• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Film Animasi terhadap Kemampuan Berbicara pada Anak Kelompok B di PAUD Terpadu Teratai UNM Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Pengaruh Film Animasi terhadap Kemampuan Berbicara pada Anak Kelompok B di PAUD Terpadu Teratai UNM Makassar"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH FILM ANIMASI TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK KELOMPOK B DI PAUD TERPADU TERATAI

UNM KOTA MAKASSAR

USWATUN HASANAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2017

(2)

PENGARUH FILM ANIMASI TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK KELOMPOK B DI PAUD TERPADU TERATAI

UNM KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu Pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Makassar

USWATUN HASANAH 1349040005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2017

(3)
(4)
(5)

iii Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : USWATUN HASANAH

Nim :1349040005

Prodi : Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas : Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : “Pengaruh Film Animasi terhadap Kemampuan Berbicara pada Anak Kelompok B di PAUD Terpadu Teratai UNM Kota Makassar”.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambilan-alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil jiplak, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Makassar, 20 September 2017 Yang membuat peryataan

Uswatun Hasanah 1349040005

(6)

iv

Seseorang yang berhasil adalah dia yang tidak putus asa Mencicipi pahitnya kegagalan.

Bersama tekad, usaha, dan tawakal adalah kunci keberhasilan (Uswatun Hasanah)

Allah swt, tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

(Q.S. Al-Baqarah: 268)

Dengan segenap rasa syukur

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bukti perjalanan dan perjuanganku Kepada Ayahanda dan Ibunda serta saudaraku tersayang

Yang memberikan doa terbaik dan tulus dalam hidupku.

(7)

Pada Anak Kelompok B di PAUD Terpadu Teratai UNM Kota Makassar. Skripsi.

Dibimbing oleh Syamsuardi, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing I dan Dr. Muh. Yusri Bachtiar, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II. Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimanakah gambaran kemampuan berbicara anak dengan pengguaan media film animasi? 2. Adakah pengaruh film animasi terhadap kemampuan berbicara anak?. Adapaun tujuan penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahuai gambaran kemampuan berbicara anak dengan pengguaan media film animasi. 2. Untuk mengetahui pengaruh film animasi terhadap kemampuan berbicara anak di PAUD Terpadu Teratai UNM Kota Makassar.

Pendekatan yang digunakan dalam peneltian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis peneltian Quasi eksperimen atau eksperimen semu dengan jumlah populasi penelitian 61 anak kelompok B, sedangkan sampel penelitian kelompok B2 sebagai kelompok eksperimen dan kelompok B1 sebagai kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melalui teknik tes, observasi dan domkumentasi. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan yaitu pemberian perlakuan (treatment), pemberian posstest, dan analisis hasil. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial dengan menggunakan analisis uji-t. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa film animasi berpengaruh terhadap kemampuan berbicara pada anak kelompok B di PAUD Terpadu Teratai UNM Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai kemampuan berbicara anak pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari nilai anak pada kelompok kontrol. Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji-t menunjukan bahwa terdapat Pengaruh film animasi Terhadap Kemampuan berbicara pada anak kelompok B di PAUD Terpadu Teratai UNM Kota Makassar.

v

(8)

vi

penghambaan KepadaNya, Tuhan yang Maha Pemberi Rahmat, Kesehatan serta umur yang panjang sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai pada waktu yang telah direncanakan. Salawat dan salam penulis hanturkan atas junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabatnya serta umatnya yang akan tetap setia, taat dan konsisten dalam ajaran yang telah dituntukannya

Terima kasih yang teramat tulus dari relung hati yang paling dalam dipersembahkan kepada Ayahanda Nurdin dan Ibunda Nuraini atas pengorbanan mulia dan suci serta restunya demi keberhasilan penulis mencapai apa yang dicita-citakan. Semoga ALLAH SWT memberikan rahmat, berkat dan hidayah-Nya serta meninggikan derajat di sisi-Nya.

Penyelesaian skripsi ini tidak akan berjalan sebagaimana mestinya tanpa ada keterlibatan berbagai pihak yang dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimah kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Syamsuardi, S.Pd.,M.Pd dan Dr. Muh. Yusri Bachtiar, S.Pd.,M.Pd selaku pembimbing yang selalu memberikan dorongan, semangat, petunjuk dan saran-saran serta membuka wawasan berfikir untuk memecahkan masalah dalam penyelesaian skripsi ini.

(9)

vii

Makassar, yang telah memberi peluang untuk mengikuti proses perkuliahan pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar.

2. Dr.Abdullah Sinring,M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar, Dr. Abdul Saman, M.Si. Kons selaku Wakil Dekan I, Drs. Muslimin, M.Ed selaku Wakil Dekan II, Dr. Pattaufi, S.Pd M.Si selaku Wakil Dekan III, dan Dr. Parwoto, M.Pd selaku Wakil Dekan IV yang telah memberikan nasehat dan kebijakan.

3. Syamsuardi, S.Pd., M.Pd dan Arifin Manggau S.Pd., M.Pd selaku Ketua dan Sekertaris Prodi PGPAUD FIP UNM, yang dengan penuh perhatian memberikan dorongan, nasehat, bimbingan dan memfasilitasi penulis selama proses perkuliahan.

4. Bapak dan Ibu Dosen PG-PAUD FIP UNM yang telah memberikan motivasi dalam kegiatan belajar dan memberikan wawasan pengetahuan dalam proses pembelajaran.

5. Suriani S, S.Pd selaku kepala PAUD Terpadu Teratai UNM, Rosmiyati S.Pd selaku guru kelas kelompok B2, dan Nurhayati S.Pd selaku guru kelas kelompok B1 atas kesediannya membantu dan mengizinkan penulis melakukan penelitian di PAUD Terpadu Teratai UNM.

(10)

viii

7. Syamsul Alam Bahri S.Pd M.Pd Selaku Dosen PAUD FIP UNM yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Saudaraku tercinta yang telah banyak memberikan dorongan, semangat, kasih sayang dan bantuan baik secara moril maupun materil demi lancarnya penyusunan skripsi ini.

9. Sahabatku Fatun, Miftah, Mily, Fitria, Rani, Fatmawati, Nadia dan Firdah, hera, cica, erna dan gusni yang selalu hadir untuk saya dalam keadaan suka dan duka dan banyak memberikan motivasi.

10. Semua pihak yang tidak sempat penulis tuliskan namanya di atas, atas bantuan dan kerjasamanya selama penyusunan skripsi.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi kita semua.

Makassar, 20 September 2017 Penulis

(11)

ix

HALAMAN SAMPUL ………...

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ……….. iii

MOTO ………...… iv

ABSTRAK ………..…. v

PRAKATA ………..….... vi

DAFTAR ISI ………... ix

DAFTAR TABEL ……….... xi

DAFTAR GAMBAR ………... xii

DAFTAR LAMPIRAN ………... xiii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar belakang ……….……….. 1

B. Rumusan Masalah ……….. 5

C. Tujuan Penelitian ………... 6

D. Manfaat Penelitian ………...…….. 6

(12)

x

B. Kerangka Pikir ………..……….... 20

C. Hipotesis ………... 21

BAB III METODE PENELITIAN ……….…. 22

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ……… 22

B. Defenisi Operasional Variabel ….………...…..……… 23

C. Populasi dan Sampel ……….. 23

D. Teknik Pengumpulan Data ………...………….. 24

E. Teknik Analisis Data ………...…….. 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 27

A. Hasil Penelitian ………..………..27

B. Pembahasan ………...……..44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….49

A. Kesimpulan ………..49

B. Saran ………50

DAFTAR PUSTAKA ………....51 LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(13)

xi Tabel

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Data Penelitian pretest...32 Tabel 4.2 Kategori kemampuan berbicara anak pretest kelompok

Eksperimen menggunakan film animasi….……….. 33 Tabel 4.3 Kategori kemampuan berbicara anak pretest kelompok

Kontrol ……….………..35 Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Data Penelitian posttest...37 Tabel 4.5 Kategori kemampuan berbicara anak posttest kelompok

Eksperimen menggunakan film animasi….……….. 38 Tabel 4.6 Kategori kemampuan berbicara anak posttest kelompok

Kontrol ……….………..40 Tabel 4.7 Rangkuman Uji Normalitas Data Skor Kemampuan

berbicara anak ………..….42

(14)

xii Gambar

Gambar 2.1 : Kerangka Pikir ………20 Gambar 3.1 : Desain Penelitian ……….…….22 Gambar 4.1 : Histogram Skor Pretest Kemampuan Berbicara Kelompok Eksperimen dengan Media Film Animasi……….…………....34 Gambar 4.2 : Histogram Skor Pretest Kemampuan Berbicara Kelompok

Kontrol dengan Media Film Animasi……….…………...36 Gambar 4.3 : Histogram Skor Posttest Kemampuan Berbicara Kelompok

Eksperimen dengan Media Film Animasi……….…………...39 Gambar 4.4 : Histogram Skor Posttest Kemampuan Berbicara Kelompok

Kontrol dengan Media Film Animasi……….…………...41

(15)

xiii

Nomor Nama Lampiran Halaman Lampiran

1 Daftar Materi Kegiatan Pembelajaran Berbicara Menggunakan

Film Animasi ……… ………53

2 Teori Peubah Film Animasi ………...…54

3 Petikan Kurikulum ……….56

4 Kisi-Kisi Instrument……… ………...57

5 RPPH……….……….…..…...58

6 Rubrik Pensekoran ………..62

7 Format Instrumen Validator ………65

8 Hasil Uji Lapangan ……….68

9 Persetujuan Pembimbing ………70

10 Daftar nama anak didik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.61 11 Skenario Pembelajaran ………73

12 Hasil pretest kemampuan berbicara anak kelas eksperimen dan kelas kontrol ………..84

13 Hasil posttest kemampuan berbicara anak kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ………..86

(16)

xiv

kelas kontrol ………...90

16 Skor Kemampuan Berbicara (pretes) kelas ekperimen dan kelas kontrol ………92

17 Distribusi frekuensi skor kemampuan berbicara kelas eksperimen (Pretest) ………..93

18 Distribusi frekuensi skor kemampuan berbicara kelas kontrol ……..94

19 Skor Kemampuan Berbicara (posttes) kelas ekperimen dan kelas Ekperimen ………..95

20 Distribusi frekuensi skor kemampuan berbicara kelas eksperimen (Posttes) ………..96

21 Distribusi frekuensi skor kemampuan berbicara kelas kontrol ……..97

22 Deskriptif Statistik ………..98

23 Hasil perhitungan uji Normalitas data posttest kelompok Kontrol ….99 24 Hasil perhitungan uji Normalitas data posttest kelompok Eksperimen (Film animasi) ………100

25 Uji Homogenitas Varians (Posttest)………101

26 Uji Hipotesis (Posttest)………102

27 Tabel L ………103

28 Tabel T ………104

(17)

xv

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anak usia dini atau biasa disebut anak pra sekolah merupakan anak usia nol hingga enam tahun. Anak pada usia dini tersebut mengalami proses perkembangan otak yang lebih pesat dibandingkan dengan usia lain, anak mampu menyerap informasi dengan kapasitas yang tinggi dan oleh sebab itu anak usia dini seringkali disebut mengalami masa-masa golden age.

Masa usia dini adalah masa emas atas perkembangan anak, dimana semua aspek perkembangan dapat dengan mudah distimulasi. Periode emas ini hanya berlangsung satu kali sepanjang rentang kehidupan manusia. Oleh karena itu, pada masa usia dini perlu dilakukan upaya pengembangan menyeluruh yang melibatkan aspek pengasuhan, kesehatan, pendidikan, dan perlindungan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan potensi yang dimiliki oleh anak adalah dengan program pendidikan yang terstruktur. Salah satu komponen untuk pendidikan yang terstruktur adalah kurikulum yang terdapat pada jalur pendidikan anak usia dini. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan dasar yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun.

Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan pra-sekolah untuk anak berusia 4-6 tahun yang memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap perilaku, keterampilan dan intelektual agar anak dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar yang

(19)

sesungguhnya di Sekolah Dasar. Selain untuk mempersiapkan anak ke jenjang sekolah selanjutnya, Taman Kanak-Kanak juga berupaya untuk meningkatkan aspek perkembangan anak. Diantaranya yaitu aspek perkembangan moral dan agama, kognitif, bahasa, sosial emosional, motorik, dan seni.

Pemberian stimulasi dan pengalaman belajar anak didik disesuaikan dengan tahapan dan karakteristik perkembangan anak yang di golongkan bedasarkan usia dan standar capaian yang harus dikuasai. Salah satu aspek perkembangan anak yang perlu untuk diperhatikan yaitu kemampuan berbahasa.

Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Salah satu bentuk dari kemampuan berbahasa adalah kemampuan untuk berbicara.

Dalam Peraturan Pemerintah No.137 Tahun 2014 yang membahas tentang standar tingkat capaian anak telah disebutkan bahwa terdapat kemampuan berbicara dalam rangka mengekspresikan bahasa, mengungkapkan ide dan keinginan dan untuk berkomunikasi secara lisan. Kemampuan berbicara anak merupakan dasar untuk mengembangkan kemampuan lain, kerana dengan berbicara anak mampu berkomunikasi dan berinteraksi. Anak yang mampu berbicara dengan baik berarti mampu menjalin komunikasi yang baik dengan lingkungan. Komunikasi antar orang

(20)

tua dan anak merupakan faktor penting yang akan menunjang perkembangan anak pada masa selanjutnya.

Karakteristik dan perkembangan anak yang berbeda-beda baik dalam kualitas maupun tempo perkembangannya menyebabkan suatu perbedaan perkembangan termasuk pula pada kemampuan berbicara. Tidak semua anak memiliki kemampuan berbicara yang baik, anak yang sulit berkomunikasi dengan orang lain mempunyai peluang untuk mengalami hambatan dalam perkembangan kemampuan lainnya.

Perkembangan kemampuan berbicara pada anak tentunya akan sangat mempengaruhi hubungan komunikasi efektif yang terjalin antara orang tua dan anak, serta antara hubungan sosial anak dengan orang lain. Dengan kemampuan berbicara anak mampu menyampaikan maksud, pikiran, serta perasaannya melalui proses komunikasi, dimana proses komunikasi tersebut adalah kunci bagi anak didik dalam memahami pembelajaran serta hubungan sosial maupun dalam pengembangan aspek perkembangan lainnya. Walaupun bukan berarti kemampuan berbicara anak menjadi satu-satunya hal yang patut diperhatikan dalam pengembangan bahasa, namun paling tidak setiap orang tua pasti ingin anaknya melewati masa perkembangan sesuai tahapan yang diharapkan.

Oleh karena itu, kemampuan berbicara anak sebaiknya berkembang sesuai dengan tahapa usiannya. Anak didik pada usia 5-6 tahun seharusnya mampu berbicara dengan fasih, menyebutkan kata dengan benar, serta mampu menyusun kalimat dengan struktur yang baik dan dengan intonasi yang tepat. Namun, berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan pada tanggal 24 juli 2017 di

(21)

PAUD Terpadu Teratai UNM Kota Makassar, terdapat sebagian besar anak memiliki kemampuan berbicara yang dapat dikatakan masih tergolong rendah dibandingkan dengan tahapan kemampuan berbicara yang seharusnya. Beberapa anak dalam kelas tersebut belum menguasai cara berbicara yang fasih, belum mampu berbicara dengan struktur kalimat yang baik, terkadang salah penyebutan kata dan memiliki kosa kata yang lebih kurang. Beberapa anak dari kelas tersebut juga masih belum mampu menjawab pertanyaan sederhana yang diajukan, dan bahkan ada seorang anak yang tidak pernah berbicara pada guru selama proses pembelajaran.

Kondisi ini harus mendapat perhatian, bahwa orientasi belajar anak usia dini bukan berfokus mengejar prestasi, tetapi untuk mengembangkan segala potensi dan kemampuan anak didik. Seperti halnya dalam perkembangan bahasa, membaca dan menulis dianggap sebagai pengetahuan pokok yang patut dikuasai anak, padahal masih ada kemampuan lain diluar dari hal tersebut yang perlu untuk diperhatikan salah satunya yaitu kemampuan berbicara anak.

Selain itu, keterbatasan guru dalam penggunaan media pembelajaran merupakan salah satu faktor hambatan dalam proses pembelajaran. Anak membutuhkan media yang lebih kompleks yang mampu membuat anak untuk mengenal lebih banyak kosa kata atau untuk menambah perbendaharaan kata agar mampu untuk menguasai perkembangan bahasa dan kemampuan berbicara anak secara optimal.

Salah satu stimulasi yang dianggap mampu untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak yaitu dengan film animasi. Guru sebagai fasilitator juga

(22)

harus mampu merancang dan menyusun kegiatan belajar yang mengkondisikan anak untuk belajar bersama melalui kegiatan yang menyenangkan dan disukai oleh anak didik. Salah satu kegiatan menyenangkan dan menjadi favorit anak adalah menonton televisi atau film animasi.

Film animasi mampu menarik perhatian anak dan dapat dijadikan sebagai stimulus yang tepat bagi anak, dimana dalam film animasi tersebut terdapat kalimat sehari-hari yang mudah dipahami oleh anak. Respon yang ditimbulkan oleh anak diungkapkan melalui kegiatan melatih kemampuan berbicara anak melalui sesi Tanya jawab dan menirukan kembali cara berbicara tokoh setelah menonton film animasi yang telah ditunjukkan.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimanakah gambaran kemampuan berbicara anak sebelum dan sesudah pengguaan film animasi pada anak kelompok B di PAUD Terpadu Teratai UNM Kota Makassar?

2. Adakah pengaruh film animasi terhadap kemampuan berbicara anak di PAUD Terpadu Teratai UNM Kota Makassar?

(23)

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui gambaran kemampuan berbicara anak sebelum dan sesudah penggunaan film animasi pada anak kelompok B di PAUD Terpadu Teratai UNM Kota Makassar.

2. Untuk mengetahui pengaruh film animasi terhadap kemampuan berbicara anak di PAUD Terpadu Teratai UNM Kota Makassar.

D. Manfaat hasil penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi yang signifikan terutama bagi :

1. Manfaat Teoritis : penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan baru mengenai pengaruh film animasi terhadap kemampuan berbicara anak di PAUD Terpadu Teratai UNM Kota Makassar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru : dapat dijadikan solusi atau masukan kepada guru/pendidik tentang mengembangkan kemampuan berbicara anak dengan menggunakan media film animasi di PAUD Terpadu Teratai UNM Kota Makassar.

b. Bagi orang tua : Agar dapat menggunakan media film animasi dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak.

(24)

7 1. Perkembangan Bahasa

Perkembangan anak merupakan hal yag harus diperhatikan oleh orang tua dan pendidik agar keoptimalan tumbuh kembang anak di segala aspek dapat berjalan dengan baik, termaksud juga pada perkembangan bahasa anak. Depdikbud (Susanto, 2015: 309) mengartikan bahasa adalah sebagai sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan oleh alat ucap) yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan adan pikiran. Sedangkan menurut andrianto (2011: 6) “bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan dan kebutuhannya”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa anak-anak yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan, serta tindakan interaktif dengan lingkungannya.

Berbicara merupakan salah satu bentuk dari perkembangan kemampuan berbahasa. Sesuai dengan yang dikemukanan oleh Susanto (2015: 306) berpendapat bahwa bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk paling efektif dalam komunikasi, dan bicara merupakan faktor yang paling penting serta paling banyak digunakan dalam berkomunikasi.

(25)

2. Kemampuan berbicara Anak usia dini a. Pengertian Berbicara

Menurut Hildebrand (Moeslichatoen, 2004) Perkembangan bicara anak adalah untuk menghasilkan bunyi verbal. Kemampuan mendengar dan membuat bunyi-bunyi verbal merupakan hal utama untuk mengahasilkan bicara. Tiel (2008) mengatakan bahwa kemampuan bicara anak juga akan meningkatkan melalui pengucapan suku kata yang berbeda-beda dan diucapkan secara jelas, pengucapan merupakan faktor penting dalam berbicara dan pemahaman. Kemampuan bicara akan lebih menata lagi bila anak memberi arti kata-kata baru, menggabungkan kata-kata baru serta memberikan peryataan dan pertanyaan.

Susanto (2015: 306) berpendapat bahwa bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk paling efektif dalam komunikasi, dan bicara merupakan faktor yang paling penting serta paling banyak digunakan dalam berkomunikasi.

Berbicara menurut Hildayani (2011) adalah eskpresi oral dari bahasa, organ manusia yang berperan adalah mulut dan tenggorokan. Tahun pertama dari kehidupan berkomunikasi seorang anak adalah saat paling sibuk dan menarik. Bahkan sebelum ia dilahirkan, anak berhubungan dengan ibu yang sering mengajak anak berbicara walau mereka masih berada dalam kandungan. Sedangkan Zulkifli (2001) kemajuan berbicara harus memiliki latihan-latihan yang tidak ringan, hal ini diperlukan pesiapan untuk belajar bicara. Hal serupa juga dikemukakan oleh Indriati (2011) menyatakan bicara adalah aktivitas kompleks yang melibatkan banyak organ tubuh, tidak hanya mulut, tetapi

(26)

juga otak, lidah, gigi, palatum, otot dada, pernapasan, otot leher, pita suara dan diafragma.

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan, bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata secara lisan untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pesan, atau berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi atau gagasan kepada seseorang.

b. Kemampuan Berbicara Anak

Menurut Owens (Papalia, 2010) Pada masa usia prasekolah, anak semakin pandai merangkai huruf menjadi kata dan kata menjadi kalimat. Cara anak mengobinasikan huruf menjadi kata dan kata menjadi kalimat, berkembang menjadi semakin rumit sepanjang masa kanak-kanak awal.

Kemampuan berbicara anak menurut Hapsari (2016: 275) terbagi menjadi dua tahap yaitu “kemampuan berbicara pragmatis dan Privete Speech atau berbicara sendiri”.

1) Sosial Speech dan kemampuan berbicara pragmatis, pada usia prasekolah anak sudah mulai mengembangkan kemampuan berbicara pragmatis yaitu mampu berbicara dengan pengetahuan tentang berbahasa dalam berkomunikasi seperti bagaimana bertanya tentang suatu hal atau bercerita dengan orang lain.

2) Kemampuan berbicara sendiri, berbicara sendiri merupakan salah satu perilaku yang sering ditunjukkan oleh anak usia prasekolah. Berbicara sendiri merupakan perilaku bicara pada diri sendiri tanpa bermaksud melibatkan atau mengkomunikasikan dengan orang lain secara lantang maupun tidak. Hal ini termaksud wajar dan normal yang terjadi pada masa anak-anak.

(27)

Hal serupa dikemukakan oleh Rice (Papalia, 2010: 342) terbagi menjadi dua tahap yaitu “kemampuan berbicara pragmatis dan Privete Speech atau berbicara sendiri”.

1) Kemampuan berbicara pragmatis dan sosial, seiring dengan dipelajarinya kosakata, tata bahasa, dan sintak, anak-anak menjadi semakin kompoten dalam pragmatis/pengetahuan praktis bagaimana cara menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.

2) Kemampuan berbicara sendiri, berbicara dengan keras kepada diri sendiri tanpa ada niat untuk berkomunikasi dengan orang lain adalah normal dalam masa kanak-kanak.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas maka kemampuan berbicara anak dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Sosial Speech atau kemampuan berbicara pragmatis adalah berbicara dengan pengetahuan tentang berbahasa dalam berkomunikasi. 2) Kemampuan berbicara sendiri merupakan salah satu perilaku yang sering ditunjukkan oleh anak usia prasekolah tanpa ada niat untuk berkomunikasi dengan orang lain.

c. Fungsi kemampuan berbicara

Salah satu bentuk komunikasi yang paling efektif adalah berbicara. Karena bagi anak bicara tidak sekedar merupakan ekspresi, Ferliana dan Agustina (2015: 10) mengemukakan fungsi-fungsi berbicara bagi anak usia dini, sebagai berikut:

1) Sebagai pemuas keinginan dan kebutuhan. Dengan berbicara anak mudah menjelaskan kebutuhan da keinginannya tanpa harus menunggu orang lain memahami tangisan, gerak tubuh, atau ekspresi wajah mereka, dan dengan menggunakan kemampuan berbicara anak dapat memahami situasi, orangtua atau

(28)

lingkungan yang tidak mengerti apa yang diinginkan oleh anak. 2) Sarana untuk membina hubungan sosial. Kemampuan anak berkomunikasi dengan orang lainmerupakan syarat penting agar dapat menjadi bagian dari suatu kelompok, atau dengan kata lain anak akan lebih mudah diterima oleh kelompok sebayanya. 3) Sebagai pemenuhan pikiran dan perasaan orang lain. Anak yang suka berkomentar, menyakiti, atau mengucapkan sesuatu yag tidak menyenangkan tentang orang lain dapat menyebabkan anak kurang disenangi oleh lingkungan. Sebaliknya, bagi anak yang kerap mengucapkan kata-kata yang menyenangkan dapat menjadi modal utama bagi anak tersebut agar diterima dan disenangi oleh lingkungan.

Sedangkan, menurut Suhartono (2005) bahwa keterampilan berbicara penting dikuasai anak, sebab berbicara bukan hanya sekedar pengucapan kata atau bunyi saja tetapi dengan berbicara anak dapat mengungkapkan isi hati, pendapat, kebutuhan dan keinginannya, mendapat perhatian dari orang lain, menjalin hubungan sosial, dapat menilai diri sendiri berdasarkan masukan atau penilaian orang lain terhapat dirinya, serta untuk kepentingan kelancaran berkomunikasi.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Berbicara Anak

Menurut Hildayani (2011: 11.12) kemampuan berbicara dipengaruhi oleh faktor- faktor seperti “kecerdasan, jenis kelamin, kondisi fisik, lingkungan keluarga dan kondisi ekonomi”. Dapat diuraikan sebagai berikut:

1)Kecerdasan, beberapa hasil penelitian menyebutkan adanya hubungan antara pengukuran intelegensi dengan pengukuran bahasa (kosa kata, kemampuan artikulasi, dan indikasi kematangan kemampuan berbahasa) 2) Jenis kelamin, berdasarkan beberapa peneliti diketahui bahwa perkembangan bahasa seorang anak

(29)

perempua akan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki 3) Kondisi fisik, perkembangan dan pemerolehan bahasa mensyaratkan berbagai kondisi fisik, diantaranya adalah bahwa pada orang tersebut tida ada masalah pada organ bicara (gigi, lidah, bibir, tenggorokan dan pita suara) 4) Lingkungan keluarga, keluarga merupakan lingkungan terdekat anak yang paling penting untuk memfasilitasi perkembangan bahasa anak 5) Kondisi ekonomi, anak-anak yang berasal dari kelas menengah memiliki perkembangan bahasa yag lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga kelas ekonomi rendah.

Sedagkan menurut Hurlock (Hari, 2012: 174) kemampuan berbicara anak dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

Faktor kesehatan, kecerdasan (anak-anak yang cerdas umumnya bicara lebih awal dan penguasaan bahasanya lebih baik), status sosial ekonomi, jenis kelamin (anak laki-laki cenderung tertinggal, kalimat lebih pendek, tatabahasa kurang, kosakata sedikit, dan pengucapan kurang tepat), dorongan, ukuran keluarga (anak tunggal dan dari keluarga kecil lebih banyak), urutan kelahiran, penyesuain diri.

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan, bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan berbicara adalah, kesehatan, intelegensi, status sosial, jenis kelamin, hubungan keluarga. Sehingga dengan faktor tersebut dapat mempengaruhi perkembangan berbicara anak sejak dini dan dengan faktor tersebut dapat mempengaruhi pula pola kehidupan anak dimasa mendatang.

e. Indikator kemampuan berbicara anak usia 4-6 tahun

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini Indikator pencapaian perkembangan anak usia lima sampai enam tahun yaitu:

1) Mengungkapkan keinginan, perasaan dan pendapat dengan kalimat sederhana dalam berkomunikasi dengan anak atau orang dewasa; 2) Menunjjukkan perilaku senang membaca buku terhadap buku-buku yang dikenali; 3) Mengungkapkan perasaan, ide dengan pilihan kata

(30)

yang sesuai ketika berkomunikasi; 4) Menceritakan kembali isi cerita secara sederhana.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis dapat menggunakan dua indikator tingkat pencapaian perkembangan untuk mengembangkan kemampuan bahasa berbicara anak. Dalam hal ini disesuaikan dengan film animasi yang ditonton dan dipilih karena lebih mudah diukur dibandingkan dengan indikator yang lain yaitu, mengungkapkan pendapat dengan kalimat sederhana dan menceritakan kembali isi cerita secara sederhana.

3. Film Animasi

a. Pengertian film animasi

Film animasi berasal dari dua disiplin, yaitu film yang berakar pada dunia fotografi dan animasi yang berakar pada dunia gambar. Kata film berasal dari bahasa Inggris yang telah di Indonesiakan, maknanya dapat dilihat pada kamus besar bahasa Indonesia, menurut Daryanto (1997: 203) “barang tipis seperti selaput yang dibuat dari seluloid empat gambar potret negative (yang akan dibuat potret atau dimainkan dalam bioskop, 2 lakon (cerita) gambar hidup”.

Film animasi termaksud media audio-visual. Film dianggap efektif untuk digunakan sebagai alat bantu pembelajaran, film yang diputar didepan anak harus merupakan bagian integral dari kegiatan pembelajaran. Film mampu menyenangkan anak dengan membawa mereka kedunia baru manusia dan hewan, serta melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukannya. film mengandung pengertian sebagai gambar hidup atau rangkaian gambar-gambar yang bergerak menjadi suatu alur cerita yang

(31)

ditonton orang, bentuk film animasi yang mengandung unsure dasar cahaya, suara dan waktu.

Animasi, sebuah film yang terdiri dari serangkaian sketsa yang digambar tangan individu, dimana posisi atau gerakan dari tokoh-tokoh yang bervariasi sedikit dari satu sketsa yang lain. Umumnya, seri film ini ketika diproyeksikan dilayar, menunjukkan bahwa angka bergerak. Animasi merupakan salah satu teknik dalam film yang menggunakan gambar hasil sketsa tangan diposisikan bervariasi dan berurutan sehingga menghasilkan suatu film yang akurat layaknya film hasil camera shooting atau sering disebut film frame by frame.

Animasi merupakan media komputasi multimedia berbentuk softwere dimana terdapat penggabungan antara teks, audio, gambar, dan video. Menurut Dewi (2012:

6) menyatakan bahwa film animasi merupakan serangkaian gambar yang diambil objek yang bergerak kemudian diproyeksikan kesebuah layar dan memutarnya dalam kecepatan tertentu sehingga menghasilkan gambar hidup, namun pada awalnya film animasi merupakan hasil dari pengelahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak, dan didasarkan pada cerita yang bergenrefantasi.

Film animasi menurut Effendy (2000) berpendapat bahwa :

Film dalam bentuk apapun merupakan media komunikasi yang bersifat audio-visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul pada suatu tempat tertentu, pesan tersebut disampaikan melalui apa yang diceritakan dan dengan berbagai tujuan.

(32)

Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa film animasi merupakan suatu teknik dalam pembuatan karya audio-visual yang berdasarkan terhadap pengaturan waktu dalam gambar. Gambar yang telah dirangkaikan dari beberapa potongan gambar yang bergerak sehingga terlihat nyata.

Anak usia dini sangat menyukai film animasi atau film kartun, karena merasa tertarik melihat gambarnya yang unik dan lucu, oleh sebab itu anak menggunakan film animasi sebagai wadah untuk berfantasi dengan gambar yang anak sukai.

b. Karakteristik film animasi

Film animasi disajikan sebagai media pengajaran untuk mengambil pesan dari alur cerita sesuai dengan tema dan subjek pelajaran yang diajarkan, sehingga anak didik akan mudah memahami dan mengambil pelajaran dari film yang ditonton.

Menurut Munadhi (2008: 116) menggemukkan bahwa terdapat karakteristik dalam film animasi, diantaranya :

1) Kelebihan film animasi

a. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu

b. Film dapat diulangi bila perlu, untuk menambahkan kejelasan c. Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diterima

d. Mengembangkan imajinasi peserta didik

e. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan menggambarkan yang lebih realitas

f. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar 2) Kelemahan film animasi

a. Terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi

b. Pengguaan film dianggap menggunakan biaya yang tinggi

(33)

Selain karakteristik yang dikemukakan diatas, Arsyad (2015: 49) juga menjabarkan beberapa kelebihan dan kelemahan film animasi, diantaranya :

1) Kelebihan film animasi

a. Melengkapi kelengkapan dasar siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, dan berpraktik

b. Menggambarkan suatu proses dan dapat disaksikan berulang- ulang

c. Meningkatkan motivasi dan segi efektif lain

d. Film dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa

e. Dapat menyajikan peristiwa berbahaya yang jika dilihat secara langsung

f. Bias digunakan untuk kelompok besar maupun kelompok kecil 2) Kelemahan film animasi

a. Umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu banyak b. Pada waktu film yang dipertunjukkan dan gambar bergerak

terus-meneru, tidak semua siswa dapat mengikuti informasi yang ingin disampaika tersebut

c. Film yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan, kecuali flm tersebut memang

dirancang khusus untuk media belajar

4. Pengaruh Penggunaan Film Animasi Terhadap Kemampuan Berbicara Anak

Ada beberapa banyak media yang dapat digunakan di Lembaga PAUD, film animasi merupakan salah satu media pengajaran yang dapat digunakan untuk membantu dalam kemampuan berbicara anak. Film animasi merupakan media yang menyajikan pesan audio-visual dan gerak. Oleh sebab itu, film animasi memberikan kesan yang impresif bagi penontonnya. Media film ini pada umumnya disenangi oleh anak-anak karena karakter gambar animasi yang manarik. Hamalik (Arsyad, 2015)

(34)

mengemukakan bahwa kelebihan penggunaan film animasi dalam proses pembelajaran dapat dilengkapi pengalaman-penggalaman dasar bagi anak ketika bercakap-cakap, tanya jawab dan lain-lain, menggambarkan suatu proses sacara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang bila dipandang perlu.

Gambar-gambar dan suara-suara yang muncul pada film yang menampilkan tayangan cerita dalam bentuk animasi kartun juga membuat anak tidak cepat bosan, sehingga dapat merangsang anak mengetahui lebih jauh lagi serta anak-anak didorong untuk mengenal dan mengetahui manfaat teknologi, sekaligus merangsang minat mereka untuk belajar dan antusias terhadap isi cerita yang ditanyangkan pada film animasi khususnya pada proses pembelajaran yang menunjang pada kemampuan berbicara anak.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa digunakannya media film animasi dalam proses pembelajaran dikarenakan film animasi sangat menarik dan menyenangkan sehingga anak dengan mudah menerima pengetahuan yang diperolehnya. Penggunaan media film animasi oleh pendidik dalam proses pembelajaran merupakan kegiatan yang banyak digemari oleh anak sekaligus dapat melatih mengembangkan imajinasi dan kemampuan bahasa anak khususnya dalam hal kemampuan berbicara anak.

5. Metode Bercerita

Metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak dipergunakan di TK. Selain itu, metode bercerita juga memberikan pengalaman belajar bagi anak anak. Dengan mendengarkan cerita memungkinkan anak menambah pengetahuan dan

(35)

menigkatkan bahasanya. Menurut Djamarah, (2005: 242) “metode bercerita ialah suatu cara mengajar dengan bercerita”. Pada hakikatnya metode bercerita sama dengan metode ceramah karena informasi disampaikan melalui peraturan atau penjelasan lisan dari seseorang kepada orang lain.

Mustakim, (2005: 20) mengemukakan bahwa:

Bercerita adalah upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran dan kemudian menuturkanya kembali dengan tujuan melatih keterampilan anak dalam bercakap- cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk ekpresif.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi ana-anak dengan menyampaikan cerita secara lisa untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak. Guru menugaskan salah seorang atau beberapa orang anak didik untuk menceritakan suatu peristiwa agar anak terlatih dan anak terbiasa untuk mengeluarkan apa yang ada pada pemikirannya.

B. KERANGKA PIKIR

Berdasarkan berbagai pengertian dan teori diatas dapat diketahui bahwa kemampaun berbicara merupakan cara seseorang berkomunikasi, serta menyampaikan isis hati, gagasan, atau ide secara lisan. Pada anak usia dini, kemampuan berbicara digunakan anak untuk mengkomunikasikan apa yag dirasakan dan diinginkan kepada orang tua, sehingga kebutuhan anak dapat dipenuhi dan komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak pun dapat terjalin dengan baik.

(36)

Oleh karena itu, kemampuan berbicara anak patut untuk dikembangkan dengan baik melalui stimulasi dengan tahapan perkembangannya. Anak dengan usia prasekolah diharapkan mampu mengungkapkan pendapat dengan kalimat sederhana dan menceritakan kembali isi cerita secara sederhana. Adapun kegiatan stimulasi yang dianggap mampu untuk melatih dan meningkatka kemampuan berbicara anak adalah dengan media film animasi.

Film animasi adalah sebuah film yang terdiri dari serangkaian sketsa yang digambar tangan individu, dimana posisi atau gerakan dari tokoh-tokoh yang bervariasi sedikit dari satu sketsa yang lain. Umumnya, seri film ini ketika diproyeksikan dilayar, menunjukkan bahwa angka bergerak. Animasi merupakan salah satu teknik dalam film yang menggunakan gambar hasil sketsa tangan diposisikan bervariasi dan berurutan sehingga menghasilkan suatu film yang akurat layaknya film hasil camera shooting atau sering disebut film frame by frame.

Penggunaan film animasi sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka piker dibawah ini :

(37)

Kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Kegiatan

O1 Kelompok Eksperimen

O2 Kelompok

Kontrol Langkah-langkah pengunaan

Film animasi

1. Menyiapakan scenario pembelajaran, alat dan bahan.

2. Pemutaran film animasi tahap 1 (bagian awal film).

3. Anak menirukan cara berbicara tokoh dalam film.

4. Sesi Tanya jawab mengenai isis cerita.

5. Pemutaran film animasi tahap 2 (bagian akhir film).

6. Anak menirukan cara berbicara tokoh dalam film.

7. Sesi Tanya jawab mengenai sisi cerita

Kegiatan rutin anak TK (Belajar sambil Bermain) dengan mdia Film Animasi

Kegiatan rutin anak TK (Belajar sambil Bermain) dengan

metode bercerita

(38)

C. Pertanyaan Penelitian dan Hipotesis

1. Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir diatas, maka pertanyaan penelitian akan dideskriptifkan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui gambaran kemampuan berbicara anak sebelum dan sesudah pengguaan film animasi pada anak kelompok B di PAUD Terpadu Teratai UNM Kota Makassar.

b. Untuk mengetahui pengaruh film animasi terhadap kemampuan berbicara anak di PAUD Terpadu Teratai UNM Kota Makassar.

2. Kemudian untuk uji hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Jika penggunaan film animasi diterapkan, maka kemampuan berbicara pada anak Kelompok B di PAUD Terpadu Teratai UNM Kota Makassar meningkat.

(39)

22 BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian Quasi Experimental Design untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh atau perbedaan kemampuan berbicara kelompok anak yang mengikuti pembelajaran melalui film animasi dengan kemampuan berbicara kelompok anak yang tidak diberi perlakuan (film animasi).

Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Desain ini digambarkan, Sugiyono (2009:79) sebagai berikut:

𝐎

𝟏

𝐗 𝐎

𝟐

𝐎

𝟑

𝐎

𝟒

Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan:

𝐎

𝟏 dan

𝐎

𝟑 : Pengukuran pertama (awal) sebelum diberi perlakuan

𝐗

: Treatment atau perlakuan (film animasi)

𝐎

𝟐 : Pengukuran kedua setelah subjek diberikan film animasi

𝐎

𝟒 : Pengukuran yang tidak diberi perlakuan

(40)

B. Desain Operasional

Penelitian ini mengkaji dua variabel yaitu : film animasi sebagai variabel bebas atau yang mempengaruhi (dependen) dan kemampuan berbicara sebagai variabel terikat atau yang dipengaruhi (independen ). Defenisi operasional merupakan batasan-batasan yang digunakan untuk menghindari perbedaan interprestasi terhadap variabel yang diteliti dan sekaligus menyamakan persepsi tentang peubah yang diteliti, maka dikemukakan defenisi operasional penelitian sebagai berikut:

1. Film animasi adalah suatu teknik dalam pembuatan karya audio-visual yang berdasarkan terhadap pengaturan waktu dalam gambar.

2. Kemampuan berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi atau gagasan kepada seseorang.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun yang menjadi populasi penelitian ini adalah anak didik PAUD Terpadu Teratai UNM Kota Makassar pada kelompok B yang berjumlah 61 anak, yang terdiri dari B1 11 anak, B2 11 anak, B3 13 anak, B4 12 anak dan B5 14 anak.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Random Sampling. Proses teknik sampling ini yaitu dengan populasi sebanyak 61 anak kemudian ditetapkan

(41)

anak sebagai kelompok eksperimen dan anak sebagai kelompok kontrol. Dimana penetapan kelompok anak ini ditetapkan pada anak yang aktif saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dengan demikian penelitian ini dilakukan pada kelompok B di PAUD Terpadu Teratai UNM Kota Makassar dengan sampel 11 anak (B2) sebagai kelompok eksperimen dan 11 anak (B1) sebagai kelompok kontrol.

D. Teknik dan prosedur pengumpulan data 1. Tehnik pengumpulan data

Tehnik pengumpulan data sangat dibutuhkan dalam penelitian karena dapat menentukan keberhasilan suatu penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

a. Tes

Tes , dilakukan untuk memperoleh data tentang kemampuan berbicara anak.

Baik untuk kelompok anak sebagai kelompok eksperimen maupun kelompok anak sebagai kelompok kontrol

b. Observasi

Suatu teknik atau pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Teknik digunakan oleh peneliti dengan mengamati secara langsung kemampuan berbicara anak.

c. Dokumentasi

Teknik yang dilakukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian seperti catatan- catatan laporan kegiatan di setiap anak.

(42)

2. Prosedur pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu sebagai berikut:

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini peneliti menentukan jumlah sampel dan merumuskan instrument yang beri item-item peneliitian pada anak. Instrument yang dibuat divalidasi terlebih dahulu oleh ahli. Item yang valid tersebut yang akan digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan anak. Selanjutnya penelitian membuat skenario pembelajaran yang akan dilakukan saat pemberian perlakuan. Hal ini menjadi pedoman bagi penelitian dalam pemberian perlakuan.

b. Pemberian perlakuan

Pada tahap ini peneliti memberikan perlakuan pada kelompok anak eksperiment yang diajar dengan menggunaan media film animasi dan kelompok kontrol diajar dengan menggunakan metode konvensional dalam jangka waktu tertentu dan berpedoman pada skenario yang telah dibuat selama empat kali pertemuan sebelum tahap perencanaan.

c. Pemberian Pretest dan posttest

Pada tahap ini peneliti memberikan penilaian kepada kelompok eksperimen yang diajar dengan menggunakan media film animasi dan kelompok kontrol yang diajar dengan menggunakan metode konvensional. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan berbicara anak di setiap kelompok anak.

(43)

d. Analisi hasil

Untuk mengatahui perbedaan kemampuan berbicara anak didik yang diajar dengan menggunakan media film animasi dan diajar dengan pembelajaran metode konvensional

E. Teknik Analisi Data

Teknik analisis data merupakan kegiatan mengubah data hasil penelitian menjadi informasi yang dapat digunakan dalam mengambil kesimpulan. Adapun teknik analisi data yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Adapun analisis statistik deskriktif dan analisis statistik inferensial dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Teknik analisis deskriptif

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan tingkat kemampuan berbicara anak didik dengan menggunakan media film animasi dan kemampuan berbicara anak didik yang mengikuti metode konvensional dengan karakteristik skor

2. Teknik analisis inferensial

Analisis inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian mengenai ada tidaknya pengaruh kemampuan berbicara anak yang diajar dengan menggunakan media film animasi dengan anak yang diajarkan dengan metode konvensional.

a. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Dalam pengujian ini dilakukan dengan uji normalitas Liliefors ,Sugiyono (2009;468) dengan rumus:

(44)

𝐿

ℎ=𝐹(𝑍𝑖)−𝑆(𝑍𝑖)

Kriteria pengujian :

Jika 𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka data yang dinyatakan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh bersifat homogen. Pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F dengan rumus (Sugiyono, 2013: 275) :

F = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

Kriteria pengujian :

Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔< 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf nyata α = 0,05 maka data dapat dikatakan mempunyai varian homogen.

c. Uji hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t (separated varian), Sugiyono (2010:273) dengan rumus :

t = 𝑥1−𝑥2

𝑠12 𝑛1+𝑠22

𝑛2

Kriteria pengujian :

𝐻0:µ𝐴1µ𝐴2𝐻𝐼:µ𝐴1µ𝐴2

(45)

Keterangan :

µ𝐴1: Rata – rata kemampuan berbicara anak didik yang diajar dengan menggunakan media film animasi µ𝐴2 : Rata – rata kemampuan berbicara anak didik yang

Menggunakan metode bercerita

𝐻0 : Tidak ada perbedaan kemampuan berbicara anak didik yang diajar dengan media film animasi dan menggunakan metode bercerita

𝐻𝐼 : Ada perbedaan kemampuan berbicara anak didik yang diajar dengan media film animasi dan diajar menggunakan metode bercerita

(46)

29 A. Hasil Penelitian

Gambaran umum lokasi penelitian dalam bab ini, akan dideskripsikan mengenai hasil pengolahan dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, dan akan diperlihatkan kemampuan berbicara anak yang telah dilakukan dengan menggunakan film animasi. Data tentang hasi penelitian diperoleh melalui lembar observasi dan dianalisis secara akurat.

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Taman Kanak-Kanak Teratai Universitas Negeri Makassar berkedudukan di Makassar pendirinya adalah salah satu bentuk partisipasi ibu-ibu pengurus Unit Dharma Wanita IKIP Ujung Pandang yang pada waktu itu ketua Unit Dharma Wanita IKIP Ujung Pandang adalah ibu Parawansa selaku istri Rektor. Dalam berpartisipasi menyediakan fasilitas pendidikan taman kanak-kanak, semula taman kanak-kanak ini bernama TK Teratai Unit Dharma Wanita IKIP Ujung Pandang. Didirikan pada tanggal 04 Juni 1981. Kemudian ketua Unit Dharma Wanita IKIP Ujung Pandang mempercayakan kepada seksi Pendidikan untuk mengelola taman kanak-kanak ini, maka terbentuklah satuan tugas pengelola taman kanak-kanak Teratai Unit Dharma Wanita IKIP Ujung Pandang.

TK Teratai IKIP Ujung Pandang. Pada saat pertama kali dibuka TK Teratai IKIP mempunyai 7 ruangan kelas dengan jumlah peserta didik sebanyak 100 anak dengan keadaan sarana & prasarana yang cukup. TK Teratai ini semula hanya

(47)

diperuntukkan bagi kalangan keluarga IKIP Ujung Pandang, namun masyarakat yang berada disekitar TK ini sangat besar perhtiannya, maka dengan tangan terbuka TK ini menerima semua kalangan yang mempercayakan putra putrinya untuk dididik dan dibina. Hingga saat ini telah menamatkan anak didik 34 kali.

Kemudian dengan berubahnya Institut Keguruan & Ilmu Pendidikan (IKIP) menjadi Universitas Negeri Makassar (UNM) maka berubalah juga TK Teratai UDW IKIP Ujung Pandang menjadi TK Teratai UNM kemudian berubah lagi menjadi PAUD Terpadu Teratai UNM sampai sekarang. Sedangkan Ketua Pengelola TK Teratai UDW Ujung Pandang digantikan dengan Ketua Yayasan Pendidikan Teratai UNM yaitu dari Prof. Dr. Hj. Sugirah Wahid, MS (almarhumah) digantikan oleh Dra.

Hj. Rahmatiah Kadir sampai sekarang.

PAUD Terpadu Teratai UNM memiliki tenaga pengajar 18 orang. TU 1 orang dan bujang TK 2 orang. Taman kanak-kanak Teratai UNM adalah lembaga pendidikan yang program kegiatan mengacu pada Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor.137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan anak Usia Dini. Dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor. 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini.

Proses pembelajaran yang terlaksana di PAUD Terpadu Teratai UNM sesuai dengan RPPM (rencana program pembelajaran mingguan) dan RPPH (rencana program pembelajaran harian) yang mengacu pada pembelajaran tematik dengan tema-tema yang terlaksana di PAUD Terpadu Teratai UNM pada semester I terdiri

(48)

dari Diri Sendiri, Lingkunganku, Kebutuhanku, Binatang dan Tanaman. Sedangkan tema pada semester II antara lain Rekreasi, Pekerjaan, Alat Komunikasi, Budaya dan Alam semesta. Di PAUD Terpadu Teratai UNM terdapat 7 kelas yang terdiri dari 1 kelompok bermain, 1 kelompok A dan ada 5 kelompok B yaitu B1, B2, B3, B4 dan B5. Taman kanak-kanak Terpadu Teratai UNM berada dalam lingkungan kampus Pasca Sarjana UNM Makassar, Gunung Sari Baru Kecematan Rappocini Kota Makassar.

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Dari tes kemampuan berbicara anak diperoleh data kemampuan bebicara sesuai dengan yang diberikan dalam penelitian ini. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah kemampuan berbicara antara kelompok anak yang menggunakan media film animasi dan kelompok anak yang mengikuti pembelajaran konvesional.

Berdasarkan perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini maka data yang diperoleh terdiri dari : (1) data kemampuan berbicara antara kelompok anak yang menggunakan media film animasi, (2) data kemampuan berbicara kelompok anak yang mengikuti pembelajaran belajar sambil bermain. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut dihitung rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, varian, skor maksimum, skor minimum, rentang (range) dan jumlah skor (sum). Skor untuk kemampuan sains kedua kelompok data adalah 0-22.

(49)

a. Hasil Deskriptif Prestest Kelas Eksperimen

Tabel.4.1 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Data Penelitian Kelompok perlakuan Hasil test kelompok

Eksperimen (Film animasi)

Hasil test kelompok kontrol Statistik

N 11 11

Mean 11.09091 8.545455

Range 11 9

Min 11 9

Max 9.290909 3.872727

Rentang 3.048099 1.967925

Banyak Kelas 11 9

Panjang Kelas 6 4

STDV 5 5

Median 11.09091 8.545455

Sumber lampiran 16

1) Deskripsi data Pretest kemampuan berbicara kelompok anak yang mengikuti pembelajaran menggunakan film animasi

Kemampuan berbicara anak yang mengikuti pembelajaran menggunakan film animasi memiliki skor maksimum :

(50)

Tabel 4.2 Kategori kemampuan berbicara anak pretest kelompok eksperimen Interval Frekuensi Absolut (f) Frekuensi Relatif 6-8 1 9%

9-11 2 18%

12-14 6 55%

15-17 2 18%

Jumlah 11 100%

Sumber : Lampiran 17 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berbicara Kelompok Eksperimen (Pretest) Dengan Media Film Animasi.

Tabel tersebut menunjukkan Pretest kemampuan berbicara anak yang mengikuti pembelajaran menggunanakan media film animasi pada interval 6-8 terdapat 1 responden dengan persentase 9%, interval 9-11 terdapat 2 responden dengan persentase 18%, interval 12-14 terdapat 6 responden dengan persentase 55%, dan interval 15-17 terdapat 2 responden dengan persentase 18%.

Agar telihat lebih jelas, maka data tersebut dapat disajikan dalam bentuk histogram berikut :

(51)

Gambar 4.1. Histogram Skor Pretest Kemampuan Berbicara Kelompok Eksperimen dengan Media Film Animasi.

Berdasarkan histogram tersebut maka dapat diketahui kategori dari masing- masing interval. Interval 6-8 terdapat 1 responden yang termasuk kategori rendah, interval 9-11 terdapat 2 responden yang termasuk kategori rendah, interval 12-14 terdapat 6 responden yang termasuk kategori sedang, sementara interval 15-17 terdapat 2 responden yang termasuk kategori tinggi. Dengan pengkategorian tersebut, maka terdapat 1 responden yang termasuk kategori rendah, 4 responden yang termasuk kategori sedang .dan 6 responden yang termaksud kategori tinggi.

2) Deskripsi data kemampuan berbicara kelompok anak yang mengikuti pemberajaran Belajar sambil bermain.

Kemampuan berbicara kelompok anak yang mengikuti pembelajaran belajar sambil bermain memiliki skor maksimum :

1

2

6

2

0 1 2 3 4 5 6 7

Frekuensi (fi)

Diagram Pre Test Kemampuan berbicara Kelompok Eksperimen

6 9 12 17

(52)

Tabel 4.3 Kategori kemampuan berbicara anak pretest kelompok kontrol Interval Frekuensi Absolut (f) Frekuensi Relatif 6-7 4 36%

8-9 4 36%

10-11 2 18%

12-13 1 9%

Jumlah 11 100%

Sumber : Lampiran 18 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berbicara Kelompok Kontrol (Pretest).

Tabel tersebut menunjukkan Pretest kemampuan berbicara anak yang mengikuti pembelajaran menggunanakan media film animasi pada interval 6-7 terdapat 4 responden dengan persentase 36%, interval 8-9 terdapat 4 responden dengan persentase 36%, interval 10-11 terdapat 2 responden dengan persentase 18%, dan interval 12-13 terdapat 1 responden dengan persentase 9%.

Agar telihat lebih jelas, maka data tersebut dapat disajikan dalam bentuk histogram berikut :

(53)

Gambar 4.2. Histogram Skor Pretest Kemampuan Berbicara Kelompok Kontrol.

Berdasarkan histogram tersebut maka dapat diketahui kategori dari masing- masing interval. Interval 6-7 terdapat 4 responden yang termasuk kategori rendah, interval 8-9 terdapat 6 responden yang termasuk kategori rendah, interval 10-11 terdapat 2 responden yang termasuk kategori sedang, sementara interval 12-13 terdapat 1 responden yang termasuk kategori tinggi. Dengan pengkategorian tersebut, maka terdapat 8 responden yang termasuk kategori rendah, 2 responden yang termasuk kategori sedang .dan 1 responden yang termaksud kategori tinggi.

4 4

2

1

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5

Frekuensi (fi)

Diagram Pre Test Kemampuan berbicara kelompok kontrol

6 8 10 12

(54)

b. Hasil Deskriptif Postest Kelas Eksperimen

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Data Penelitian Kelompok perlakuan Hasil test kelompok

Eksperimen (Film animasi)

Hasil test kelompok kontrol Statistik

N 11 11

Mean 16.54545 12.09091

Range 17.3636 11.73

Min 10 8

Max 20 15

Rentang 10 7

Banyak Kelas 4 4

Panjang Kelas 3 2

STDV 2.80 2.73

Median 18 12

Sumber: Lampiran 19

3) Deskripsi data Postest kemampuan berbicara kelompok anak yang mengikuti pembelajaran menggunakan film animasi

Kemampuan berbicara anak yang mengikuti pembelajaran menggunakan film animasi memiliki skor maksimum :

(55)

Tabel 4.5 kategori kemampuan berbicara anak posttest kelompok Eksperimen menggunakan film animasi

Interval Frekuensi Absolut (f) Frekuensi Relatif 10-12 1 9%

13-15 1 9%

16-18 4 36%

19-21 5 45%

Jumlah 11 100%

Sumber : Lampiran 20 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berbicara Kelompok Eksperimen Dengan Media Film Animasi.

Tabel tersebut menunjukkan kemampuan berbicara anak yang mengikuti pembelajaran menggunanakan media film animasi pada interval 10-12 terdapat 1 responden dengan persentase 9%, interval 13-15 terdapat 1 responden dengan persentase 9%, interval 16-18 terdapat 4 responden dengan persentase 36%, dan interval 19-21 terdapat 5 responden dengan persentase 45%.

Agar telihat lebih jelas, maka data tersebut dapat disajikan dalam bentuk histogram berikut :

(56)

Gambar 4.3. Histogram Skor Posttest Kemampuan Berbicara Kelompok Eksperimen dengan Media Film Animasi.

Berdasarkan histogram tersebut maka dapat diketahui kategori dari masing- masing interval. Interval 19-21 terdapat 5 responden yang termasuk kategori tinggi, interval 16-18 terdapat 4 responden yang termasuk kategori tinggi, interval 13-15 terdapat 1 responden yang termasuk kategori rendah, sementara interval 10-12 terdapat 1 responden yang termasuk kategori rendah. Dengan pengkategorian tersebut, maka terdapat 9 responden yang termasuk kategori tinggi dan 2 responden yang termasuk kategori rendah.

4) Deskripsi data kemampuan berbicara kelompok anak yang mengikuti pembe;ajaran Konvensional.

Kemampuan berbicara kelompok anak yang mengikuti pembelajaran konvensional memiliki skor maksimum

1 1

4

5

0 1 2 3 4 5 6

Frekuensi (fi)

Diagram Posttest Kemampuan berbicara Kelompok Eksperimen

10 13 16 21

(57)

Tabel 4.6 kategori kemampuan berbicara anak posttest kelompok Kontrol menggunakan metode konvesional

Interval Frekuensi Absolut (f) Frekuensi Relatif 5-7 2 18%

8-10 5 45%

11-13 3 27%

14-16 1 9%

Jumlah 11 100%

Sumber : Lampiran 21 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berbicara Kelompok Eksperimen Dengan Media Film Animasi.

Tabel tersebut menunjukkan kemampuan berbicara anak yang mengikuti pembelajaran menggunanakan metode konvensional pada interval 5-7 terdapat 2 responden dengan persentase 18%, interval 8-10 terdapat 5 responden dengan persentase 45%, interval 11-13 terdapat 3 responden dengan persentase 27%, dan interval 14-16 terdapat 1 responden dengan persentase 9%.

Agar telihat lebih jelas, maka data tersebut dapat disajikan dalam bentuk histogram berikut :

(58)

Gambar 4.4. Histogram Skor Posttest Kemampuan Berbicara Kelompok Kontrol.

Berdasarkan histogram tersebut maka dapat diketahui kategori dari masing- masing interval. Interval 14-16 terdapat 1 responden yang termasuk kategori tinggi, interval 11-13 terdapat 3 responden yang termasuk kategori sedang, interval 8-10 terdapat 5 responden yang termasuk kategori rendah, sementara interval 5-7 terdapat 2 responden yang termasuk kategori sedang. Dengan pengkategorian tersebut, maka terdapat 1 responden yang termasuk kategori tinggi dan 5 responden yang termasuk kategori sedang dan 5 responden yang termasuk kategori rendah.

3. Pengujian Persyaratan Analisis

Uji normalitas dilaksanakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan uji homogenitas

2

5

3

1

0 1 2 3 4 5 6

Frekuensi (fi)

Diagram Posttest Kemampuan berbicara kelompok kontrol

5 8 11 16

(59)

dilasanakan untuk mengetahui apakah data penelitian yang telah dikumpulkan berasal dari populasi yang homogen.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas Liliefors yang dilakukan terhadap dua kelompok data yaitu kemampuan berbicara kelompok anak yang mengikuti pembelajaran menggunanakan media film animasi dan kemampuan berbicara kelompok anak yang mengikuti pembelajaran konvensional. Rangkuman hasil perhitungan uji normalitas kedua kelompok penelitian di sajikan pada tabel berikut:

Tabel.4.4 Rangkuman Uji Normalitas Data Skor Kemampuan berbicara anak Kelompok Data n 𝐿 𝐿𝑡 (𝛂=𝟎,𝟎𝟓) Keterangan

Kelompok film animasi 11 0.186386 0,249 Berdistribusi normal Kelompok Konvensional 11 0.095477 0,249 Berdistribusi normal

Sumber: Lampiran 16 Uji Normalitas

Tabel tersebut menunjukkan bahwa 𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (𝐿) pada kelompok Eksperimen dan kelompok Konvensional lebih kecil dibandingkan 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (𝐿𝑡), sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Kegiatan
Tabel 4.2 Kategori kemampuan berbicara anak pretest kelompok eksperimen  Interval           Frekuensi    Absolut (f)                Frekuensi Relatif                        6-8                             1  9%
Gambar 4.1. Histogram Skor Pretest Kemampuan Berbicara Kelompok  Eksperimen dengan Media Film Animasi
Tabel 4.3 Kategori kemampuan berbicara anak pretest kelompok kontrol  Interval           Frekuensi    Absolut (f)                Frekuensi Relatif                       6-7                              4  36%
+7

Referensi

Dokumen terkait