• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode ELECTRE dalam Menentukan Penerima Penghargaan Adiwiyata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Penerapan Metode ELECTRE dalam Menentukan Penerima Penghargaan Adiwiyata"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Fince Tinus Waruwu, Copyright © 2022, MIB, Page 907

Penerapan Metode ELECTRE dalam Menentukan Penerima Penghargaan Adiwiyata

Fince Tinus Waruwu, Mesran*, Hotmoko Tumanggor Program Studi Teknik Informatika, Universitas Budi Darma, Medan, Indonesia Email: 1[email protected], 2,*[email protected], 3[email protected]

Penulis Email Korespondensi: [email protected]

Abstrak−Adiwiyata merupakan salah satu program kementerian lingkungan hidup dalam rangka mendorong terciptnya pengetahuan dan kesadaran sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan pemberian apresiasi kepada sekolah adiwiyata terbaik guna memberikan motivasi dan meningkatkan kinerja.

Penentuan penerima penghargaan adiwiyata Sumut masih menggunakan sistem manual dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Berdasarkan masalah tersebut, dibutuhkan suatu system pendukung keputusan (SPK) yang dapa tmemudahkan dalam menentukan penerima penghargaan adiwiyata dengan menggunakan kriteria-kriteria yang ada. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah.Elimination Et Choix Traduisant la Realite (ELECTRE). Metode ini mampu memecahkan jenis masalah apapun dalam pengambilan keputusan dengan alternative dan Kriteria yang telah diberikan bobotnya penelitian menggunakan ELECTRE menghasilkan komposisi rangking atau peringkat Adiwiyata terendah sampai keperingkat tertinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa A4 merupakan yang terbaik.

Kata Kunci: Sistem Pendukung Keputusan; ELECTRE; Adiwiyata

Abstract−Adiwiyata is one of the Ministry of Environment's programs within a framework supported by school knowledge and awareness in environmental preservation and sustainable development efforts. Therefore, appreciation is needed for Adiwiyata schools in order to provide motivation and improve performance. The determination of the North Sumatra adiwiyata award recipient still uses a manual system and requires quite a long time. Based on these problems, we need a system that supports the decision (SPK) that allows you to receive recipients of adiwiyata awards using existing criteria. One method that can be used is Elimination Et Choix Traduisant la Realite (ELECTRE). This method can solve the type of problem in making decisions with alternatives and criteria that have been given the weight of research using ELECTRE to produce the lowest ranking ranking or highest ranking. The results showed that A4 was the best.

Keywords: Decision Support System; ELECTRE; Adiwiyata

1. PENDAHULUAN

Program adiwiyata merupakan program perwujudan sekolah peduli berbudaya lingkungan yang dilaksanakan sejak tahun 2006 melalui kerjasama kementerian lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan. Tujuan program adiwiyata adalah mewujudkan sekolah dan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

Dalam penentuan penerima penghargaan adiwiyata merupakan suatu tindakan yang layak dilakukan agar meningkatkan semangat dan kepedulian sekolah dan warga sekolah dalam meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup. Pada Dinas Lingkungan Hidup Sumatera Utara setiap tahunnya melakukan penentuan penerima penghargaan adiwiyata oleh kepala Dinas Lingkungan Hidup Sumtera Utara.

Proses penentuan penerima Penghargaan adiwiyata pada Dinas Lingkungan Hidup Sumatera Utara masih bersifat manualisasi dengan meminjau langsung kelapangan dan menggunakan microsoft excel sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama. Dalam hal ini, diperlukan suatu Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dalam pengambilan keputusan untuk menentukan penerima penghargaan sehingga memperoleh hasil yang lebih akurat yang dilakukan berdasarkan kriteria kriteria yang telah ditentukan sebelumnya[1].

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fahmi Setiawan dkk tentang penentuan kelulusan snmptn jalur undangan. Hasil dari penelitian tersebut dapat membantu dalam proses penentuan kelulusan snmptn dengan menggunakan kriteria yang telah ditentukan[2].

Penelitian kedua yang dilakukan oleh Wildan Fauzi pada tahun 2016 yang berjudul sistem pendukung keputusan penerima bantuan dana rumah tidak layak huni dengan menggunakan metode Elimination and Choice Translation Reality. Hasil dari penelitian tersebut bertujuan untuk membantu pengambilan keputusan penerima bantuan dana rutilahu sehingga hasil yang diperoleh lebih efektif dengan menggunakan perbandingan berpasangan dari alternatif-alternatif berdasarkan setiap kriteria yang sesuai[3]. Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Oktavianus Pareira dkk tentang Pemilihan Tempat Wisata Di Timor Leste dengan Metode Electre. Penelitian ini bertujuan untuk mempermudah dalam memberikan informasi rekomendasikepada user atau pengguna dalam hal ini merupakan calon wisatawan. Rekomendasi yang diberikansistem didasarkan pada masukkan yang diberikanuser kemudian diproses dengan metodeElimination Et Choix Traduisant la Realitesehingga menghasilkan rekomendasi daftar tempat berwisata.

Dari penjelasan tersebut maka penulis akan menggunakan metode Elimination Et Choix Traduisant la Realitedalam pengambilan keputusan Penerima Penghargaan Adiwiyata yang melibatkan beberapa kriteria dan alternatif yang ditentukan oleh Kementerien Lingkungan Hidup. Metode Elimination Et Choix Traduisant la

(2)

Fince Tinus Waruwu, Copyright © 2022, MIB, Page 908 Realitediyakinkan dapat memecahkan masalah menentukan penerima penghargaan adiwiyata karena metode ini dapat mencari alternatif yang terbaik dari banyaknya alternatif yang ada serta dapat melakukan perangkingan.

Penilaian menggunakan metode Elimination Et Choix Traduisant la Realitediharapkan dapat memudahkan Badan Lingkungan Hidup Sumutdalam melakukan Penerima Penghargaan Adiwiyata dengan proses yang akurat dan jelas.

2. METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Sistem Pendukung Keputusan

Sistem Pendukung Keputusan adalah rangkaian sistem informasi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan pada suatu perangkat lunak [4]. Sistem pendukung keputusan juga merupakan sistem berbasis komputer yang pada umumnya dipakai untuk memberi solusi bagi penentu keputusan dengan cara menerangkan atau menjelaskan gambaran mengenai keputusan yang akan dibuat[5]. Maka penulis menyimpulkan, sistem pendukung keputusan adalah suatu kerangka sistem yang informasi yang saling berkaitan dan memberikan solusi mengenai gambaran keputusan yang akan dibuat dan diselesaikan. Sistem pendukung keputusan dirancang untuk memberikan solusi atas permasalahan dalam suatu peluang. Sistem pendukung keputusan dapat memberikan data secara langsung kepada pengguna [6]–[11].

2.2 Adiwiyata

Adiwiyata adalah salah satu Program Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan generasi sekarang maupun yang akan datang. Adapun tujuan adiwiyata yang dibuat oleh Kementerian Lingkungan Hidup adalah utuk menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah agar menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah.

2.2 Metode ELECTRE (Elimination Et Choix Traduisant la Realite)

Electre (Elimination Et Choix Traduisant la Realite) merupakan satu metode pengambilan keputusan multikriteria berdasarkan pada konsep Outranking dengan menggunakan perbandingan brpasangan dari alternatif – alternatif berdasarkan setiap kriteria yang ditentukan. Metode Elimination Et Choix Traduisant la Realite digunakan pada kondisi dimana alternatif yang kurang sesuai dengan kriteria dieliminasi, dan alternatif yang sesuai dapat dihasilkan. Elimination Et Choix Traduisant la Realite digunakan untuk kasus – kasus dengan banyak alternatif namun hanya sedikit kriteria yang dilibatkan, seuatu alternatif dikatakan mendominasi alternatif yang lainnya jika satu atau lebih kriterianya melebihi (dibandingkan dengan kriteria dari alternatif yang lain) dan sama dengan kriteria lain yang sama [2], [12]–[17].

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa merupakan langkah awal dalam penyelesaian dan mengidentifikasi sebuah permasalahan yang terjadi.

Analisa masalah memiliki peran penting dalam proroses analisa untuk mencapai dan memperoleh hasil yang akurat dalam sebuah sistem.

Penentuan penerima penghargaan adiwiyata dinas lingkungan hidup sumatera utara merupakan pemilihan yang bukan penentuan yang didasarkan oleh kemauan seseorang, pemilihan ini dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kinerja setiap sekolah. Dalam proses menentukan penerima penghargaan adiwiyata, harus memenuhi setiap kriteria yang ada, seperti kebijakan berwawasan lingkungan, pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif, pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan. Proses menentukan penerima penghargaan adiwiyata masih menggunakan system secara manual, dari hasil menentukan penerima di bandingkan setiap kriteria satu-persatu untuk mendapatkan penerima penghargaan adiwiyata, sangat membutuhkan waktu yang cukup lama dan tidak maksimal.

Dengan demikian dibutuhkan suatu sistem pendukung keputusan yang mampu memberrikan terbaik dalam pemecahan permasalahan yakni dengan metode ELECTRE. Meteode ELECTRE membandingkan beberapa kriteria yang berbeda sehingga dapat menghasilkan perengkingan dan Metode ELECTRE ini dapat diterapkan dalam suatu sistem komputer.

3.2 Penerapan Metode ELECTRE (Elimination and Choice Expressing Reality)

Metode ELECTRE (Elimination and Choice Expressing Reality) merupakan salah satu dari berbagai metode yang mampu dalam mengambil keputusan (decicion).Metode ELECTRE dapat menyelesaikan banyak alternatif walaupun sedikit kriteria yang dilibatkan. Maka metode ELECTRE sangat sesuai untuk mengambil keputusan untuk menentukan penerima Penghargaan Adiwiyata. Berikut tabel rating kecocokan dari setiap alternatif pada kriteria yang sudah ditentukan.

(3)

Fince Tinus Waruwu, Copyright © 2022, MIB, Page 909 Tabel 1. Rating Kecocokan dari setiap alternatif pada setiap kriteria

Alternatif Kriteria

C1 C2 C3 C4 C5

A1 90 90 70 50 60

A2 80 90 88 80 80

A3 90 80 60 65 80

A4 80 90 81 90 90

A5 90 80 77 90 90

A6 70 90 80 60 70

Tabel 1 menunjukkan rating kecocokan dari setiap alternatif disetiap kriteria. Nilai terbesar adalah nilai terbaik, maka semua kriteria yang diberikan diasumsikan sebagai kriteria keuntungan. Pengambilan keputusan memberikan bobot preferensi sebagai berikut:

Tabel 2. Bobot Kriteria

Keterangan Bobot W

Kebijakan Berwawasan Lingkungan 30%

Pelaksanaan Kurikulum Berbasisi Lingkungan 15%

Kegiatan Lingkungan Berbasisi Partisipatif 15%

Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan 20%

Hasil Karya 20%

Sehinggga W = (30,15,15,20,20). Matrix keputusan yang dibentuk dari table kecocokan adalah sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

=

70 60 80 90 70

90 90 77 80 90

90 90 81 90 80

80 65 60 80 90

80 80 88 90 80

60 50 70 90 90

x

Untuk menyelesaikan masalah diatas dengan metode electre dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan.

1. Normalisasi Matriks Keputusan. Dalam prosedur ini, setiap atribut diubah menjadi nilai yang comparable

|x1| = √902+ 802+ 902+ 802+ 902+ 702

= 204.940 𝑟11= X11

|X1|= 90

204.940= 0.4391 𝑟21= X21

|X1|= 80

204.940= 0.3903 𝑟31= X31

|X1|= 90

204.940= 0.4391 𝑟41= X41

|X1|= 80

204.940= 0.3903 𝑟51= X51

|X1|= 90

204.940= 0.4391 𝑟61= X61

|X1|= 70

204.940= 0.3415

|x2| = √902+ 902+ 802+ 902+ 802+ 902

= 212.602 𝑟12= X12

|X2|= 90

212.602= 0.4233 𝑟22= X22

|X2|= 90

212.602= 0.4233 𝑟32= X32

|X2|= 80

212.602= 0.3762 𝑟42= X42

|X2|= 90

212.602= 0.4233

𝑟52= X52

|X2|= 80

212.602= 0.3762 𝑟62= X62

|X2|= 90

212.602= 0.4233

|x3| = √702+ 882+ 602+ 812+ 772+ 802

= 187.440 𝑟13= X13

|X3|= 70

187.440= 0.3734 𝑟23= X23

|X3|= 88

187.440= 0.4694 𝑟33= X33

|X3|= 60

187.440= 0.3201 𝑟43= X43

|X3|= 81

187.440= 0.4321 𝑟53= X53

|X3|= 77

187.440= 0.4107 𝑟63= X63

|X3|= 80

187.440= 0.4268

|x4| = √502+ 802+ 652+ 902+ 902+ 602

= 181.452 𝑟14= X14

|X4|= 50

181.452= 0.2755 𝑟24= X24

|X4|= 80

181.452= 0.4408

(4)

Fince Tinus Waruwu, Copyright © 2022, MIB, Page 910 𝑟34= X34

|X4|= 65

181.452= 0.3582 𝑟44= X44

|X4|= 90

181.452= 0.4959 𝑟54= X54

|X4|= 90

181.452= 0.4959 𝑟64= X64

|X4|= 60

181.452= 0.3306

|x5| = √602+ 802+ 802+ 902+ 902+ 702

= 193.649 𝑟15= X15

|X5|= 60

193.649= 0.3098

𝑟25= X25

|X5|= 80

193.649= 0.4131 𝑟35= X35

|X5|= 80

193.649= 0.4131 𝑟45= X45

|X5|= 90

193.649= 0.4647 𝑟55= X55

|X5|= 90

193.649= 0.4647 𝑟65= X65

|X5|= 70

193.649= 0.3614

Dari perhitungan diatas diperoleh mariks R

 

 

 

 

 

 

 

 

=

3614 . 0 3306 . 0 4268 . 0 4233 . 0 3415 . 0

4647 . 0 4959 . 0 4107 . 0 3762 . 0 4391 . 0

6447 . 0 4959 . 0 4321 . 0 4233 . 0 3903 . 0

4131 . 0 3582 . 0 3201 . 0 3762 . 0 4391 . 0

4131 . 0 4408 . 0 4694 . 0 4233 . 0 3903 . 0

3098 . 0 2755 . 0 3734 . 0 4233 . 0 4391 . 0

R

2. Pembobotan pada matrik yang telah dinormalisasi. Setelah dinormalisasi, setiap kolom dari matriks R dikalikan dengan bobot-bobot (wj) yang ditentukan oleh pembuat keputusan. Sehingga, weighted normalized matriks adalah V= RW





























=

20 0 0 0 0

0 20 0 0 0

0 0 15 0 0

0 0 0 15 0

0 0 0 0 30 .

3614 . 0 3306 . 0 4268 . 0 4233 . 0 3415 . 0

4647 . 0 4959 . 0 4107 . 0 3762 . 0 4391 . 0

4647 . 0 4959 . 0 4321 . 0 4233 . 0 3903 . 0

4131 . 0 3582 . 0 3201 . 0 3762 . 0 4391 . 0

4131 . 0 4408 . 0 4694 . 0 4233 . 0 3903 . 0

3098 . 0 2755 . 0 3734 . 0 4233 . 0 4391 . 0

RW V

















=

228 . 7 612 . 6 402 . 6 349 . 6 24 . 10

294 . 9 214 . 8 161 . 6 643 . 5 17 . 13

294 . 9 214 . 8 481 . 6 349 . 6 70 . 11

262 . 8 164 . 7 801 . 4 643 . 5 17 . 13

262 . 8 816 . 8 042 . 7 349 . 6 70 . 11

696 . 6 510 . 5 605 . 5 349 . 6 17 . 13

V

3. Menentukan himpunan concordance dan disdordance index.

a. Concordance

Himpunan concordance index dihitung K=1

i=1 C11 identitas = {1,2,3,4,5,6}

i=2 C12

j=1 jika V11 ≥ V21= 13.17 ≥ 11.70 ya j = 1 j=2 jika V12 ≥ V22 = 6.349 ≥ 6.349 ya j = 2 j=3 jika V13 ≥ V23 = 5.601 ≥ 7.601 tidak

j=4 jika V14 ≥ V24 = 5.510 ≥ 8.816 tidak j=5 jika 𝑉15 ≥ 𝑉25 = 6.196 ≥ 8.262 tidak C12 = {1,2}

i=3 C13

j=1 jika V11 ≥ V31 = 13.17 ≥ 13.17 ya j = 1 j=2 jika V12 ≥ V32 = 6.349 ≥ 5.643 ya j = 2 j=3 jika V13 ≥ V33 = 5.601 ≥ 4.801 ya j = 3

j=4 jika V14 ≥ V34 = 5.510 ≥ 7.164 tidak j=5 jika V15 ≥ V35 = 6.196 ≥ 8.262 tidak C13 = {1,2 3}

i= 4 C14

j=1 jika V11 ≥ V41 = 13.17 ≥ 11.70 ya j = 1 j=2 jika V12 ≥ V42 = 6.349 ≥ 6.349 ya j = 2 8.214 tidak

j=5 jika V15 ≥ V45 = 6.196 ≥ 9.294 tidak C14 = {1,2}

i= 5 C15

j=1 jika V11 ≥ V51 = 13.17 ≥ 17.17 ya j = 1 j=2 jika V12 ≥ V52 = 6.349 ≥ 5.643 ya j = 2

(5)

Fince Tinus Waruwu, Copyright © 2022, MIB, Page 911 j=3 jika V13 ≥ V53 = 5.601 ≥ 6.161 ya j =

tidak

j=4 jika V14 ≥ V54 = 5.510 ≥ 8.214 tidak j=5 jika V15 ≥ V55 = 6.196 ≥ 9.295 tidak C15 = {1,2}

i= 6 C16

j=1 jika V11 ≥ V61 = 13.17 ≥ 10.14 ya j = 1 j=2 jika V12 ≥ V62 = 6.349 ≥ 6.349 ya j = 2 j=3 jika V13 ≥ V63 = 5.601 ≥ 6.402 ya j = tidak

j=4 jika V14 ≥ V64 = 5.510 ≥ 6.612 tidak j=5 jika V15 ≥ V65 = 6.196 ≥ 7.228 tidak C16 = {1,2}

K=2 i=1 C21

j=1 jika V21 ≥ V11 = 11.70 ≥ 13.17 tidak j=2 jika V22 ≥ V12 = 6.349 ≥ 6.349 ya j = 2 j=3 jika V23 ≥ V13 = 7.041 ≥ 5.501 ya j = 3 j=4 jika V24 ≥ V14 = 8.816 ≥ 5.510 ya j = 4 j=5 jika V25 ≥ V15 = 8.262 ≥ 6.196 ya j = 5 C21 = {2,3,4,5}

i=1 C22 identitas = {1,2,3,4,5}

i=3 C23

j=1 jika V21 ≥ V31 = 11.70 ≥ 13.17 tidak j=2 jika V22 ≥ V32 = 6.349 ≥ 5.643 ya j = 2

j=3 jika V23 ≥ V33 = 7.041 ≥ 4.801 ya j = 3 j=4 jika V24 ≥ V34 = 8.816 ≥ 7.164 ya j = 4 j=5 jika V25 ≥ V35 = 8.262 ≥ 8.262 ya j = 5 C23 = {2,3,4,5}

i=4 C24

j=1 jika V21 ≥ V41 = 11.70 ≥ 11.70 ya j = 1 j=2 jika V22 ≥ V42 = 6.349 ≥ 6.349 j=3 jika V23 ≥ V43 = 7.041 ≥ 6.481 ya j = 3 j=4 jika V24 ≥ V44 = 8.816 ≥ 8.214 ya j = 4 j=5 jika V25 ≥ V45 = 8.262 ≥ 9.294 tidak C24 = {1,2,3,4}

i=5 C25

j=1 jika V21 ≥ V51 = 11.70 ≥ 13.17 tidak j=2 jika V22 ≥ V52 = 6.349 ≥ 5.643 ya j = 2 j=3 jika V23 ≥ V53 = 7.041 ≥ 6.162 ya j = 3 j=4 jika V24 ≥ V54 = 8.816 ≥ 8.214 ya j = 4 j=5 jika V245 ≥ V55 = 8.262 ≥ 9.294 tidak C25 = {2,3,4}

i=6 C26

j=1 jika V21 ≥ V51 = 11.70 ≥ 10.245 ya j =1 j=2 jika V22 ≥ V62 = 6.349 ≥ 6.349 ya j = 2 j=3 jika V23 ≥ V63 = 7.041 ≥ 6.402 ya j = 3 j=4 jika V24 ≥ V64 = 8.816 ≥ 6.612 ya j = 4 j=5 jika V25 ≥ V65 = 8.262 ≥ 7.228 ya j = 5 b. Discordance

Himpunan discordance index dihitung berdasarkan K=1

i=1 D11 identitas = {}

i=2 D12

j=1 jika V11 < V21 = 13.17 < 11.70 tidak j=2 jika V12 < V22 = 6.349 < 6.349 tidak j=3 jika V13 < V23 = 5.601 < 7.601 ya j = 3 j=4 jika V14 < V24 = 5.510 < 8.816 ya j = 4 j=5 jika 𝑉15 < 𝑉25= 6.196 < 8.262 ya j = 5 D12 = {3,4,5}

i=3 D13

j=1 jika V11 < V31 = 13.17 < 13.17 tidak j=2 jika V12 < V32 = 6.349 < 5.643 tidak j=3 jika V13 < V33 = 5.601 < 4.801 tidak j=4 jika V14 < V34 = 5.510 < 7.164 ya j = 4 j=5 jika V15 < V35 = 6.196 < 8.262 ya j = 5 D13 = {4,5}

i= 4 D14

j=1 jika V11 < V41 = 13.17 < 11.70 tidak j=2 jika V12 < V42 = 6.349 < 6.349 tidak j=3 jika V13 < V43 = 5.601 < 6.481 ya j = 3 j=4 jika V14 < V44 = 5.510 < 8.214 ya j = 4 j=5 jika V15 < V45 = 6.196 < 9.294 ya j = 5 D14 = {3,4,5

i= 5 D15

j=1 jika V11 < V51 = 13.17 < 13.17 tidak j=2 jika V12 < V52 = 6.349 < 6.643 tidak j=3 jika V13 < V53 = 5.601 < 6.161 ya j = 3 j=4 jika V14 < V54 = 5.510 < 8.214 ya j = 4 j=5 jika V15 < V55 = 6.196 < 9.295 ya j = 5 D15 = {3,4,5}

i= 6 D16 tidak

j=4 jika V14 < V34 = 5.510 < 7.164 ya j = 4

j=5 jika V15 < V35 = 6.196 < 8.262 ya j = 5 D13 = {4,5}

i= 4 D14

j=1 jika V11 < V41 = 13.17 < 11.70 tidak j=2 jika V12 < V42 = 6.349 < 6.349 tidak j=1 jika V11 < V61 = 13.17 < 10.24 tidak j=2 jika V12 < V62 = 6.349 < 6.349 tidak j=3 jika V13 < V63 = 5.601 < 6.402 ya j = 3 j=4 jika V14 < V64 = 5.510 < 6.612 ya j = 4 j=5 jika V15 < V65 = 6.196 < 7.228 ya j = 5 D16 = {3,4,5}

K=2 i=1 D21

j=1 jika V21 < V11 = 11.70 < 13.17 ya j = 1 j=2 jika V22 < V12 = 6.349 < 6.349 tidak

j=3 jika V23 < V13 = 7.041 < 5.501 tidak j=4 jika V24 < V14 = 8.816 < 5.510 tidak j=5 jika V25 < V15 = 8.262 < 6.196 tidak D21 = {1}

i=1 D22 identitas = {}

i=3 D23

j=1 jika V21 < V31 = 11.70 < 13.17 ya j = 1 j=2 jika V22 < V32 = 6.349 < 5.643 tidak j=3 jika V23 < V33 = 7.041 < 4.801 tidak j=4 jika V24 < V34 = 8.816 < 7.164 tidak j=5 jika V25 < V35 = 8.262 < 8.262 tidak D23 = {1}

i=4 D24

j=1 jika V21 < V41 = 11.70 < 11.70 tidak j=2 jika V22 < V42 = 6.349 < 6.349 tidak j=3 jika V23 < V43 = 7.041 < 6.481 tidak j=4 jika V24 < V44 = 8.816 < 8.214 tidak j=5 jika V25 < V45 = 8.262 < 9.294 ya j = 5

(6)

Fince Tinus Waruwu, Copyright © 2022, MIB, Page 912 D24 = {5}

i=5 D25

j=1 jika V21 < V51 = 11.70 < 13.17 ya j = 1 j=2 jika V22 < V52 = 6.349 < 5.643 tidak j=3 jika V23 < V53 = 7.041 < 6.162 tidak j=4 jika V24 < V54 = 8.816 < 8.214 tidak j=5 jika V25 < V55 = 8.262 < 9.294 ya j = 5 tidak

j=3 jika V23 < V33 = 7.041 < 4.801 tidak j=4 jika V24 < V34 = 8.816 < 7.164 tidak j=5 jika V25 < V35 = 8.262 < 8.262 tidak D23 = {1}

i=4 D24

j=1 jika V21 < V41 = 11.70 < 11.70 tidak j=2 jika V22 < V42 = 6.349 < 6.349 tidak

j=3 jika V23 < V43 = 7.041 < 6.481 tidak j=4 jika V24 < V44 = 8.816 < 8.214 tidak

j=5 jika V25 < V45 = 8.262 < 9.294 ya j = 5 D24 = {5}

i=5 D25

j=1 jika V21 < V51 = 11.70 < 13.17 ya j = 1 j=2 jika V22 < V52 = 6.349 < 5.643 tidak j=3 jika V23 < V53 = 7.041 < 6.162 tidak j=4 jika V24 < V54 = 8.816 < 8.214 tidak j=5 jika V25 < V55 = 8.262 < 9.294 ya j = 5 D25 = {1,5}

i=6 D26

j=1 jika V21 < V51 = 11.70 < 10.24 tidak j=2 jika V22 < V62 = 6.349 < 6.349 tidak j=3 jika V23 < V63 = 7.041 < 6.402 tidak j=4 jika V24 < V64 = 8.816 < 6.612 tidak j=5 jika V25< V65 = 8.262 < 7.228 tidak D26 = {}

4. Menghitung matriks concordance dan discordance.

a. Menghitung matriks concordance 𝐶12 =𝑤1+𝑤2 = 30+15 = 45 𝐶13 =𝑤1+𝑤2+ 𝑤3 = 30+15+15 =60 𝐶14 =𝑤1+𝑤2 = 30+15=45

𝐶15 =𝑤1+𝑤2 = 30+15 = 45 𝐶16 =𝑤1+𝑤2 = 30+15 = 45

𝐶21 =𝑤2+𝑤3+𝑤4+ 𝑤5 = 15+15+20+20= 70 𝐶23 =𝑤2+𝑤3+𝑤4+ 𝑤5 = 15+15+20+20 = 70 𝐶24 =𝑤1+𝑤2+ 𝑤3 + 𝑤4= 30+15+15+20= 80 𝐶25 =𝑤2+ 𝑤3 +𝑤4=15+15+20= 50

𝐶26 =𝑤1+ 𝑤2+ 𝑤3 +𝑤4+𝑤5=30+15+15+20+20= 100 𝐶31 =𝑤1+𝑤4+ 𝑤5 = 30+20+20 = 70 𝐶32 =𝑤1+𝑤5 = 30+20 = 50

𝐶34 =𝑤1 = 30

𝐶35 =𝑤1+𝑤2 = 30+15= 45

𝐶36 =𝑤1+𝑤4+ 𝑤5 = 30+20+20= 70

𝐶41 =𝑤2+𝑤3+𝑤4+ 𝑤5 = 15+15+20+20= 70 𝐶42 =𝑤1+𝑤2+𝑤5 = 30+15+20= 65

𝐶43 =𝑤2+𝑤3+𝑤4+ 𝑤5 = 15+15+20+20= 70 𝐶45 =𝑤2+𝑤3+𝑤4+ 𝑤5 = 15+15+20+20= 70

𝐶46 =𝑤1+ 𝑤2+𝑤3+𝑤4+ 𝑤5 = 30+15+15+20+20= 100 𝐶51 =𝑤1+𝑤3+ 𝑤4+ 𝑤5 = 30+15+20+20 = 85

𝐶52 =𝑤1+ 𝑤5 = 30+20 = 50

𝐶53 =𝑤1+𝑤2+𝑤3+𝑤4+ 𝑤5 = 30+15+15+20+20= 100 𝐶54 =𝑤1+𝑤4+ 𝑤5 = 30+20+20=70

𝐶56 =𝑤1+𝑤4+ 𝑤5 = 30+20+20= 70 𝐶61 =𝑤2+𝑤3+𝑤4+ 𝑤5 = 15+15+20+20= 70 𝐶62 =𝑤2 = 15

𝐶63 =𝑤2+𝑤3 = 15+15= 30 𝐶64 =𝑤2 = 15

𝐶65 =𝑤2+𝑤3 = 15+15= 30 Jadi, matriks concordance adalah:

















=

30 15 30 15 70

70 70

100 50 85

100 70 70

65 70

70 45 30 50

70

100 50 80 70 70

45 45 45 60 45

C

b. Menghitung matriks discordance

(7)

Fince Tinus Waruwu, Copyright © 2022, MIB, Page 913 𝐷12 = max {|𝑣1𝑗−𝑉2𝑗 |} 𝑗∈𝐷12

max {|𝑣1𝑗−𝑉2𝑗 |} ∀𝑗

𝐷12 = max {5.510−8.816|;|6.196−8.262}

max {|13.17−11.70|;|6.349−6.349|;|5.601−7.041|;|5.510−8.816|;|6.196−8.262|}

= max {3.306;2.066}

max {1,470;0;1.440;3.306;2.066}

= 3.306

3.306 = 1

𝐷13 = max {|𝑣1𝑗−𝑉3𝑗 |} 𝑗∈𝐷12 max {|𝑣1𝑗−𝑉3𝑗 |} ∀𝑗

𝐷13 = max {6.169−8.262}

max {|13.17−13.17|;|6.349−5.643|;|5.601−4.801|;|5.510−7.164|;|6.196−8.262|}

= max {2.066}

max {0;0.706;0,885;1.545;2.066}

= 2.066

2.066 = 1

𝐷14 = max {|𝑣1𝑗−𝑉4𝑗 |} 𝑗∈𝐷12 max {|𝑣1𝑗−𝑉4𝑗 |} ∀𝑗

𝐷14 = max {5.510−8.214|;|6.196−9.294}

max {|13.17−11.70|;|6.349−6.349|;|5.601−6.481|;|5.510−8.214|;|6.196−9.294|}

= max {2.704;3.098}

max {1.470;0;2.613;2.704;3.098}

= 3.098

3.098 = 1

𝐷15 = max {|𝑣1𝑗−𝑉5𝑗 |} 𝑗∈𝐷12 max {|𝑣1𝑗−𝑉5𝑗 |} ∀𝑗

𝐷15 = max {6.349−5.643}

max {|13.17−13.17|;|6.349−5.643|;|5.601−6.161|;|5.510−8.214|;|6.196−9.294|}

= max {0.706}

max {0;0.706;0.560;2.704;3.098}

= 0.706

3.098 = 0.227 𝐷16 = max {|𝑣1𝑗−𝑉6𝑗 |} 𝑗∈𝐷12

max {|𝑣1𝑗−𝑉6𝑗 |} ∀𝑗

𝐷16 = max {6.169−7.228}

max {|13.17−10.25|;|6.349−6.349|;|5.601−6.402|;|5.510−6.612|;|6.196−7.228|}

= max {1.032}

max {2.930;0;0.801;1.102;1.032}

= 1.032

2.930 = 0.352 𝐷21 = max {|𝑣2𝑗−𝑉1𝑗 |} 𝑗∈𝐷12

max {|𝑣2𝑗−𝑉1𝑗 |} ∀𝑗

𝐷21 = max {11.70−13.17}

max {|11.70−13.17|;6.349−6.349;|7.041−5.601|;8.816−5.510;|8.262−6.196|}

= max {1.470}

max {1,470;0;1.440;3.306;2.066}

= 1.470

3.306 = 0.444 𝐷23 = max {|𝑣2𝑗−𝑉3𝑗 |} 𝑗∈𝐷12

max {|𝑣2𝑗−𝑉3𝑗 |} ∀𝑗

𝐷23 = max {11.70−13.17}

max {|11.70−13.17|;6.349−5.643;|7.041−4.801|;8.816−7.164|;|8.262−8.262|}

= max {1.470}

max {1.470;0.706;2.240;1.652;0}

= 1.470

2.240 = 0.656 𝐷24 = max {|𝑣2𝑗−𝑉4𝑗 |} 𝑗∈𝐷12

max {|𝑣2𝑗−𝑉4𝑗 |} ∀𝑗

𝐷24 = max {8.262−9.294}

max {|11.70−11.70|;6.349−6.349;|7.041−6.481|;8.816−8.214;|8.262−9.294|}

= max {1.032}

max {0;0;0.560;0.602;1.032}

= 1.032

1.032 = 1

𝐷25 = max {|𝑣2𝑗−𝑉5𝑗 |} 𝑗∈𝐷12 max {|𝑣2𝑗−𝑉5𝑗 |} ∀𝑗

𝐷25 = max {11.70−13.17|;|8.262−9.294}

max {|11.70−13.17|;6.349−5.643;|7.041−6.612|;8.816−8.214;|8.262−9.294|}

= max {1.470;1.032}

max {1.470;0.706;0.880;0.602;1.032}

(8)

Fince Tinus Waruwu, Copyright © 2022, MIB, Page 914 = 1.470

1.470 = 1

𝐷26 = max {|𝑣2𝑗−𝑉6𝑗 |} 𝑗∈𝐷12 max {|𝑣2𝑗−𝑉6𝑗 |} ∀𝑗

𝐷26 = max {11.70−10.24|;|8.262−7.228}

max {|11.70−0.24|;6.349−6.349;|7.041−6/402|;8.816−6.612;|8.262−7.228|}

= max {1.460;1.034}

max {1.760;0.880;0.955;2.204;1.034}

= 1.460

2.204 = 0.662

Jadi matriks discordance adalah:

















=

1 707 . 0 546 . 0 0 1

1 681

. 0 0 599 . 0 181 . 0

706 . 0 1 875

. 0 0 474 . 0

546 . 0 1 614 . 0 1

413 . 0

662 . 0 1 1

656 . 0 444

. 0

352 . 0 227 . 0 1 1

1

D

5. Menentukan matriks dominan concordance dan discordance.

a. Menghitung matriks dominan concordance Nilai threshold (c) adalah

C =

45+60+45+45+45+70+70+80+50+100+70+50+30+45+70+70+65+70+70+

100+85+50+100+70+70+70+15+30+15+30 6(6−1)

= 1785

30 = 59.5

Elemen matriks F ditentukan sebagai berikut:

𝑓𝑘𝑙={1, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑐𝑘𝑙≥ 𝑐 0, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑐𝑘𝑙 <𝑐

Sehingga matriks dominan concordance adalah

















=

0 0 0 0 1

1 1 1 0 1

1 1 1 1 1

1 0 0 0 1

1 0 1 1 1

0 0 0 1 0

F

b. Menghitung matriks dominan discordance Nilai threshold (d) adalah (3.8)

D =

1+1+1+0.227+0.352+0.444+0.656+1+1+0.662+0.314+1+

0.614+1+0.546+0.474+0+0.875+1+0.706+0.181 +0.599+0+0.681+1+1+0+0.546+0,707+1

6(6−1)

=19.68

30 = 0,67

Dan elemen matriks G ditentukan sebagai berikut:

𝑔𝑘𝑙={1, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑐𝑘𝑙≥ 𝑑 0, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑐𝑘𝑙 < 𝑑

Sehingga matriks dominan discordance adalah

















=

1 1 0 0 1

1 1 0 0 0

1 1 1 0 0

0 1 0 1 0

0 1 1 0 0

0 0 1 1 1

G

6. Menentukan aggregate dominance matriks.

Rumus umum untuk anggota matriks aggregate dominance adalah 𝑒12=𝑓12x𝑔12 =0x1= 0

𝑒13=𝑓13x𝑔13 =1x1= 1

(9)

Fince Tinus Waruwu, Copyright © 2022, MIB, Page 915 𝑒14=𝑓14x𝑔14 =0x1= 0

𝑒15=𝑓15x𝑔15 =0x0= 0 𝑒16=𝑓16x𝑔16 =0x0= 0 𝑒21=𝑓21x𝑔21 =1x0= 0 𝑒23=𝑓23x𝑔23 =1x0= 0 𝑒24=𝑓24x𝑔24 =1x1= 1 𝑒25=𝑓25x𝑔25 =0x1= 0 𝑒26=𝑓26x𝑔26 =1x0= 0

Sehingga matriks aggregate dominance adalah

















=

0 0 0 0 1

1 1 0 0 0

1 1 1

0 0

0 0 0 0

0

0 0 1 0 0

0 0 0 1 0

E

7. Eliminasi alternatif yang less favourable.

Matriks E memberikan urutan pilihan dari setiap alternatif, yaitu bila 𝑒𝑘𝑙=1 maka alternatif 𝐴𝑘 merupakan alternatif yang lebih baik dari pada 𝐴1. Sehingga, baris dalam matriks E yang memiliki jumlah 𝑒𝑘𝑙=lebih banyak dapat dieliminasi. Dengan demikian, 𝐴4 lebih baik dari 𝐴1. 𝐴4 jika dibandingkan dengan 𝐴2, alternatif 𝐴4 lebih baik dari 𝐴2 karena memiliki jumlah angka 1 yang lebih banyak. Jika 𝐴4 dibandingkan dengan 𝐴3dan 𝐴5 alternatif 𝐴3 lebih dibandingkan alternatif lainnya dan 𝐴4 dibandingkan dengan 𝐴6 , alternatif 𝐴4 lebih baik dibandingkan 𝐴6 dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Perhitungan

Alternatif Kriteria

C1 C2 C3 C4 C5

A4 0 0 1 1 1

A5 0 0 0 1 1

A6 1 0 0 0 0

A2 0 0 1 0 0

A1 0 1 0 0 0

A3 0 0 0 0 0

Tabel 4. Perengkingan Alternatif Alternatif Rangking

A1 5

A2 4

A3 6

A4 1

A5 2

A6 3

Berdasarkan perhitungan Alternatif, Maka A4, terpilih menjadi alternatif terbaik dalam Menentukan penerima penghargaan Adiwiyata.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa proses menentukan penerima penghargaan adiwiyata dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan oleh kementerian lingkungan hidup yaitu kebijakan berwawasan lingkungan, pelaksanaan kurikulum berbasisi lingkungan, kegiatan berbasis partisipatif, pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan dan hasil karya. Metode ELECTRE merupakan metode pengambilan keputusan multikriteria berdasarkan pada konsep outranking artinya dapat mengurutkan dan memberi peringkat dalam menentukan penerima penghargaan adiwiyata, sehingga dapat memberikan hasil yang lebih. Sistem Pendukung Keputusan menentukan penerima penghargaan adiwiyata mampu menampilkan peringkat tertinggi hingga terendah sebagai bahan pertimbangan dan alat bantu dalam mengambil keputusan.

REFERENCES

(10)

Fince Tinus Waruwu, Copyright © 2022, MIB, Page 916 [1] D. Z. S. MT, “Metode Elimination and Choice Translation Metode Elimination and Choice Translation Reality (

ELECTRE ) dan Fuzzy Kurva-S Untuk Pemilihan Rumah di Kota Medan,” no. November 2016, 2017.

[2] F. Setiawan, F. Indriani, and Muliadi, “Implementasi Metode Electre Pada Sistem Pendukung Keputusan SNMPTN Jalur Undangan,” Kumpul. J. Ilmu Komput., vol. 02, no. 02, pp. 88–101, 2015.

[3] “PROS_O Pareira, Alb. J Santoso, P Ardanari_Sistem Pendukung Keputusan_fulltext.pdf.” .

[4] D. I. Mtsn, B. Sukoharjo, and K. Huda, “Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Siswa Terbaik Dengan Metode Promethee Bebasis Web Di Mtsn Bendosari Sukoharjo,” J. Teknol. Inf. dan Komun., vol. 4, no. 1, pp. 1–6, 2016.

[5] I. Oktariani and J. Jauhari, “Sistem Pendukung Keputusan Berbasis Mobile Untuk Penentuan Kredit Modal Kerja ( Kmk ) Pada Suatu Bank.”

[6] T. Limbong et al., Sistem Pendukung Keputusan: Metode & Implementasi. Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020.

[7] J. E. and L. T. P. Turban, A. Efraim, Decision Support System and Intelegence Systems, 7th ed. Jogjakarta: Penerbit Andi, 2015.

[8] S. Kusumadewi, S. Hartati, A. Harjoko, and Retantyo Wardoyo, Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (FUZZY MADM). 2006.

[9] D. Nofriansyah, Konsep Data Mining Vs Sistem Pendukung Keputusan. 2015.

[10] D. Nofriansyah and S. Defit, Multi Criteria Decision Making (MCDM) pada Sistem Pendukung Keputusan. 2018.

[11] Kusrini, Konsep Dan Aplikasi Pemdukung Keputusan. Yogyakarta: Andi, 2007.

[12] A.-B. Bin Ladjamudin, Analisis dan Desain Sistem Informasi. Tangerang: Graha Ilmu, 2005.

[13] Mesran, G. Ginting, Suginam, and R. Rahim, “Implementation of Elimination and Choice Expressing Reality ( ELECTRE ) Method in Selecting the Best Lecturer ( Case Study STMIK BUDI DARMA ),” Int. J. Eng. Res. Technol.

(IJERT, 2017.

[14] M. Mesran, R. Rusiana, and M. Sianturi, “Decision Support System for Termination of Employment using Elimination and Choice Translation Reality Method,” J. Teknol. dan Sist. Komput., vol. 6, no. 4, p. 135, 2018.

[15] M. Mesran, A. Rizki, and N. Silalahi, “Application of Multi Criteria Supporting Elemination and Choice Translation Reality (ELECTRE) Decision in Determining Scholarship Recipients for Employee Children at PT. Nusira,” IJICS (International J. Informatics Comput. Sci., vol. 3, no. 1, pp. 15–23, 2019.

[16] T. Suryanto, R. Rahim, and A. S. Ahmar, “Employee Recruitment Fraud Prevention with the Implementation of Decision Support System,” J. Phys. Conf. Ser., vol. 1028, no. 1, 2018.

[17] Mesran, Pristiwanto, and D. Sihombing, “IMPLEMENTASI METODE ELECTRE DALAM MENENTUKAN RICE COOKER TERBAIK,” J. Telemat., vol. 11, no. 2, pp. 43–54, 2018.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan yang terjadi, penulis dalam penelitian ini membuat sistem pendukung keputusan Menentukan Penerima Beasiswa Berprestasi Menggunakan Fuzzy Multiple

Berdasarkan hasil penerapan metode PROMETHEE II pada pemilihan penerima bantuan bedah rumah, maka dapat disimpulkan bahwa Sistem pendukung keputusan untuk

Sehingga dalam penyelesaiannya diperlukan sebuah Sistem Pendukung Keputusan (SPK). SPK dapat membantu Kepala Sekolah dalam menentukan keputusan bakal calon staf kurikulum

Dapat dilihat dari penelitian sebelumnya yang berjudul “Sistem Pendukung Keputusan Dengan Menggunakan Metode ELECTRE Dalam Menentukan Penerima Program Indonesia Pintar

Untuk itu diperlukan suatu Sistem Pendukung Keputusan (SPK) yang dapat memperhitungkan segala kriteria yang mendukung pengambilan keputusan guna membantu, mempercepat dan

Diperlukan sebuah Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dalam menentukan kriteria penerimaan dana BOS, untuk memperoleh hasil yang optimal dan dapat mengatasi

Sistem pendukung keputusan untuk memilih penerima bantuan sosial menggunakan kombinasi metode Electre dan Roc, untuk memastikan penerima bantuan dipilih secara lebih

Penelitian ini bertujuan untuk membangun dan mengembangkan sistem pendukung keputusan dan implementasi data mining untuk membantu pemerintah daerah dalam menentukan kelayakan penerima