• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PRODUKSI BERSIH INDUSTRI KECIL TAHU DI JALAN PARIT PANGERAN SIANTAN PONTIANAK

N/A
N/A
Sholehah Estu Mumpuni

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN PRODUKSI BERSIH INDUSTRI KECIL TAHU DI JALAN PARIT PANGERAN SIANTAN PONTIANAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENERAPAN PRODUKSI BERSIH INDUSTRI KECIL TAHU DI JALAN PARIT PANGERAN

SIANTAN PONTIANAK

Agung Setiawan 1), Dian Rahayu Jati 1), Ochih Saziati 1)

1) Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, Pontianak Email: setiawanagung696@gmail.com

ABSTRAK

Industri kecil tahu di Kota Pontianak salah satunya terletak di Jalan Parit Pangeran Siantan dengan proses produksinya masih menggunakan teknologi sederhana menghasilkan limbah cair tahu dan limbah padat. Jumlah limbah cair 385,5 Liter/hari dan 300 kg/hari ampas tahu yang dihasilkan oleh Industri kecil tahu berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yaitu timbulnya bau yang tidak sedap dan rusaknya habitat biota karena memiliki kandungan zat organik yang tinggi sehingga perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian untuk meminimalisir limbah yang dihasilkan oleh industri dengan konsep penerapan produksi bersih. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi seluruh proses produksi tahu, mengidentifikasi konsep minimasi limbah dalam proses produksi tahu dan menganalisis nilai ekonomi alternatif konsep minimasi limbah pada pihak industri tahu.

Metode pada penelitian ini yaitu wawancara, observasi lapangan,pengambilan sampel uji limbah cair tahu, menganalisis neraca massa proses produksi tahu, mengidentifikasi alternatif produksi bersih, menganalisis nilai ekonomi alternatif produksi bersih yang ditawarkan dan melakukan sosialisasi terhadap berbagai alternatif produksi bersih yang ditawarkan kepada pihak industri tahu. Hasil penelitian menunjukan proses pemerasan dan penggumpalan merupakan penghasil limbah padat dan cair terbanyak yaitu sebesar 378 Liter/hari dan 299,7 kg/hari. Pada analisis neraca massa dihasilkan jumlah input (kedelai, air, bahan penggumpal) dan output (limbah cair, ampas tahu, ceceran kedelai dan tahu, uap air) sebesar 1658 Liter/hari dan 1158,6 Liter/hari.Pengujian sampel limbah cair tahu yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai BOD, COD, TSS, dan pH tidak memenuhi standar baku mutu menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014. Alternatif konsep minimasi limbah yang dapat diterapkan oleh pihak industri pada limbah cair tahu terdiri dari pemanfaatan whey menjadi pupuk cair organik dan IPAL dengan biaya penghematan yang diperoleh sebesar Rp 800.000,00,- per bulan.

Kata Kunci: Industri Tahu, Produksi Bersih, Neraca Massa, Minimasi Limbah.

ABSTRACT

One of the small tofu industries in Pontianak City is located on Jalan Parit Pangeran Siantan with the production process still using simple technology to produce tofu liquid waste and solid waste.The amount of liquid waste 385.5 liters / day and 300 kg / day tofu dregs produced by small tofu industries have the potential to cause negative impacts on the environment, namely the appearance of unpleasant odors and damage to the habitat of biota because they contain high organic substances so that processing is necessary first.Based on this, it is necessary to conduct research to minimize the waste generated by the industry with the concept of implementing clean production.This study aims to identify the entire tofu production process, identify the concept of minimizing waste in the tofu production process and analyze the economic value of the alternative waste minimization concept on the tofu industry. The methods in this study are interviews, field observations, sampling of tofu liquid waste tests, analyzing the mass balance of the tofu production process, identifying clean production alternatives, analyzing the economic value of the alternative clean production offered and socializing various clean production alternatives offered to industry tofu. The results showed that the process of squeezing and clumping was the largest producer of solid and liquid waste, namely 378 liters/day

(2)

2 and 299.7 kg/day. In the mass balance analysis, the amount of input (soybeans, water, clotting material) and output (liquid waste, tofu dregs, spilled soybeans and tofu, water vapor) was 1658 liters/day and 1158.6 liters/day. Tests of tofu liquid waste samples showed that the values of BOD, COD, TSS, and pH did not meet quality standards according to the Minister of Environment Regulation Number 5 of 2014. The alternative concept of waste minimization that can be applied by the industry to tofu liquid waste consists of using whey to become organic liquid fertilizer and WWTP at a cost of Rp. 800,000.00 per month.

Keywords: Tofu Industry, Clean Production, Mass Balance, Waste Minimization.

1. PENDAHULUAN

Industri tahu di Kota Pontianak salah satunya di Jalan Parit Pangeran Siantan merupakan industri kecil atau skala rumah tangga dengan proses produksinya masih menggunakan teknologi sederhana (tradisional) menghasilkan limbah cair dan limbah padat.

Limbah cair yang dihasilkan tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu karena Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dimiliki oleh pihak industri tidak dapat berfungsi kembali karena tingginya jumlah volume limbah cair yang dihasilkan menyebabkan IPAL mengalami kelebihan kapasitas pengolahan. Tingginya kandungan zat organik pada limbah cair menyebabkan pencemaran lingkungan sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadaprusaknya habitat biota air (Indah dkk, 2014) dan kesehatan manusia berupa penyakit gatal, diare, kolera, radang usus dan penyakit lainnya (Shaffitri, 2015).

Produksi bersih adalah strategi untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan mengurangi konsumsi sumber daya dan mengurangi adanya limbah hasil proses produksi yang dilakukan secara terus menerus dengan melakukan pengelolaan terhadap limbah (Ulya, 2018). Tujuannya untuk memberikan rekomendasi alternatif produksi bersih yang ditawarkan sehingga dapat diaplikasikan untuk industri kecil tahu khususnya industri tahu di Jalan Parit Pangeran Siantan, Kota Pontianak.

2. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan terletak pada Industri Kecil Tahu di Jalan Parit Pangeran Siantan, Kec. Pontianak Utara, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Waktu penelitian dilaksanakan selama 8 bulan pada bulan maret sampai oktober 2020. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Industri Kecil Tahu

B. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah ember 20 liter, jeriken 5 liter, gayung, timbangan crown 20 kg, wrapping dan pH meter ATC PH-009. Bahan yang

(3)

3 digunakan untuk mendukung penelitian adalah detergen tanpa fosfat mama lemon dan limbah cair tahu.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi lapangan dan wawancara pada industri tahu untuk mendapatkan data primer yang diperlukan.

➢ Wawancara

Memberikan beberapa pertanyaan kepada pihak industri untuk mengetahui informasi umum industri, detail proses produksi tahu, jumlah penggunaan bahan baku kedelai dan air per hari, jumlah karyawan, jenis limbah yang dihasilkan, pengelolaan lingkungan yang dilakukan serta sistem penerapan kesehatan dan keselamatan kerja.

➢ Observasi Lapangan

Melakukan pengamatan langsung kelokasi produksi tahu untuk mengetahuilayout tata letak fasilitas industri, unit proses pengolahan tahu dan sungai. Mengidentifikasi proses produksi tahu dari unit operasi danjumlah limbah cair dan limbah padat yang dihasilkanserta melakukan pengambilan sampel limbah cair tahu.

➢ Metode Pengambilan Sampel

Membersihakan wadah sampel yaitu dicuci menggunakan deterjen tanpa fosfat hingga bersih lalu dikeringkan. Wadah yang digunakan adalah dirigen bervolume 5 liter.

Setelah dikeringkan, diambil limbah cair tahu dari proses penggumpalan menggunakan gayung ke dalam ember bervolume 20 liter kemudian dimasukkan ke dalam dirigen menggunakan gayung. Wadah sampel limbah yang digunakan diakhiri dengan dirigen ditutup rapat dan diwrapping. Sampel limbah cair yang diambil kemudian diantar ke Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi Industri Pontianak untuk dianalisa kadar parameter sesuai baku mutu air limbah.

➢ Metode Pengujian pH Meter

Siapkan alat dan bahan contoh uji, kalibrasi alat pH meter dengan air bersih kemudian diamati hingga angka pH menjadi 7. Contoh uji diambil menggunakan gelas plastik berukuran 100 ml. Contoh uji mempunyai suhu tinggi maka dikondisikan contoh uji sampai pada suhu kamar selama ±15-20 menit. Setelah dikalibrasi pH meter dikeringkan dengan kertas tisu selanjutnya dicelupkan ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukan nilai yang tetap. Setelah itu catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.

➢ Metode Pengukuran Limbah Cair dan Limbah Padat Industri Tahu

Proses pengukuran limbah cair dan limbah padat dilakukan secara bersamaan selama 7 hari berturut-turut. Pengukuran limbah cair tahu dilakukan dengan menggunakan ember bervolume 20 liter sedangkan untuk pengukuran limbah padat dilakukan dengan menggunakan timbangan crown berkapasitas 20 kg. Pertama hal yang dilakukan adalah mengidentifikasi setiap unit proses pengolahan tahu yang berpotensi menghasilkan limbah cair dan limbah padat. Setelah itu, ditempatkan wadah penampungan dan timbangan ke unit proses yang berpotensi menghasilkan limbah cair dan limbah padat.

➢ Analisis Neraca Massa Proses Pengolahan Tahu

Neraca massa yang dihitung bersumber dari data jumlah penggunaan bahan baku kedelai dan air per hari, jumlah volume limbah cair tahu dan berat limbah pada.

➢ Identifikasi Alternatif Produksi Bersih

Tahap ini dilakukan berdasarkan analisis permasalahan yang didapat dari hasil wawancara, observasi lapangan, perhitungan neraca massa dan hasil analisa kadar parameter limbah cair tahu. Alternatif produksi bersih yang kemungkinan diterapkan berdasarkan hasil kajian literatur, jurnal, buku yang fokus utamanya mencegah

(4)

4 terbentuknya limbah dengan melakukan pencegahan dari awal (source reduction), pengurangan terbentuknya limbah (waste reduction), pemanfaatan limbah dengan prinsip perbaikan (recovery), penggunaan ulang (reuse), dan daur ulang (recycle) serta pengurangan beban pencemar dengan menggunakan instalasi pengolahan air limbah (IPAL).

➢ Analisis Nilai Ekonomi Produksi Bersih

Pada tahap ini dilakukan untuk memperhitungkan perkiraan biaya modal yang harus dikeluarkan serta kemungkinan penghematan dan keuntungan dari pelaksanaan alternatif produksi bersih yang ditawarkan dengan menghitung nilai payback period (PBP). Perhitungan PBP berguna untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan cashflow. Rumus payback period (PBP) merupakan cara untuk mengetahui waktu mendapatkan pengembalian investasi dan kelayakan proyek (Manope et al, 2014). Jangka waktu tersebut dihitung dengan cara membagi jumlah modal yang sudah diinvestasikan dengan aliran kas bersih yang diperoleh (Ryansyah, 2017).

Secara sistematis rumus payback period (PBP) adalah sebagai berikut:

Keterangan: I = Total investasi (Rupiah).

P = Keuntungan (Rupiah).

➢ Sosialisasi Alternatif Produksi Bersih Yang Ditawarkan

Tahap ini dilakukan dengan memberikan kuisioner terkait konsep minimasi limbah yang ditawarkan dengan hasil analisis nilai ekonomi konsep tersebut. Pada tahap ini bertujuan untuk mendapatkan respons dari pihak industri tahu terhadap berbagai alternatif solusi yang ditawarkan sehingga menjadi peluang untuk dapat diterapkan kembali ke pihak industri tersebut.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Industri Tahu di Jalan Parit Pangeran Siantan merupakan industri kecil (mikro) atau industri skala rumah tangga yang berlokasi di Gg Kurnia, Kecamatan Pontianak Utara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Industri ini berdiri sejak tahun 2009 dengan memperkerjakan 11 karyawan diantaranya 4 laki-laki dan 7 perempuan. Proses produksi tahu dilakukan setiap hari mulai beroperasi pada pukul 04.00 pagi sampai dengan pukul 16.00 sore dengan memproduksi kedelai sebanyak 200 kg/hari dan menghasilkan ±5000 potong tahu.

Industri tahu memiliki beberapa fasilitas unit operasi dan alat-alat pendukung dalam memproduksi tahu yaitu 2unit pompa air, 2 unit tangki pinguin, 1 unit mesin penggiling, 1 unit alat pemerasan bubur kedelai, 1 unit boiler, 8 unit tangki penampung kedelai, 1 unit tempat pencetakan dan pengepresan.

Tata letak peralatan di ruang produksi industri kecil tersebut masih belum baik karena menyesuaikan luas ruangan yang tersedia sehingga selama berlangsungnya proses produksi, penempatan bahan yang sudah diolah dilakukan secara tidak berurutan. Tempat proses pencetakan dan pengepresan berdekatan dengan bak saluran limbah karena memudahkan karyawan untuk membuang air limbah dari proses produksi seperti pada Gambar 2.

(5)

5 Gambar 2. Layout lokasi Industri Kecil Tahu Jalan Parit Pangeran Siantan

B. Proses Produksi Tahu

Pengamatan proses produksi tahu dilakukan selama tujuh hari berturut-turut pada bulan maret 2020 dengan kapasitas penggunaan bahan baku kedelai sebesar 200 kg/hari untuk menghasilkan ± 5000 potong tahu. Terdapat enam tahap proses produksi tahu meliputi perendaman dan pencucian, penggilingan, pemerasan atau penyaringan, perebusan atau pemasakan, penggumpalan serta pencetakan dan pengepresan.

Proses perendaman dilakukan selama 4 jam kemudian dicuci. Proses ini bertujuan untuk mengembangkan kedelai agar lebih lunak pada saat penggilingan dan kulitnya mudah terkelupas (Djayanti, 2015) serta membersihkan kotoran-kotoran yang terdapat pada kedelai seperti batu, tanah, pasir dan benda-benda asing lainnya (Jaya, 2019).

Proses Penggilingan dilakukan untuk menghancurkan kedelai agar memudahkan dalam proses ekstraksi. Ekstraksi akan lebih baik apabila kedelai tersebut dihancurkan.

Selanjutnya bubur kedelai diperas atau disaring dengan menambahkan air dengan tujuan untuk memisahkan antara sari kedelai dan ampas tahu. Sari kedelai kemudian dimasukan ke dalam wadah proses perebusan selama 30 menit dengan menggunakan ketel uap (boiler) sederhana berbentuk tabung yang berfungsi sebagai media penghantar uap melalui pipa berbahan besi. proses pemasakan atau perebusan bertujuan untuk mendenaturasi protein pada saat proses ekstraksi dari kedelai sehingga protein mudah terkoagulasi saat penambahan bumbu (Widaningrum, 2015). Setelah proses perebusan sari kedelai kemudian dipompa ke dalam tangki yang telah disediakan.

Wadah yang berisi sari kedelai kemudian ditambahkan bahan penggumpal yaitu kalsium sulfat (CaSO4) dan garam sebesar ± 1 Liter/tangki hingga tercampur merata dan didiamkan selama 15-30 menit sampai membentuk gumpalan atau endapan tahu.

Penambahan bahan penggumpal ini bertujuan untuk mengendapkan dan menggumpalkan protein tahu sehingga terjadi pemisahan antara limbah cair tahu (whey) dengan endapan atau disebut sebagai bubur tahu. Selanjutnya bubur tahu diambil secara perlahan ke proses pencetakan dan pengepresan. Proses ini bertujuan untuk memadatkan bubur tahu hingga terbentuk persegi dan mengurangi kadar air yang tersisa.

C. Identifikasi Limbah Proses Produksi Tahu

Sebanyak 200 kg kedelai dan 300 Liter kebutuhan air yang digunakan pada proses perendaman dan pencucian. Hasil pengukuran limbah cair tahu pada proses perendaman dan pencucian rata-rata sebesar 150 Liter/hari. Jumlah limbah cair tertinggi terdapat pada hari ke II yaitu sebesar 155 Liter sedangkan jumlah limbah cair terendah terdapat pada hari ke III, IV, dan V yaitu sebesar 147 Liter.Selama pengukuran limbah cair tahu terdapat ceceran kedelai sebesar 0,8 kg.

(6)

6 Pada proses penggilingan dilakukan penambahan air mengalir sebesar 150 Liter dan terdapat ceceran kedelai sebesar 0,5 kg. Penambahan air bertujuan untuk meringankan fungsi penggilingan dalam menghaluskan kedelai dan mempermudah bubur kedelai untuk keluar. Hasil pengukuran limbah ampas tahu pada proses pemerasan cenderung stabil karena penggunaan bahan baku kedelai yang tetap dan terdapat selisih antara jumlah berat ampas tahu tertinggi pada hari ke IV dan terendah pada hari ke II sebesar 2,3 kg dengan kebutuhan air yang digunakan sebesar 1000 Liter. Rata-ratalimbah ampas tahu yang dihasilkan sebesar 299,7 kg/hari. Selama pengukuran limbah ampas tahu tidak ada ceceran ampas tahu yang ditemukan pada proses pemerasan karena bubur kedelai yang diperas terbungkus oleh kain mori tipis. Pihak industri telah menerapkan sistem pengolahan limbah ampas tahu yaitu dengan menjual kepada peternak dengan harga Rp 30.000,00/karung.

Pada proses pemasakan atau perebusan sari kedelai yang dilakukan selama 30 menit menghasilkan uap air rata-rata sebesar 139 Liter. Proses tersebut tidak ada penambahan air dan terdapat ceceran busa sari kedelai yang dihasilkan.

Proses penggumpalan menghasilkan limbah cair (whey) atau cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air didih. Terjadinya proses pembentukan gumpalan tahu dikarenakan adanya penambahan bahan penggumpal yaitu kalsium sulfat (CaSO4) dan garam. Hasil pengukuran limbah cair (whey) mengalami perbedaan volume yang didapatkan. Jumlah whey tertinggi berada pada hari ke II yaitu sebesar 396 Liter sedangkan yang terendah berada pada hari ke VII. Proses pengukuran whey tidak semuanya tertampung ke dalam ember karena dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu kondisi tempat yang kecil dan karyawan yang sedang melakukan pengolahan tahu. Rata-rata wheyyang dihasilkan sebesar 378 Liter/hari.

Pengambilan sampel limbah tahu dilakukan pada hasil proses penggumpalan karena mengandung bahan-bahan organik yang tinggi terutama protein yang dapat segera terurai. Hasil analisa parameter limbah cair tahu dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Hasil Analisa Limbah Cair Tahu

No. Karakteristik Limbah Tahu Hasil Uji Baku Mutu 1.

2.

3.

4.

BOD 10327 mg/L 150 COD 19052 mg/L 300

TSS 1301 mg/L 100 pH 5,5-5,6 6,0-9,0

*PERMENLHNomor5 Tahun2014

Limbah cair tahu pada Industri Kecil Tahu Jalan Parit Pangeran Siantan semua parameter telah melebihi standar baku mutu menurut PERMEN LH No. 5 Tahun 2014 untuk parameter BOD, COD dan TSS. Konsentrasi BOD sebesar 10327 mg/L, COD sebesar 19052 mg/L dan TSS sebesar 1301 mg/L, nilai tersebut lebih besar dari standar baku mutu yang ditetapkan untuk dibuang ke lingkungan yaitu BOD hanya ditetapkan 150 mg/L, COD sebesar 300 mg/L dan TSS maksimal 200 mg/L. Nilai pH pada limbah whey sebesar 5,5-5,6 nilai tersebut lebih rendah dari standar baku mutu yang digunakan yaitu diantara rentang 6,0-9,0.

Proses pencetakan dan pengepresan merupakan tahap terakhir dari proses pengolahan tahu. Selama pengukuran limbah cair tahu pada proses pencetakan dan

(7)

7 pengpresan mengalami perbedaan volume yang didapatkan. Jumlah limbah cair tahu tertinggi cenderung sama yaitu pada hari ke III, IV dan VI sebesar 200 Liter sedangkan pada hari ke I jumlah limbah cair tahu terendah yaitu sebesar 174 Liter. Selamaproses pengukuran limbah cair tahu tidak semuanya tertampung ke dalam ember karena dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu kondisi tempat yang kecil dan karyawan yang sedang melakukan pengolahan tahu. Rata-rata limbah cair tahu yang dihasilkan pada proses pencetakan dan pengepresan yaitu sebesar 190 Liter/hari. Selama pengukuran ditemukan ceceran tahu sebesar 0,6 kg.Tahu yang dihasilkan kemudian disimpan ke wadah penampungan dengan masing-masing berisi ± 500 cetakan tahu dan siap untuk dipasarkan.

D. Analisis Neraca Massa

Percetakan dan Pengepresan Pencucian/Perendaman

4 jam

Penggumpalan Penggilingan

Pemerasan/Penyaringan

Pemasakan/Perebusan 30 menit Air 300 L

Air 150 L

Ampas tahu 299,7 kg Air 1000 L

Tepung Tahu dan Garam 8 L

Limbah cair 378 L

Limbah cair 190 L Ceceran tahu

0,6 kg Ceceran kedelai 0,5 kg

676 L 1060 L 498,7 kg 349,2 kg

1199 L

5000 Potong tahu Kedelai 200 kg

INPUT PROSES OUTPUT

Limbah cair 150 L Ceceran kedelai 0,8 kg

Uap air 139 L

Gambar 3. Diagram Alir Neraca Massa Produksi Tahu

Hasil pengukuran jumlah input dan output serta potensi limbah yang dihasilkan pada proses pengolahan tahu. Jumlah input yang dihasilkan sebesar 1658 Liter/hari dan output (non produck) sebesar 1158,6 Liter/hari. Jumlah input terdiri dari kedelai, air dan bahan penggumpal sedangkan output terdiri dari limbah cair tahu (whey), ceceran kedelai/tahu, ampas tahu dan uap air. Persentase output yang dihasilkan yaitu limbah cair tahu sebesar 43%, ampas tahu sebesar 18%, ceceran kedelai/tahu sebesar 0,11%

dan uap air sebesar 18%. Proses pengolahan tahu yang berpotensi menghasilkan limbah cair tahu terdapat pada proses penggumpalan yaitu sebesar 378 Liter/hari atau sekitar 22,8%. Jumlah produk tahu pada neraca massa sebesar 5000 potong tahu atau sekitar 500 kg. Persentase produk tahu terdiri dari 40% kedelai dan 60% air dari total produk tahu yang dihasilkan.

E. Potensi Timbulan Limbah dan Penyebabnya

Jumlah timbulan limbah pada proses perendaman dan pencucian yaitu air sisa sebesar 150 Liter dan ceceran kedelai sebesar 0,8 kg. Timbulnya limbah cair ini disebabkan faktor material dan terjadi proses pengerjaan yaitu dengan membersihkan kedelai dari kotoran seperti batu, pasir dan benda asing lainnya (Jaya, 2019). Sedangkan ceceran kedelai disebabkan oleh faktor karyawan yang kurang teliti karena mencurahkan secara langsung wadah tangki proses pertama ke saringan berukuran

(8)

8 kecil. pada proses penggilingan dihasilkan timbulan limbah yaitu ceceran kedelai sebesar 0,5. Hal ini disebabkan oleh faktor mesin yang dimana penggunaan corong pada mesin berukuran kecil. Corong yang digunakan adalah galon bekas yang direuse kembali. Pada proses pemerasan atau penyaringan ini menghasilkan timbulan limbah padat atau ampas tahu sebesar 299,7 kg. Timbulan limbah padat ini disebabkan oleh proses pengerjaan yang dimana terjadi pemisahan antara sari kedelai dan ampas tahu. Proses penggumpalan menghasilkan timbulan limbah cair tahu (whey) sebesar 378 Liter.

Timbulan limbah cair tahu ini disebabkan oleh proses pengerjaan dengan penambahan bahan penggumpal sehingga terjadi pembentukan lapisan atas yaitu whey sedangkan lapisan bawah adalah endapan atau gumpalan yang disebut bubur tahu setelah terjadi proses pemadatan. Proses pencetakan dan pengepresan menghasilkan timbulan limbah yaitu limbah cair tahu sebesar 190 Liter dan ceceran tahu sebesar 0,6. Hal ini disebabkan oleh proses pengerjaan yaitu mengurangi kadar air dengan memadatkan bubur tahu sehingga terbentuk beberapa bagian tahu dan ceceran tahu timbul dikarenakan faktor karyawan yang kurang teliti dalam memindahkan bubur tahu ke cetakan yang dibuat.

F. Alternatif Peluang Produksi BersiH

Penentuan alternatif produksi bersih yang ditawarkan didasarkan pada tiga aspek yaitu aspek teknis, aspek lingkungan dan aspek ekonomi. Aspek teknis ditinjau dari kelemahan, kemudahan, kemungkinan dan kesesuaian dengan kondisi industri kecil tahu tersebut. Aspek lingkungan dilihat dari dampak yang ditimbulkan dari alternatif produksi bersih yang ditawarkan. Aspek ekonomi untuk memperkirakan biaya penghematan atau keuntungan yang dapat diperoleh dari alternatif produksi bersih yang ditawarkan dengan menghitung payback period atau waktu minimum untuk mengembalikan investasi awal (Rahmawakhida, 2007).

Alternatif produksi bersih yang ditawarkan pada pihak industri tahu yaitu penerapan good manufacturing practices, pengolahan air sisa proses perendaman dan pencucian untuk dimanfaatkan kembali (reuse), pemanfaaatan whey menjadi nata the soya, pemanfaatan whey menjadi pupuk cair organik, pemanfaatan whey dalam pembuatan biogas. Nilai ekonomi alternatif produksi bersih yang ditawarkan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Analisis Nilai Ekonomi Produksi Bersih No Alternatif Produksi Bersih Biaya Investasi

Perkiraan Penghematan per

bulan

PBP (bulan)

1 Good Manufacturing Practices

(GMP) Rp 4.350.000,00,- Rp 1.200.000,00,- 2

2

Pengolahan Air Sisa Proses Perendaman dan Pencucian Untuk Dimanfaatkan Kembali (Reuse)

Rp 2.884.900,00,- Rp 30.713,00,- 94

3 Pemanfaatan Whey Menjadi

Nata de Soya Rp 3.393.525,00,- Rp 3.408.000,00,- 1 4 Pemanfaatan Whey Menjadi

Pupuk Cair Organik Rp 385.000,00,- Rp 800.000,00,- 0,48

(9)

9 5 Pemanfaatan Wheydalam

Pembuatan Biogas Rp 41.171.500,00,- Rp 269.250,00,- 152,4 Total Rp 51.963.925,00,- Rp 5.707.963,00,- 242,88

Berdasarkan pada Tabel2.menunjukan total nilai ekonomi untuk alternatif produksi bersih yang ditawarkan, kemungkinan jumlah biaya penghematan yang diperoleh sebesar Rp 5.707.963,00,- dengan total investasi sebesar Rp 48.269.925,00,- dan waktu pengembalian biaya investasi selama 249,88 bulan atau sekitar 21 tahun. Selain alternatif produksi bersih yang ditawarkan, evaluasi unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada Industri Kecil Tahu Jalan Parit Pangeran Siantan perlu dilakukan karena IPAL merupakan solusi yang paling efektiv dan efisien untuk menurunkan kandungan beban pencemar yaitu BOD, COD, TSS dan pH pada limbah cair tahu sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan. Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh (Martia, 2020) bahwa perancangan IPAL dapat menurunkan kandungan BOD sebesar 98,406 ml/L, COD sebesar 270.564 mg/L dan TSS sebesar 4,856 mg/L. Evaluasi unit IPAL kemungkinan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 2.060.000,00,- dalam sekali pengerjaan perawatan dengan tujuan untuk mengembalikan efektivitas unit IPAL dalam mengolah limbah cair tahu.

G. Sosialisasi Alternatif Pengolahan Limbah Cair Tahu

Berbagai alternatif solusi tersebut yang ditawarkan, terdapat 2 alternatif yang mendapatkan respon positif karena biaya kebutuhan yang diperlukancukup terjangkau, metode pengolahan limbah yang tepat guna, dan dapat memberikan keuntungan bagi pihak industri kecil tahu. Alternatif tersebut adalah pemanfaatan wheymenjadi pupuk cair organik dan evaluasi unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Alternatif pemanfaatan whey menjadi pupuk cair organik bagi pihak industri bisa diterapkan karena biaya yang dikeluarkan relatif murah dan dapat mengurangi limbah cair tahu yang dihasilkan kemudian untuk evaluasi unit IPAL, respon dari pihak industri kecil tahu adalah bisa diterapkan kembali karena dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan. nilai ekonomi pada pemanfaatan whey menjadi pupuk cair organik dan evaluasi unit IPAL dengan jumlah investasi sebesar Rp 2.445.000,00,-. Kemungkinan keuntungan yang didapatkan pada penerapan alternatif ini sebesar Rp 800.000,00,- dengan waktu pengembalian biaya investasi yang dikeluarkan selama 3,05 bulan.

Kendalayang dialami oleh pihak industri pada penerapan alternatif produksi bersih yang diberikan yaitu pada evaluasi IPAL timbulnya kebocoran pada instalasi pipa penyalur air limbah dari unit pengolahan tahu menuju IPAL karena instalasi pipa sangat rentan terjadi kebocoran sehingga limbah cairnya terbuang ke lingkungan, saringan air limbah rusak sehingga di dalam unit pengolahan limbah banyak ditemukan kotoran- kotoran yang terikut aliran air limbah masuk ke dalam sistem pengolahan air limbah. Hal ini dapat menganggu efektivitas proses pengolahan limbah cair tahu. Kapasitas bak equalisasi tidak sesuai dengan limbah cair yang dihasilkan sehingga limbah cair banyak terbuang ke lingkungan dan menimbulkan bau busuk yang menyengat. Tidak semua pengrajin tahu berperan aktif dalam pemeliharaan IPAL dan pengelolaan lingkungan karena kurangnya informasi dan rasa kurang memiliki terhadap pengolahan limbah.

Sedangkan pemanfaatan whey menjadi pupuk cair organik kendala yang dihadapi yaitu proses pembiasaan membuka tutup wadah penyimpanan secara rutin setiap hari untuk mengeluarkan gas selama fermentasi agar tidak terjadi ledakan kecil, kualitas pupuk cair organik tidak konsisten karena dipengaruhi bahan baku yang diberikan dan

(10)

10 diperlukan waktu yang lama untuk mengetahui efek dari pupuk cair yang dihasilkan terhadap tanaman. Selain itu, kurangnya informasi dan rasa kurang memiliki dalam pengolahan limbah cair ini menjadi pupuk cair organik.

4. PENUTUP KESIMPULAN

Proses produksi tahu pada Industri Kecil Tahu di Jalan Parit Pangeran Siantan meliputi perendaman dan pencucian, penggilingan, pemerasan atau penyaringan, penggumpalan, pencetakan dan pengepresan. Alternatif konsep minimasi limbah yang dapat diterapkan oleh pihak industri yaitu pemanfaatan whey menjadi pupuk cair organik dan evaluasi unit IPAL dengan total biaya investasi sebesar Rp 2.445.000,00,-, kemungkinan biaya penghematan yang diperoleh sebesar Rp 800.000,00,- dan nilai PBP selama 3,05 bulan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada dosen pembimbing skripsi, ibu Dian Rahayu Jati, S.T, M.Si dan ibu Ochih Saziati, S.Si, M.Sc serta dosen penguji skripsi ibu Dr. Rizki Purnaini, S.T, M.T dan ibu Herda Desmaiani, S.Si, M.Sc serta keluarga dan semua pihak yang terlibat untuk membantu penulis selama proses pengerjaan penelitian yang tidak dapat diucapkan satu persatu.

DAFTAR PUSTAKA

Basir, N., Harihastuti, S. Djayanti, dan Sartamtomo. 2014. Pilot Project Inkubator Teknologi Industri Tahu Yang Efisien Dan Ramah Lingkungan.

Djayanti, S. 2015. Kajian Penerapan Produksi Bersih Di Industri Tahu Desa Jimbaran Bandungan, Jawa Tengah. Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri 6(2):75-80.

Jaya, J. D., E. Lestari. 2019. Perancangan Produksi Bersih Dengan Pendekatan 5r di UD.

Usaha Berkah Pelaihari. Jurnal Ilmiah Inovasi 19(2):44-49

Martia, R. D., Fatoni, R. 2020. Penerapan Sistem Produksi Bersih Dan Perancangan IPAL Pada Industri Tahu Sragen Jawa Tengah. University Research Colloquium (URECOL). Universitas Aisyiyah Yogyakarta: Yogyakarta.

Rahmawakhida, A. 2007. Kajian Penerapan Strategi Produksi Bersih di Sentra Industri Kecil Tapioka (Studi Kasus Kelurahan Ciluar Kecamatan Bogor Utara. [Skripsi].

Bogor: Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Shaffitri, L. R. 2015. Peranan BUMDes Dalam Pengelolaan Limbah Cair Tahu Dan Pemanfaatan Biogas. Jurnal Risalah Kebijakan Pertanian Dan Lingkungan 2(2):136-142.

Ulya, M. 2018. Identifikasi Peluang Produksi Bersih Pada Industri Keripik Singkong. Jurnal Reka Pangan 12(1):78-82

Widaningrum, I. 2015. Teknologi Pembuatan Tahu Yang Ramah Lingkungan (Bebas Limbah). Jurnal Dedikasi 12(1):14-21.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengolahan statistik deskriptif diketahui bahwa nilai minimum Corporate Social Responsibility (CSR) adalah 0.538 dengan nilai maximum sebesar 0.846

Penyebaran virus covid-19 di awal tahun 2022 tersebar sangat cepat di penjuru dunia salah satunya Negara Indonesia teruama dibidang pendidikan, walaupun kondisi