• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK MENGGUNAKAN STRATEGI SELF MANAGEMENT DAPAT MENGURANGI PERILAKU MEROKOK PADA SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENERAPAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK MENGGUNAKAN STRATEGI SELF MANAGEMENT DAPAT MENGURANGI PERILAKU MEROKOK PADA SISWA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK MENGGUNAKAN STRATEGI SELF-MANAGEMENT DAPAT MENGURANGI PERILAKU MEROKOK PADA SISWA

APPLICATION OF GROUP COUNSELING SERVICES USING A SELF-MANAGEMENT STRATEGY TO REDUCE STUDENTS' SMOKING BEHAVIOR

Oleh:

Maharani1), La Ode Muharam2)

1)SMAN 9 Maros 2)Universitas Halu Oleo Email1)*: maharanibk016@gmail.com Kata Kunci:

Perilaku Merokok;

Konseling Kelompok; Self- management

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan layanan konseling kelompok menggunakan strategi self-management untuk mengurangi perilaku merokok siswa di SMK Negeri 2 Kendari. Subjek dalam penelitian ini adalah 7 siswa. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif eksperimen dengan pendekatan pre eksperimen dengan desain one group pre-test dan post-test. Data dikumpulkan dengan menggunakan angket perilaku merokok. Hasil analisis data menggunakan teknik analisis data deskriptif persentase menunjukkan bahwa perilaku merokok siswa sebelum diberikan perlakuan berupa penerapan layanan konseling kelompok menggunakan strategi self- management berada pada kategori tinggi dengan rata-rata mencapai 88,72%.

Setelah diberikan treatment mengalami penurunan dengan rata-rata 60,32%.

Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis statistic inferensial menggunakan uji Wilcoxon signed rank pada taraf signifikan α = 0,05 diperoleh Pvalae= 0,018.

Pvalae < α (0,018 < 0,05) dengan demikian Ha diterima. Maka disimpulkan bahwa penerapan layanan konseling kelompok menggunakan strategi self- management dapat mengurangi perilaku merokok siswa di SMK Negeri 2 Kendari.

Keywords:

Smoking Behaviour Group Counseling, Self-Management

ABSTRACT

This study aims to determine the application of group counseling services using self-management strategies to reduce student smoking behavior at SMK Negeri 2 Kendari. The subjects in this study were 7 students. This type of research is a quantitative experiment with a pre-experimental approach with a one-group pre-test and post-test design. Data were collected using a smoking behavior questionnaire. The results of data analysis using descriptive data analysis techniques showed that the smoking behavior of students before being given treatment in the form of implementing group counseling services using self-management strategies was in the high category with an average of 88.72%. After being given treatment, it decreased by an average of 60.32%. Furthermore, based on the results of inferential analysis using Wilcoxon signed rank at a significant level = 0.05, Pvalue = 0.018 was obtained. Pvalue < (0.018 < 0.05) thus Ha is accepted. It is concluded that the application of group counseling services using self- management strategies can reduce student smoking behavior at SMK Negeri 2 Kendari.

(2)

Pendahuluan

Perilaku merokok merupakan masalah yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh kita, setiap orang pula telah mengetahui bahaya rokok tersebut namun pada kenyataannya perilaku merokok masih sangat sulit untuk dikendalikan baik di kalangan orang dewasa maupun kalangan remaja.

Merokok kian digemari oleh hampir semua kalangan khususnya pelajar yang memiliki kebiasaan merokok baik di lingkungan sekolah maupun di luar. Remaja yang telah kecanduan pada perilaku merokok beranggapan bahwa dirinya tidak akan percaya diri dalam melakukan sesuatu apabila tidak merokok terlebih dahulu, remaja telah menganggap bahwa merokok adalah sebuah kebutuhan yang tidak bisa dielakkan, kebutuhan untuk bergaul, kebutuhan untuk santai dan berbagai alasan yang membuat rokok adalah hal biasa. Para perokok merasakan nikmatnya merokok begitu nyata, sampai dirasa memberikan rasa menyenangkan dan menyegarkan sehingga setiap hari harus menyisikan uang untuk membeli rokok.

Disampaikan baik itu melalui surat kabar, majalah, iklan dan media masa lain serta dibungkus rokok itu sendiri. Rokok memiliki dampak yang sangat tidak baik, baik itu perokok aktif (pengguna) maupun perokok pasif keduanya memiliki dampak yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Konsumsi dan paparan asap rokok dapat berdampak serius terhadap kesehatan, antara lain adalah kanker paru, kanker mulut, kanker organ lain, penyakit jantung, penyakit saluran pernapasan kronik dan gangguan kehamilan bahkan sampai pada kematian dan kecemasan. Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi dengan frekuensi perokok cukup tinggi, setiap tahunnya mengalami peningkatan jumlah perokok dengan usia di atas 10 tahun pada tahun 2007 perokok aktif berjumlah 25,7 % kemudian tahun 2013 menjadi 26,4 %. Rata-rata rokok yang dihisap setiap hari adalah 15 batang. Berdasarkan hasil riset kesehatan persentase pernah merokok sebanyak 34% ketika usia SMP di Indonesia dan di Sulawesi Tenggara persentase memulai kebiasaan merokok usia 10-14 tahun adalah 27,7% di kota kendari sendiri persentase usia mulai merokok tiap hari di mulai pada umur 10-14 tahun sebesar 6%.

(Agustina, 2019: 1).

Berdasarkan hasil wawancara dari guru bimbingan dan konseling (BK) di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Kendari didapatkan data bahwa terdapat siswa yang memiliki perilaku merokok. Bukan hanya itu, siswa yang telah kecanduan merokok mereka akan berusaha untuk bisa memenuhi keinginannya untuk terus merokok meskipun mereka harus melakukan hal-hal yang tidak wajar untuk memenuhinya seperti memalak orang yang berada di sekitarnya, memeras teman-teman sekolahnya dan bahkan mereka sampai mencuri untuk bisa mencapai apa yang mereka inginkan.

Permasalahan ini tentu membutuhkan perhatian yang lebih intensif lagi bagi siswa karena apabila masalah ini dibiarkan begitu saja tanpa adanya penyelesaian yang lebih baik maka hal ini akan memberikan dampak yang sangat buruk bagi kepribadian siswa terutama dalam melakukan hubungan sosial dengan orang-orang yang ada di lingkungan sekitarnya, mereka tidak akan mampu membina hubungan yang baik dengan teman-temannya dan hanya akan menjadi sangat agresif apabila keinginannya tidak ia dapatkan.

Masalah seperti itu tentunya memerlukan penanganan yang lebih baik lagi terhadap siswa tersebut sebab jika masalah tersebut dibiarkan dapat memberi dampak yang buruk terhadap kepribadian siswa tersebut dan yang lebih parah dapat memengaruhi kesehatannya sehingga memengaruhi proses belajarnya di sekolah. Oleh karena itu, untuk membantu siswa dalam mengatasi permasalahan terkait perilaku merokok maka diperlukan penanggulangannya yang salah satunya adalah dapat dilakukan dengan penerapan layanan konseling kelompok. Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) sebagai salah satu organisasi profesi di Indonesia, menjelaskan bahwa layanan konseling kelompok adalah salah satu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami sesuai dengan tuntutan karakter cerdas yang terpuji melalui dinamika kelompok.

Konseling kelompok merupakan salah satu bentuk konseling yang berusaha untuk membantu individu mengentaskan masalah pribadinya agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang dianutnya dan dilaksanakan dalam situasi kelompok. Dalam konseling kelompok interaksi agar anggota kelompok merupakan suatu

(3)

khas, yang tidak mungkin terjadi pada konseling individu. Dengan interaksi sosial yang intensif dan dinamis selama berlangsungnya layanan, diharapkan tujuan-tujuan layanan dapat tercapai secara mantap.

Kelebihan konseling kelompok adalah dengan adanya layanan konseling kelompok yang diberikan memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk membahas dan mengentaskan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Sedangkan masalah yang dibahas masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok. Konseling kelompok diasumsikan tepat untuk mengurangi frekuensi merokok pada siswa sebab dalam layanan konseling kelompok siswa diajak untuk bertukar pikiran dalam memecahkan masalah yang sedang hangat atau aktual bagi setiap anggota kelompok, memperluas pengetahuan siswa, mengungkapkan perasaan yang sedang ia rasakan dan memperoleh banyak informasi yang dapat membantunya dalam menentukan arah dan tujuannya. Layanan ini juga melibatkan pada semua aspek kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri, mengenali emosi orang lain, memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi diri dan melalui layanan konseling kelompok yang dilaksanakan akan dapat memberikan pengenalan, pemahaman, dan pengembangan kepada siswa dalam menilai dirinya sesuai dengan tingkat perkembangan mereka.

Pada penelitian ini, upaya bantuan yang diberikan kepada siswa adalah dengan memberikan layanan konseling kelompok, namun dengan melihat masalah yang ada, peneliti ingin menyandingkan layanan konseling kelompok dengan menggunakan strategi self-management. Strategi Self- management diasumsikan tepat untuk membantu mengurangi perilaku merokok sebab dengan strategi ini dapat membantu siswa agar mereka dapat mengarahkan perilakunya sendiri ke yang lebih baik dan lebih berguna untuk kehidupannya, yaitu dengan cara menyampaikan dan memberi pemahaman kepada siswa terkait apa yang menjadi permasalahan yang urgen pada saat ini, kemudian siswa akan dituntut untuk bisa mengatur dirinya dengan baik dengan melakukan hal-hal yang lebih positif guna mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan yang lebih optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Cormier dan Cormier (dalam Ayu, 2013: 156) yang mengemukakan bahwa pengelolaan diri (self- management) adalah suatu proses di mana konseli mengarahkan tingkah lakunya sendiri dengan menggunakan satu strategi atau mengombinasikan strategi. Hal tersebut juga diperkuat dengan pendapat Soekadji (dalam Retnowulan dkk, 2013) yang mengemukakan bahwa pengelolaan diri adalah prosedur di mana seseorang mengarahkan atau mengatur perilakunya. Pengelolaan diri juga berfungsi untuk mengatasi beberapa problem dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya kenakalan remaja yaitu merokok, mem-bully, bersikap kasar, dan membolos.

Tujuan dari strategi self-management ini adalah agar individu secara teliti dapat menempatkan diri dalam situasi-situasi yang menghambat tingkah laku yang mereka hendak hilangkan dan belajar untuk memecahkan timbulnya perilaku atau masalah yang tidak dikehendaki. Bentuk pelaksanaannya meliputi self monitoring (pemantauan diri), stimulus control (pengendalian diri), serta self reward (penghargaan diri sendiri) (Darminto, 2007 dalam Retnowulan 2013). Hal ini sesuai dengan pernyataan Komalasari (2016) yang mengatakan bahwa strategi self-management berkenaan dengan kesadaran dan keterampilan untuk mengatur keadaan sekitarnya yang memengaruhi tingkah laku individu. Strategi self-management merupakan penerapan teori modifikasi perilaku untuk membantu konseli dalam menyelesaikan masalah karena di dalam teknik ini menekankan pada konseli untuk mengubah tingkah laku yang dianggap merugikan yang sebelumnya menekankan pada bantuan orang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan layanan konseling kelompok menggunakan strategi self-management dapat mengurangi perilaku merokok pada siswa SMK Negeri 2 Kendari.

Pengertian merokok

Menurut Sarino dan Ahyanti (2016: 21) rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, sejenis cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacun, Nicotiana Rustica dan sejenisnya. Menurut Kendal dan Hammen (dalam Wahyudi dan Ramadanti, 2016: 12), perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan baik untuk diri maupun orang di sekelilingnya. Dilihat dari sisi kesehatan pengaruh dari bahan-bahan kimia yang terkandung rokok seperti nikotin, CO (karbonmonoksida) dan Tar yang mengakibatkan tekanan darah meningkat dan

(4)

detak jantung bertambah cepat (Komasari: 2000). Berdasarkan pemaparan di atas tentang merokok, maka peneliti dapat mengartikan bahwa merokok adalah kegiatan menghisap hasil olahan tembakau yang di dalamnya terdapat zat adiktif (ketergantungan) sehingga membuat orang yang mengisapnya bisa menjadi ketergantungan di mana setiap tahapnya memiliki keterkaitan dengan aspek yang bersifat kuantitatif, lokasional, fungsional.

Faktor-faktor yang memengaruhi kebiasaan merokok

Kebiasaan merokok pada sebagian orang, umumnya dipicu oleh citra dalam diri tiap individu dan juga pergaulan masyarakatnya. ABG (anak baru gede) umumnya merokok karena sekedar ikut-ikutan orang yang lebih dewasa dari dirinya. Kadang para ABG ini merokok karena sekedar ingin mengikuti trend yang ada di sekitarnya (Hasnida, 2016: 23).

Layanan konseling kelompok

Konseling kelompok merupakan suatu bantuan pada individu dalam situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhan (Nurihsan dalam Kurnanto, 2013). Latipun (dalam Lubis, 2011: 198) mengatakan konseling kelompok adalah bentuk konseling yang membantu beberapa individu yang diarahkan mencapai fungsi kesadaran secara efektif untuk jangka waktu pendek dan menengah.

Sedangkan menurut Gibson dan Mitchel (dalam Nurfitasari dan Wibowo, 2014) mendefinisikan konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan pengembangan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka pengembangan dan pertumbuhannya. Selain itu, Prayitno (2008) mengartikan konseling kelompok sebagai hubungan membantu di mana salah satu pihak (konselor) bertujuan meningkatkan kemampuan dan fungsi mental pihak lain (klien) agar dapat menghadapi persoalan/konflik yang dihadapi dengan lebih baik. Di dalam suatu konseling kelompok terdapat bantuan konseling, yaitu dengan menyediakan kondisi, sarana, dan keterampilan yang membuat klien dapat membantu dirinya sendiri dalam memenuhi rasa aman, cinta, harga diri, membuat keputusan dan aktualisasi diri (Hurlock, 2003). Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok adalah upaya bantuan yang bersifat pencegahan dan pengembangan kemampuan pribadi sebagai pemecahan masalah secara kelompok atau bersama-sama dari seorang konselor kepada klien.

Faktor-faktor konseling kelompok

Untuk mencapai tujuan dalam konseling kelompok, konselor perlu meperhatikan faktor-faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan proses konseling. Yalom (dalam Hartono, 2012: 207) menyebutkan sebagai faktor kuratif. Faktor-faktor tersebut antara lain: membina harapan, universalitas, pemberian informasi altruism, pengulangan korektif keluarga primer, pengembangan teknik sosialisasi, peniruan tingkah laku, belajar menjalin hubungan interpersonal, kohesivitas kelompok, katarsis, dan faktor- faktor eksistensial.

Self-management

Self-management merupakan suatu prosedur di mana siswa mengatur perilakunya sendiri. Gagasan pokok dari penilaian self-management adalah bahwa perubahan bisa dihadirkan dengan mengajar orang menggunakan keterampilan menangani situasi bermasalah. Dalam program self-management ini peserta didik mengambil keputusan tentang hal-hal yang berhubungan dengan perilaku khusus yang ingin dikendalikan atau diubah. Corey (2010: 42) menyatakan bahwa “sering kali siswa menemukan bahwa alasan utama dari ketidakberhasilan mencapai sasaran adalah tidak dimilikinya keterampilan. Dalam kawasan seperti itu pendekatan pengarahan diri sendiri bisa memberikan garis besar bagaimana didapat perubahan dan sebuah rencana yang akan membawa perubahan.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Kendari yang berlangsung selama 2 bulan yaitu bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2020. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang

(5)

menggunakan desain pra eksperimen, yaitu eksperimen yang dilakukan dengan tanpa melakukan pengendalian terhadap variabel-variabel yang berpengaruh (Azwar, 2012). Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggunakan desain pra eksperimen dengan jenis one group pre-test and post-test design.

Subjek dalam penelitian ini adalah 11 orang siswa kelas XI SMK Negeri 2 Kendari yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket perilaku merokok. Angket tersebut terlebih dahulu diuji coba, untuk memenuhi kriteria penelitian ilmiah yaitu validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas instrumen menggunakan program komputer yaitu Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Versi 16.0, dengan ketentuan bahwa apabila nilai rhitung > rtabel, maka instrumen dikatakan valid dan reliabel.

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif persentase dan teknik statistik inferensial yakni uji wilcoxon signed rank. Teknik analisis data deskriptif persentase dilakukan untuk melihat dan memberikan gambaran perilaku merokok siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan berupa penerapan layanan konseling kelompok menggunakan strategi self-management. Teknik statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yakni apakah layanan konseling kelompok menggunakan strategi self-management dapat mengurangi perilaku merokok pada siswa SMK Negeri 2 Kendari. Uji statistic wilcoxon signed rank ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer yaitu Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Versi 16.0

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Analisis statistik deskriptif persentase

Gambaran perilaku merokok siswa kelas XI TKR.A di SMK Negeri 2 Kendari sebelum diberikan layanan konseling kelompok menggunakan strategi self-management dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1

Hasil Pre-Test Perilaku Merokok Siswa

Tabel 1 perilaku merokok siswa kelas XI TKR.A di SMK Negeri 2 Kendari sebelum diberikan perlakuan (pre-test) termasuk kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase perilaku merokok pada siswa 88,72% dari 4 orang siswa. Sedangkan 3 orang siswa yang memiliki perilaku merokok rendah berdasarkan (pre-test) dalam kategori rendah. Hal ini dapat dilihat pada nilai rata-rata skor pre-test sebesar 49,27.

(6)

Tabel 2

Hasil Post-Test Perilaku Merokok Siswa Siswa yang Bermasalah

No Nama Jenis Kelamin

Skor Interval Persentase

Kriteria Post-Test

1 MR L 111 60.32% Rendah

2 HH L 114 61.95% Rendah

3 K L 112 60.86% Rendah

4 FHN L 107 58%15 Rendah

Jumlah 444

60.32% Rendah Rata-rata 111

Siswa yang Tidak Bermasalah No Nama Jenis

Kelamin

Skor Interval Persentase

Kriteria Post-Test

1 GM L 85 46.19% Rendah

2 D L 88 47.82% Rendah

3 MI L 83 45.10% Rendah

Rata-rata 85.33 46.37% Rendah

Berdasarkan tabel 2 perilaku merokok siswa kelas XI TKR.A SMK Negeri 2 Kendari setelah diberikan perlakuan (post-test) mengalami perubahan dari kategori tinggi menjadi kategori rendah.

Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase diperoleh mencapai 60,32 %.

Tabel 3

Perbandingan Skor Pre-test dan Post-test

Dari tabel 3 diketahui bahwa sebelum diberi perlakuan (pre-test) perilaku merokok yang bermasalah berada pada kategori tinggi dengan persentase rata-rata 88,72% sedangkan setelah diberi perlakuan (post-test) perilaku merokok siswa berada kategori rendah dengan persentase rata-rata 60,32%. Sedangkan pada kelompok siswa yang tidak bermasalah sebelum diberi perlakuan (pre-test) perilaku merokok siswa berada dalam kategori rendah dengan persentase rata-rata 49,27% setelah diberi perlakuan (post-test) perilaku merokok siswa berada dalam kategori rendah dengan persentase rata-rata 46,37%.

(7)

Analisis statistik inferensial

Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yakni apakah layanan konseling kelompok menggunakan strategi self-management dapat mengurangi perilaku merokok pada siswa SMK Negeri 2 Kendari. Hasil perhitungan uji wilcoxon signed rank dengan menggunakan SPSS 16.0. selengkapnya bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4 Uji Wilcoxon

Post-testPre-test Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

-2.375(a)

.018

Berdasarkan analisis statistic inferensial dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank pada taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh Pvalue = 0,018. Berarti Pvalue < α (0,018), 0,05 dengan demikian hipotesis penelitian diterima.

Pembahasan

Merokok merupakan perilaku berbahaya karena hal tersebut dapat mengganggu kesehatan tubuh dengan mendatangkan penyakit yang mengakibatkan kematian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Oggen (dalam Binita, dkk, 2016) bahwa merokok mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang dipicu karena perilaku merokok dimulai dari penyakit di kepala sampai dengan penyakit di telapak kaki, antara lain penyakit kardiolavaskular, neoplasma, saluran pernapasan, peningkatan tekanan darah, memperpendek umur, penurunan kesuburan, dan penghambatan pengeluaran air seni.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka si perokok (siswa) harus mampu mengendalikan diri untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku merokok tersebut. Untuk membantu siswa agar dapat memiliki pemahaman dalam mengendalikan diri, maka peneliti menerapkan layanan konseling kelompok dengan strategi self-management. Sholihah (2013) mendefinisikan konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan pengembangan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka pengembangan dan pertumbuhannya.

Latipun (2003) mengatakan, konseling kelompok adalah bentuk konseling yang membantu beberapa individu yang diarahkan mencapai fungsi kesadaran secara efektif untuk jangka waktu pendek dan menengah. Berdasarkan pengertian tersebut, maka tujuan dari layanan konseling kelompok mengarahkan siswa pada kesadaran secara efektif dalam rangka pengembangan dan pertumbuhannya. Self-management diterapkan dalam pemberian konseling kelompok agar siswa dapat mengatur perilaku dirinya. Dalam program self-management ini peserta didik mengambil keputusan tentang hal-hal yang berhubungan dengan perilaku khusus yang ingin dikendalikan atau diubah. Gunarsa (2009: 226) menyatakan bahwa self-management meliputi pemantauan diri (self monitoring), penguatan yang positif (self reward), kontrak atau perjanjian dengan diri sendiri (self contracting) dan penguasaan terhadap rangsangan (stimulus control).

Berdasarkan hasil penelitian ini, layanan konseling kelompok menggunakan teknik self- management dapat mengurangi perilaku merokok siswa SMK Negeri 2 Kendari. Hal ini diperoleh dari hasil analisis deskriptif persentase diketahui perilaku merokok siswa sebelum diberikan layanan konseling kelompok menggunakan strategi self-management (pre-test) sebesar 88,72 % termasuk dalam kategori tinggi dan 49,27% untuk nilai rata-rata siswa yang memiliki perilaku merokok rendah.

Kemudian setelah mendapat perlakuan layanan konseling kelompok menggunakan strategi self- management hasil post-test subjek penelitian terjadi penurunan skor persentase yaitu 60,32% untuk siswa yang memiliki perilaku merokok tinggi dan telah masuk pada kategori rendah serta terjadi penurunan pula terhadap ketiga siswa yang memiliki perilaku merokok rendah dengan rata-rata 46.37%. Berdasarkan data tersebut, telah terbukti bahwa penerapan layanan konseling kelompok

(8)

dengan strategi self-management dapat mengurangi perilaku merokok siswa kelas IX SMK Negeri 2 Kendari.

Hal ini juga diperkuat dengan hasil uji hipotesis yang menggunakan analisis data statistik bahwa berdasarkan hasil perhitungan uji Wilcoxon Signed Rank Test pada table test statistick dengan α= 0,05, diperoleh nilai Pvalue = 0,018 karena Pvalue< α (0,018 < 0,05) yang artinya Ha diterima dan H0 ditolak.

Dengan kata lain perilaku merokok dapat dikurangi melalui penerapan layanan konseling kelompok menggunakan strategi self-management. Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mawaliyah dan Pratiwi (2019) dengan judul penelitian “Penerapan Konseling Kelompok Behavior Teknik Self-management untuk Mengurangi Perilaku Merokok Siswa Kelas XI SMK Nurul Hidayah Bungah Gresik” bahwa terjadi penurunan perilaku merokok setelah diberikan perlakuan berupa layanan konseling kelompok behavior teknik self-management.

Konseling kelompok dengan menggunakan self-management adalah suatu metode yang dapat digunakan untuk mengurangi perilaku merokok pada siswa. Hal ini karena konseling tersebut berpusat pada perilaku siswa untuk dapat berinteraksi dan saling bertukar pikiran dalam membahas masalah siswa serta mereka dapat mereduksi atau menghilangkan perilaku merokok pada dirinya masing- masing. Layanan konseling kelompok menggunakan strategi self-management memberikan kesempatan kepada siswa untuk berusaha merubah tingkah lakunya dengan cara memodifikasi aspek- aspek lingkungan atau mengadministrasikan konsekuensi-konsekuensi yang artinya bahwa siswa diharapkan mampu mengelola pikiran, perasaan, dan perbuatan mereka sehingga dapat membuat mereka menahan segala keinginan yang tidak baik atau benar yang dalam hal ini adalah perilaku merokok.

Perilaku merokok dapat muncul disebabkan oleh beberapa faktor, baik itu faktor yang berasal dari luar maupun dari dalam diri siswa itu sendiri yang hal ini sejalan dengan pendapat Ronald (dalam Nindapitra, 2015) bahwa perilaku merokok disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya faktor genetik, kepribadian, sosial, dan faktor farmakologi. Perilaku yang kurang baik hanya akan dapat hilang atau tereduksi apabila keinginan dari dalam diri siswa itu sendiri. Oleh karena itu, konseling kelompok menggunakan strategi self-management merupakan langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi perilaku merokok karena dalam konseling ini sangat mementingkan skill (keterampilan) siswa dalam pelaksanaannya, di antaranya yaitu pemantauan pada diri, melakukan penguatan positif terhadap diri sendiri, adanya kontak yang dilakukan terhadap diri sendiri, dan penguasaan terhadap rangsangan yang sangat berperan dalam menunjang keberhasilan dalam konseling ini (Gunarsa:

2010).

Johnson (dalam Puspitasari, 2017) menjelaskan bahwa dalam manajemen diri harus melewati empat sub sistem yang berpengaruh terhadap perubahan perilaku merokok siswa. Sub sistem yang mendukung penerapan manajemen diri seseorang untuk bisa melakukan perubahan dalam dirinya adalah achievement, agresif, afiliasi, dan dependensi sehingga dengan adanya sub sistem dalam pemberian layanan ini dapat menjadi alternatif yang baik untuk bisa membantu siswa dalam mengurangi perilaku merokok pada siswa agar dapat membantunya menyelesaikan masalah yang dapat mengganggu perkembangannya di masa yang akan datang.

Keberhasilan penerapan layanan konseling kelompok menggunakan strategi self-management tidak lepas dari teori yang mendukung serta antusiasme siswa dalam mengikuti layanan. Penurunan tingkat perilaku merokok siswa hanya dapat dicapai jika siswa sungguh-sungguh menerapkan keputusan yang diperoleh melalui proses layanan.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa sebelum diberikan treatment perilaku merokok untuk 4 orang siswa masuk dalam kategori tinggi dengan rata-rata 88,72% setelah diberikan treatment berada pada kategori rendah dengan rata-rata 60,32% menunjukkan adanya penurunan sebesar 19,05%. Hasil uji coba hipotesis dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank pada taraf signifikan α = 0,05 diperoleh Pvalue = 0,018. Pvalue<α (0,018 < 0,05) dengan demikian H0

(9)

ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian. layanan konseling kelompok dapat menerapkan strategi self-management untuk mengurangi perilaku merokok siswa.

Saran

Beberapa saran yang peneliti berikan adalah: 1) bagi guru BK dapat menerapkan layanan konseling kelompok menggunakan strategi self-management untuk mengurangi perilaku merokok siswa yang tinggi dengan menjadikan penelitian ini sebagai salah satu rujukan, 2) bagi siswa, menerapkan apa yang telah diperoleh melalui konseling kelompok menggunakan strategi self-management untuk menghindari perilaku merokok, 3) bagi peneliti selanjutnya, dalam penelitian ini yang menjadi alat ukur untuk mengukur perilaku merokok angket skala. Bagi penelitian selanjutnya sebaiknya mengembangkan dengan menggunakan alat ukur lain sehingga mampu mengukur perilaku merokok.

Daftar Pustaka

Agustina, Susi Suryani. (2019). Persepsi Peringatan Merokok pada Kemasan Rokok dengan Perilaku Merokok Remaja Laki-Laki. Jurnal ilmiah multi science kesehatan, 11(_),160.

Azwar, Syaifudin. (2012). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Binita, Anisa Maulide., Istiarti Tinuk & Widagdo, Laksmono. (2016). Hubungan Persepsi Merokok dengan Tipe Perilaku Merokok pada Siswa SMK “X” di kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(5), 268-278.

Corey, Gerald. (2010). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Terjemahan oleh E Koeswara.

Bandung: Refika Aditama.

Departemen Pendidikan Nasional. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Gunarsa, Singgih D. (2010). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Libri.

Hartono. (2012). Psikologi Konseling. Jakarta: kencana.

Hasnida, Nomora Lubis. (2016). Konseling Kelompok. Jakarta: kencana.

Hurlock, E. B. (2003). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Komasari, D & Helmi, A. F. (2000). Faktor-faktor Penyebab Perilaku Pada Remaja. Jurnal psikologi, _(1), 37-47.

Kurnanto, Edi. (2013). Konseling Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Latipun. (2003). Psikologi Konseling. Malang: UMM Press

Mawaliyah, Rifqi Aini & Titin Indah (2019). Penerapan Konseling Kelompok Behavior Teknik Self- management untuk Mengurangi Perilaku Merokok Siswa Kelas XI SMK Nurul Hidayah Bungah Gresik. Jurnal BK UNESA, 10(1), 53-60.

Nindapitra, Cristarista. (2015). Studi Kasus Remaja Putri yang Berperilaku Merokok. Skripsi:

Universitas Negeri yogyakarta

(10)

Nurfitasari, Novi & Wibowo, Mungin Eddy. (2014). Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN Sekabuapten Pati. Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theori and Application, 3(1), 65-72.

Prayitno dan Amti. (2008). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Puspitasari, Helda., Wuryaningsih, Emi Wuri & Rifai, Ahmad. (2017). Pengaruh Pelatihan Manajemen Diri terhadap Perilaku Merokok pada Remaja Di SMK Negeri 2 Jember Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, 5(1), 91-98.

Retnowulan, Dyah Ayu & S. Hadi Warsito W. (2013). Penerapan Strategi Pengelolaan Diri (Self- management) untuk Mengurangi Kenakalan Remaja Korban Broken Home. Jurnal BK Unesa, 3(1), 335-340.

Sarino & Ahyanti, Mei. (2012). Perilaku merokok pada siswa SMP. Jurnal keperawatan, 8(2), 148- 155.

Sholihah, Nikmatus. (2013). Penerapan Strategi Self-management untuk Meningkatkan Disiplin Belajar pada Siswa Tunadaksa Cerebral Palcy Kelas IV SDLB-D YPAC Surabaya. Jurnal BK Unesa, 3(1), 1-13.

Wahyudi & Ramadanti, Risna. (2016). Hubungan Antara Perilaku Merokok Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Muhammadiyah Makassar Angkatan 2016. Jurnal Ilmiah Kesehatan Iqra, 7(1), 11-15.

Referensi

Dokumen terkait

Efektivitas Layanan Konseling Kelompok dalam Mengurangi Perilaku Agresif Siswa Panti Pamardi Putra Mandiri Semarang Tahun 2004/2005. Jurusan Bimbingan dan

Artinya konseling kelompok dengan strategi self-management (pengelolaan diri) efektif untuk meningkatkan kedisiplinan belajar. Kata kunci:Strategi Self-Management,

Ada berbagai strategi yang dapat digunakan dalam pelaksanaan konseling kelompok, dan dalam penelitian ini, strategi yang digunakan adalah self management

7 Pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan teknik self-management dapat dikategorikan sangat berhasil dalam mengurangi perilaku prokras-tinasi akademik yang dialami

Hasil analisis data dari pretest dan posttest tentang perilaku merokok menggunakan uji beda Wilcoxon, diperoleh z hitung=-2,913 &lt; z tabel=1,645 maka Ha diterima dan Ho

Pada fase intervensi dengan memberikan layanan konseling kelompok menggunakan strategi self- management, peneliti memulai dengan memberi penjelasan kepada

Peningkatan self-esteem terjadi karena layanan konseling kelompok memiliki dinamika kelompok yang sangat mempengaruhi sikap dari anggota kelompok, dengan dinamika kelompok para anggota

Disseminate Pada tahap Disseminate ini modul konseling kelompok dengan strategi self-management dilakukan uji coba pada sasaran yang sesungguhnya yaitu siswa yang mengalami disiplin