PENERBITAN RESI GUDANG SEBAGAI JAMINAN UTANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2011
TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG
SISTEM RESI GUDANG
(Studi di Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur)
PROPOSAL SKIRPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S1) Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Disusun oleh:
Nama Mahasiswa : Putri Azzahra Maghfiroh
NIM : 1111200265
Konsentrasi : Hukum Perdata
Dibimbing Oleh:
Pembimbing I : Dede Agus, S.H., M.H.
Pembimbing II : Jarkasi Anwar, S.H., M.H.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2024
i
LEMBAR PERSETUJUAN
PENERBITAN RESI GUDANG SEBAGAI JAMINAN UTANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN
ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG
(Studi Di Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur)
PROPOSAL SKRIPSI
“Disetujui untuk diajukan pada Ujian Proposal Skripsi Program Studi S1 Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa”
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dede Agus, S.H., M.H.
NIP. 197008202005011002
Jarkasi Anwar, S.H., M.H.
NIP. 197003012008121002
Mengetahui,
Koordinator Prodi S1, Ketua Bidang Hukum Perdata,
Dr. Inge Dwisvimiar, S.H., M. Hum.
NIP. 197510232006042001
Hj. Sariyah, S.H., M.H.
NIP. 198001202005012001
Wakil Dekan Bidang Akademik,
Dr. Firdaus, S.H., M.H.
NIP. 197509132006041002
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul: “PENERBITAN RESI GUDANG SEBAGAI JAMINAN UTANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG (Studi Di Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur)”. Adapun proposal skripsi ini merupakan salah satu tugas dan sebagai syarat dalam mencapai gelar sarjana Hukum di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena kekurangan pengetahuan yang dimiliki Penulis. Maka kritik dan saran yang positif serta sumbangan pemikiran demi kesempurnaan selanjutnya sangat Penulis harapkan. Penulis berharap semoga penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
.
Serang, 03 Oktober 2024
Putri Azzahra Maghfiroh NIM. 1111200265
iii DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Kegunaan Penelitian ... 10
E. Kerangka Pemikiran ... 11
F. Metode Penelitian ... 14
G. Sistematika Penulisan ... 20
DAFTAR PUSTAKA... 23
1
PENERBITAN RESI GUDANG SEBAGAI JAMINAN UTANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN
ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG
(Studi Di Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur)
A. Latar Belakang
Negara Indonesia yang susunan kehidupan rakyat dan perekonomiannya bercorak agraris, maka bumi atau tanah mempunyai fungsi yang sangat penting dalam mewujudkan cita-cita terbentuknya masyarakat yang adil dan makmur. Keberadaan tanah yang subur juga didukung dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang memiliki mata pencaharian sebagai petani, sehingga atas daratan luas yang subur tersebut dimanfaatkan secara maksimal untuk dapat menghasilkan produk-produk pertanian.1
Permasalahan umum bagi usaha agribisnis di Indonesia, terutama yang berkaitan dengan petani kecil adalah jatuhnya harga pada musim saat panen raya. Selain itu, kondisi pergudangan yang buruk memang menjadi salah satu masalah yang signifikan dalam menjaga kualitas hasil panen sampai harga jual yang diinginkan. Bahkan hal tersebut membuat petani enggan memanen hasil pertaniannya dikarenakan biaya panen lebih besar daripada harga jual produknya.2
Kondisi inilah yang sangat menguntungkan bagi para tengkulak dan rentenir yang kemudian mengambil untung besar dari kesulitan petani.
Sebenarnya petani dapat menyiasati dengan tunda jual hasil panen akibat
1Nurani, Nina, Daya Saing Agribisnis (Aspek Hukum Dan Strategi Pengembangan), Nuansa, Bandung, 2007, hlm. 7.
2Iswi Hariyani dan R.Serfianto. D.P., Resi Gudang Sebagai Jaminan Kredit Dan Alat Perdagangan, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 5.
rendahnya harga di pasaran. Kondisi tersebut disebabkan, sebagian besar petani memosisikan hasil panennya sebagai cash crop yang artinya, petani membutuhkan uang tunai dalam waktu cepat untuk memenuhi kebutuhan hidup dan melakukan usaha tani di musim tanam berikutnya atau untuk mencukupi keperluan hidup rumah tangganya.3
Berdasarkan permasalahan tersebut, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan menciptakan salah satu alternatif solusi yaitu Sistem Resi Gudang (SRG). SRG telah disahkan melalui Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang yang kemudian di amandemen dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011. Sistem Resi Gudang (Warehouse Receipt System) merupakan kegiatan yang berkaitan dengan penerbitan, pengalihan, penjaminan, dan penyelesaian transaksi Resi Gudang sebagaimana ditentukan pada Pasal 1 Angka (1) Undang-Undang Sistem Resi Gudang.4 Selanjutnya dalam Angka (2) ditentukan yang dimaksud dengan Resi Gudang adalah dokumen bukti kepemilikan atas barang yang disimpan di gudang yang diterbitkan oleh Pengelola Gudang5 dan dapat dialihkan, dijadikan jaminan utang, atau digunakan sebagai dokumen penyerahan barang.6
Pembentukan Undang-Undang Sistem Resi Gudang bertujuan menciptakan sistem pembiayaan perdagangan yang diperlukan oleh dunia
3Ashari, Potensi Dan Kendala Sistem Resi Gudang Untuk Mendukung Pembiayaan Usaha Pertanian di Indonesia, Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol. 29 (2), Pusat Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian, 2011, hlm. 2.
4Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 9 Thun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang, Pasal 1 Angka 1.
5Ibid., Pasal 1 Angka 2.
6Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang, Pasal 4 Ayat 1.
usaha, baik usaha kecil dan menengah termasuk para petani yang pada umumnya menghadapi masalah pembiayaan karena keterbatasan akses ke perbankan dan tidak adanya jaminan kredit. Dalam memperoleh fasilitas kredit, baik dari sektor formal maupun informal, petani menghadapi berbagai hambatan seperti tidak dimilikinya jaminan dalam bentuk fixed assets seperti tanah dan bangunan, adanya birokrasi dan administrasi yang berbelit-belit, kurang pengalamannya bank dalam melayani wilayah pedesaan, tingginya biaya pinjaman dari sektor informal, tingginya tingkat risiko yang berhubungan dengan pengusaha/produsen kecil, serta tingginya tingkat ketergantungan sektor formal pada pemerintah.7
Undang-Undang Sistem Resi Gudang merupakan terobosan baru yang melengkapi hukum penjaminan yang berlaku di Indonesia seperti gadai dan jaminan fidusia. Gadai adalah jaminan atas benda bergerak namun penguasaan objek jaminan berada di tangan kreditur. Jaminan fidusia adalah jaminan untuk benda bergerak dan benda tidak bergerak, namun penguasaan objek jaminan berada ditangan debitur. Sedangkan dalam sistem resi gudang yang menjadi objek jaminan adalah resi gudang di mana penguasaan terhadap barang berada di tangan pengelola gudang.8 pengelola gudang harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah, termasuk mendapatkan izin dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).9
7Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Buku Informasi “Sistem Resi Gudang Sebagai Alternatif Pendanaan”, Departemen Perdagangan, Jakarta, 2003, hlm. 7-8.
8Kepala Biro Pembinaan dan Pengawasan Sistem Resi Gudang, Sistem Resi Gudang Departemen Perdagangan Beri Akses Pembiayaan Bagi Petani Dan Ukm, 2007.
http:/www.depdag.go.id/, diakses pada tanggal 28 Agustus 2024, pukul 10.30 WIB.
9Sistem Resi Gudang 3M Mudah, Murah, Manfaat, KEMENDAG, https://bappebti.go.id/, diakses pada tanggal 22 Oktober 2024, pukul 13.30 WIB.
Barang yang disimpan digudang dituangkan ke dalam Peraturan Menteri Perdagangan (PERMENDAG) No.37/M-DAG/PER/11/2011 Tentang Barang Yang Dapat Disimpan Di Gudang Dalam Penyelenggaraan Resi Gudang.
Bahwa untuk mengatur penetapan lembaga yang melaksanakan fungsi, tugas, kewajiban dan wewenang lembaga jaminan resi gudang pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Penetapan Lembaga Pelaksana Penjaminan Resi Gudang.10 Agar lembaga pelaksana dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, maka pemerintah membuat Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Lembaga Pelaksana Penjaminan Sistem Resi Gudang. Lembaga ini memiliki fungsi untuk melindungi hak pemegang resi gudang atau penerima hak jaminan apabila terjadi kegagalan, ketidakmampuan, atau kebangkrutan pengelola gudang dalam menjalankan kewajibannya serta memelihara stabilitas dan integritas sistem resi gudang yang ada di Indonesia.11
Sebagai suatu jaminan, Resi Gudang memberikan suatu kepastian kepada kreditur atas tersedianya komoditi dengan kualitas yang telah diuji oleh Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK). Di dalam sertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga Penilaian Kesesuaian untuk barang sekurang- kurangnya akan memuat nomor dan tanggal penerbitan, identitas pemilik barang, jenis dan jumlah barang, sifat barang, metode pengujian mutu barang, tingkat mutu dan kelas barang, jangka waktu mutu barang, dan tanda tangan
10Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Penetapan Lembaga Pelaksana Penjaminan Resi Gudang.
11Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Lembaga Pelaksana Penjaminan Sistem Resi Gudang.
pihak yang berwenang mewakili lembaga.12 Lembaga Penilaian Kesesuaian bertanggung jawab atas segala keterangan yang tercantum dalam sertifikat untuk barang. Oleh karena itu kreditur dapat mengetahui kondisi barang yang terdapat di gudang tanpa harus melakukan pengujian atau pembuktian terhadap barang tersebut.13
Efektivitas pelaksanaan Sistem Resi Gudang dalam penerbitan resi gudang sebagai jaminan utang khususnya pada komoditi padi di daerah Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah penghasil padi terbesar pertama di Provinsi Jawa Timur.
Pada tahun 2023, luas panen padi di Kabupaten Bojonegoro mencapai sekitar 10,21 juta hektar dengan produksi padi sebesar 53,98 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Jika dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, maka produksi beras pada tahun 2023 mencapai 31,10 juta ton.14 Selain itu, di Kabupaten Bojonegoro juga sudah terdapat satu gudang milik pemerintah daerah yang telah menggunakan Sistem Resi Gudang (SRG), khususnya untuk padi.
Gudang Komoditi Sistem Resi Gudang (SRG) Kabupaten Bojonegoro didirikan dan diresmikan langsung oleh Bupati Bojonegoro pada tahun 2014 yang berlokasi di Desa Ngraseh Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro, yang berkapasitas 1448 ton dengan dilengkapi 2 (dua) unit alat pengering.
12Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang, Pasal 29.
13M. Taufik Hidayat, Penerapan Resi Gudang Sebagai Jaminan Sederhana Dalam Pemberian Kredit/Pembiayaan Bagi Petani Oleh Lembaga Perbankan, Makalah Dari Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya, Malang, 2007, hlm. 9.
14Badan Pusat Statistik (BPS), Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka, 2023, https://bojonegorokab.bps.go.id/, diakses pada tanggal 22 Oktober 2024, pukul 20.00 WIB.
Berkembangnya jaminan Resi Gudang di Kabupaten Bojonegoro dapat kita lihat dengan banyaknya bank yang menerima jaminan dengan menggunakan Resi Gudang antara lain PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Tbk.
(Bank Jatim), PD BPR Bank Daerah Bojonegoro, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI). Banyaknya bank yang menerima Resi Gudang sebagai jaminan Kredit maka mekanisme penerbitan Resi Gudang untuk dijadikan jaminan kredit ditentukan lebih lanjut dengan adanya SRG.
Hasil wawancara penulis dengan salah satu petani, para petani di Kabupaten Bojonegoro membutuhkan tambahan modal untuk melakukan produksi kembali. Tambahan modal tersebut didapatkan oleh petani dengan cara melakukan perjanjian kredit kepada pihak kreditur dengan memanfaatkan Resi Gudang tersebut sebagai jaminan. Salah satu lembaga perbankan yang bekerja sama dengan pemerintah yaitu PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Tbk. Cabang Bojonegoro yang memberi fasilitas kredit bagi petani dengan resi gudang sebagai jaminan kredit tersebut. Kredit Resi Gudang ini sangat penting bagi Provinsi Jawa Timur karena kekuatan ekonomi terbesar Jawa Timur berada dibidang pertanian.15
Seiring berjalannya waktu penerbitan resi gudang sebagai jaminan utang pada Sistem Resi Gudang (SRG) di Kabupaten Bojonegoro terhambat karena beberapa hal. Pertama, tidak adanya pengelola gudang yang berfungsi secara berkelanjutan setelah masa pendampingan PT. Pertani (Persero) berakhir pada tahun 2021 mengakibatkan operasional gudang menjadi tidak optimal. Kedua,
15Wawancara Dilakukan Dengan Bapak Untung Sebagai Petani, 24 Agustus 2024.
lokasi gudang yang jauh dari pusat produksi yang menyebabkan biaya transportasi dan tenaga tinggi, sehingga mengurangi minat petani untuk memanfaatkan resi gudang. Ketiga, minat petani yang rendah akibat kepemilikan sawah yang sedikit dan kurangnya pemahaman tentang manfaat Sistem Resi Gudang. Keempat, kurangnya dukungan dari pemerintah daerah, baik dalam bentuk anggaran maupun sosialisasi dan edukasi. Terakhir, bank menolak resi gudang sebagai jaminan karena kurangnya literasi sistem resi gudang, kemudian ketidakpastian hukum mengenai risiko kredit yang tinggi akibat fluktuasi harga komoditas, dan ketiadaan pengelola gudang yang stabil.16
Beberapa peneliti terdahulu yang telah dilakukan dalam bentuk jurnal oleh Ermasyanti yang berjudul “Penerbitan Resi Gudang Sebagai Jaminan Pelunasan Utang” membahas tentang bagaimana resi gudang dapat digunakan sebagai jaminan pelunasan utang, serta menemukan bahwa resi gudang dapat dieksekusi melalui lelang umum atau penjualan langsung jika terjadi wanprestasi. Penelitian ini memberikan wawasan tentang aspek hukum dan praktik penerbitan resi gudang di Indonesia.17 Penelitian oleh Dini Septia A.
M. , Syarif I. Hidayat, dan Setyo Parsudi dalam penelitiannya yang berjudul
“Meningkatkan Kinerja Sistem Resi Gudang di Indonesia”, mengungkapkan bahwa Sistem Resi Gudang (SRG) merupakan salah satu solusi dalam manajemen risiko agribisnis. Namun, dalam pelaksanaannya, masih terdapat
16Ending dan Moh. Mustofa, Analisa Faktor-Faktor Yang Menjadi Kendala Pelaksanaan Sistem Resi Gudang (SRG) Kabupaten Bojonegoro, Jounal Research and Analysis: Economy, Volume 1, Nomor 2, 2018, Hlm. 45.
17Ermasyanti, Penerbitan Resi Gudang Sebagai Jaminan Pelunasan Utang, National Journal Of Law, Volume 1, Nomor 1, 2019, DOI: https://doi.org/10.47313/njl.v1i1.675, hlm. 96.
masalah dan kendala yang perlu diatasi oleh pemerintah. Penelitian ini menyoroti upaya dan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan SRG di Indonesia.18 Penelitian oleh Siti Zulaekhah, Suteki, dan Paramita Prananingtyas dalam penelitiannya yang berjudul "Orientasi Kebijakan Sistem Resi Gudang Di Indonesia: Suatu Pembacaan Dari Paradigma Critical", mengemukakan bahwa pentingnya pendekatan kritis dalam mengevaluasi dan merumuskan kebijakan sistem resi gudang, dengan tujuan untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut benar-benar memberikan manfaat bagi semua pihak, terutama petani kecil. Penelitian ini juga mengidentifikasi bahwa kebijakan SRG diarahkan untuk memberikan kesempatan kepada petani untuk mengakses kredit dengan komoditas simpanan sebagai jaminannya.19
Dari hasil ketiga penelitian terdahulu terdapat perbedaan dalam penelitian penulis, di dalam penelitian penulis memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan penerbitan Sistem Resi Gudang. Kemudian dijelaskan bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam jaminan utang resi gudang terfokus pada Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, yang merupakan daerah penghasil padi terbesar di Provinsi tersebut berdasarkan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang. Oleh karena itu berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas makan penulis
18Dini Septia A. M., Syarif I. Hidayat, dan Setyo Parsudi, Meningkatkan Kinerja Sistem Resi Gudang Di Indonesia, Agrilan: Jurnal Agribisnis Kepulauan, Vol. 10 (3), 2023, DOI:
https://doi.org/10.30598/Agrilan.V10i3.1513, hlm. 234.
19Siti Zulaekhah, Suteki, dan Paramita Prananingtyas, Orientasi Kebijakan Sistem Resi Gudang Di Indonesia: Suatu Pembacaan Dari Paradigma Critical, Jurnal Hukum &
Pembangunan, Volume 51, Nomor 2, Article 10, 2020, DOI:
https://doi.org/10.21143/Jhp.Vol51.No2.3059, hlm. 433.
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Penerbitan Resi Gudang Sebagai Jaminan Utang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang (Studi di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis mengemukakan Identifikasi masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan penerbitan Sistem Resi Gudang berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang?
2. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam jaminan utang resi gudang di Kabupaten Bojonegoro?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada hakikatnya mengungkapkan apa yang hendak dicapai oleh peneliti. Selain itu, arah penelitian juga ditentukan oleh tujuan penelitian. Berdasarkan permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui mengenai pelaksanaan penerbitan Sistem Resi Gudang berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang.
2. Untuk mengetahui mengenai hak dan kewajiban para pihak dalam jaminan utang resi gudang di Kabupaten Bojonegoro.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini penulis berharap agar hasil dapat memberikan kegunaan baik kegunaan secara teoritis, maupun kegunaan praktis.
1. Kegunaan Teoritis
a. Penelitian ini digunakan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
b. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pemikiran, pengetahuan, dan wawasan dalam mengembangkan keilmuan hukum pada umumnya terkhusus bidang Hukum Perdata.
2. Kegunaan Praktis a. Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi, wawasan dan pemahaman terhadap masyarakat terutama petani mengenai Resi gudang yang memungkinkan para petani untuk mendapatkan kredit dari lembaga keuangan dengan menggunakan hasil pertanian mereka sebagai jaminan, sehingga meningkatkan akses modal untuk produksi.
meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai hak-hak mereka dalam menjalankan usaha pertanian dan pengelolaan sumber daya.
b. Pemerintah
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan saran atau masukan bagaimana kebijakan bagi pemerintah daerah dalam mengembangkan sistem resi gudang dan mendukung sektor pertanian di Bojonegoro.
Serta pemerintah dapat mengoptimalkan pengawasan terhadap pengelola gudang dan pelaksanaan sistem resi gudang, memastikan bahwa semua pihak mematuhi regulasi yang ada.
E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan suatu model konseptual yang digunakan sebagai landasan teori yang terkait dengan faktor-faktor dalam penelitian. Kerangka berpikir membantu peneliti dalam menjelaskan secara teoritis dan mengidentifikasi alasan adanya hubungan antara variabel yang diteliti.20 Teori-teori hukum yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian ini menggunakan teori kepastian hukum dan teori perlindungan hukum.
1. Teori Kepastian Hukum
Kepastian Hukum secara normatif merupakan suatu peraturan yang dibentuk dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas pada artian tidak menyebabkan keragu-raguan (multi tafsir) dan logis. Logis pada artian ia sebagai suatu sistem norma menggunakan norma lain sebagai akibatnya tidak berbenturan atau menyebabkan konflik norma.21 Kepastian hukum pada pemberlakuan aturan yang jelas, tetap, konsisten dan konsekuen yang pelaksanaannya tidak bisa ditentukan oleh
20Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2020, hlm. 54.
21Samudra Putra Indratanto, Nurainun, And Kristoforus Laga Kleden, “Asas Kepastian Hukum Dalam Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi Berbentuk Peraturan Lembaga Negara Dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,” Jurnal Ilmu Hukum 16, No. 1, 2020, hlm. 88.
faktor subjektif. Kepastian dan keadilan bukanlah sekedar tuntutan moral, melainkan secara factual mencirikan aturan.22
Kepastian hukum menurut Jan Michiel Otto mendefenisikan sebagai kemungkinan bahwa dalam situasi tertentu :
a. Tersedia aturan -aturan yang jelas (jernih), konsisten dan mudah diperoleh, diterbitkan oleh dan diakui karena (kekuasaan) nagara.
b. Instansi-instansi penguasa (pemerintah) menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten dan juga tunduk dan taat kepadanya.
c. Warga secara prinsipil menyesuaikan prilaku mereka terhadap aturan- aturan tersebut.
d. Hakim-hakim (peradilan) yang mandiri dan tidak berpikir menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten sewaktu mereka menyelesaikan sengketa hukum.
e. Keputusan peradilan secara konkrit dilaksanakan.23
Menurut Sudikno Mertukusumo, kepastian hukum merupakan sebuah jaminan bahwa hukum tersebut harus dijalankan dengan cara yang baik. Kepastian hukum menghendaki adanya upaya pengaturan hukum dalam perundang-undangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang dan berwibawa, sehingga aturan-aturan itu memiliki aspek yuridis yang dapat menjamin adanya kepastian bahwa hukum berfungsi sebagai suatu peraturan yang harus ditaati.24 Peraturan yang dimaksud memiliki syarat
22Cst Kansil, Christine, S.T Kansil, Engelien R, P. Dan G. N. M., Kamus Istilah Aneka Hukum, Jala Permata, Jakarta, 2009, hlm. 385.
23Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 73.
24Asikin Zainal, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Rajawali Press, Jakarta, 2012, hlm.
57.
tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangan yang lain, disesuaikan dengan kondisi sosial yang ada dan menimbulkan rasa terlindungi terhadap masyarakat yang menjalankan peraturan tersebut.
2. Teori Perlindungan Hukum
Menurut Soetjipto Rahardjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah berbagai upaya yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak mana pun.25
Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Kekuasaan yang demikian disebut hak, namun tidak setiap kekuasaan dalam masyarakat disebut hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu, yaitu yang diberikan oleh hukum kepada seseorang.
Suatu kepentingan merupakan sasaran dari hak, bukan hanya karena dilindungi oleh hukum, tetapi juga karena hukum ada pengakuan terhadapnya. Hak ternyata tidak hanya mengandung unsur perlindungan dan kepentingan, melainkan juga kehendak. Undang-Undang merupakan peraturan hukum yang utama, yang berfungsi menjamin ketertiban dan
25Soetjipjo Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, hlm. 53.
keadilan, kepastian hukum serta perlindungan hukum di dalam masyarakat.26
F. Metode Penelitian
Metode Penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan cara-cara ilmiah.27 Adapun dalam penelitian ini, metode yang digunakan sebagai berikut:
1. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris. Penelitian hukum empiris adalah penelitian hukum yang menganalisis tentang penerapan hukum dalam kenyataannya terhadap individu, kelompok, masyarakat, lembaga hukum dalam masyarakat dengan menitikberatkan pada perilaku individu atau masyarakat, organisasi atau lembaga hukum dalam kaitannya dengan penerapan atau berlakunya hukum.28
Pendekatan yuridis dalam penelitian hukum mengacu pada analisis norma-norma hukum yang berlaku, di mana hukum dipahami sebagai norma atau das sollen. Dalam pendekatan ini, peneliti menggunakan sumber data hukum, baik bahan hukum primer seperti undang-undang, peraturan, maupun bahan hukum sekunder dan tersier untuk mendalami
26Ibid, hlm. 54.
27Syafrida Hafni Sahir, Metodologi Penelitian, KBM Indonesia, Medan, 2021, hlm. 45.
28Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, Mataram University Press, Mataram, 2020, hlm.
56.
isu-isu hukum yang relevan.29 Sedangkan pendekatan empiris dalam penelitian hukum berfokus pada pengumpulan dan analisis data yang bersifat nyata dan terobservasi. Penelitian ini mengandalkan bukti-bukti konkret dan pengamatan yang mendalam untuk menemukan kebenaran dan memahami fenomena hukum dalam konteks sosial yang lebih luas.30 2. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitis, yaitu jenis penelitian yang didasarkan atas satu atau dua variabel yang saling berhubungan yang didasarkan pada teori atau konsep yang bersifat umum yang diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data dengan perangkat data lainnya. Penelitian ini menguraikan ataupun mendeskripsikan data yang diperoleh secara normatif lalu diuraikan untuk melakukan suatu telaah terhadap data tersebut secara sistematik.31 Penelitian ini menggunakan pendekatan dalam penelitian yaitu meliputi Pendekatan Perundang-Undangan (statute approach) yaitu penelitian terhadap produk-produk hukum. Pendekatan ini menggunakan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang. Dan Pendekatan Konseptual (conceptual approach) pendekatan ini dilakukan untuk memahami terkait penerbitan resi gudang sebagai jaminan utang.
29Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta, 2015, hlm.
42.
30Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, kencana, Jakarta, 2017, hlm. 78.
31Bambang Suggono, Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hlm. 38.
3. Sumber Data
Sumber data merupakan tempat ditemukannya data yang dibedakan menjadi data primer dan data sekunder.32 Sebagaimana metode penelitian yang digunakan peneliti adalah yuridis empiris yang menggunakan sumber data dan bahan hukum penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer
Data Primer dalam penelitian hukum adalah data yang diperoleh terutama dari hasil penelitian empiris, yaitu penelitian yang dilakukan langsung di dalam masyarakat. Sumber data primer yaitu data yang diambil dari sumbernya atau dari lapangan, melalui wawancara dengan pihak berkepentingan atau responden yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.33 Berdasarkan hal tersebut maka data primer yang didapatkan yaitu dengan melakukan wawancara kepada Pihak Gudang Komoditi Sistem Resi Gudang Kabupaten Bojonegoro dan pihak-pihak terkait yang berkaitan dengan objek penelitian.
b. Sumber Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelaahan kepustakaan atau penelaahan terhadap berbagai literatur atau bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah atau materi penelitian.34 Data yang diperoleh merupakan data dalam bentuk dokumen-dokumen
32Ishaq, Metode Penelitian Hukum Dan Penelitian Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, Alfabeta, Bandung, 2017, hlm. 67.
33Mukti Fajar Dan Yulianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif Dan Empiris, Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2015, hlm. 156.
34Ibid, hlm. 183.
resmi, buku-buku, jurnal, skripsi, tesis, disertasi dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan obyek penelitian. Data sekunder terdiri dari:
1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum utama yang menjadi dasar dan memiliki kekuatan mengikat berupa peraturan perundang-undangan, di antaranya sebagai berikut:
a) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang.
b) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang.
c) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 37/M- DAG/PER/11/2011 tentang Barang yang Dapat Disimpan di Gudang dalam penyelenggaraan Sistem Resi Gudang.
d) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2014 tentang Persyaratan dan Tata Cara Penetapan Lembaga Pelaksana Penjaminan Resi Gudang.
e) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2016 tentang Lembaga Pelaksana Penjaminan Sistem Resi Gudang.
2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberi penjelasan mengenai bahan hukum primer. Bahan Hukum Sekunder terdiri dari buku-buku hukum termasuk skripsi, tesis, disertasi hukum dan jurnal-jurnal hukum. Bahan-bahan hukum tersebut memiliki kegunaan untuk memberikan kepada peneliti
petunjuk dan menjadi sebuah referensi agar menjadikan penelitian ini menjadi terarah. Bahan-bahan hukum tersebut merupakan bahan yang relevan dengan apa yang akan diteliti.35
3) Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum atau tulisan-tulisan yang dapat menambah penjelasan dan memberikan petunjuk terhadap bahan hukum Primer dan Sekunder seperti dengan menggunakan Kamus Umum, website internet, dan lain-lain yang dapat mendukung penelitian.36
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan penelitian ini dilakukan dengan dua (2) cara, yaitu:
a. Teknik Pengumpulan Data Primer
Penelitian lapangan (field research) adalah metode pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti mempersiapkan pokok- pokok pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang dalam konteks sosial yang lebih luas.37
Studi lapangan dalam penelitian ini dilakukan wawancara dengan:
35Bambang Suggono, Op. Cit. hlm. 195.
36Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta, 2003, hlm. 33.
37Nazir, M. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2014, hlm. 56.
1) Gudang Komoditi Sistem Resi Gudang Kabupaten Bojonegoro 2) PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Tbk. Cabang Bojonegoro 3) Para Petani
4) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bojonegoro b. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Penelitian kepustakaan (library research) adalah kegiatan penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang ada di perpustakaan, berupa data dan informasi yang relevan dengan penelitian dengan cara membaca dan menelaah buku, jurnal, artikel, dan peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan penelitian yang kemudian dilakukan secara sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyimpulkan data dengan menggunakan metode tertentu guna mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi.
5. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan Analisis Kualitatif. Sifat analisis dalam penelitian kualitatif adalah penguraian fenomena yang terjadi (deskriptif) berdasarkan fakta yang terjadi yang disertai penafsiran terhadap arti yang terkandung dibalik tampak (interpretif).38 Setelah melakukan penelitian maka akan dijabarkan hasil penelitian dalam bentuk kata-kata dan tidak menggunakan rumus matematika dan data statistika.
38Andi Mappiare AT, Dasar-dasar Metodologi Riset Kualitatif Untuk Ilmu Sosial dan Profesi, Jenggala Pustaka Utama, Malang, 2009, hlm. 80.
Analisis yang dilakukan akan mengkaji fakta dan data yang akan didapatkan dari pengamatan dan penelitian lapangan dengan indikator pengukuran terhadap bahan hukum primer yaitu, peraturan perundang- undangan. Penelitian ini akan masuk ke dalam objek sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan jelas.
6. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang digunakan untuk memperoleh data primer yang dibutuhkan dalam penelitian skripsi ini di Gudang Komoditi Sistem Resi Gudang Kabupaten Bojonegoro, PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Tbk. Cabang Bojonegoro, para petani, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bojonegoro. Dan lokasi penelitian yang digunakan untuk memperoleh data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian skripsi ini di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan Perpustakaan Nasional.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan ini, akan diuraikan secara singkat isi dari tulisan ini secara keseluruhan. Dalam penulisan skripsi terdapat bagian yang dibagi dalam 5 (lima) bab yang dibagi lagi dalam sub-sub bab. Ada pun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan dan membahas mengenai, latar belakang penelitian, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian
(diuraikan menjadi metode, jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, dan lokasi penelitian), dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI TENTANG HUKUM JAMINAN RESI GUDANG
Bab ini menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian, yaikni teori kepastian hukum dan teori perlindungan hukum yang digunakan sebagai landasan penerbitan resi gudang.
BAB III PENERBITAN RESI GUDANG SEBAGAI JAMINAN UTANG DI KABUPATEN BOJONEGORO
Bab ini akan membahas dan menguraikan mengenai penerbitan resi gudang sebagai jaminan utang di Kabupaten Bojonegoro.
BAB IV ANALISIS PENERBITAN RESI GUDANG SEBAGAI JAMINAN UTANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DI KABUPATEN BOJONEGORO Bab ini pembahasan dan menganalisis mengenai pelaksanaan penerbitan Sistem Resi Gudang berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang. Kemudian hak dan kewajiban para pihak dalam jaminan utang resi gudang di Kabupaten Bojonegoro.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan atas pembahasan dan saran, dimana penulis menarik kesimpulan dari apa yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya sebagai jawaban terhadap pokok penelitian, serta memberi saran-saran berdasarkan hasil penelitian yang dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
23
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Andi Mappiare AT, Dasar-dasar Metodologi Riset Kualitatif Untuk Ilmu Sosial dan Profesi, Jenggala Pustaka Utama, Malang, 2009.
Asikin zainal, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Rajawali Press, Jakarta, 2012.
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Buku Informasi “Sistem Resi Gudang Sebagai Alternatif Pendanaan”, Departemen Perdagangan, Jakarta, 2003.
Bambang Suggono, Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2010.
Cst Kansil, Christine , S.T Kansil, Engelien R, P. dan G. N. M., Kamus Istilah Aneka Hukum, Jala permata, Jakarta, 2009.
Ishaq, Metode Penelitian Hukum Dan Penelitian Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, Alfabeta, Bandung, 2017.
Iswi Hariyani, dan R.Serfianto. D.P., Resi Gudang Sebagai Jaminan Kredit Dan Alat Perdagangan, Sinar Grafika, Jakarta, 2010.
Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, Mataram University Press, Mataram, 2020.
Mukti Fajar dan Yulianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2015.
Nazir, M. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2014.
Nurani, Nina, Daya Saing Agribisnis (Aspek Hukum Dan Strategi Pengembangan), Nuansa, Bandung, 2007.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, kencana, Jakarta, 2017.
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta, 2003.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta, 2015.
Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011.
Soetjipjo Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2020.
Syafrida Hafni Sahir, Metodologi Penelitian, KBM Indonesia, Medan, 2021.
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2016.
B. Jurnal
Ashari, Potensi Dan Kendala Sistem Resi Gudang Untuk Mendukung Pembiayaan Usaha Pertanian di Indonesia, Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol. 29 (2), Pusat Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian, 2011.
Dini Septia A. M., Syarif I. Hidayat, dan Setyo Parsudi, Meningkatkan Kinerja Sistem Resi Gudang Di Indonesia, Agrilan: Jurnal Agribisnis
Kepulauan, Vol. 10 (3), 2023, DOI:
https://doi.org/10.30598/Agrilan.V10i3.1513.
Ermasyanti, Penerbitan Resi Gudang Sebagai Jaminan Pelunasan Utang, National Journal Of Law, Volume 1, Nomor 1, 2019, DOI:
https://doi.org/10.47313/njl.v1i1.675.
Ending dan Moh. Mustofa, Analisa Faktor-Faktor Yang Menjadi Kendala Pelaksanaan Sistem Resi Gudang (SRG) Kabupaten Bojonegoro, Jounal Research and Analysis: Economy, Volume 1, Nomor 2, 2018.
M. Taufik Hidayat, Penerapan Resi Gudang Sebagai Jaminan Sederhana Dalam Pemberian Kredit/Pembiayaan Bagi Petani Oleh Lembaga Perbankan, Makalah Dari Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya, Malang, 2007.
Samudra Putra Indratanto, Nurainun, and Kristoforus Laga Kleden, “Asas Kepastian Hukum Dalam Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi Berbentuk Peraturan Lembaga Negara Dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,” Jurnal Ilmu Hukum 16, no. 1, 2020.
Siti Zulaekhah, Suteki, dan Paramita Prananingtyas, Orientasi Kebijakan Sistem Resi Gudang Di Indonesia: Suatu Pembacaan Dari Paradigma Critical, Jurnal Hukum & Pembangunan, Volume 51, Nomor 2, Article 10, 2020, DOI: https://doi.org/10.21143/Jhp.Vol51.No2.3059.
C. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang.
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 26/M-DAG/PER/6/2007 tentang Barang yang Dapat Disimpan di Gudang dalam penyelenggaraan Sistem Resi Gudang.
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2014 tentang Persyaratan dan Tata Cara Penetapan Lembaga Pelaksana Penjaminan Resi Gudang.
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2016 tentang Lembaga Pelaksana Penjaminan Sistem Resi Gudang.
D. Internet
Badan Pusat Statistik (BPS), Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka, BPS Kabupaten Bojonegoro, 2023, https://bojonegorokab.bps.go.id/, Diakses Pada Tanggal 22 Oktober 2024.
Kepala Biro Pembinaan dan Pengawasan Sistem Resi Gudang, Sistem Resi Gudang Departemen Perdagangan Beri Akses Pembiayaan Bagi Petani Dan UKM, 2007, http:/www.depdag.go.id/, Diakses Pada Tanggal 28 Agustus 2024.
Sistem Resi Gudang 3M Mudah, Murah, Manfaat, KEMENDAG, https://bappebti.go.id/, Diakses Pada Tanggal 22 Oktober 2024.