• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA BERACUN (B3) TANPA IZIN (Studi Perkara No. 602/PID.SUS/2015/PT.MDN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENERAPAN PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA BERACUN (B3) TANPA IZIN (Studi Perkara No. 602/PID.SUS/2015/PT.MDN)"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana lingkungan hidup atas penanganan limbah B3 tanpa izin.

Metode Penelitian

Meliputi jurnal, buku referensi, hasil karya ilmiah para ilmuwan, hasil penelitian ilmiah yang mengkaji permasalahan hukum yang diteliti, dengan memasukkan ilmu-ilmu sosial lainnya. Bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia dan lain-lain.6.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Lingkungan dan Hukum Lingkungan

Penegakan Hukum Lingkungan

Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administratif kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan, apabila ditemukan pelanggaran izin lingkungan dalam pemeriksaan. Menteri dapat menerapkan sanksi administratif terhadap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan, apabila Pemerintah berpendapat bahwa pemerintah daerah dengan sengaja tidak menerapkan sanksi administratif atas pelanggaran berat di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Ketentuan Pidana Lingkungan Hidup

Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan/atau pembuangan. Pengolahan limbah B3 adalah suatu proses untuk mengurangi dan/atau menghilangkan sifat berbahaya dan/atau beracun. Dipidana penggunaan tindak pidana lingkungan hidup dalam pengelolaan limbah B3 dalam perkara Nomor 602/PID.SUS/2015/PT.MDN.

Menyatakan Terdakwa Hamzari terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Pengolahan limbah B3 tanpa izin” sebagaimana diatur dalam Pasal 102 Undang-Undang RI No. Pertimbangan Hakim dalam penjatuhan sanksi pidana lingkungan hidup terhadap pengelolaan limbah B3 tanpa izin dalam hal pengelolaan limbah B3 tanpa izin dalam perkara no.602/PID.SUS/2015/PT.MDN. Dalam dakwaan terbukti terdakwa dengan sengaja melakukan tindak pidana pengelolaan limbah B3 tanpa izin.

Dari perbuatan terdakwa, terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana “Pengolahan limbah B3 tanpa izin” sebagaimana diatur dalam Pasal 102 Undang-Undang RI No. Karena terdakwa terbukti melakukan tindak pidana penanganan limbah B3 tanpa izin, maka JPU mendakwa terdakwa dengan tindak pidana “Pengolahan limbah B3 tanpa izin”. Dalam perkara nomor 602/PID.SUS/2015.PT.MDN terlihat Hamzari terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penanganan limbah B3 tanpa izin sebagaimana diatur dalam Pasal 102 UU No. Republik Indonesia no.

Dalam hal ini penulis berkesimpulan bahwa tersangka terbukti secara hukum melakukan tindak pidana pengelolaan limbah B3 dengan sengaja dan tanpa izin sebagaimana yang didakwakan JPU dan dikenakan sanksi pidana dalam Pasal 102 Mahkamah. Bertindak. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Jo Pasal 55 Ayat 1 ke 1 KUHP berarti setiap orang yang mengelola limbah B3 tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat 4 dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp. Dalam penerapan pidana terhadap perkara pidana pengelolaan limbah B3 tanpa izin dalam perkara nomor 602/PID.SUS/2015/PT.MDN, tersangka dianggap melanggar Pasal 102 Undang-Undang RI. Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, dan unsur-unsurnya telah dipenuhi berdasarkan fakta hukum, baik melalui keterangan saksi, keterangan tersangka, atau bukti yang ditunjukkan selama proses. bahwa tersangka dipidana dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan denda sebesar Rp.

Pengertian, Jenis, Pengelolaan dan Prosedur Limbah

Karakteristik, pengelolaan, pemanfaatan Limbah B3

Tinjauan Hukum Tentang Hukum Acara Pidana

  • Pengertian, Fungsi, Tujuan Hukum Acara Pidana
  • Asas-asas Hukum Acara Pidana
  • Upaya Hukum

Hukum acara pidana erat kaitannya dengan keberadaan hukum pidana. Oleh karena itu, hukum pidana merupakan seperangkat peraturan yang menentukan cara penyelenggaraan badan publik. Tujuan hukum acara pidana adalah mencari dan memperoleh atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, yaitu kebenaran seutuhnya suatu perkara pidana, dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara adil dan tepat, dengan tujuan untuk mengetahui siapa pelakunya. . dapat dituduh melakukan tindak pidana dan selanjutnya dapat meminta penyidikan dan penetapan pengadilan untuk menentukan apakah telah terbukti telah dilakukan tindak pidana dan apakah tersangka patut disalahkan. Pada prinsipnya asas-asas umum hukum pidana di seluruh dunia diatur dalam undang-undang nomor 14 tahun 1970 dalam bentuk undang-undang nomor.

35 Tahun 1999, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Berdasarkan titik tolak optik kedua undang-undang tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa asas umum dalam KUHAP adalah: Asas pemeriksaan hakim secara langsung dan lisan. i) Prinsip kompensasi dan rehabilitasi. j) Prinsip pengawasan dan observasi terhadap pelaksanaan putusan pengadilan. k) Prinsip keamanan selama masa perampasan kebebasan.17 3.

Sedangkan menurut pandangan doktrinal, litigasi adalah sarana pelaksanaan hukum, yaitu hak terpidana atau jaksa/penuntut umum untuk tidak menerima putusan atau putusan hakim karena tidak puas dengan putusan atau putusan tersebut. Jika dilihat dari Undang-Undang Bab I Pasal I Nomor 12 KUHAP, maka upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima suatu putusan pengadilan, yang dapat berupa gugatan atau banding atau kasasi atau peninjauan kembali dengan cara yang diatur dalam undang-undang.18 .

Tinjauan tentang Pidana dan Pemidanaan

  • Pengertian Pidana
  • Pengertian Pemidanaan
  • Jenis-jenis Pidana

Jika melihat dari Kitab Undang-undang Hukum Pidana khususnya KUHP, maka kita tidak akan menemukan pengertian atau istilah pidana tersebut. Agar hukum dapat ditaati dan ditaati oleh anggota masyarakat, maka harus ada larangan dan sanksi terhadap pelanggarnya. Suatu tindak pidana baru dapat dijatuhkan kepada seseorang apabila ia telah melakukan tindak pidana dan bentuk perbuatannya ditentukan dan diatur dalam hukum pidana serta terdapat ancaman hukum pidana.

Dalam kaitan ini, pengertian hukuman atau hukuman menurut hukum positif saat ini menurut Van Hammel adalah penderitaan khusus yang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang untuk menjatuhkan hukuman atas nama Negara sebagai penanggung jawab ketertiban hukum. Artinya kejahatan itu tidak mempunyai tujuan dan tidak mungkin mempunyai tujuan. Teori relatif atau teori objektif didasarkan pada landasan bahwa kejahatan merupakan alat untuk menegakkan ketertiban (hukum) dalam masyarakat.

Tujuan kejahatan adalah sebagai alat untuk mencegah terjadinya suatu kejahatan demi menjaga ketertiban masyarakat. Selain terikat pada sistem dan aturan, proses pidana dan pemidanaan juga melibatkan pihak-pihak tertentu, seperti tersangka, terdakwa, penyidik, penuntut umum, hakim, dan penasihat hukum23. Menurut ketentuan Pasal 10 KUHP, ada beberapa jenis tindak pidana atau hukuman yang dapat dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana, dimana jenis tindak pidana tersebut dapat berupa:

Tinjauan Tentang Tindak Pidana

  • Pengertian Tindak Pidana
  • Unsur-unsur Tindak Pidana
  • Jenis Tindak Pidana

Istilah tindak pidana merujuk pada pengertian tingkah laku dan gerak fisik seseorang, berarti juga orang tersebut tidak berbuat, tetapi dengan tidak berbuat itu ia telah melakukan suatu tindak pidana. Sudarto menilai, pembentuk undang-undang tetap menggunakan istilah tindak pidana karena ia lebih cenderung menggunakan istilah tindak pidana seperti yang dilakukan para pembentuk undang-undang. Pendapat Prof Sudarto ini diikuti oleh Teguh Prasetyo karena pembentuk undang-undang saat ini selalu menggunakan istilah tindak pidana sehingga istilah tindak pidana sudah mempunyai arti yang dapat dipahami oleh masyarakat25.

Dalam pembahasan unsur-unsur tindak pidana ini, terdapat dua permasalahan yang menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan sarjana hukum pidana. Syarat-syarat tambahan suatu tindak pidana dapat disebut tindak pidana (bijkomendi voor waarde strafbaarheid); Pasal 123, 164, dan pasal 531 KUHP. Syarat-syarat untuk dapat mengadili seseorang yang telah melakukan tindak pidana (voorwaarden van vervolg baarheid); Pasal 310, 315 dan 284 KUHP.

Dengan demikian diketahui bahwa apabila tuntutan yang diajukan terhadap pelaku tidak memenuhi salah satu unsur pasal yang didakwakan, maka perbuatan pelaku dianggap tidak dapat dihukum dan tidak dapat dipidana. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) telah mengklasifikasikan tindak pidana atau pelanggaran dalam dua kelompok besar, yaitu pada Buku Kedua dan Ketiga masing-masing dalam kelompok kejahatan dan pelanggaran. Delik aduan adalah tindak pidana yang penuntutannya hanya dilakukan atas dasar pengaduan pihak yang berkepentingan atau dirugikan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana

Asahan tidak memiliki izin khusus pengangkutan barang berbahaya yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan atau dokumen lainnya. e) Alat yang digunakan terdakwa untuk mengangkut limbah B3 adalah truk Fuso dengan nomor registrasi : BB 9282 NA, warna coklat f) Bahwa perbuatan terdakwa dapat merusak lingkungan sekitar rumah warga. Berdasarkan putusan tersebut, penulis berpendapat bahwa hukuman yang dijatuhkan hakim kepada terdakwa terlalu ringan, karena terdakwa sudah lama melakukan perbuatannya yaitu sejak tahun 2014, dan penulis berpendapat banyak lingkungan sekitar yang sudah melakukan perbuatannya. terkena dampak racun dari limbah B3 yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Pertama: Pasal 102 Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup juncto Pasal 55(1)(1) KUHP sebagai berikut.

Pasal 102 yang menyebutkan, barang siapa mengelola limbah B3 tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling sedikit 1 (satu) tahun. Rp. Dalam perkara Nomor 602/PID.SUS/2015/PT.MDN, hakim memutuskan terdakwa melanggar Pasal 102 UU RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup juncto Pasal 55 ayat (1). ) 1 KUHP. Terkait nilai sosiologis yang mengutamakan kemaslahatan bagi masyarakat, hakim memutuskan terdakwa terbukti melanggar ketentuan Undang-Undang Lingkungan Hidup jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Pemilik pabrik yang menghasilkan limbah B3 hendaknya lebih memperhatikan pengolahan limbah tersebut karena limbah B3 merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun karena sifat atau konsentrasinya dapat merusak, mencemari dan mengganggu lingkungan hidup dan makhluk hidup baik langsung maupun tidak langsung. . Aparat penegak hukum seperti polisi sebaiknya meningkatkan pengawasan terhadap pengangkutan limbah B3 dari pabrik, terlepas dari apakah mereka sudah memiliki izin untuk melakukan pengelolaan tersebut atau belum sama sekali. Pemerintah saat ini masih belum mampu menjaga kelestarian lingkungan hidup di Indonesia, sehingga pemerintah harus lebih ketat mengawasi pabrik-pabrik penghasil limbah B3 dan mengolahnya dengan sungguh-sungguh dan baik sesuai standar nasional dalam pengelolaan limbah B3, sehingga tercipta lingkungan yang aman. bersih dan indah serta tidak terkontaminasi bahan berbahaya dan beracun.

PENUTUP

Saran

Perkara ini merupakan tindak pidana khusus, oleh karena itu pidana yang dijatuhkan hendaknya lebih berat karena terdakwa sudah lama melakukan tindak pidana tersebut dan juga perbuatannya sangat mudah dilakukan dan sewaktu-waktu terdakwa dapat mengulangi perbuatannya.

Referensi

Dokumen terkait