Penerapan Metode Server In Random Order (SIRO) Pada Aplikasi Billing Ruang Karaoke Berbasis Local Area Network (LAN)
Sobirin Harahap, Pristiwanto
Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budi Darma, Medan, Indonesia Jalan Sisingamangaraja No. 338 Medan, Indonesia
Abstrak
Karaoke adalah sebuah fasilitas hiburan yang memungkinkan seseorang dapat bernyanyi dengan baik yang diiringi musik tanpa harus menghafal lirik lagunya. Fasilitas lain pada sebuah karaoke adalah dapat mengatur tinggi rendah sebuah nada lagu, mengatur tempo lagu, mengatur suara latar serta vokal si penyanyi. Untuk mengelola sebuah karaoke dengan baik, maka dilakukan pengaturan antrian tamu yang hendak memasuki ruang serta pemutaran lagu. Pemutaran lagu pada ruang karaoke dilakukan pada komputer server maupun pada komputer client dengan menggunakan fasilitas jaringan komputer. Komputer server berguna sebagai sumber data baik data tamu, data lagu serta data billing. Karena ruang karaoke jumlahnya terbatas, maka untuk mengatur antrian tamu yang hendak memasuki ruang diatur dengan metode antrian Serve In Random Order (SIRO). Dengan menggunakan metode antrian SIRO dan jaringan LAN pada pengelolaan karaoke, maka pembuatan dan pelaporan penerimaan karaoke dapat dibuat dengan cepat.
Kata Kunci : Karaoke, Antrian, SIRO,LAN.
Abstract
Karaoke is an entertainment facility that allows one to sing well accompanied by music without having to memorize the lyrics of the song. Another facility at a karaoke is being able to adjust the high and low tones of a song, adjust the tempo of the song, adjust the background sound and vocals of the singer. To manage a karaoke properly, a guest queue is arranged to enter the room and the song is played. Song playback on the karaoke room is done on the server computer or on the client computer using computer network facilities. The server computer is useful as a source of data for guest data, song data and billing data.
Because the karaoke room is limited, then to arrange the queue of guests who want to enter the room is arranged by the Serve In Random Order (SIRO) queue method. By using the SIRO queue method and LAN network on karaoke management, the making and reporting of karaoke receipts can be made quickly.
Keywords: Karaoke, Queue, SIRO, LAN.
1. PENDAHULUAN
Jaringan komputer adalah sekelompok komputer otonom (standalone) yang terhubung antara satu dengan yang lainnya menggunakan protokol komunikasi melalui media transmisi kabel ataupun tanpa kabel (wireless) sehingga dapat berbagi (sharing) informasi dan penggunaan sumber daya [1]. Manfaat jaringan komputer meliputi manfaat jaringan komputer untuk organisasi/perusahaan dan manfaat jaringan komputer untuk umum. Kemajuan dibidang teknologi informasi telah memungkinkan institusi-institusi hiburan (entertaiment) ataupun organisasi dan bahkan pribadi melakukan interaksi satu sama lainnya melalui jaringan komputer. Perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat ini sangat mendukung pemrosesan transfer data yang relatif lebih cepat dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.
Karena kepopuleran karaoke di tengah-tengah masyarakat, maka muncul bisnis hiburan yang berbasis karaoke dengan tarif yang disesuaikan dengan tingkatan fasilitasnya. Tingkatan fasilitas yang umum pada sebuah karaoke adalah jenis ruangan dengan fasilitas pendingin udara, kualitas suara karaoke, ragam lagu pilihan serta kapasitas tamu. Agar bisnis karaoke dapat memberikan keuntungan, maka diperlukan sebuah mekanisme pengelolaan yang baik dari segi manajemen maupun teknis. Pengelolaan karaoke dari segi manajemen adalah pengaturan kepegawaian dan operasional. Sedangkan pengaturan dari segi operasional adalah penetapan tarif-tarif yang sesuai dengan fasilitas yang diberikan kepada tamu karaoke. Pengelolaan karaoke dari segi teknis adalah pengaturan pengadaan peralatan, pemeliharaan serta penyempurnaan peralatan (push device) agar kualitas karaoke dapat terjaga. Pada umumnya dalam pengoperasian karaoke, petugas melakukan pencatatan tamu yang datang, menempatkan tamu sesuai dengan pilihan jenis ruangan serta melayani pemutaran lagu sesuai dengan pilihan lagu. Dalam pembuatan tagihan (billing), petugas melakukan perhitungan dengan bantuan kalkulator serta untuk pembuatan laporan harian penerimaan karaoke petugas sudah menggunakan komputer tetapi masih dilakukan dengan bantuan program pengolahan kata (word processing). [2].
2. LANDASAN TEORI
2.1 Antrian
Teori antrian pertama kali dikemukakan dan dikembangkan oleh AK. Erlang, seorang insinyur Denmark pada tahun 1910. Teori antrian adalah teori yang menyangkut studi matematis dari antrian-antrian atau baris-baris
penungguan. Sedangkan suatu proses antrian (queueing process) adalah suatu proses yang berhubungan dengan kedatangan seorang pelanggan pada suatu fasilitas pelayanan, kemudian menunggu dalam suatu baris (antrian) jika semua pelayannya sibuk, dan akhirnya meninggalkan fasilitas tersebut [2].
Ukuran-ukuran kinerja dapat dipergunakan untuk menganalisis operasi situasi antrian untuk maksud pembuatan rekomendasi tentang rancangan sistem tersebut. Ukuran kinerja sistem seperti Ls, Lq, Ws dan Wq, dimana :
Ls = jumlah pelanggan yang diperkirakan dalam sistem Lq = jumlah pelanggan yang diperkirakan dalam antrian Ws = waktu menunggu yang diperkirakan dalam sistem Wq = waktu menunggu yang diperkirakan dalam antrian Ada beberapa sistem di dalam antrian, yaitu :
1. Satu antrian satu pelayanan (Single Channel Single Phase)
2. Satu antrian beberapa pelayanan seri (Single Channel Multiple Phase) 3. Satu antrian beberapa pelayanan paralel (Multiple Channel Single Phase).
2.2
Notasi Kendall
Notasi (a/b/c);(d/e/f) pada awalnya dirancang oleh D. G. Kendall (1953) dalam bentuk (a/b/c) dan dikenal dalam literatur sebagai notasi Kendall. Selanjutnya, Lee (1966) menambahkan simbol d dan e dalam notasi Kendall tersebut, kemudian ditambahkan dengan simbol f, yang mewakili kapasitas sumber pemanggilan. Simbol-simbol a, b, c, d, e, dan f adalah unsur-unsur dasar dari model ini sebagai berikut:
a = distribusi kedatangan
b = distribusi waktu pelayanan (atau keberangkatan) c = jumlah pelayan paralel (c = 1, 2, … , ∞)
d = peraturan pelayanan (FCFS, LSCF, SIRO)
e = jumlah maksimum yang diijinkan dalam sistem (dalam antrian + pelayanan) f = ukuran sumber pemanggilan [3].
2.3 Model Antrian (M/G/1):(GD/∞/∞)
Suatu sistem dimana pelanggan telah selesai dilayani dan pelayanan itu dimulai lagi untuk pelayanan berikutnya dalam antrian, maka waktu pelayanan tersebut berdistribusi random. Fungsi distribusi kumulatif (CDF) dari waktu pelayanan tersebut ditunjukkan dengan F(t) dan fungsi densitasnya dengan f(t) jika ada. Proses kedatangan ini dinamakan Poisson, dimana peristiwa dari kedatangan para pelanggan dapat terjadi lebih dari satu kali pada selang waktu atau ruang dengan parameter λ [3].
Proses antrian saluran tunggal dengan kedatangan Poisson.
dan pelayanan umum dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Sistem Antrian Dengan :
n = jumlah pelanggan dalam sistem t = waktu untuk melayani pelanggan k = jumlah pelanggan yang baru datang n’ = jumlah pelanggan setelah dilayani.
Dari gambar itu memperlihatkan bahwa:
(1)
Dari persamaan (1), jika dalam sistem n = 0, maka sistem kosong atau tidak ada pelanggan dalam antrian dan tidak ada yang dilayani. Berarti jumlah pelanggan yang akan dilayani hanya akan sama dengan k (jumlah pelanggan yang baru datang).
Berdasarkan pengertian tersebut, untuk mengetahui besar peluang atau probabilitas dari k kedatangan, maka:
(2) Karena kedatangan yang terjadi mengikuti distribusi Poisson dan berdasarkan persamaan:
(3)
maka peluang kedatangan k pada saat t adalah:
(4)
Misalkan jumlah pelanggan setelah dilayani n` sama dengan j dan jumlah pelanggan dalam sistem n, yaitu pelanggan yang belum dilayani dan yang sedang dilayani sama dengan i, maka dari persamaan (1.) menjadi:
(5)
2.4 Displin Layanan Server In Random Order (SIRO)
Displin layanan SIRO adalah pelayanan diberikan dimana panggilan berdasarkan pada peluang secara acak dimana pelayanan tidak berdasarkan waktu kedatangan entitas yang dilayani. Metode ini banyak diterapkan pada pengambilan nomor undian, arisan serta pada fasilitas umum yang membutuhkan layanan berdasarkan jenis fasilitas.
Gambar 2. Layanan Dengan Metode SIRO Keterangan:
a. Garis panah putus-putus adalah order layanan ke server dari sejumlah entitas
b. Garis panah adalah layanan yang diberikan sesuai dengan order yang masuk dari entitas.
3. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pelanggan datang ke ruang sebuah karaoke membentuk antrian untuk mendapatkan layanan karaoke. Untuk menetapkan biaya pemakaian karaoke maka, setiap ruangan VIP (very important personal) mempunyai tarif ruangan serta tarif lagu sedang ruang Hall hanya mempunyai tarif lagu saja. Order lagu untuk setiap ruangan dilakukan dengan menulis nama lagu pada kertas order. Skema ruang karaoke dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 4. Skema Ruang Karaoke Keterangan:
Ruang kasir untuk aplikasi ini berisi komputer server dan sekaligus komputer yang digunakan kasir untuk mencetak billing.
Dalam melayani tamu untuk pemutaran lagu pilihan pada ruang karaoke, dilakukan dengan metode SIRO, dimana tamu yang menyampaikan kertas order lagu kepada petugas adalah tamu yang terpilih secara acak (random). Lagu yang diputar tersebut dapat berasal dari tamu yang belakangan datang atau lebih dahulu datang.
Model pelayanan pemutaran lagu dengan metode SIRO dapat dilihat pada Gambar 5..
Gambar 5. Model Layanan Pemutaran Lagu Dengan Metode SIRO Keterangan:
Pada Gambar 3.2 dapat dilihat bahwa:
1. Urutan kedatangan tamu adalah sesuai dengan nama identitas tamu yang diberi dengan nomor urut misalnya Tamu-1 adalah tamu yang pertama sekali datang dan seterusnya.
2. Pengisian kertas order dilakukan dengan nomor urut tamu secara acak, misalnya kertas order nomor 1 berisi lagu permintaan dari tamu nomor 3 (Tamu-3), kertas order nomor 2 berisi lagu permintaan dari tamu nomor 4 (Tamu-4) dan seterusnya maksimal kertas order ke 20.
3. Pelayanan pemutaran lagu dilakukan dengan urutan nomor kertas order mulai dari nomor 1 dan seterusnya, tetapi tamu yang dilayani dengan urutan 3, 4 dan 5.
Melihat aliran kertas order yang datang ke meja petugas secara acak, maka layanan pemutaran lagu juga harus dilakukan secara acak.
Perhitungan billing dilakukan setelah tamu selesai menggunakan ruang karaoke baik ruang VIP maupun ruang Hall. Komponen biaya pada billing untuk penggunaan ruang VIP berbeda dengan komponen biaya pada ruang Hall yang dapat dilihat seperti Tabel 1.
Tabel 1. Biaya Biling
Jenis Biaya/Jenis Ruang Komponen Biaya
VIP Hall
Biaya Ruang per Jam (Rp) 50.000,- Tidak ada Biaya Lagu per lagu (Rp) 2.000,- 1.000,-
Dari tabel diatas dapat dihitung billing untuk setiap jenis ruangan, misalnya untuk pembuatan billing ruang VIP
1. Biaya ruang = Rp. 50.000 x 2,5 jam = Rp. 125.000,- 2. Biaya lagu = Rp. 2.000 x 50 lagu = Rp. 100.000,-
Jadi total biaya billing ruang VIP = Rp. 125.000 + Rp 100.000 = Rp. 225.000,-
Untuk pembuatan billing ruang Hll dengan pemutaran lagu sebanyak 25 lagu, maka biaya billingnya adalah:
Rp. 1000 x 25 = Rp. 25.000,-
Dengan data di atas, maka dapat diperoleh laporan penerimaan karaoke dengan cara mengumpulkan dan menjumlahkan semua billing yang telah dilunasi.
Adapun Arsitektur jaringan komputer untuk sebuah karaoke adalah menggabungkan kelebihan atau keuntungan jaringan peer-to peer dengan server-based. Karena fungsi sekuritas kurang menjadi prioritas, maka sistem operasi jaringan yang digunakan sama untuk setiap komputer. Sistem operasi Windows XP dapat digunakan untuk menyediakan resource dalam jaringan, jadi komputer client yang berada pada ruang karaoke dan komputer server pada kasir dapat menggunakan sistem operasi Windows XP untuk mengakses resource yang disediakan pada server. Kombinasi Jaringan Peer-to-peer dan Server-Based dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 6. Arsitektur Jaringan Peer-to-peer dan Server-Based
Agar komputer server dapat memutar lagu pada ruang karaoke, maka diperlukan manajemen jaringan pengaturan kabel data dan pemberian alamat setiap komputer sesuai dengan klasnya yaitu jenis local area network (LAN) yang ber kelas C. Pada kelas C, byte pertama dimulai dari 192 sampai 223 dengan range IP mulai dari 192.0.0.xxx sampai 223.255.255.xxx. Pada aplikasi karaoke ini, komputer yang digunakan berjumlah 3 buah yaitu satu komputer untuk server, satu untuk ruang VIP yang mempunyai tarif ruang dan lagu dan satu lagi untuk ruang Hall yang hanya mempunyai tarif lagu saja.
4. IMPLEMENTASI
Implementasi Billing pada ruang Karaoke berbasis Jaringan LAN ini adalah hasil dari perancangan program yang terdiri dari tampilan menu utama dan tampilan sub menu-menu program.
1. Tampilan Menu Utama
Gambar 7. Tampilan Menu Utama 2. Tampilan Billing Karaoke
Server Kasir
Client VIP-1
Client Hall
192.168.1.2
Hub 4 port
Printer
192.168.1.3 192.168.1.4
Gambar 8. Tampilan Billing Karaoke Keterangan:
Pada Gambar 8. di atas, selanjutnya pilih tombol Data Tamu untuk pemasukan data tamu yang datang dan hasilnya seperti pada Gambar 9.
Gambar 9. Tampilan Billing Karaoke Data Tamu 3. Tampilan Data User
Gambar 10. Tampilan Data User
4. Tampilan Data Lagu.
Gambar 11. Tampilan Data Lagu 5. Tampilan Data Ruang
Gambar 12. Tampilan Data Ruang F. Tampilan Laporan Karaoke
Gambar 13. Tampilan Laporan Karaoke
5. KESIMPULAN
Setelah mengimplementasikan aplikasi billing pada ruang karaoke berbasis jaringan LAN maka dapat diambil kesimpulan bahwa perangkat lunak ini dapat:
1. Agar komputer server dapat memutar lagu pada ruang karaoke, maka diperlukan manajemen jaringan pengaturan kabel data dan pemberian alamat setiap komputer sesuai dengan klasnya yaitu jenis local area network (LAN) yang ber kelas C. Pada kelas C, byte pertama dimulai dari 192 sampai 223 dengan range IP mulai dari 192.0.0.xxx sampai 223.255.255.xxx. Pada aplikasi karaoke ini, komputer yang digunakan berjumlah 3 buah yaitu satu komputer untuk server, satu untuk ruang VIP yang mempunyai tarif ruang dan lagu dan satu lagi untuk ruang Hall yang hanya mempunyai tarif lagu saja
2. Mengoperasikan aplikasi billing karaoke secara jaringan LAN.
REFERENCES
[1] Bronson, R., “Teori dan Soal-Soal Operation Reserch”, PT Gelora Aksara Pratama, 1991.
[2] Gross, D and Harris, C. M., “Fundamental of Queueing Theory”, Third Edition. New York. John Wiley and Sons, INC., 1998.
[3] Jogiyanto HM., MBA., Akt., Ph.D, “Analisis Dan Desain”, Penerbit ANDI Yogyakarta, 1989.
[4] Kakiay, T.J., “Dasar Teori Antrian Untuk Kehidupan Nyata”, Yogyakarta. Penerbit Andi, 2004.
[5] Kurniadi, Adi. 2000. “Pemrograman Microsoft Visual Basic 6”. Jakarta. Penerbit: Elex Media Komputindo.
[6] Sridadi, Bambang, “Pemodelan Dan Simulasi Sistem”, Penerbit Informatika, Bandung. 2009 [7] Taha, H.A., “Riset Operasi Jilid 2” , Penerbit Binarupa Aksara Jakarta, 1998.
[8] Wahana Komputer, ”Buku Pintar Penanganan Jaringan Komputer”, Penerbit ANDI Yogyakarta, 2001.
[9] Yani, Ahmad, “Panduan Menjadi Teknisi Jaringan Komputer”. Penerbit Kawan Pustaka, Bandung, 2008 [10] Zakaria, Teddy Marcus, “Konsep dan Implementasi Struktur Data”, Penerbit Informatika, Bandung, 2005