• Tidak ada hasil yang ditemukan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "penerapan model pembelajaran kooperatif tipe"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DISERTAI LDS BERGAMBAR

TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMAN 3 LENGAYANG

Ria Utami1, Mulyati2, Ria Kasmeri2

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]

ABSTRACT

This research is motivated by the low learning outcomes of biology students of class XI SMAN 3 Lengayang. This is due to the lack of variation of biology teacher in using the method, and strategy and not yet using the learning model, making the learning process that has not activated the students. In addition, teachers only use the blackboard media on the material of the human reproductive system and students become passive listeners only when learning takes place. To overcome these problems, used Think-pair-share model with illustrated LDS. This study aims to find out the application of cooperative learning model type Think-pair-share with LDS pictorial to the biology learning result of grade XI SMAN 3 Lengayang students. The type of research is experiment with Randomized Control Group Only Design. The population in this research is all students of class XI SMAN 3 Lengayang in second semester of academic year 2016/2017 consisting of 3 classes. Sampling using purposive sampling technique so that selected experimental class XI.IPA 1 and control class XI.IPA 2. Data of student biology learning result on affective, cognitive and psychomotor aspect were analyzed by using t-test. The result of data analysis of affective, cognitive, and psychomotor sphere on the level of real α = 0,05 obtained thitung>ttabel hence result of student biology learning on experiment class differ significantly from control class, this means hypothesis accepted (H1). It can be concluded that the implementation of Think-Pair-Share type cooperative learning model along with illustrated LDS can improve the biology learning result of grade XI SMAN 3 Lengayang students.

Keywords: Think Pair Share (TPS), Student Discussion Sheet, Learning Outcomes

PENDAHULUAN

Proses belajar mengajar adalah inti dari proses pendidikan di sekolah. Selama proses belajar mengajar berlangsung akan terjadi kegiatan interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa

dengan lingkungan sekitarnya.

Dalam proses belajar mengajar tidak hanya guru yang dituntut untuk berperan aktif melainkan siswa juga harus ikut berperan aktif. Menurut Sanjaya (2009:102) siswa yang aktif

(2)

2 selama proses pembelajaran akan memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga potensi tersebut dapat di optimalkan. Agar siswa aktif dalam proses belajar mengajar maka guru hendaknya memotivasi siswa dengan berbagai upaya dan memiliki keterampilan untuk menciptakan variasi-variasi baru sehingga mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Berdasarkan hasil wawancara penulis pada tanggal 5 Januari 2017 dengan guru biologi di SMAN 3 Lengayang, diperoleh hasil bahwa siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar, guru merupakan satu-satunya sumber informasi sehingga kurang adanya respon atau umpan balik dalam proses belajar mengajar, sumber belajar yang disediakan sekolah sangat terbatas, dan siswa kurang termotivasi dalam proses belajar mengajar. Siswa juga masih kesulitan dalam memahami materi yang diberikan guru sehingga hasil belajar siswa rendah. Salah satu materi yang sulit dipahami oleh siswa adalah materi sistem reproduksi manusia.

Permasalahan di atas terlihat dari hasil ulangan harian siswa kelas XI tahun Pelajaran 2015/2016 pada sistem reproduksi manusia masih dibawah KKM materi yang ditetapkan sekolah adalah 75.

Mengatasi permasalahan di atas, guru sebaiknya memilih model yang tepat yang dapat membangkitkan keaktifan dan semangat siswa, memotivasi siswa, menumbuhkan kemampuan berpikir siswa dan saling bekerjasama selama proses pembelajaran berlangsung. Salah satu cara yang dapat membangkitkan semangat dan keaktifan siswa dalam belajar adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-pair-share.

Selain itu, untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal guru hendaknya menggunakan suatu media yang dapat menunjang proses pembelajaran. Salah satu media yang dapat digunakan adalah lembar diskusi siswa (LDS) bergambar. LDS bergambar merupakan salah satu sarana untuk membantu siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan dalam proses pembelajaran, memperbaiki minat siswa dan

(3)

3 melatih siswa berpikir lebih mantap serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi sistem reproduksi manusia.

Penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif Think-pair-share (TPS) sudah dilakukan Fitriani 2013 dengan hasil terdapat peningkatan hasil belajar biologi siswa di MTsN Durian Taruang Padang.

Berdasarkan uraian di atas penulis telah melakukan penelitian dengan judul penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think- pair-share disertai LDS bergambar terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas XI SMAN 3 Lengayang.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 3 Lengayang yang terdaftar pada tahun pelajaran 2016/2017. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive

Sampling sehingga diperoleh sampel XI IPA1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA2 sebagai kelas kontrol.

Instrumen yang digunakan pada ranah kognitif adalah soal tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda, ranah afektif penilaian lembar observasi sikap, ranah psikomotor melalui penilaian produk. Pada uji coba soal dilakukan validitas tes, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran. Dari hasil data tersebut didapatkan 42 soal yang terpakai dari 79 soal.

Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas didapatkan data berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan uji-t.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data tentang hasil belajar siswa untuk ranah afektif, kognitif dan psikomotor. Ketuntasan hasil belajar tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

(4)

4

Tabel 1. Rata-Rata Ketuntasan Hasil Belajar siswa Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Ranah Parameter Kelas keterangan

Eksperimen Kontrol Afektif Rata-rata

Nilai

84,03 78,75 XEksperimen > XKontrol

H1 diterima Kognitif Rata-rata

Nilai

79,32 71,76 XEksperimen > XKontrol H1 diterima Psikomotor Rata-rata

Nilai

85,72 81 XEksperimen > XKontrol

H1 diterima Berdasarkan tabel hasil belajar

siswa di atas diperoleh rata-rata nilai siswa kelas eksperime maka dibuatkan diagram batang pada masing-masing ranah.

1. Ranah Afektif

Penilaian afektif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.

Data hasil penilaian ranah afektif siswa dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Batang Rata-rata Nilai Afektif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat penilaian ranah afektif siswa kelas eksperimen pada indikator bertanggung jawab dan menghargai lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Berdasarkan indikator yang diamati pada kedua kelas sampel, yang memiliki nilai tertinggi yaitu indikator bertanggung jawab. Kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan predikat A. Samanya predikat yang diperoleh pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disebabkan karena siswa sudah melakukan tanggung jawabnya selama proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Think-pair-share, pada tahap thinking siswa sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan secara mandiri terlebih dahulu, meskipun masih ada

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Bertanggung jawab

Menghargai 92,9

75,48 91,76

65,74

Eksperimen Kontrol

(5)

5 beberapa siswa terlihat mencontek jawaban teman atau pasangannya.

Selanjutnya, pada tahap pairing juga sudah terlihat tanggung jawab siswa dalam menyatukan ide yang dimiliki dengan pasangan masing-masing.

Mereka saling berbagi dan menanggapi pendapat yang diperoleh pada tahap thinking dan jika ada pendapat yang berbeda mereka saling bekerjasama untuk mencari jawaban yang benar. Menurut pendapat Sanjaya (2012: 246) keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.

Penerapan model Think-pair- share ini membuat siswa lebih banyak waktu untuk berpikir dan bekerjasama sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi yang dipelajari. Kelas kontrol dengan menerapkan metode ceramah dan tanya jawab juga menunjukkan tanggung jawabnya dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat pada saat siswa membuat laporan yang diperintahkan guru dan mengumpulkan laporan, walaupun masih ada beberapa siswa yang

masih malas dalam mengerjakan laporan.

Indikator menghargai untuk kelas eksperimen dengan predikat B (75,48) dan kelas kontrol dengan predikat C (65,74). Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen dengan menerapkan model Think-pair-share memiliki rasa menghargai yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dengan metode ceramah dan tanya jawab.

Perbedaan ini disebabkan karena pada kelas eksperimen sebagian siswa sudah mampu untuk saling memperhatikan dan menanggapi pendapat teman. Ini dikarenakan pada model Think-pair-share ini anggota kelompoknya hanya terdiri dari kelompok kecil yaitu beranggotakan 2 orang, sehingga rasa menghargai lebih baik dibandingkan kelompok besar. Jika pasangan mereka menyampaikan pendapat maka pasangan yang lain akan memperhatikan pendapat dari pasangannya. Sesuai dengan pendapat Istarani (2014:68) bahwa salah satu kelebihan dari model Think-pair-share adalah dapat meningkatkan kemampuan siswa

(6)

6 dalam memahami dan menghargai pendapat orang lain. Rendahnya indikator menghargai pada kelas kontrol karena selama proses pembelajaran masih ada siswa yang tidak memperhatikan guru dalam menyampaikan pertanyaan, sehingga tidak menumbuhkan sikap saling menghargai. Beberapa siswa hanya diam ketika disuruh untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru. hal ini disebabkan karena siswa masih takut dan tidak berani dalam mengungkapkan pendapat yang mereka miliki, dan juga guru tidak mampu untuk mengontrol sejauh mana siswa telah memahami materi yang disajikan dengan metode ceramah.

2. Ranah Kognitif

Data pada ranah kognitif berupa hasil tes akhir belajar siswa tentang materi sistem reproduksi manusia.

Jumlah soal yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 42 butir soal objektif. Data hasil penilaian ranah kognitif dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram Batang Rata-rata Nilai Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Pada ranah kognitif hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dapat terlihat dari rata-rata nilai siswa kelas eksperimen yaitu 79,32 dengan persentase ketuntasan adalah 68%

dan rata-rata nilai pada kelas kontrol yaitu 71,76 dengan persentase ketuntasan 53%. Adanya perbedaan hasil belajar di atas disebabkan karena selama proses pembelajaran siswa kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-pair-share yang di dalam kelompok diskusinya beranggotakan 2 orang, sehingga siswa tersebut diberikan kesempatan untuk berpikir sendiri, menjawab dan saling membantu dan berbagi ide

66 68 70 72 74 76 78 80

Eksperimen Kontrol 79,32

71,76

(7)

7 satu sama lainnya. Disamping itu, siswa juga menjadi lebih aktif dan lebih termotivasi dalam belajar.

Menurut Aunurrahman (2010:180) siswa yang memiliki motivasi untuk belajar akan nampak melalui kesungguhan untuk terlibat di dalam proses belajar, seperti aktif dalam bertanya, mengerjakan latihan yang diberikan, mencatat dan melakukan evaluasi sesuai dengan tuntutan pelajaran.

Saat siswa diminta untuk melakukan tahap berpikir sendiri (Thinking) mengenai pertanyaan yang diberikan, siswa yang aktif terlihat semangat dan serius dalam belajar. Mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada secara mandiri terlebih dahulu, sehingga dapat meningkatkan daya kritis siswa terhadap suatu materi yang dipelajari. Sementara. Sesuai dengan pendapat Istarani (2014:68) bahwa salah satu kelebihan dari model kooperatif Think-pair-share adalah dapat meningkatkan daya nalar siswa, daya kritis siswa, daya imajinasi siswa dan daya analisis terhadap suatu permasalahan.

Selanjutnya pada tahap diskusi berpasangan (pairing) masing- masing pasangan terlihat saling bekerjasama, berbagi ide, menyatukan dan melengkapi jawaban yang mereka dapatkan pada tahap Thinking. Jika ada jawaban yang berbeda mereka saling membantu dan berdiskusi untuk menemukan jawaban yang benar.

Jika saat berdiskusi siswa yang satu saling mencocokkan ide atau jawaban pasangannya, kemudian jika ada jawaban yang tidak sesuai mereka langsung menyelesaikan ketidaksesuaian tersebut maka siswa akan lebih bertambah paham dengan materi yang dipelajarinya dan akan tertinggal lama di pikiran siswa.

Sebagaimana menurut Asma (2008:7) pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan-penemuan dari hasil kerjasama akan lebih bernilai permanen dalam pemahaman masing-masing siswa.

Meningkatnya hasil belajar siswa pada ranah kognitif juga disebabkan karena selama proses pembelajaran di kelas eksperimen juga menggunakan media yaitu LDS bergambar. Adanya LDS bergambar

(8)

8 bisa membuat siswa lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran

serta mempermudah dan

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.

Menurut Wardi (2012) lembar diskusi siswa merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru dan dapat meningkatkan aktifitas siswa untuk peningkatan hasil belajar.

Berbeda dengan kelas kontrol guru hanya melakukan proses pembelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab. Pada kelas kontrol hanya sebagian siswa yang terlihat aktif dan yang lainnya hanya sekedar menerima apa yang dijelaskan oleh guru saja, tidak mau bertanya dan tidak mau menggali pengetahuan dari sumber belajar yang telah disediakan. Menurut Syaiful dan Zain (2006:97) dalam Istarani (2012:13) kelemahan metode ceramah adalah mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata), yang visual menjadi rugi dan yang auditif (mendengar) yang lebih

banyak menerimanya, bila selalu digunakan dan terlalu lama membosankan, guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya ini sukar sekali, menyebabkan siswa menjadi pasif.

3. Ranah Psikomotor

Penilaian pada ranah psikomotor pada kelas eksperimen dilihat dari hasil kerja siswa dalam mengisi lembar diskusi siswa bergambar dan pada kelas kontrol dinilai dari hasil laporan siswa. Data hasil penilaian ranah psikomotor siswa dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram Batang Rata-rata Nilai Psikomotor Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Indikator yang diamati pada ranah psikomotor yaitu kelengkapan isi LDS dan laporan, kerapian,

65 70 75 80 85 90

Kelengkapan Isi

kebersihan penulisan 88,39

83,06 79,85

75,74 Eksperi men Kontrol

(9)

9 kebersihan dan kejelasan dalam penulisan.

Berdasarkan indikator yang dinilai pada kedua kelas sampel diperoleh indikator kelengkapan isi LDS pada kelas eksperimen memperoleh predikat A (88,39) indikator kelengkapan isi laporan pada kelas kontrol memperoleh predikat B (79,85). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen pada indikator kelengkapan isi LDS lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

Meningkatnya penilaian psikomotor kelas eksperimen pada indikator kelengkapan isi LDS disebabkan sebagian pasangan sudah mampu melengkapi identitas berupa nama dan sub topik pada LDS, membuat isi LDS relevan dengan teori yang ada dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dicapai.

Hal ini dikarenakan siswa sudah mampu dalam mengungkapkan ide dan saling melengkapi jawaban dengan pasangannya, sehingga membuat siswa lebih memahami tentang materi yang dipelajari.

Rendahnya rata-rata nilai atau predikat psikomotor yang diperoleh kelas kontrol disebabkan karena

beberapa siswa masih ada yang tidak mencantumkan identitas, dan masih banyak siswa yang belum bisa membuat laporan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hal inilah yang menjadi penyebab rendahnya nilai rata-rata psikomotor siswa pada kelas kontrol. Menurut Susanto (2013:6) bahwa seberapa besar siswa mampu menerima, sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang dibaca, dilihat dan yang dirasakan maka akan mempengaruhi hasil yang diperoleh.

Indikator kedua yang diamati yaitu kerapian, kebersihan dan kejelasan dalam penulisan, dimana kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan predikat B. Kedua kelas sampel memiliki predikat yang sama disebabkan karena dalam penulisan LDS dan laporan masih ada terdapat coretan-coretan, pada lembar LDS dan laporan ada terdapat lipatan. Jika siswa sudah memahami materi yang telah diajarkan maka mereka tidak akan mengalami kesulitan dalam menulis. Menurut Sugono (2009:23) bahwa teknik penulisan dikatakan baik apabila itu mudah dipahami

(10)

10 sesuai dengan topik yang dibicarakan dan ditata rapi.

Dari penilaian ketiga ranah yaitu afektif, kognitif dan psikomotor meskipun hasil belajar siswa pada ranah afektif dan psikomotor baik, namun kognitif masih kurang akan mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa. Hal ini disebabkan karena nilai afektif, kognitif dan psikomotor saling mempengaruhi satu sama lain.

Menurut Aunurrahman (2010:54) bahwa hasil belajar dari ketiga ranah bukan merupakan bagian yang terpisah, akan tetapi merupakan satu kesatuan yang saling terkait.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-pair-share Disertai LDS Bergambar Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMAN 3 Lengayang.

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:

Alfabeta

Anwar, Syafri. 2009. Penilaian Berbasis Kompetensi. Padang : UNP Press.

Asma, Nur. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif.

Padang: UNP Press.

Fitriani, 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-pair-share Dilengkapi LKS Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII Di MTsN durian Taruang (skripsi). Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat.

Istarani. 2014. 58 Model Pembelajaran Inovatif.

Medan : Media Persada.

Lufri. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi. Padang: UNP Press.

Sanjaya,W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta : Prenada Media Group.

2012. Perencanaan dan Sistem Pembelajaran.

Jakarta :Kencana.

Sugono. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia Dengan Benar.

Jakarta: Gramedia Pusat Utama.

(11)

11 Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta:

Pernada Media Group.

Wardi, Harman. 2012. Ilmu Belajar Lembar Diskusi Siswa.

Diakses juli 2017.

(http://pustaka.at.ac.id).

Referensi

Dokumen terkait

Result and Discussion There are seven aspects of the learning application the researchers want to discover in this study, those are: Visual Appearance Aspect, Material Organization

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan