• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN REVOLUSI MENTAL DALAM MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA POLRES HULU SUNGAI SELATAN

N/A
N/A
RBZ 013

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN REVOLUSI MENTAL DALAM MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA POLRES HULU SUNGAI SELATAN "

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

101

PENERAPAN REVOLUSI MENTAL DALAM

MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA POLRES HULU SUNGAI SELATAN

Binsar Marpaung

STIA Bina Banua Banjarmasin tuanunggal@yahoo.com

Singgih Priono

STIA Bina Banua Banjarmasin singgih.priono@stiabinabanuabjm.ac.id

Abstract: This study aims to (1) find out the application of mental revolution in terms of attitude, character, temperament and character in improving the performance of South Hulu Sungai Police Resort. (2) identify the obstacles in the application of mental revolutions to improve. (3) find out solutions that can overcome obstacles in the application. The design of this study is based on a survey approach which is descriptive qualitative in nature. Data collected through interviews, observation and documentation. The analysis used in this study is qualitative. The results showed that (1) The application of a mental revolution in improving the performance of South Hulu Sungai Police Resort members was carried out optimally. Based on the results of the study showed that the existence of the application of the mental revolution seen a good attitude in accordance with what is expected by the police institution. For the application of the mental revolution seen from the nature carried out as part of Polri's tasks to be able to improve discipline so as to provide the best service to the community. To manage organizational member behavior and temperament that develops with a change in culture (mental revolution). Judging from the character in improving the performance of the South Hulu Sungai Police Resort to show the figure of the South Hulu Sungai Polress Member who is more empathetic to the community. This research is not fully said that the performance results can increase its members in a professional manner because there are still deficiencies that need to be addressed, especially regarding the elements of increasing member discipline owned, the number of work support facilities owned are still for operational purposes as well as service work targets that must be provided to local community community through the effectiveness of cooperation in accordance with management in the South Hulu Sungai Police Resort. (2) Constraints caused by lack of quality education and training, lack of inherent supervision and the need for welfare have not been fully provided properly. (3) solutions carried out by (1) improving the quality of education and training of members (2) carrying out supervision and (3) increasing welfare to members

Keywords: Mental Revolution, Attitude, Nature, Temperament, Character, Member Performance

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui penerapan revolusi mental di lihat dari sikap, sifat, temperamen dan watak dalam meningkatkan kinerja Anggota Polres Hulu Sungai Selatan. (2) mengidentifikasi yang menjadi kendala dan. (3) mengetahui solusi yang dapat mengatasi kendala. Rancangan penelitian ini berdasarkan pendekatan kualitatif yang sifat

(2)

102

penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Informan adalah semua Kasat di Polres dan key informan dalam penelitian ini adalah Kepala Bagian Sumda (Sumber Daya) dan Bagian Bina Mitra dan Bagian administrasi Polres Hulu Sungai Selatan. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Penerapan revolusi mental dalam meningkatkan kinerja Anggota Polres Hulu Sungai Selatan telah dilaksanakan secara optimal. Penerapan revolusi mental dilihat sikap yang baik sesuai dengan yang diharapkan oleh lembaga kepolisian. Dilihat dari sifat yang dilaksanakan sebagai bagian tugas Polri untuk lebih dapat meningkatkan kedisiplinan.

Temperamen yang berkembang dengan perubahan kultur (revolusi mental). Dilihat dari watak dalam meningkatkan kinerja anggota Polres Hulu Sungai Selatan untuk menampilkan sosok lebih berempati kepada masyarakat. Penelitian ini tidak sepenuhnya dikatakan bahwa hasil kinerja dapat meningkatkan anggotanya secara profesional karenanya masih terdapat kekurangan yang perlu dibenahi terutama menyangkut unsur-unsur peningkatan disiplin anggota yang dimiliki, jumlah sarana pendukung kerja yang dimiliki masih untuk keperluan secara operasional serta sasaran kerja pelayanan yang harus diberikan kepada masyarakat. (2) Kendala disebabkan oleh kurangnya kualitas pendidikan dan pelatihan, kurangnya pengawasan melekat serta kebutuhan akan kesejahteraan belum sepenuhnya diberikan dengan baik. (3) solusi yang dilakukan dengan (1) peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan anggota (2) melakukan pelaksanaan pengawasan serta (3) peningkatan kesejahateran kepada anggota.

Kata Kunci: Revolusi Mental, Sikap, Sifat, Temperamen, Watak, Kinerja Anggota

Latar Belakang

Terpeliharanya keamanan dan ketentraman menjadi program yang dikhususkan terhadap penerapan Nilai-Nilai Revolusi Mental dalam melibatkan masyarakat sebagai Subjek. Akan tetapi sebelum masyarakat dilibatkan, masyarakat harus mampu melaksanakan Nilai-Nilai Revolusi mental dalam memelihara hubungan yang baik kesesama masyarakat lain dalam bentuk sosialisasi pemahaman awal kepada masyarakat melalui peran aktif Polres Hulu Sungai Selatan.

Berdasarkan pra survey yang dilakukan di Polres Hulu Sungai Selatan dalam penerapan Nilai-Nilai Revolusi Mental sudah dilaksanakan melalui Program Terpeliharanya Persatuan dan Kesatuan dan Program Terciptanya Kerukunan Umat Beragama yang menjadi salah sat poin dalam Nilai-Nilai Revolusi Mental dan realisasinyapun belum maksimal.

Akan tetapi berdasarkan kenyataan yang ada dua program mengenai Nilai- Nilai Revolusi Mental dalam pelaksanaan belum nampak dalam menciptakan

(3)

103

pemahaman yang baru kepada masyarakat. Sehingga yang menjadi masukan bagi pemerintah menyusun program yang mengandung Nilai-Nilai Revolusi Mental dan hasilnyapun harus mampu nampak hasilnya terlebih dalam membangun pemahaman dasar mengenai nilai-nilai revolusi mental di dalam masyarakat.

Akibat dari gerakan revolusi mental yang dilakukan institusi POLRI juga menerapkan kinerja anggota kearah yang lebih baik dalam hal memberikan pelayanan kepada masyarakat. Walaupun Reformasi telah menghasilkan kemajuan dalam berbagai aspek, seperti kemajuan dalam kehidupan demokrasi, dengan dilaksanakannya pemilihan langsung, mulai dari Presiden hingga pemilihan kepala daerah, terjadi penguatan pada institusi hukum seperti KPK, MK dan KY, yang kesemuanya telah membawa dampak pada supremasi hukum di Negara ini.

Penegakan supremasi hukum perlu dikuatkan, dengan memberikan penguatan kepada institusi Kejaksaan, Kepolisian dan lembaga Peradilan, selain KPK, dengan demikian pemberantasan korupsi, penanganan kasus Kriminal yang sudah merajalela di masyarakat dapat tertangani dengan cepat. Penanganan kasus- kasus pelecehan seksual yang sudah merambah begitu jauh, bahkan sudah mengancam kehidupan anak-anak, termasuk kanyamanan kaum perempuan, juga kasus pemerkosaan yang sudah semakin marak belakangan ini perlu mendapat perhatian pemerintah dan harus dicarikan solusinya dengan cepat.

Pada revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan. Urusan kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun suatu sistem yang sama sekali baru. Revolusi senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol dan membangun.

Terwujudnya Anggota Polres Hulu Sungai Selatan yang profesional dalam mewujudkan Kamtibmas dan memberikan pelayanan dalam meningkatkan

(4)

104

masyarakat tentunya membawa konsekwensi dan konsistensi bahwa Polri harus mampu berbenah diri, mengubah paradigma lama menuju paradigma baru Anggota Polres Hulu Sungai Selatan berupa mind set dan culture set dalam memberikan pelayanan dalam meningkatkan masyarakat yang diseleraskan dengan keinginan dan harapan masyarakat. Perubahan paradigma baru Polri ini sesuai strategi dan kebijakan organisasi Polri sebagaimana dimaksud pada Grand Strategi Polri 2005-2025 yang merupakan kerangka dasar arah kebijakan strategis Polri pada setiap tahapan yakni trust building, partnership building dan strive for excelence.

Penerapan revolusi mental dan perkembangan dinamika masyarakat yang menuntut dilakukannya reformasi birokrasi Polri yang mengarah pada profesionalisme dan modernisasi mengharuskan organisasi Polri disetiap tingkatan melakukan perubahan paradigma agar reformasi birokrasi Polri dapat tewujud ditengah-tengah masyarakat.

Reformasi birokrasi Anggota Polres Hulu Sungai Selatan saat ini menekankan pada tiga masalah sentral yakni: interumental, struktural dan kultural. Pelayanan masyarakat di Polres Hulu Sungai Selatan, mulai dari pelayanan penanganan kasus, masih berjalan lamban, malahan ada kesan masyarakat yang sudah terkena masalah malahan bisa menjadi korban, ulah oknum polisi yang sedang bertugas, yang tidak melakukan pelayanan dengan baik. Pengurusan SIM masih juga menjadi salah satu sumber pungutan liar selain penanganan kasus kriminal. Terjadinya pelanggaran lalu lintas di wilayah hukum Polres Hulu Sungai Selatan juga perlu suatu penanganan yang lebih baik, sehingga tidak ada lagi negosiasi antara petugas dengan pelanggar lalu lintas. Hal ini perlu dilakukan agar penerimaan Negara tidak lari ke kantong para petugas yang tidak bertanggungjawab dan bermental kurang baik. Keadilan harus diterapkan secara adil kepada semua masyarakat dengan tanpa pandang bulu, atau tidak tebang pilih.

(5)

105

Akibat dari manusia tidak mengindahkan nilai-nilai luhur (nilai agama, sosial budaya dan falsafah bangsa), maka masyarakat akan dikendalikan oleh paham liberalisme, hedonisme, dan sekuralisme. Dalam kondisi yang demikian mental seseorang menjadi bad character, dan tidak lagi dapat membedakan mana yang real dan mana yang tidak; mana yang sifatnya kebutuhan (need) dan mana pula yang sifatnya keinginan (want). Akibatnya bangsa akan hancur dan kehilangan jati dirinya. Pada posisi ini revolusi mental sangat penting dilakukan dan itu pusatnya adalah manusianya bukan sistem atau sarana prasarananya. Jati diri manusia terdiri dari perangkat mental harus berangkat dari ketepatan memahami. Karena perangkat itulah alat bagi mental.

Anggota yang berada khususnya di Polres Hulu Sungai Selatan benar telah menerapkan nilai-nilai revolusi mental sebagai acuan untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakatnya atau malah sebaliknya sebagaiman isu yang berkembang ditengah masyarakat. Untuk itu peneliti mengangkat sebuah judul penelitian mengenai “Penerapan Revolusi Mental Dalam Meningkatkan Kinerja Anggota Polres Hulu Sungai Selatan”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan revolusi mental di lihat dari sikap, sifat, temperamen dan watak dalam meningkatkan kinerja Anggota Polres Hulu Sungai Selatan

?

2. Apa saja yang menjadi kendala dalam penerapan revolusi mental guna meningkatkan kinerja Anggota Polres Hulu Sungai Selatan ?

3. Bagaimana solusi yang dapat mengatasi kendala-kendala dalam penerapan revolusi mental guna meningkatkan kinerja Anggota Polres Hulu Sungai Selatan ?

(6)

106 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan revolusi mental di lihat dari sikap, sifat, temperamen dan watak dalam meningkatkan kinerja Anggota Polres Hulu Sungai Selatan.

2. Untuk mengidentifikasi yang menjadi kendala dalam penerapan revolusi mental guna meningkatkan kinerja Anggota Polres Hulu Sungai Selatan.

3. Untuk mengetahui solusi yang dapat mengatasi kendala-kendala dalam penerapan revolusi mental guna meningkatkan kinerja Anggota Polres Hulu Sungai Selatan.

Tinjauan Pustaka

1. Revolusi Mental adalah suatu gerakan perubahan yang dilakukan secara massif atau besar-besaran, menyeluruh dan cepat dalam sitem pengelolalaan Negara untuk mencapai kemaslahatan rakyat Indonesia.

Adapun faktor-faktor revolusi mental tersebut terdiri atas :

1) Sikap adalah nilai – nilai yang dimiliki seseorang. Sikap dan nilai diukur melalui tes kepada responden untuk mengetahui nilai yang dimiliki seseorang dan apa yang menarik bagi seseorang untuk melakukan sesuatu.

2) Sifat adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi objek, situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.

Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negative tehadap objek atau situasi.

3) Temperamen adalah gaya-prilaku karakteristik individu dalam merespon sesuatu yang dipenerapani oleh konsitusi tubuhnya.

4) Watak adalah watak yang membuat orang untuk berperilaku atau bagaimana seseorang merespon sesuatu dengan cara tertentu.

(7)

107

2. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Adapun indikator variabel kinerja adalah:

a. Kemampuan : kecakapan kerja, ketrampilan, pengalaman, kesungguhan, kesegaran dan kesehatan dan laporan hasil kerja

b. Efektifitas dan efisiensi : daya guna dan hasil guna serta hasil kerja

c. Otoritas dan tanggungjawab : tanggung jawab terhadap penyelesaian tugas, memikul resiko memelihara barang milik kantor dan tanggung jawab di tempat tugas.

Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian tentang penerapan revolusi mental dalam meningkatkan kinerja Anggota Polres Hulu Sungai Selatan digambarkan dalam kerangka pikir penelitian berikut ini :

Temperamen

Sikap Sifat Watak

Meningkatnya Kinerja Anggota

Kemaslahatan Masyarakat akan Tercapai Revolusi Mental

Anggota Polres Hulu Sungai Selatan

(8)

108

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian Metode Penelitian

Adapun desain penelitian yang dilakukan adalah dengan metode deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian ini hanya memaparkan data deskriptif dari berbagai sumber, baik secara lisan maupun dalam bentuk tertulis sehingga didapatkan informasi yang aktual dan terperinci, maka peneliti ingin mengetahui dan menganalisis adanya penerapan revolusi mental dalam meningkatkan kinerja Anggota Polres Hulu Sungai Selatan di lihat dari sikap, sifat, temperamen, dan watak. Informan adalah semua Kasat di Polres dan key informan dalam penelitian ini adalah Kepala Bagian Sumda (Sumber Daya) dan Bagian Bina Mitra dan Bagian administrasi Polres Hulu Sungai Selatan. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Penerapan Revolusi Mental Dalam Meningkatkan Kinerja Anggota Polres Hulu Sungai Selatan

Penerapan revolusi mental dalam meningkatkan kinerja anggota di Polres Hulu Sungai Selatan tidak harus diukur semata-mata dengan tingkat aktivitas. Pengukuran harus mencerminkan apa yang polisi capai di dalam masyarakat. Namun masalah dengan ukuran aktivitas tidak langsung, ukuran itu bersifat dugaan; mereka cenderung bersifat mekanistik,

Ukuran terbaik adalah anggaran program, desentralisasi perintah, penelitian sistematis atas “praktik terbaik,” pemecahan masalah dari bawah ke atas, supervisor yang memfasilitasi bukan hanya mengaudit, yang menunjukkan

(9)

109

keterampilan daripada peringkat, dan sistem informasi yang berbasis manajemen.

Singkatnya, kualitas manajemen adalah elemen yang hilang dalam penilaian sebagian besar penerapan revolusi mental dalam meningkatkan kinerja anggota di Polres Hulu Sungai Selatan organisasi kepolisian. Model kepemimpinan perubahan yang memfokuskan pada keseimbangan aksi antara bulatan pertama berisi keteladanan, bulatan kedua berisi peningkatan kemampuan dan bulatan ketiga berisi team building selanjutnya bulatan keempat berisi keberhasilan pelaksanaan tugas Polres Hulu Sungai Selatan. Kunci suksesnya bukan terletak kehebatan pada masing-masing kerja perseorang tapi terletak pada keseimbangan aksi dari keempat bulatan tersebut, adalah :

a. keteladanan dari seluruh angota Polres Hulu Sungai Selatan yang dibina Kepemimpinan bukan hanya melekat kepada para pejabat tetapi juga ditemukan pada pelaksana dibawah. Karena mereka harus memimpin diri sendiri ketika melakukan tindakan-tindakan kepolisian yang harus disesuaikan dengan nilai-nilai yang wajib dipegang teguh. Nilai-nilai tersebut adalah secara proaktifmenjaga keamanan dan ketertiban menjadi penegak hukum yang ikhlas, melindungi, mengayomi masyarakat dengan semangat memberi, bukan minta. Menyuarakan nilai-nilai ini menjadi tugas para pejabat karena tantangan mereka sehari-hari adalah harus menghadapi godaan yang mengakibatkan anggota polri dapat kehilangan arah.

Menjadi teladan menuntut kejelasan nilai yang dapat memberikan tanda-tanda secara jelas kearah mana anggotanya akan dibawa. Pemimpin secara pribadi merupakan bagian yang esensial dalam memberikan contoh kepada orang lain. Apabila kita tidak memiliki bawahan, satu-satunya orang yang kita pimpin adalah diri kita sendiri. Oleh karena itu kita dituntut bisa memimpin diri sendiri baru memimpin orang lain.

Nilai ini tidak bisa dipaksakan tapi harus dibentuk. Kalau kita ingin menjadi pemimpin dilingkungan polri yang sukses perlu dikomunikasikan secara terus menerus dan diperlukan kesabaran karena kadang-kadang sukses memerlukan waktu yang panjang. Keteladanan seorang pemimpin diharapkan

(10)

110

dapat juga memberikan inspirasi bagi yang dipimpin yang mencakup berbagai bidang, kadang-kadang dapat juga memberi inspirasi diluar bidang tugas Polisi termasuk inspirasi tentang hal-hal kecil yang dapat membuat perbedaan yang sangat besar apabila dilakukan secara terus menerus.

Keteladanan juga menyangkut keterbukaan baik proses maupun hasilnya, keterbukaan merupakan budaya yang paling sulit untuk dirubah karena harus menentang proses budaya lama. Kita menyadari banyak orang tidak menyukai perubahan tersebut karena dapat mempengaruhi prestasi, harga diri dan periuk belanga mereka namun keterbukaan juga perlu pengorbanan pribadi untuk mencapai tujuan yang lebih berharga serta mulia dengan cara-cara kreatif dan inovatif sehingga berkembang menjadi lebih baik.

b. Peningkatan kemampuan.

Untuk meningkatkan kemampuan seluruh anggota Polres Hulu Sungai Selatan dilaksanakan pelatihan melalui kegiatan operasional sehari- hari. Kegiatan Kapolres Hulu Sungai Selatan dalam segala aspek mendapat perhatian yang serius dari unsur pimpinan, diberikan evaluasi setiap minggu dan juga diberikan feed back berupa penekanan-penekanan agar kegiatan operasional maupun pembinaan menjadi sarana proses belajar bagi seluruh anggota. Kegiatan anggota yang baik dan bersifat prestatif untuk dicontoh sedangkan kegiatan-kegiatan yang tercela juga dijadikan pelajaran untuk tidak dicontoh.

Peningkatan kemampuan juga dimotifasi dengan cara memberikan penghargaan kepada mereka yang melaksanakan tugas melebihi panggilan tugasnya, sedangkan yang tercela juga diberikan hukuman melalui proses sidang yang adil sehingga dapat memberikan inspirasi bagi seluruh keluarga besar Polres Hulu Sungai Selatan.

Dalam menciptakan iklim ikut handarbeni terhadap kesuksesan Polres Hulu Sungai Selatan dalam melaksanakan tugas menjaga keamanan,

(11)

111

menegakkan hukum, melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat.

Mereka perlu diberdayakan dengan memberikan kewenangan penuh yang patut diberikan kepada seorang polisi. Secara organisatoris Polres dan polres boleh menangani kasus apa saja, asal mampu melakukan. Polres punya kewenangan yang besar, termasuk kewenangan mengaktualisasikan kesatuannya kepada publik terhadap prestasi yang dicapainya tanpa harus meminta ijin kepada kesatuan atas. Peningkatan kemampuan juga dilakukan melalui Unstructure Learning dimana anggota Polres Hulu Sungai Selatan terus menerus mendapat pelatihan mengenai peningkatan kemampuan fungsi maupun peningkatan kemampuan managerial dan leadership disela-sela kegiatan terstruktur baik dalam bidang operasional maupun pembinaan.

Untuk menjaga agar moral anggota tetap tinggi diperlukan energi yang besar untuk secara terus menerus membangkitkan semangat tersebut. Setiap pemimpin dan seluruh anggota di semua tingkatan, melalui sentuhan kemanusiaan, perintah-perintah serta feed back bahkan kadang berupa konfrontasi dengan semangat hari esok lebih baik, semangat berubah untuk lebih baik inilah yang secara konsisten harus disampaikan.

c. Membangun Kepercayaan

Dalam mencapai tujuan bersama guna membangun kepercayaan antara pimpinan dan yang dipimpin didasarkan pada budaya air mengalir yang berarti spontan apa adanya dengan tingkat kejujuran yang tinggi. Penciptaan kondisi ini untuk menangkal setiap gelombang issue yang menerpa Polres Hulu Sungai Selatan baik yang timbul dari luar maupun dari dalam.

Kepercayaan tumbuh tidak secara instan, namun muncul bersamaan dengan bergulirnya waktu. Ketika saya dilantik sebagai Polres Hulu Sungai Selatan kemudian menyampaikan Visi, Misi dan program-program operasional dan pembinaan, anggota didalam hatinya belum tentu percaya dengan apa yang saya sampaikan tersebut namun setelah melihat keputusan- keputusannya realistis, berfihak kepada anggota yang dipimpin dengan tingkat kejujurannya yang relatif tinggi serta dapat membawa Polri sukses,

(12)

112

baru mereka mempercayai dan mengikuti Kapolres Hulu Sungai Selatan sebagai pemimpinya.

Inti dari team building adalah kepercayaan. Kebijaksanaan pimpinan Polres Hulu Sungai Selatan diarahkan pada membantu terwujudnya iklim saling percaya dengan memberikan kebebasan kepada pemimpin dibawahnya untuk berinovasi dan mengambil resiko dengan memelihara keterbukaan dalam bertindak untuk mencapai kesuksesan.

Upaya menumbuhkan dan mempertahankan team building diperlukan usaha secara terus-menerus untuk menumbuhkan rasa saling membutuhkan dan menanamkan perasaan bahwa kita semua berada disini untuk satu tujuan yang sama. Jika salah satu selalu memberi dan yang lain selalu menerima ini dapat membuat organisasi tak berdaya. Oleh karena itu kadang kadang dibuat keputusan yang mengagetkan berupa merusak tatanan yang ada, kemudian mengganti kebijakan yang dapat mendukung terbentuknya team building yang bagus.

Kerjasama team Polres Hulu Sungai Selatan, dibangun melalui interaksi antar anggota dan pemimpinnya melalui kegiatan-kegiatan terstruktur maupun tidak terstruktur berupa rapat-rapat, evaluasi rutin, gelar operasional maupun pertemuan karena adanya even-even tertentu baik dalam rangka patroli bersama, makan bersama, olah raga gabungan, maupun kegitan- kegiatan yang bersifat lomba secara periodik dengan melepas atribute kebesaran masing-masing agar terjadi komunikasi yang rileks dan menggairahkan.

d. Loyalitas terhadap pelaksanaan tugas

Ini termasuk \penting karena mudah untuk dievalusia dan hasilnya dapat diukur secara kuantitatif, oleh karena itu banyak pemimpin Polri yang memfokuskan diri pada pelaksanaan tugas sehingga kurang memperhatikan bulatan-bulatan yang lain, mereka tidak salah tapi mereka akan bekerja

(13)

113

sebagai tukang silat sekaligus ahli sulap, karena akan disibukkan dengan perencanaan-perencanaan operasional tanpa action dilapangan yang efektif.

Kebijaksanaan operasional Polres Hulu Sungai Selatan adalah mensinergikan operasional kewilayahan dan fungsional yang tercermin dalam kegiatan sehari-hari. Polres harus action setiap hari demikian juga Polres dan fungsi-fungsi operasionalnya dengan kreteria keberhasilan adalah hasil kegiatan, proses untuk mencapai hasil, dampak yang timbul, dengan semangat serius dan konsisten.

Evaluasi dilaksanakan setiap minggu secara konsisten khususnya mengenai hasil, proses dan dampaknya. Dalam rapat evaluasi tersebut dihadiri oleh pejabat Polwil sampai dengan tingkat Polres. Ketika saya mengatakan hasil tidak penting, yang penting proses. Mereka malah bingung, bukan berarti hasil itu tidak penting sama sekali tapi apabila dibandingkan dengan proses dan dampak yang kita inginkan, hasil itu menduduki rangking dibawahnya namun hasil sangat penting ketika pimpinan ingin mengevaluasi pelaksanaan tugas operasional khususnya proses dan dampaknya. Hasilnya rendah tentu actionnya bisa dikatakan kurang serius yang berarti prosesnya berjalan bisa kurang serius pula dan dampaknya tentu rendah, anggota hanya sekedar melaksanakan tugas dari pimpinanya yang dapat menjurus asal- asalan.

Hasil secara kuantitatif bagus belum tentu mendapat penilaian yang positif. Ketika hasilnya bagus, saya akan bertanya tentang prosesnya, apabila prosesnya benar dan dampaknya secara linier bagus, secara rasional bisa dimengerti maka baru saya nyatakan hasilnya bagus. Hal ini untuk menghindari adanya hasil akal-akalan yang cenderung menjadi budaya asal bapak senang.

Bagi Polres Hulu Sungai Selatan guna dapat meningkatkan kinerjanya dilakukan dengan berbagai cara dengan melibatkan warga personil, masyarakat, organisasi kepolisian termasuk wilayah hukm Polsek dan berbagai pihak yang

(14)

114

peduli dengan pendidikan. Hal ini diketahui berdasarkan wawancara dengan Polres Hulu Sungai Selatan, wakil Polres Hulu Sungai Selatan, personil dan staf administratif.

Kepemimpinan Polres Hulu Sungai Selatan terhadap Personil dan staf akan dapat terwujud apabila setiap personil dan staf tahu, serta ikhlas melaksanakan segala tugas dan kewajibannya sebagai anggota Polres Hulu Sungai Selatan selain itu kepemimpinan dari seorang pimpinan memang diperlukan untuk lebih mengoptimalkan pencapaian tujuan. Tugas fungsi dan peran Personil dan staf Polres Hulu Sungai Selatan dalam menerapkan sistem supervisi, menimbulkan sifat pekerjaan yang berbagai ragam dari personil dan staf.

1. Peningkatan Tugas dan Kewajiban Kepemimpinan

Sifat pekerjaan ini sederhana jika hanya dituangkan dalam tulisan dan ucapan, tetapi tidak demikian sederhananya apabila dilaksanakan. Sifat pekerjaan seorang pemimpinn termasuk Kapolres Hulu Sungai Selatan yang dikehendaki harus dilakukannya penyelenggaraan dan kegiatan-kegiatan yang hampir meliputi seluruh pembinaan dan pelayanan aspek kehidupan dan penghidupan dalam masyarakat sungguhpun dalam bentuk yang lebih kecil, maka sebagai Petugas dituntut harus mampu untuk menjalankan tugas dan kewajiban seperti:

a. Pembentukan watak menyangkut pembinaan kepribadian Kepala Polres agar benar-benar memiliki integritas pribadi, kesetiaan dan moralitas untuk melaksanakan proses keamaman dan ketertiban.

b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan serta memotivasi agar bekerja dengan kinerja yang tinggi. Memberikan perlindungan seperti: (1) Melindungi pihak personil baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kepentingan personil, (2) Menanamkan pelayanan personil Polres Hulu Sungai Selatan dengan efisiensi waktu.

(15)

115 2. Memiliki Kemampuan kerja yang baik

Kemampuan kerja yang baik dan harus dimiliki oleh Polres Hulu Sungai Selatan antara lain:

a. Memiliki Daya Tahan Terhadap Tekanan

Dalam melaksanakan tugas sebagai Polres Hulu Sungai Selatan ini tidak ada seorangpun yang akan bebas dari tekanan bagaimanapun statusnya ataupun penghidupannya. Demikian juga Polres Hulu Sungai Selatan yang dalam tugas dan kewajibannya lebih banyak menghadapi tekanan dan dampaknya dengan mentalitas yang sesuai dengan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

b. Memiliki Kondisi Fisik Yang Baik

Meliputi Prestasi kerja seseorang pasti dipengaruhi oleh kondisi fisik.

Orang yang memiliki kondisi fisik yang baik daya tahan tubuh yang tinggi yang pada gilirannya tercermin pada kegairahan kerja dengan tingkat produktivitas yang tinggi. Bagi Polres Hulu Sungai Selatan serta Dalam mengemban tugas dan kewajiban Polres Hulu Sungai Selatan memilih situasi kerja yang dinilai baik terhadap tugas harus dapat dilaksanakan, hal ini disebabkan antara lain: Sifat pekerjaan yang mengharuskan selalu dalam keadaan kondisi yang baik, dalam tugas kewajiban terkait kehidupan yang harus mendapatkan tunjangan.

c. Peningkatan Mutu Kerja Personil dan staf melalui Pembinaan Kepemimpinan

Dari uraian di atas dijelaskan mengenai faktor-faktor strategis Personil dan staf yang dilakukan oleh pimpinan yang menutut pengamatan penulis kepemimpinan yang dilakukan tersebut masih belum optimal ini bisa dilihat dengan masih belum terlaksananya tugas-tugas yang ada di Polres Hulu Sungai Selatan serta dijelaskan pula mengenai usaha-usaha untuk menuju efektivitas kerja Personil dan staf. Usaha tersebut akan lebih efektif (lebih berhasil dan berguna) apabila dibarengi dengan adanya kepemimpinan

(16)

116

pimpina yang benar, dengan lain perkataan kepemimpinan ini diperlukan untuk menjamin agar faktor-faktor strategis pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan rencana, kebijaksanaan, ketentuan-ketentuan serta peraturan perundang-undangan yang berlaku, kepemimpinan ini dilakukan dengan maksud melakukan hubungan kerja dan peningkatan mutu dalam tugas sehingga seluruh pekerjaan dapat berhasil guna atau efektif.

Dalam Faktor-faktor strategisnya, Kepemimpinan harus mendahulukan tindak prefentif, yaitu melakukan pencegahan agar jangan sampai terjadi peningkatan mutu, tetapi apabila sudah sering terjadi peningkatan mutu maka tindakan represif harus dilaksanakan, yaitu mengambil tindakan untuk meluruskan dan melakukan koreksi terhadap peningkatan mutu itu agar kegiatan selalu sesuai dengan apa yang direncanakan. Jadi pada dasarnya Kepemimpinan dilakukan bukan untuk mencari-cari kesalahan akan tetapi dimaksudkan agar mencegah terjadinya kesalahan dalam faktor-faktor strategis pekerjaan sehingga dengan demikian tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai seefektif mungkin sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Adapun kepemimpinan dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

1. Melakukan Supervisi dengan melakukan pemeriksaan terhadap kegiatan- kegiatan yang sedang dan sudah dilaksanakan, baik kegiatan administratif maupun Kepala Polres an.

2. Menelaah laporan-laporan yang masuk, baik dari kasubsi maupun dari bawahannya dalam hal ini personil dan staf.

3. Melakukan pemantauan terhadap faktor-faktor strategis tindak lanjut hasil pemeriksaan.

4. Melakukan penelitian, pengkajian dan evaluasi terhadap faktor-faktor strategis pekerjaan.

5. Menelaah saran, usul, kritik dan koreksi yang masuk baik dari personil dan staf maupun dari masyarakat.

(17)

117

6. Melakukan rapat-rapat koordinasi agar dapat terwujud kesatuan gerak.

7. Mengamati dan memantau faktor-faktor strategis tugas bawahan.

8. Memberi contoh dari suri tauladan yang baik dalam uacapan maupun perbuatan.

Faktor-faktor strategis kepemimpinan akan dirasakan manfaatnya apabila kepemimpinan itu dituntaskan dengan melakukan tindak lanjut. Temuan-temuan hasil kepemimpinan analisa secara objektif dan kemudian disimpulkan.

Kesimpulan yang diambil dituangkan ke dalam saran tindak lanjut, yang berisi tindakan yang perlu dilakukan oleh pimpinan.

Penerapan revolusi mental dalam meningkatkan kinerja anggota di Polres Hulu Sungai Selatan lebih dari sebuah latihan akademis, sebuah masalah metodologi dan angka. Bagaimana penerapan revolusi mental dalam meningkatkan kinerja anggota di Polres Hulu Sungai Selatan diukur mempengaruhi tidak hanya apa yang diketahui masyarakat tentang polisi, tetapi juga karakter operasi polisi dan iklim manajemen.

Karena evaluasi penerapan revolusi mental dalam meningkatkan kinerja anggota di Polres Hulu Sungai Selatan menetapkan prioritas, insentif dan persyaratan, maka evaluasi terlalu penting untuk diserahkan kepada teknisi.

Pengukuran penerapan revolusi mental dalam meningkatkan kinerja anggota di Polres Hulu Sungai Selatan harus dipandang sebagai bagian integral dan berkelanjutan dari manajemen pemolisian.

Bagi polisi untuk bertanggung jawab terhadap kepercayaan publik, evaluasi penerapan revolusi mental dalam meningkatkan kinerja anggota di Polres Hulu Sungai Selatan harus menekankan hasil. Cara di sekitar kesulitan pengukuran prestasi pemolisian (langsung, indikator keras) tidak dengan menggantikan survei opini publik (langsung, indikator lunak) atau penghitungan kegiatan polisi (tidak langsung, indikator keras); melainkan adalah dengan membuat penilaian kualitatif tentang kemampuan organisasi polisi untuk bekerja sebagaimana diharuskan oleh

(18)

118

pencegahan kejahatan yang efektif. Ukuran output menjadi kurang bisa diperkirakan ketika ukuran itu menjelaskan kemampuan daripada kegiatan.

Dengan mengevaluasi karakter dari manajemen polisi, pengukuran tidak langsung dan keras ditekan lebih dekat dengan ukuran langsung dan keras.

Karakter organisasi adalah jembatan antara output dan hasil. Jadi baik penilaian kualitatif dan kuantitatif harus menjadi bagian dari ukuran penerapan revolusi mental dalam meningkatkan kinerja anggota di Polres Hulu Sungai Selatan yang bertanggung jawab.

Berbicara mengenai kinerja anggota Polri, tentunya tidak terlepas dari bagaimana anggota Polri berperilaku di tempat tugas maupun di luar tugas masing-masing. Pada dasarnya perilaku merja itu diawali dari adanya motivasi disertai dengan sikap kerja yang positif, persepsi, nilai-nilai yang dianut, serta kemampuan atau kompetensi yang dimiliki para anggota Polri. Tanpa aspek tersebut (tentunya yang termasuk kategori baik), mustahil akan dihasilkan kinerja yang baik yang sesuai dengan tujuan dan sasaran pekerjaan/tugas (Suryana S, 2013).

Sedangkan tolak ukur penerapan revolusi mental dalam meningkatkan kinerja anggota di Polres Hulu Sungai Selatan sangat penting untuk pemolisian demokratis yang bertanggung jawab. Polisi tidak perlu takut asalkan mereka jujur tentang tujuan mereka, mengevaluasi secara terpisah dan tepat berbagai kontribusiyang mereka buat untuk masyarakat, memfokuskan kegiatan pencegahan kejahatan pada masalah tertentu, dan berusaha setiap saat untuk membangun sebuah organisasi yang lebih cerdas. Jika polisi memainkan permainan evaluasi dengan aturan-aturan ini, maka mereka dan masyarakat umum kedua-duanya menang.

4. Penerapan revolusi mental dilihat sikap dalam meningkatkan kinerja anggota Polres Hulu Sungai Selatan

Harapan masyarakat terwujudnya Anggota Polress Hulu Sungai Selatan yang profesional dalam mewujudkan Kamtibmas dan memberikan

(19)

119

pelayanan dalam meningkatkan masyarakat tentunya membawa konsekwensi dan konsistensi bahwa Polri harus mampu berbenah diri, mengubah paradigma lama menuju paradigma baru Anggota Polres Hulu Sungai Selatan berupa mind set dan culture set dalam memberikan pelayanan dalam meningkatkan masyarakat yang diseleraskan dengan keinginan dan harapan masyarakat. Citra negatif mentalitas bangsa Indonesia juga digambarkan oleh Hutahayan (2014) sebagai berikut: enggan dan segan bertanggung jawab, bersikap dan berperilaku feodal, percaya tahyul, artistik dan lemah watak. Bahkan Wahid (2011) lebih keras lagi menilai manusia Indonesia dewasa ini sebagai bangsa yang malas, bersikap pasif di hadapan tantangan yang dibawa proses modernisasi dan paling jauh tidak mam-pu melakukan sesuatu yang berarti atas prakarsa sendiri.

Perubahan paradigma baru Polri ini sesuai strategi dan kebijakan organisasi Polri sebagaimana dimaksud pada Grand Strategi Polri 2005-2025 yang merupakan kerangka dasar arah kebijakan strategis Polri pada setiap tahapan yakni trust building, partnership building dan strive for excelence.

Penerapan revolusi mental dan perkembangan dinamika masyarakat yang menuntut dilakukannya reformasi birokrasi Polri yang mengarah pada profesionalisme dan modernisasi mengharuskan organisasi Polri disetiap tingkatan melakukan perubahan paradigma agar reformasi birokrasi Polri dapat tewujud ditengah-tengah masyarakat.

Reformasi birokrasi Anggota Polres Hulu Sungai Selatan saat ini menekankan pada tiga masalah sentral yakni: interumental, struktural dan kultural dengan harapan terjadinya paradigma baru Polri di dalam pelaksanaan tugas Kepolisian yakni memelihara Kamtibmas, perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat dan penegakan hukum.

Hal ini mendukung pendapat bahwa sebenarnya sasaran yang hendak dibidik oleh revolusi men-tal pada dasarnya adalah transformasi sikap kerja, yaitu perubahan mendasar dalam mentalitas, cara berpikir, cara merasa dan cara mempercayai, yang kesemua-nya menjelma dalam perilaku dan tindakan

(20)

120

keseharian. Etos di sini me-nyangkut semua bidang kehidupan, mu-lai dari ekonomi, politik, sains-teknologi, seni, agama, dan seterusnya.

Dengan transformasi etos akan membawa baik budaya ide (ilmu, pengetahuan) budaya ekspresi (seni dan nonseni) maupun budaya material.

Karena itu menurut Jansen Sinamo (2014), revolusi mental yang menjadi visi dan misi pemerintahan sekarang ini harus diwujudkan secara masif dan holistik menjadi sikap kerja yang bermartabat dalam segala bidang, terutama pendidikan, hukum, politik, birokrasi-administrasi, korporasi-korporasi, seni- budaya, keamanan-ketahanan, serta sains-teknologi dan industri-ekonomi.

Perilaku kerja yang di tunjukkan oleh anggota sesungguhnya merupakan gam-baran atau cerminan sikap individu. Apabila sikap positif sejak awal dikembangkan oleh individu, maka perilaku kinerja yang timbul akan baik.

Dengan perilaku kerja positif mewujudkan kinerja tinggi adalah suatu pekerjaan yang mudah. Siregar dan Saridewi (2010) melaku-kan penelitian, hasilnya penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara motivasi dengan kinerja penyuluh pertanian. Secara bersama-sama motivasi dan perilaku kerja mempunyai efek sinergi sehingga ber-penerapan dalam meningkatkan kinerja.

5. Penerapan revolusi mental dilihat dari sifat dalam meningkatkan kinerja anggota Polres Hulu Sungai Selatan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dijelaskan bahwa sifat yang dimiliki Anggota Polress Hulu Sungai adalah sesuai dengan yang diharapkan oleh lembaga kepolisian. Kegiatan kerja yang dilaksanakan sebagai bagian tugas Polri untuk lebih dapat meningkatkan kedisiplinan sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Dalam konteks inilah Karlina Supelli (2014) memandang revolusi mental sebagai semacam strategi kebu-dayaan, yakni haluan umum yang ber-peran memberi arah bagaimana kebu-dayaan akan ditangani, supaya tercapai kemaslahatan

(21)

121

hidup berbangsa. Untuk agenda revolusi mental, kebudayaan mesti dipahami bukan sekedar sebagai seni pertunjukkan, pameran, kesenian, tarian, lukisan, atau celoteh tentang moral dan kesadaran, melainkan sebagai corak/pola cara berpikir, cara merasa, dan cara bertindak yang terungkap dalam tindakan, praktik dan kebiasaan sehari-hari.

Dalam tatanan instrumental dan struktural paradigma baru Polri telah dimplemetasikan di dalam undang-undang dan kebijakan-kebijakan namun paradigma baru Polri belum sepenuhnya berdampak pada perubahan perilaku Anggota Polress Hulu Sungai Selatan di masyarakat khususnya dalam memberikan pelayanan dalam meningkatkan masyarakat yang masih mencerminkan karakter antagonis dan kurang humanistis.

Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan Maragustam ( 2015) yang mengatakan bahwa sikap seseorang yang berkaitan dengan revolusi mental mejawab tuntutan masyarakat dalam meningkatkan pelayanan Polri semakin meningkat disertai penerapan global yang membawa perubahan mendasar pada tatanan kehidupan masyarakat maka Polri telah mereformasi diri melalui Bijak Perubahan Instrumental, Struktur, Kultural (Polisi Sipil) yang dapat diartikan sebagai bahagian dari pencapaian penggerak revolusi mental.

Kepribadian yang baik merupakan hal penting dan mendasar untuk mendukung keberhasilan di dalam setiap pelaksanaan tugas. Oleh karena itu, aspek mental atau perilaku harus menjadi atensi khusus dalam mewujudkan citra dan kepercayaan masyarakat dalam meningkatkan konrja Polri Diamping itu pula Polress Hulu Sungai Selatanes, dengan kegiatan tersebut dalam mentransformasikan materi-materi di kesatuan masing-masing, sehingga dapat memelihara dan meningkatkan kualitas penghayatan dan mengamalkan nilai-nilai kepribadian bangsa sebagai penggerak revolusi mental dan pelopor tertib sosial di ruang publik.

6. Penerapan revolusi mental dilihat, temperamen dalam meningkatkan kinerja anggota Polres Hulu Sungai Selatan

(22)

122

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dijelaskan bahwa dengan temperamen yang dimiliki Anggota Polress Hulu Sungai Selatan adalah sesuai dengan yang diharapkan oleh lembaga kepolisian. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2012) yang mengatakan halnya sebuah institusi, Kepolisian Republik Indonesia sebagai sebuah organisasi juga membutuhkan inovasi untuk meningkatkan profesionalisme dalam melindungi dan melayani masyarakat. Kurangnya ide-ide kreatif bagi kemajuan organisasi, mendorong organisasi pada pertumbuhan yang stagnan, sehingga menurunkan profesionalisme anggota organisasi. Salah satu cara untuk mengembalikan organisasi pada kinerja yang tinggi adalah dengan mengelola perilaku anggota organisasi dan temperamen yang berkembang dalam organisasi.

Perubahan kultur (revolusi mental) merupakan salah satu misi Polri yang harus diwujudkan melalui kinerja yang merupakan aktualisasi dari pelaksanaan tugas yang telah digariskan dalam pengorganisasian dan ketatalaksanaan kerja Kepolisian.

Terwujudnya pelaksanaan tugas yang sinergis dan akuntabel sesuai dengan perubahan kultur tentuanya tidak terlepas dari kemampuan sumber daya manusia dari tingkat paling atas sampai tingkat paling bawah ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Namun demikian hal ini bertolak dari penelitian yang dilakukan oleh Bambang Indriyanto. (2016) yang menyatakan selama ini bahwa salah satunya Polri dianggap belum mampu menampilkan kinerja berbasis pelayanan sesuai dengan harapan masyarakat dimana masih banyak keluhan masyarakat tentang kinerja dan perilaku Anggota Polress Hulu Sungai Selatan (culture). Hal tersebut disebabkan salah satunya adalah dalam upaya pembinaan sumber daya manusia Polri, masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang harus segera dibenahi untuk dapat lebih mengoptimalkan kinerja Polri dalam pelaksanaan tugasnya yang berlandaskan profesionalisme, modern dan bermoral.

(23)

123

Di samping temperamen akan memicu konflik, interaksi kerja antar pegawai, dan interaksi kerja dengan pelanggan juga menimbulkan perilaku yang temperamen yang dimiliki pegawai atau sering disebut juga istilah yang digunakan untuk mengidentifikasikan perilaku pegawai sehingga dia dapat disebut sebagai “anggota yang baik” (Sloat,2012). Perilaku ini cenderung melihat seseorang (pegawai) sebagai makhluk sosial (menjadi anggota organisasi), dibandingkan sebagai makhluk individual yang mementingkan diri sendiri. Perilaku ini timbul karena perasaan sebagai “anggota” organisasi dan merasa puas apabila dapat melakukan “suatu yang lebih” kepada organisasi.

“Perasaan sebagai anggota” dan “puas bila melakukan suatu yang lebih” hanya terjadi jika pegawai memiliki persepsi yang positif dalam meningkatkan organisasinya.

7. Penerapan revolusi mental dilihat dari watak dalam meningkatkan kinerja anggota Polres Hulu Sungai Selatan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dijelaskan bahwa dengan watak yang dimiliki Anggota Polress Hulu Sungai Selatan dengan baik akan mencerminkan bahwa hal berarti dalam meningkatkan kinerja sesuai dengan yang diharapkan oleh lembaga kepolisian. Untuk menampilkan sosok Anggota Polress Hulu Sungai Selatan yang le6bih berempati kepada masyarakat sehingga dapat memaknai arti sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat secara hakiki sebagai penggerak revolusi mental. Tahapan sosialisasi dan pelatihan perubahan mindset dan culture set harus diintensifkan dari tingkat perwira tinggi sampai dengan tingkat terendah dan lebih diintensifkan sampai tingkat Polsek dengan melibatkan ahli di bidang pelayanan.

Menurut Teguh Hindarto (2014), revolusi mental” berkaitan dengan per-bahan sikap, perilaku, cara berfikir, tindakan, etos agar tercipta Indonesia Baru yang lebih sejahtera secara eko-nomi dengan diiringi keadaban mental-itas setiap warga negaranya. Apalah artinya kemajuan ekonomi namun mengalami

(24)

124

kerusakkan mental sebagai bangsa Mental korupsi, mental menyuap, mental menjilat, mental kolusi, mental suka menyalahkan kesalahan pada bangsa lain, mental diskriminatif, mental primordialistik, mental malas bekerja, mental fatalistik, mental hipokrit. Mental yang sehat berpenerapan dalam meningkatkan peri-laku berpolitik. Mental yang sehat ber-penerapan dalam meningkatkan kebijakan ekonomi. Mental yang sehat berpenerapan dalam meningkatkan kinerja pekerjaan.

Untuk itu perangkat bahan ajaran dan kurikulum harus terintegrasi sesuai dengan kompetensi masing-masing jenjang pendidikan disemua lembaga pendidikan polri, yang berorientasi kepada pembentukan pribadi dan sosok polri yang lebih mengedepankan sebagai pelayan masyarakat.

Dengan pelatihan ataupun motivasi itu diharapkan dapat menumbuhkan mindset di tubuh Anggota Polress Hulu Sungai Selatan, agar lebih humanis dan dapat membentuk konsep diri yang baik dalam melaksanakan tugasnya di lapangan dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

Selain menerima materi dari para instruktur pelatihan. Dalam kegiatan tersebut para peserta juga dilatih dalam sebuah permainan yang mengharuskan adanya kekompakan dan kerjasama dalam menjalankan tugas. Hal tersebut cerminan bahwa dalam organisasi harus ada kerjasama dan kekompakan dalam bertugas sehingga akan mendapat hasil yang maksimal. Oleh karena itu, kegiatan seperti ini perlu dilakukan karena sangat efektif bagi Anggota Polress Hulu Sungai Selatan

Agar terwujudnya postur Polri yang profesional,modern dan bermoral tentunya tidak dapat dipisahkan dari peran dan fungsi organisasi Polri, untuk itu diperlukan reposisi dan restrukturisasi fungsi dan peran yang dilandasi oleh kultur Polri. Untuk mendukung pernyataan ini Suasta (2015:21) yang menyatakan bahwa revolusi metal terkait dengan sikap, sifat maupun watak

(25)

125

seseorang sehingga dapat meningkatkan kinerja, termasuk pula mewujudkan Polri yang profesional, modern dan bermoral dan memenuhi harapan masyarakat sebagai paradigma baru Polri tentunya dibutuhkan suatu strategi pengimpelemtasian yang mengarah pada aspek kegiatan, aspek kelembagaan dan aspek sumber daya manusia guna memantapkan kultur yang berorientasi pada masyarakat, sehingga pada akhirnya transformasi reformasi Polri yang mandiri, profesional dan dipercaya masyarakat dapat terwujud.

Perwujudan revolusi mental di tubuh Polri termasuk di wilayah hukum Pores Hulu Sungai Selatan dicerminkan dengan tekad dan komitmen dalam mengemban tugas sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas), penegak serta pelindung hukum, pengayom dan pelayan masyarakat dalam rangka mendukung pembangunan nasional. Revolusi mental Polri akan terlihat setelah berubahnya mentalitas polisi, dari seorang yang dila- yani, menjadi seorang pelayan sejati bagi masyarakat.

Seorang angkitan polisi di tengah-tengah masyarakat harus menjadi contoh teladan dalam pengayoman dan pelayanan. Karena bagaimanapun, ma- syarakat membutuhkan polisi yang responsif pada kepentingan publik, serta baik hati dalam berkata dan bertindak. Hal ini menjadi salah satu bagian dari profesionalisme kerja anggota Polres Hulu Sungai Selatan, yakni menunaikan kewajibannya sebagai pengemban pembangunan khususnya bidan keamanan dan ketertiban

Namun demikian pada nyatanya, masyarakat kerap menyoroti kinerja kepolisian Resort Hulu Sungai Selatan. Komplain muncul saat masyarakat membutuhkan polisi yang profesional dan memiliki mentalitas serta integritas yang baik, namun yang didapatkan adalah polisi yang jauh dari harapan. Padahal, Polri sendiri telah memiliki pedoman kode etik dan pranata sendiri untuk menetapkan standar profesional dan mentalitas Bhayangkara sebagai Abdi utama masyarakat.

(26)

126

Setidak-tidaknya untuk memberikan pelayanan yang baik sesuai dengan adanya revolusi mental di tubuh Kepolisian, oleh karenanya Polres Hulu Sungai Selatan memberikan strategi seperti diuraikan berikut ini :

1. Strategi Kebudayaan

Strategi kebudayaan dapat digunakan untuk mewujudkan revolusi mental, termasuk di tubuh Polri menjadi salah satu rujukan utama di Indonesia untuk pembicaraan mengenai strategi kebudayaan ini.

Strategi kebudayaan dapat dipandang lebih dari sekadar kebijakan, melainkan juga sebuah pengamatan terus menerus atas dinamika sosial budaya yang terjadi di tengah masyarakat; segala konflik dan pertentangan yang terjadi, untuk diolah menjadi suatu pelajaran. Pelajaran ini diperlukan agar se- buah bangsa dapat terus survive.

a. Strategi kebudayaan untuk merevolusi mental anggota kepolisian dapat di- mulai dengan pengamatan atas dinamika dan realita yang terjadi di tengah- tengah masyarakat.

b. Komplain masyarakat atas pelayanan Polri tentu bukan asal komplain. Tak ada asap jika tak ada api, dan asap ini patut dikaji dari mana sumber api- nya dan bagaimana cara memadamkannya. Artinya, komplain patut dibedah dan diperhatikan secara saksama apa penyebabnya dan bagaimana menyikapi serta mengatasinya.

Seperti contoh fenomena saat ini dunia maya dihebohkan beberapa video yang sengaja direkam dan diupload masyarakat, untuk memperlihatkan kebobrokan pelayanan anggota Polri, seperti aktivitas sogok-menyogok di perempatan jalan, dengan aktor utama polisi lalu lintas.

Semakin video itu dilihat masyarakat di dunia maya, maka semakin banyak pula komplain muncuk, dan bahkan diiringi cacian terhadap institusi Polri. Komplain dan cacian ini adalah dinamika yang terjadi. Nah,

(27)

127

pengamatan dari dinamika inilah yang patut dibedah oleh Polri itu sendiri, agar ke depan kejadian serupa tak terjadi lagi.

Melanjutkan pernyataan diatas hasil dari pengamatan dari berbagai dinamika yang terjadi tersebut maka Polres Hulu Sungai Selatan perlu diolah menjadi suatu pelajaran untuk menentukan kebijakan dan langkah ke depan.

Pada kasus video sogok menyogok yang dilakoni anggota Polri di jalanan, dapat diterapkan aturan tegas dalam mengambil langkah ke depan. Yang pada akhirnya bermuara pada membaiknya mental polisi lalu lintas saat melaksanakan tugasnya.

2. Pedomani Catur Prasetya dan Tribrata

Untuk menjadi Polisi yang profesional, anggota Polri perlu memedomani Catur Prasetya dan Tribrata, serta memegang teguh Kode Etik Profesi Polri.

Sesuai makna yang tergantung dalam Tribrata dan Catur Prasetya, maka setiap anggota Polri dalam melaksanakan tugasnya harus mengedepankan attitude atau sikap yang baik, knowledge atau wawasan pengetahuan, Interpersonal Skill dan TechnicalSkill (Sony Wibisono).

a. Attitude yang baik ini tercermin dalam sikap perilaku, integritas moral, disiplin, semangat dan dedikasi yang tinggi dalam pelaksanaan tugasnya.

Oleh karenanya Polres Hulu Sungai Selatan menyikapi sikap yang ditunjukan anggtanya melalui peraturan-peraturan yang dibangun sesuai dengan budaya masyarakat setempat agar tidak terjadi ketimpangan dalam pelayanan. untuk merevolusi mental anggota kepolisian dapat dimulai dengan pengamatan atas dinamika dan realita yang terjadi

b. Knowledge berarti memiliki wawasan pengetahuan sejalan dengan perkemba- ngan ilmu pengetahuan dan memiliki kemampuan untuk menguasai teknologi sejalan dengan perkembangannya yang sesuai dan bermanfaat untuk men- dukung pelaksanaan tugasnya. Dalam kesempatan untuk memberikan kepada anggotanya Po4res Hulu Sungai Selatan mengikusertakan anggotanya dalam

(28)

128

kegiatan diklat yang berkaitan dengan IPTEK, hal ini didasaeri dengan maraknya kejahatan dunia maya yang menyebabkan peran anktif kepolisian sangat diperlukan. Dengan pengetahuan yang luas diharapkan anggota Polres Hulu Sungai Selatan dapat mengantiipasi kejanggalan-kejanggalan yang terjadi di mansyarakat.

c. Interpersonal Skill merupakan kemampuan dan ketrampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap insan Polri, dalam berkomunikasi dan berinteraksi (human relation) baik dalam rangka pelaksanaan tugasnya maupun dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini diperlihatkan oleh anggota Polres Hulu Sungai Selatan yang mengutamakan pelayanan kompetitif, walaupun masih belum semuanya terwujud. Hal ini didaarkan bahwa kemampuan anggota Polres Hulu Sungai Selatan bukan hanya menyangkut kemampuan individual juga kerjasama kelompok agar pelayanan yang diberikan lebih loyal di rasakan oleh masyarakat.

d. Technical Skill mencakup kemampuan, kemahiran dan keahlian baik teknik, taktik, strategi, maupun manajemen yang didukung dengan pertanggung jawaban administrasi sesuai dengan jenis bentuk dan tatarannya. Hal ini terlihat bahwa tidk semua anggota Polres Hulu Sungai Selatan memiliki kemahiran dalam mewujudkan aspirasi masyarakat yang harus dituangkan melalui pelayanan yang prima. Oleh karenanya teknik yang berkaitan dengan pelayanan dilapangan juga harus dibarengi dengan keterampilan adminitrstif sehingga pelayanan yang diberikan dapat berjalan dengan tertib dan lancar

Patut dipahami bahwa revolusi mental memang menjadi kalimat sakral dalam pelayanan di republik ini, paling tidak benar-benar diterapkan dalam setiap institusi pelayanan masyarakat termasuk anggota kepolisiaan di Polres Hulu Sungai Selatan.

Kendala Dalam Penerapan Revolusi Mental Guna Meningkatkan Kinerja Anggota Polres

(29)

129

1. Masing kurangnya kualitas pendidikan dan pelatihan

Personil Polres Hulu Sungai Selatan yang menangani masalah administrasi maupun teknis operasional hal ini berkaitan dengan masih cukup penguasaan pekerjaan akibat pendidikan dan pelatihan yang diberikan belum sepenuhnya dapat dilasanakan dengan baik.

2. Masih kurangnya pengawasan melekat

Pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Kapolres Hulu Sungai Selatan selama ini terkendala dengan lemahnya pemantauan selama proses pelaksanaan pelayanan masyarakat, penegakan hukum dan pembinaan Kamtibmas Polres Hulu Sungai Selatan yang dijalankan. Pada awalnya pelaksanaan memang efektif untuk meningkatkan disiplin personil Polres Hulu Sungai Selatan dalam melaksanakan pekerjaan dan kewajibannya, namun setelah berjalan beberapa waktu, pengawasan menjadi surut keaktipannya sehingga disiplin kerja kembali tidak maksimal lagi.

Perubahan sikap disiplin ini tentu saja berpengaruh pada pelaksanaan kerja.

3. Kurangnya kesejahteraan yang harus dipenuhi untuk kebutuhan personil Polres Pada prinsipnya kesejahteraan adalah bertujuan agar tujuan yang dicapai searah dan seirama antara bagian-bagian yang ada dalam suatu organisasi atau dengan pihak-pihak lain yang ada dalam hubungan kerja yaitu sistem penggajian sehingga menimbulkan kesenjangan sosial. Sedangkan kepercayaan pimpinan kepada bawahan masih dinilai rendah Akibatnya akan timbul kesalahan pahaman dalam pencapaian tujuan, begitu pula dengan pelayanan Polres Hulu Sungai Selatan terhadap pelayanan masyarakat, penegakan hukum dan pembinaan Kamtibmas.

Solusi Mengatasi Kendala

(30)

130

Upaya dalam mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan birokrasi kinerja personil Polres Hulu Sungai Selatan dalam penerapan revolusi mental guna meningkatkan kinerja agar terciptanya tertib administrasi dan kelancaran pelaksanaan tugas :

1. Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan

Seperti diketahui bahwa usaha yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas kerja personil Polres Hulu Sungai Selatan yaitu dengan melalui pendidikan, kursus-kursus, penataran dan latihan lainnya masih belum dapat dilaksanakan sepenuhnya, karena memerlukan waktu dan dana pendukunya yang cukup besar sedangkan pendidikan, kursus-kursus dan latihan yang telah dilaksanakan sangat terbatas sehingga belum memungkinkan. Pelaksanaan kegiatan tersebut dengan memper-gunakan pola dan bentuk lain.

Adapun pola dan bentuk lain didalam pelaksanaan usaha meningkatkan kualitas kerja personil Polres Hulu Sungai Selatan adalah dengan belajar sendiri sebab untuk mendapatkan pengetahuan tentang bidang kerja yang ditangani tidak selamanya harus dengan pendidikan dan latihan tetapi hal ini bisa diperoleh dengan cara diluar itu tergantung pada tekad dan kemampuan masing-masing pribadi personil Polres Hulu Sungai Selatan apakah mereka berkeinginan atau berhasrat pengetahuannya dibidang kerja meningkat. Untuk mendukung usaha tersebut dapat terlaksana maka Pimpinan menganjurkan agar para Pimpinan unit kerja supaya lebih meningkatkan penghayatan secara mendalam mengenai tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan, masing-masing mereka diterapkan akan dapat menilai tingkat pengetahuan dan kemampuan sendiri. Dengan belajar sendiri dari pengalaman tentang pelaksanaan tugas yang dijalankan, dimaksudkan dengan tugas dan fungsi yang menjadi tanggung jawabnya.

(31)

131

Apabila mereka sudah terdorong secara moral untuk meningkatkan pengetahuan yang berkenaan dengan bidang tugas melalui belajar sendiri baik dari buku-buku pengetahuan maupun belajar dari pengalaman orang yang sudah berhasil.

Seandainya hal ini dapat terwujud maka tercipta sikap mental secara dinamis yang yakin dan percaya akan kemampuan diri pribadi para personil Polres Hulu Sungai Selatan untuk memikul dan melaksanakan tugas dengan baik bagi kepentingan dimana mereka bekerja pengetahuan meningkatkan dan tumbuh rasa percaya diri, maka hal ini merupakan modal dasar yang fundamental untuk dapat melaksanakan tugas kerja dengan baik dan jaminan terhadap kualitas bekerja personil Polres Hulu Sungai Selatan. Dengan demikian maka tujuan organisasi dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

2. Pelaksanaan pengawasan Yang Intensif

Pengawasan merupakan suatu kegiatan untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya, karena tanpa pengawasan akan menimbulkan terjadinya penyimpangan yang akan mengakibatkan ketidak lancaran jalannya tujuan suatu organisasi.

Pengawasan yang efektif dijalankan dalam suatu organisasi adalah pengawasan yang melekat, yang merupakan pengawasan langsung atasan kepada bawahannya, sehingga jika terjadi penyimpangan kerja akan dapat segera diatasi. Pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Dinas Keamanan dan ketentraman pada awalnya pelaksanaan memang efektif untuk meningkatkan disiplin personil Polres Hulu Sungai Selatan dalam melaksanakan pekerjaan dan kewajibannya, namun setelah kenyataan beberapa waktu pengawasan menjadi surut keaktifannya sehingga disiplin kerja kembali tidak maksimal lagi. Hal ini terjadi karena bercukupnya pelaksanaan pengawasan tersebut disebabkan kesibukan-kesibukan para

(32)

132

atasan, sering melaksanakan tugas-tugas keluar baik keluar daerah dan tugas- tugas lainnya sehingga apabila yang bersangkutan dapat mengatasi waktu yang diberikan maka akan diberi penghargaan.

Dengan demikian upaya pembinaan dilakukan terus menerus sehingga baik disiplin personil Polres Hulu Sungai Selatan maupun terhadap pelaksanaan sistem administrasinya, dan para personil Polres Hulu Sungai Selatan betul-betul menghayati dan menyadari sepenuhnya dengan apa yang diinginkan oleh Pimpinan, dan apabila personil Polres Hulu Sungai Selatan sudah menyadari arti tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya sehingga akhirnya tanpa diawasi mereka akan bekerja dengan baik.

Artinya tidak menunggu perintah atasan semata, walaupun tidak ada atasan mereka tetap akan melaksanakan pekerjaan dengan baik dan disiplin terhadap ketentuan atau peraturan yang telah ditetapkan.

3. Peningkatan kesejahteraan Personil Polres Hulu Sungai Selatan

Untuk meningkatkan kesejahteraan ini bisa ditempuh dengan jalan memberikan tunjangan-tunjangan yang dapat memotivasi bawahannya.

Disamping itu perlu adanya pertemuan-pertemuan yang membahas kesenjangan-kesenjangan yang terjadi dengan mengadakan rapat-rapat kerja, pertemuan-pertemuan dan forum-forum komunikasi, karena semakin seringnya rapat-rapat diadakan maka makin banyak pula informasi yang diperoleh dan dengan seringnya mengadakan pertemuan maka masalah- masalah yang dihadapi terutama menyangkut pelayanan Polres Hulu Sungai Selatan akan dapat dipecahkan bersama. Dengan demikian koordinasi akan tercipta dengan baik dan terpadu.

sebenarnya sasaran yang hendak dibidik oleh revolusi men-tal pada dasarnya adalah transformasi etos, yaitu perubahan mendasar dalam mentalitas, cara berpikir, cara merasa dan cara mempercayai, yang kesemua-nya menjelma

(33)

133

dalam perilaku dan tindakan keseharian. Etos di sini me-nyangkut semua bidang kehidupan, mu-lai dari ekonomi, politik, sains-teknologi, seni, agama, dan seterusnya. Dengan transformasi etos akan membawa baik budaya ide (ilmu, pengetahuan) budaya ekspresi (seni dan nonseni) maupun budaya material.

Karena itu menurut Jansen Sinamo (2014), revolusi mental yang menjadi visi dan misi pemerintahan sekarang ini harus diwujudkan secara masif dan holistik menjadi etos kerja nasional dalam segala bidang, terutama pendidikan, hukum, politik, birokrasi-administrasi, korporasi-korporasi, seni-budaya, keamanan- ketahanan, serta sains-teknologi dan industri-ekonomi.

Mental yang sehat berpengaruh terhadap peri-laku berpolitik. Mental yang sehat ber-pengaruh terhadap kebijakan ekonomi. Mental yang sehat berpengaruh terhadap produktifitas pekerjaan. Revolusi mental dimaksudkan sebagai perubahan radikal dan mendasar atas mindset, pandangan hidup, dan jiwa yang melahirkan ke-sadaran etik dan moral. Kesadaran etik membawa bangsa pada perilaku yang memuliakan nilai, norma, dan hu-kum. Dengan kata lain, revolusi mental bermaksud bagaimana bangsa ini dibawa kepada perubahan mentalitas yang mencerahkan, dari yang buruk kepada yang baik sesuai etika dan moralitas dalam tata kehidupan masyarakat. Usaha revolusi mental harus menyasar aspek terpenting yang menentukan perilaku manusia, yakni karakter personal dan budaya (sistem nilai, sistem pengetahuan dan sistem perilaku sebagai pembentuk karakter kolektif). Dalam proyek transformasi budaya, perlu diidentifikasi mentalitas inti sebagai penggerak utama bagi ke-lahiran mentalitas-mentalitas turunannya.

Revolusi mental sebagai semacam strategi kebu-dayaan, yakni haluan umum yang ber-peran memberi arah bagaimana kebu-dayaan akan ditangani, supaya tercapai kemaslahatan hidup berbangsa. Untuk agenda revolusi mental, kebudayaan mesti dipahami bukan sekedar sebagai seni pertunjukkan, pameran, kesenian, tarian, lukisan, atau celoteh tentang moral dan kesadaran, melainkan

(34)

134

sebagai corak/pola cara berpikir, cara merasa, dan cara bertindak yang terungkap dalam tindakan, praktik dan kebiasaan sehari-hari.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Penerapan revolusi mental dalam meningkatkan kinerja Anggota Polres Hulu Sungai Selatan Kinerja telah dilaksanakan secara optimal. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa adnya penerapan revolusi mental dilihat sikap dalam meningkatkan kinerja anggota Polres Hulu Sungai Selatan secara faktual dengan sikap yang baik dapat meningkatkan Kinerja Anggota sesuai dengan yang diharapkan oleh lembaga kepolisian. Harapan terjadinya paradigma baru Polri di dalam pelaksanaan tugas Kepolisian yakni memelihara Kamtibmas, perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat dan penegakan hukum. Untuk penerapan revolusi mental dilihat dari sifat dalam meningkatkan kinerja anggota Polres Hulu Sungai Selatan adalah sesuai dengan yang diharapkan oleh lembaga kepolisian. Kegiatan kerja yang dilaksanakan sebagai bagian tugas Polri untuk lebih dapat meningkatkan kedisiplinan sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

Untuk mengelola perilaku anggota organisasi dan temperamen yang berkembang dengan perubahan kultur (revolusi mental) merupakan salah satu misi Polri yang harus diwujudkan melalui kinerja yang merupakan aktualisasi dan ketatalaksanaan kerja Kepolisian. Dilihat dari watak dalam meningkatkan kinerja anggota Polres Hulu Sungai Selatan untuk menampilkan sosok Anggota Polress Hulu Sungai Selatan yang lebih berempati kepada masyarakat sehingga dapat memaknai arti sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat secara hakiki sebagai penggerak revolusi mental. Penelitian ini tidak sepenuhnya dikatakan bahwa hasil kinerja dapat meningkatkan

(35)

135

anggotanya secara profesional karenanya masih terdapat kekurangan yang perlu dibenahi terutama menyangkut unsur-unsur peningkatan disiplin anggota yang dimiliki oleh Polres Hulu Sungai Selatan, jumlah sarana pendukung kerja yang dimiliki masih untuk keperluan secara operasional serta sasaran kerja pelayanan yang harus diberikan kepada masyarakat wilayah setempat melalui efektivitas kerjasama sesuai dengan manajemen di Polres Hulu Sungai Selatan.

2. Kendala dalam penerapan revolusi mental guna meningkatkan kinerja Anggota Polres Hulu Sungai Selatan disebabkan oleh kurangnya kualitas pendidikan dan pelatihan, kurangnya pengawasan melekat serta kebutuhan akan kesejahteraan belum sepenuhnya diberikan dengan baik.

3. solusi untuk mengatasi kendala-kendala dalam penerapan revolusi mental guna meningkatkan kinerja Anggota Polres Hulu Sungai Selatan dapat yang dilakukan dengan (1) peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan anggota (2) melakukan pelaksanaan pengawasan serta (3) peningkatan kesejahateran kepada anggota.

Memperhatikan kesimpulan penelitian ini, akhirnya dapat dikemukakan beberapa saran penelitian ini dengan uraian sebagai berikut.

1. Perlu memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota Polres Hulu Sungai Selatan untuk mengembangkan norma dan etika kerja sehingga dalam memimpin akan terlihat wibawa dan tanggung jawab penuh sesuai dengan tugas dan jabatan yang diberikan.

2. Secara terus menerus melaksanakan pembenahan, pemberdayaan, penguatan dan perubahan-perubahan (reform), melaksanakan Reformasi Birokrasi Polri dalam meningkatkan kualitas pelayanan Polri terhadap masyarakat, agar menjadi prima yang pada gilirannya akan menumbuhkembangkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelaksanaan tupoksi Polri.

3. Apabila anggota tidak melaksanakan aturan-aturan yang berlaku, maka akan dapat dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang ada di lingkungan POLRI terkhususnya di Polres Hulu Sungai Selatan.

Referensi

Dokumen terkait

In the previous study which is most relevant with this research is also doing comparative media between students who taught using CALL and students who taught using MALL, but in the

The Heath Guide to Writing the Research Paper 1995 by Gerald Mulderig ENG 241 Language Skills Development: An intensive course on the development of the four language skills with