

Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Husnul. (2018). BAZNAS Bantaeng Kembali Distribusikan Zakat, Bupati Bantaeng Ingatkan Masyarakat Untuk Salurkan Zakat. Website Resmi Pemerintah Kabupaten Bantaeng. Diakses pada tanggal 27 April 2019 pada website https://bantaengkab.go.id/index.php/news /detail/206.

IAI. (2014). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 2 Laporan Arus Kas.

Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia

IAI. (2019). Standar Akuntansi Keuangan Syariah. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia

Ismail, A.S., Ms’udi, M.F., & Bahri, S.

(2018). Fikih Zakat Kontekstual Indonesia. Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional.

Keputusan Dirjen BIMAS ISLAM Nomor DJ.II/568 Tahun 2014 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten/Kota Se-Indonesia.

Nurhayati, S. & Wasilah. (2015). Akuntansi Syariah DI Indonesia Edisi 4. Jakarta:

Penerbit Salemba Empat.

Peraturan Menteri Agama nomor 52 Tahun 2014 tentang Syarat dan Tata Cara Perhitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah Serta Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif.

(9)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.01, Maret 2020, pp 199-207 207 Sunardi, & Sunyoto, D. 2015. Akuntansi

Internasional. Jakarta: CAPS.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

Referensi

Dokumen terkait

Kennant Evander Jessavi Materi Skripsi/ Tugas Akhir untuk Sidang Akhir status terkini Universitas Widya Kartika, Surabaya Kami yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa