• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PSAK NO. 109 DALAM PENGELOLAAN ZAKAT PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN PSAK NO. 109 DALAM PENGELOLAAN ZAKAT PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA MAKASSAR "

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PSAK NO. 109 DALAM PENGELOLAAN ZAKAT PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA MAKASSAR

Sapril1, Neng Indriyani2, Astuty Hasti3 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar

04sapril@gmail.com1,nengindriyani@gmail.com2, astuty.hasti@gmail.com3

ABSTRACT

The research aimed to find out the implementation of Zakat calculation at the National Zakat Institution Makassar based on PSAK No.109. The research used a qualitative method. The data collected through the interview and the observation. While the data analysis used descriptive qualitative analysis through data reduction, data presentation to conclusion. Based on the analysis result, it showed that the zakat confession at the BAZNAS Makassar uses the cash basis by accepting the zakat in cash form. The zakat distribution based on the eight asnaf, while the zakat serving includes on the financial report, but it only served one of four financial reports, it was the fund channelization report. So, it can be concluded that BAZNAS Makassar has been managed the zakat well. However, the BAZNAS Makassar not fully implementing the PSAK No.109 on its reports. In 2018, BAZNAS Makassar only presented the fund channelization report.

Keywords: Zakat, PSAK No.109, The fund channelization report.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia (13,1 % dari total muslim di dunia). Dilansir oleh The Pew Forum On Religion & Public Life.

Penganut agama Islam di Indonesia mencapai 209,1 juta jiwa atau 87,2 % dari total penduduk Indonesia. Sebagai negara yang bermayoritas Islam, Indonesia menjadi salah satu negara yang berkewajiban melaksanakan pengelolaan zakat sebagai bentuk dari rukun Islam yang ketiga. Allah SWT berfirman :

“Dan laksanakanlah sholat., tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Rasul (Muhammad) agar kamu diberi rahmat” (Q.S An-Nur:56) Zakat tidak hanya berfungsi sebagai suatu ibadah yang bersifat vertikal kepada Allah SWT (habluminnallah), namun zakat juga sebagai bentuk ibadah yang horizontal kepada manusia (habluminannas).

Perintah zakat disebutkan sebanyak 32 kali dalam Al-Qur’an, sementara itu pengelolaan zakat telah diatur dalam UU No.

23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dan PP No.14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dengan tujuan agar prinsip dan tuntunan syariah dapat terpenuhi, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S

Dalam undang-undang tersebut, pemerintah menunjuk Badan Amil Zakat dan LembagaAmil Zakat untuk bertanggungjawab dalam mengelola zakat, membantu para muzaki mendistribusikan kepada mustahik.

Sebagai lembaga pemerintah berasas akuntabilitas dan transparansi, pihak BAZ dan

LAZ wajib memberikan

pertanggungjawabannya atas segala kegiatan pengelolaan zakat yang berbentuk laporan keuangan.

Laporan keuangan sebagai mediasi pertanggungjawaban kegiatan operasional lembaga pengelola zakat. Badan Amil Zakat yang dibentuk khusus untuk pengelolaan zakat maka penyusunan laporan keuangannya tidak menganut PSAK No. 45 atau PSAK No. 101, tetapi PSAK 109.

Menurut data BAZNAS, sejak tahun 2015 sampai dengan 2018, dana zakat mengalami kenaikan yang signifikan.

Berikut tabel pengumpulan dana Zakat Nasional dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018.

(2)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.01, Maret 2020, pp 21-29 22 Tabel 1.1

Dana Zakat 2015-2018

No Tahun Dana ZIS (Rp) 1. 2015 Rp3.653.273.250.292,- 2. 2016 Rp5.017.293.126.950,- 3. 2017 Rp6.224.371.269.472,- 4. 2018 Rp8.091.682.650.312,- Sumber: Outlook Zakat 2017-2019

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat penghimpunan zakat mulai tahun 2015-2018 mengalami peningkatan yang signifikan. Itu artinya, kepercayaan Muzaki terhadap Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) semakin baik. Ditahun 2019, BAZNAS menargetkan penghimpunan Rp9 Triliun.

Pada awalnya untuk pelaporan keuangan Badan Amil Zakat di Indonesia menggunakan PSAK No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba, namun seiring dengan kemajuan zaman perkembangan produk BAZ semakin berkembang dan adanya kebutuhan pencacatan yang khusus untuk entitas syariah. Hal ini menjadi suatu wacana untuk segera memiliki suatu standar yang baku dalam pelaporan, maka Forum Zakat bersama dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyusun akuntansi zakat pada tahun 2007.

Pada tahun 2008 IAI menyelesaikan PSAK No.109 tentang Akuntansi Zakat. Kemudian PSAK 109 ini di berlakukan sejak 1 Januari 2009 dan direvisi pada tahun 2011.

Lahirnya UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengolahan Zakat, pemerintah menunjuk BAZNAS sebagai badan resmi dan satu-satunya yang memiliki tugas dan fungsi mengumpulkan dan menyalurkan zakat, infaq dan sedekah tingkat nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001.

(Baznas.go.id). BAZNAS bersama pemerintah bertanggungjawab untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas. Sebagai lembaga pengelola zakat, BAZNAS wajib menerapkan pedoman akuntansi sebagai bentuk akuntabilitas, transparansi dan kepatuhan undang-undang.

Adapun pedoman standar akuntansi yang berkenaan dengan pengelolaan zakat ialah PSAK No.109

PSAK No.109 bertujuan untuk mewujudkan keseragaman pelaporan antar

Baznas dan kesederhanaan pencatatan serta kepatuhan kepada UU, sehingga publik dapat membaca laporan akuntansi pengelola zakat serta mengawasinya.

Menurut Indah Sicilia (2012:6), penyusunan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Zakat telah dimulai. Hal ini ditandai dengan disepakatinya MoU (Memorandum of Understanding) antara Forum Zakat (FOZ) dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Menurut Ketua Umum FOZ, Hamy Wahjunianto, penyusunan PSAK Zakat merupakan konsekuensi dari sebuah tuntutan keamanahan dalam mengelola dana ZIS dari masyarakat. Mengelola dana ZIS harus amanah. Maka harus aman secara syar'i dan aman secara manajemen. Diperlukannya aturan-aturan yang mengikat dan berbeda dalam perlakuan akuntansi untuk zakat.Akhirnya pada tahun 2008, Ikatan Akuntansi Indonesia telah mengeluarkan Exposure Draft(ED) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 109 tentang akuntansi zakat dan infaq/sedekah (pengakuan, pengukuran, dan penyaluran) yang resmi diberlakukan untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas pengelola zakat per 1 Januari 2009. Penyusunan ED PSAK 109 ini diperlukan untuk mendukung transaksi pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat yang semakin kompleks. Pentingnya penyusunan dan pengesahan standar akuntansi zakat yakni ED PSAK No. 109 diharapkan menjadi kunci sukses bagi BAZ dalam pelaksanaan dan pengelolaan zakat yang sesuai dengan kaedah syariah Islam dan konsep good governance yang meliputi unsur transparan, bertanggungjawab, akuntabilitas, tujuh kewajaran, dan independen.

Namun, sampai sekarang masih banyak lembaga pengelola zakat yang belum sepenuhnya menerapkan PSAK No. 109 untuk pelaporan keuangannya. Pemahaman tentang PSAK No. 109 tentang Zakat, dan Infaq/Shodaqoh sudah cukup baik karena telah mengikuti beberapa pelatihan yang diadakan oleh BAZNAS namun dalam prakteknya penyajian laporan keuangan masih banyak yang belum melakukan pencatatan berdasarkan PSAK No. 109. Rendahnya kesadaran tentang pentingnya audit keuangan juga merupakan salah satu faktor tidak diterapkannya pencatatan akuntansi sesuai

(3)

dengan PSAK No. 109 (Ayu Dian Setyani, 2018).

Atas dasar hal tersebut, penulis tertarik mengangkat/mengambil judul “Analisis Penerapan Perhitungan Zakat Menurut PSAK No. 109 pada BAZNAS Kota Makassar”

Berdasarkan latarbelakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah perhitungan zakat yang dilaksanakan Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar telah sesuai dengan PSAK No. 109 ?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan perhitungan zakat pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar sesuai PSAK No. 109

TINJAUAN PUSTAKA

Dari segi bahasa, zakat memiliki kata dasar “zaka” yang berarti berkah, tumbuh, suci, bersih dan baik. Sedangkan zakat secara terminologi berarti aktivitas memberikan harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT dalam jumlah dan perhitungan tertentu untuk diserahkan kepada orang yang berhak (Sri Nurhayati & Wasilah, 2014).

Zakat merupakan bagian terpenting dalam mewujudkan jaminan sosial untuk mendapatkan kehidupan yang layak baik makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

Sehingga zakat mejadi wasilah penting yang menghubungkan antara orang kaya dan miskin agar terjalin keharmonisan, kasih sayang, tolong menolong dan kepedulian antara mereka serta terjauhnya sifat-sifat tercela seperti kebencian dan kedengkian (Fiqh Zakat Keuangan Kontemporer, 2017).

Standar akuntansi zakat di Indonesia (PSAK 109) mulai berlaku paling lambat 1 Januari 2012, sedangkan standarnya sendiri mulai diterbitkan sejak 6 April 2010. Sebelum digunakan PSAK No. 109 akuntansi zakat dan infak/sedekah, Lembaga zakat menggunakan PSAK No. 45 akuntansi nirlaba. Namun ada beberapa karakteristik lembaga zakat yang tidak sesuai dengan PSAK No. 45 tersebut.

Karakteristik tersebut antara lain jenis dana yang digunakan, tujuan penyaluran dana, dan pengelolaan dana. (Dodik Siswantoro & Sri Nurhayati, 2015)

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi Akuntansi di Indonesia, selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang

mempengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan (Saparuddin Siregar, 2016)

Adapun proses akuntansi menurut PSAK No. 109, sebagai berikut:

1. Pengakuan Awal

Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset lainnya diterima. Sedangkan zakat yang diterima dari muzaki diakui sebagai penambah dana zakat:

a. Jika dalam bentuk kas maka sebesar jumlah yang diterima

b. Jika dalam bentuk nonkas maka sebesar nilai wajar aset nonkas tersebut.

Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia,maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai yang diatur dalam PSAK yang relevan. Zakat yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana zakat bagian non amil.

2. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal Jika terjadi penurunan nilai asset zakat nonkas, jumlah kerugian yang ditanggung harus diperlakukan sebagai pengurang dana amil tergantung dari sebab terjadinya kerugian tersebut. Penurunan nilai asset zakat diakui sebagai:

a. Pengurang dana zakat, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil

b. Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan kelalaian amil.

3. Penyaluran Zakat

Zakat yang disalurkan kepada mustahik diakui sebagai pengurang dana zakat sebesar:

a. Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas

b. Jumlah tercatat, jika dalam bentuk asset nonkas.

4. Penyajian dan Pengungkapan

Amil menyajikan dana zakat, dana infak/

sedekah, dana amil dan dana non halal secara terpisah dalam neraca (laporan posisi keuangan). Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat, tetapi tidak terbatas pada :

a. Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran, dan penerimaan

b. Kebijakan pembagian antara dana amil dan dana non amil atas penerimaan

(4)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.01, Maret 2020, pp 21-29 24 zakat, seperti persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan c. Metode penentuan nilai wajar yang

digunakan untuk penerimaan zakat berupa asset nonkas

d. Rincian jumlah penyaluran dana zakat yang mencakup jumlah beban pengelolaan dan jumlah dana yang diterima langsung mustahik

5. Laporan Keuangan

Komponen laporan keuangan amil yang lengkap terdiri dari :

a. Laporan posisi keuangan;

b. Laporan perubahan dana;

c. Laporan perubahan aset kelolaan;

d. Laporan arus kas;

e. Catatan atas laporan keuangan.

Organisasi Pengelola Zakat

Menurut Qardawi (2007) dalam Saprida (2015:198), hubungan pemerintah dengan zakat sangatlah erat, karena berdasarkan yang telah dicontohkan Rasulullah SAW bahwa pemerintah mempunyai otoritas untuk memungut dan mendistribusikan zakat dikalangan umat Islam

Di Indonesia, terdapat dua bentuk kelembagaan pengelola zakat yang diakui oleh Pemerintah, yaitu: Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). BAZNAS merupakan lembaga pemerintah non-struktrual yang sifatnya mandiri, bertanggungjawab kepada Presiden RI. Baznas berwenang melaksanakan tugas pengelolaan zakat secara nasional, seperti fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pelaporan dan pertanggungjawaban atas pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat (BAZNAS, 2017).

Hasil dari peneliti terdahulu yakni Indah Sicilia (2012) berjudul Studi Penerapan Akuntansi Zakat Pada Badan Amil Zakat (BAZ) Pekanbaru bahwa BAZ Pekanbaru belum sepenuhnya menerapkan PSAK 109. Selanjutnya, Ayu Dian Setyani (2018) dengan judul Penerapan PSAK No.

109 pada Laporan Keuangan di Baznas Kab.

Gresik periode Januari-Desember 2017 hasilnya bahwa Baznas Kab. Gresik juga belum sepenuhnya menerapkan PSAK 109.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yakni peneliti mencoba untuk memberikan gambaran teori dengan praktik

lapangan, setelah itu membandingkan keduanya. Penelitian ini dilaksanakan pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar. Adapun data yang akan diolah berupa data primer data sekunder. Data primer bersumber dari hasil wawancara mendalam kepada manajemen dan staf BAZNAS Kota Makassar, sedangkan data sekunder bersumber dari dokumentasi laporan keuangan BAZNAS Kota Makassar dan dokumen-dokumen pendukung serta litearatur-literatur yang terkait dengan penelitian ini, seperti skripsi terdahulu, jurnal, prosiding, outlook, dan buku-buku terkait dengan zakat. Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan dokumentansi sebagai teknik pengumpulan data. Narasumber yang akan diwawancara adalah pimpinan dan staf BAZNAS Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif, tujuannya adalah agar peneliti dapat menggambarkan dan membandingkan bagaimana akuntabilitas pelaporan BAZNAS Makassar terhadap pengelolaan zakat berdasarkan PSAK No. 109.

Adapun tahapnya dimulai dari reduksi data yakni memilih data yang dianggap perlu, menyaring kelayakan data. Setelah proses reduksi adalah penyajian data, yakni menyajikan segala data siap olah yang terdiri dari data hasil wawancara dan data hasil dokumentasi. Hasil dari penelitian tersebut berupa rekomendasi sebagai bahan evaluasi, terkhusus bagi pihak lembaga pengelola zakat.

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar yang beralamat di Jl Teduh Bersinar No. 5 Kota Makassar. BAZNAS Kota Makassar adalah lembaga pemerintah nonstruktural yang menangani pengelolaan zakat di seluruh wilayah Makassar dibawah koordinasi BAZNAS serta pembinaan dan pengawasan dari Pemerintah Kota Makassar dan Kementerian Agama Kota Makassar. Waktu penelitian dimulai tanggal 1 Juni 2019 sampai dengan 19 Agustus 2019

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu data yang berbentuk gambaran kontekstual, dalam hal ini adalah

(5)

hasil wawancara mendalam dan data kuantitaif .yaitu data yang memuat angka-angka, yaitu laporan keuangan BAZNAS Kota Makassar.

Sumber data digunakan dalam penelitian dalam penelitian ini adalah data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), yaitu hasil wawancara terkait penerapan pelaporan PSAK No. 109 . Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada, seperti laporan keuangan, bukti setor zakat, gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, catatan, buku, laporan pemerintah, artikel, buku-buku, jurnal, prosiding, skripsi dan berbagai literatur- literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti buku elektronik tentang lembaga amil zakat

Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab langsung terhadap pihak-pihak yang bersangkutan, guna mendapatkan data dan keterangan yang berlandaskan pada tujuan penelitian.

Wawancara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dengan pimpinan atau pihak manajemen BAZNAS Kota Makassar.

Dokumentasi yaitu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data-data berupa catatan-catatan atau arsip yang berhubungan dengan penelitian, misalnya laporan keuangan.

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yakni mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan objek penelitian yang sesungguhnya untuk mengetahui dan menganalisis tentang penerapan akuntansi zakat objek penelitian kemudian dibandingkan dengan standar akuntansi yang ada. Adapun tahapan analisis data yang digunakan mengikuti teori Miles dan Huberman (Astuty, 2018) yaitu reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah yang muncul catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi Data berarti meringkas data menjadi lebih sederhana. Penyajian data, Setelah reduksi data, maka tahap selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.

Penyajian data dapat berupa grafik, bagan atau tabel. Semuanya dirancang guna

dalam sebuah bentuk yang padu dan mudah diraih. Langkah terakhir dari analisis data adalah penarikan kesimpulan atas data yang sudah disajikan. Kesimpulan ini akan menjadi bahan evaluasi bagi pihak perusaan sebagai rekomendasi dari peneliti

HASIL DAN PEMBAHASAN

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar merupakan salah satu Badan Amil Zakat Nasional yang lingkup kerjanya di wilayah Kota Makassar sesuai dengan hasil pengamatan peneliti pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar telah mengacu dan berpedoman pada Pasal 7 UU No .23 Tahun 2011 untuk menjalankan operasinya sebagai Badan Amil Zakat Nasional dengan menyelenggarakan 4 fungsi tersebut. Berkaitan dengan pelaksanan fungsi BAZNAS Kota Makassar menurut Pak H.Katjong Tahir bahwa:

Dalam menunjang kerja BAZNAS Kota Makassar untuk menyelenggarakan 4 fungsi BAZNAS yang disebutkan dalam Pasal 7 Undang- Undang No. 23 Tahun 2011 maka dibentuk 5 komisioner yaitu ada dua Bidang dari dua unsur pelaksana yakni (1) Bidang Pengumpulan (2) Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan, ada dua Bagian dari unsur penunjang yakni (1) Bagian Perencanaan Keuangan dan Pelaporan (2) Bagian Administrasi, SDM dan Umum, serta satu unit audit internal yakni bertanggungjawab kepada Ketua (wawancara tanggal 2 Juli 2019).

1. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat BAZNAS Kota Makassar

Pada fungsi ini ada pada Bidang Pengumpulan, proses pengumpulan zakat atau cara penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar sebagaimana dijelaskan oleh Bapak H. Katjong Tahir, SH (Kabag Administrasi SDM dan Umum) dan Ibu Fitriany Ramli, SE (Staf Bidang Pengumpulan) bahwa:

Baznas kota Makassar menghimpun zakat Mal berbentuk kas, sedangkan Zakat Fitrah dilakukan oleh UPZ (Unit Pengumpul Zakat) yaitu masjid-masjid

(6)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.01, Maret 2020, pp 21-29 26 di kota Makassar sebagai bentuk

kerjasama (Wawancara tanggal 2 Juli 2019).

2. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat BAZNAS Kota Makassar.

Dalam pelaksanaan tugas sebagai pengelola dana zakat, infak dan sedekah secara nasional, BAZNAS Kota Makassar setelah proses penghimpunan ada yang namanya proses pendistribusian dan pendayagunaan zakat ini dijalani oleh Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan yang memiki tugas:

a. Melayani mustahik sesuai dengan program BAZNAS yang telah ditetapkan.

b. Melakukan pendataan mustahik.

c. Membuat kajian kelayakan pendistribusian sesuai dengan program.

d. Mengadakan survey (apabila dibutuhkan) terhadap mustahik agar pendistribusian zakat tepat sasaran.

e. Membuat kalender kegiatan pendistribusian dan pendayagunaan ZIS dan dana sosial keagamaan lainnya.

Berkaitan dengan pelaksanaan pengumpulan pendistribusian, dan pendayagunaan zakat BAZNAS Kota Makassar menurut (Kabid.

Pendistribusian dan pendayagunaan) bahwa:

Baznas Kota Makassar sudah menjalankan distribusi zakat ke mustahik atau ke-8 Asnaf. Bisa dilihat dalam rincian laporan bagian Pelaporan Keuangan. Dan hal tersebut berdasarkan undang-undang dan surah At-Taubah ayat 60. Baznas Kota Makassar sendiri memiliki sumber penerimaan dari zakat, infak dan sedekah. Pendistribusianya akan didistribusikan ke 8 asnaf yaitu fakir, miskin, amil zakat, muallaf, dana untuk memerdekakan budak, orang yang berhutang (gharimin), dijalan Allah (fii sabilillah), dan ibnu sabil. Kemudian untuk pendayagunaannya dibagi menjadi 5 bidang yakni (1) Bidang Keagamaan, (2) Bidang Ekonomi, (3) Bidang Pendidikan, (4) Bidang Sosial,

(5) Bidang Kesehatan. (wawancara tanggal 3 Juli 2019).

Adapun cara proses penghimpunan dana zakat di BAZNAS Kota Makassar melalui dua cara yakni (1) penghimpunan zakat perorangan dan (2) penghimpunan zakat badan. (wawancara tanggal 2 Juli 2019). Adapun jenis zakat yang dihimpun oleh BAZNAS Kota Makassar menurut Fitriany Ramli, SE bahwa:

“BAZNAS Kota Makassar menghimpun zakat mal yaitu: 1) uang; 2) Profesi; 3) Emas; dan 4) Perniagaan yang masing- masing mempunyai nishab. Cara

pengakuan dan

pengukuran/penghitungan dana zakat yang diterima dari muzaki sebagai berikut:

3. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat BAZNAS Kota Makassar

Pada fungsi pengendalian BAZNAS Kota Makassar ini dijalankan oleh Bidang Administrasi, SDM, dan Umum dimana mulai dari tertib adminstrasi penentuan dan rekruitmen amil dan umum semua yang berhubungan dalam pelaksanaan tugas BAZNAS sebagai pengelola zakat secara nasional sebagaimana yang dikatakan oleh Kabag Administrasi, SDM dan Umum Pak H.

Katjong Tahir bahwa:

Dalam rangka mendistribusikan Zakat, Infak/Sedekah terlebih dahulu meminta data yang berhak menerima zakat sesuai syariah (mustahik) dari kelurahan dan kecamatan. Data tersebut diverifikasi oleh BAZNAS Kota Makassar. Hal ini penting agar ketepatan pendistribusian betul-betul sesuai syariah. Misalnya, Ghorim atau orang yang berutang.

Dalam Al-Qur’an, golongan ini mendapatkan 1/8 dari zakat untuk membantu melunasi utangnya. Tetapi, diverikiasi terlebih dahulu, menyaring apakah si Ghorim ini benar-benar utang dalam kebajikan atau bukan.

(wawancara tanggal 2 Juli 2019).

4. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat BAZNAS Kota Makassar.

Salah satu yang paling penting dalam setiap perusahaan adalah pelaporan,

(7)

dimana dalam pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan zakat BAZNAS Kota Makassar ini dijalankan oleh Bagian Perencanaan Keuangan dan Pelaporan yang memiliki pertanggungjawaban yang cukup besar.

Peneliti mewawancarai seorang staf yang bernama Ibu Dian Pertiwi, SE.

Adapun hasil wawancara tersebut adalah, bahwasanya:

BAZNAS kota Makassar sudah menerapkan pelaporan zakat. Akan tetapi, pelaporan tersebut belum sepenuhnya berdasarkan aturan PSAK No. 109. Laporan yang sesuai PSAK No. 109 mulai diterapkan tahun 2018, selama kurun waktu sebelum tahun 2018, BAZNAS Kota Makassar masih menerapkan PSAK No. 45

Sejak 2018, BAZNAS Kota Makassar sudah menerapkan PSAK No. 109 pada pelaporan keuangannya, namun belum sepenuhnya diterapkan. Diantara 5 (lima) laporan keuangan yang seharusnya disajikan, hanya Laporan Perubahan Dana yang dibuat. Untuk Laporan Neraca, Laporan Aset Kelolaan, Laporan Arus Kas dan Catatan atas laporan Keuangan masih menggunakan PSAK No. 45 (wawancara tanggal 2 Juli 2019).

Laporan Keuangan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar

Ada beberapa komponen yang disebutkan dalam PSAK No. 109 (IAI, 2008:109.10-109.15). Komponen laporan keuangan amil terdiri dari:

1. Neraca (laporan posisi keuangan).

2. Laporan Perubahan Dana.

3. Laporan Perubahan Asset Kelolaan.

4. Laporan Arus Kas.

5. Catatan Atas Laporan Keuangan.

Salah satu tujuan dari akuntansi zakat itu sendiri adalah memberikan informasi yang memungkinkan bagi lembaga pengelola zakat (manajemen) untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab dalam mengelola secara tepat dan efektif, program dan penggunaan zakat, infak, sedekah, hibah, dan wakaf yang menjadi wewenangnya dan memungkinkan bagi lembaga pengelola zakat untuk melaporkan kepada publik (masyarakat) atas hasil operasi

Hasil wawancara tentang cara penyusunan dan pelaporan keuangan BAZNAS Kota Makassar dari Bu Dian bahwasanya:

Baznas Makassar hanya membuat Laporan Perubahan Dana sedangkan laporan yang lain masih menggunakan PSAK No. 45

Dibawah ini penyesesuaian hasil penelitian dengan PSAK No. 109, sebagai berikut:

1. Pengakuan zakat pada BAZNAS Makassar hanya menerima zakat berbentuk kas, sementara dalam PSAK No. 109 pengakuan zakat terbagi atas dua, yaitu: 1) kas dan atau 2) nonkas. Dana yang sudah diterima tersebut menjadi penambah dana zakat. Penerimaan Dana Zakat diakui pada saat kas dterima atau kas basis.

2. Pengukuran setelah pengakuan awal dalam PSAK No. 109 adalah menghitung nilai asset non kas. Sementara itu, BAZNAS Makassar tidak menerapkan zakat berbentuk nonkas, sehingga tidak ada kegiatan pengukuran asset non kas.

3. Penyaluran Zakat pada Baznas Makassar diakui sebagai pengurang dana zakat sebagaimana pada PSAK No. 109.

4. Pada PSAK No. 109 Dana NonHalal yang bersumber dari kegiatan yang tidak sesuai prinsip syariah seperti penerimaan jasa giro adalah dana yang digunakan untuk kegiatan syariah. Akan tetapi, pada Baznas dana nonhalal disalurkan pada kegiatan nonsyariah, misalnya Pajak Bank

5. Penyajian pos zakat, infak/sedekah, amil dan dana nonhala dipisahkan berdasarkan pos masing-masing. Penyajian zakat tertuang pada pelaporan keuangan. Untuk PSAK No. 109 menyajikan 5 (lima) laporan keuangan. Sementara itu, pada BAZNAS Makassar hanya menyajikan satu laporan keuangan, yakni Laporan Perubahan Dana.

6. Pengungkapan pos zakat dalam laporan keuangan berbasis PSAK No. 109 harus terkait dengan transkasi syariah. Baznas Makassar mengungkapkan berdasarkan datas penerimaan zakat, penyaluran zakat, surplus dan saldo zakat.

(8)

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis pada bab sebelumnya maka penulis mengambil kesimpulan bahwa:

1. Pengakuan

Pengakuan dana zakat pada Baznas Makassar sudah sesuai PSAK No. 109. No.

109 yaitu menerima zakat berbentuk kas dan mengakui dana zakat dari mustahik sebagai penambah dana zakat. Penerimaan Dana Zakat diakui pada saat kas dterima atau kas basis.

2. Pengukuran setelah pengakuan awal Baznas belum menerapkan PSAK No. 109 mengenai pengukuran setelah pengakuan awal karena Baznas hanya menerima zakat berbentuk uang (kas) bukan nonkas

3. Penyaluran

Penyaluran yang dilaksanakan oleh baznas Makassar sudah sesuai PSAK 109, yaitu menyalurkan kepada mustahik dan diakui sebagai pengurang dana zakat

4. Dana NonHalal yang dilaksanakan oleh Baznas sudah sesuai PSAK No. 109. Untuk penyaluran dana nonhalal belum sesuai PSAK No. 109

5. Penyajian

Penyajian pada BAZNAS Kota Makassar memisahkan pos Zakat dengan pos-pos yang lain sesuai PSAK No. 109. Untuk penyajian laporan keuangan masih mengikuti PSAK No. 45

6. Pengungkapan

Pengungkapan zakat pada Baznas Makassar berdasarkan penerimaan zakat, penyaluran, surplus dan saldo dana sesuai pengungkapan pada PSAK No.109.

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran, sebagai berikut:

1. Pihak BAZNAS Makassar harus mempertahankan kinerja pengelolaan zakat dalam hal pengakuan, pengukuran, penyaluran, dana nonhalal dan pengungkapan.

2. Dalam hal penyajian laporan keuangan, pihak BAZNAS Makassar seharusnya mengikuti pedoman standar yang ada yaitu PSAK No. 109 dengan menyajikan 5 (lima) laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. (2019). Penerapan PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat, Infaq/Sedekah pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Banjarmasin.

Banjarmasin: Universitas Islam Negeri Antasari.

Al-Qur’an. 2010. Kementrian Agama RI. Al- Qur’an dan Terjemahan

Anggeriani, W. (2018). Kajian Pengelolaan Zakat dalam mengimplementasikan Akuntansi Zakat PSAK 109 (Studi kasus pada Badan Amil Zakat Nasional Makassar). Makassar: UIN Alauddin.

Arizandi, M.A.P., & Rochaida, E. (2017).

Analisis Tingkat Pengangguran serta Tingkat Kemiskinan di Indonesia.

Prosiding Seminar Manajemen dan Ekonomi Bisnis. Semarang. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Samarinda. Mei:

2579-8715.

BAZNAS Makassar.(2015). Struktur Organisasi BAZNAS Kota Makassar periode 2015-2020. Makassar:

BAZNAS Makassar.

Fitria, N. (2013). Analisis Penyusunan Laporan Keuangan Badan Amil Zakat Kota Pekanbaru Menurut PSAK 109.

Riau: UIN Sultan Syarif Kasim.

Hasti, A. (2018). Evaluasi Sistem Akuntansi Penjualan Kredit Pada PT. Sekawan Mujur Sejahtera Makassar. Jurnal Equity,Vol. 15(2). Makassar: STIE YPUP. Diakses pada tanggal 23 September 2019 melalui website http://ojs.stkip-

ypup.ac.id/index.php/equity/issue/view/

9/Astuty%20Hasti%2C%20Claudia%20 La%20Mareta%20Cosari%20Artiska.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Pedoman Standar Akuntansi Keuangan No. 109 Pelaporan Keuangan Akuntansi Zakat, Infaq/Sedekah. Jakarta.

Setyani, A.D,. (2018). Penerapan PSAK No.

109 pada penyusunan Laporan Keuangan di Baznas Kab. Gresik periode Januari-Desember 2017.

Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.

Jatmiko, W. (2014). Sistem Informasi Zakat Pemberdayaan Potensi Masyarakat dengan Teknologi. Depok: Lembaga Penerbit UI Press.

Musviyanti. (2017). Pengukuran Kinerja Organisasi Pengelolah Zakat. Prosiding Seminar Manajemen dan Ekonomi

(9)

Bisnis. Semarang. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman Samarinda. Mei: 2579-8715.

Nurhayati, S. & Siswantoro, D. (2015).

Pedoman Akuntansi Lembaga Zakat.

Jakarta: Dapur Buku.

Nurhayati, S. & Wasilah. (2015). Akuntansi Syariah Di Indonesia. Edisi Keempat.

Jakarta: Salemba Empat.

Peraturan BAZNAS No. 03 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Amil Zakat Nasional Provinisi dan Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten/Kota.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.

14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

Referensi

Dokumen terkait

Digital marketing is a term to describe multiple strategies using digital tools to reach potential clients, build brand awareness, increase conversions, and more.. Internet