• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH OBAT ANTIPSIKOTIK TERHADAP KADAR KREATININ PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH OBAT ANTIPSIKOTIK TERHADAP KADAR KREATININ PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH "

Copied!
60
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan umum
  • Tujuan khusus

Manfaat Penelitian

  • Bagi peneliti
  • Bagi Institusi
  • Bagi Tenaga Teknis Laboratorium

TINJAUAN PUSTAKA

  • Gangguan Jiwa
    • Pengertian
    • Jenis-jenis Gangguan Jiwa
    • Penatalaksanaan Gangguan jiwa
  • Antipsikotik
  • Ginjal
    • Anatomi ginjal manusia
    • Cara kerja Ginjal
  • Kreatinin
  • Kerangka Teori
  • Hipotesis

Gangguan mental adalah reaksi yang salah, adaptasi yang buruk, oleh karena itu timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (Maramis, 2009). Berdasarkan Pasien Gangguan Jiwa (PPDGJ), jenis gangguan jiwa dipilah berdasarkan Blok Diagnostik gangguan jiwa yaitu: 1. Terapi psikososial gangguan jiwa meliputi terapi individu, terapi kelompok, terapi keluarga, rehabilitasi psikiatri, pelatihan keterampilan sosial (Hawaii, 2006 ).

Obat yang sering digunakan dalam farmakoterapi pada pasien gangguan jiwa adalah obat antipsikotik. Fungsi ginjal yang terpenting adalah menyaring zat-zat sisa (limbah) di dalam tubuh, baik yang berasal dari makanan, obat-obatan maupun zat beracun (Wolters Kluwer, 2012). Fungsi ginjal ternyata dipengaruhi oleh kelenjar adrenal yang terletak di atas setiap ginjal.

Secara umum, anatomi ginjal manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu korteks ginjal, medula ginjal, dan pelvis ginjal. Ini terdiri dari lengkung Henle dan piramida ginjal, struktur kecil yang mengandung nefron dan tubulus. Bagian pertama dari pelvis ginjal terdiri dari calyxes, yaitu ruang berbentuk cangkir yang berfungsi untuk mengumpulkan cairan sebelum memasuki kandung kemih.

Korpus Malpighi terdiri dari dua bagian, yaitu glomerulus atau kumpulan kapiler yang menyerap protein dari darah dan kapsul Bowman. Kreatinin darah meningkat saat fungsi ginjal menurun, saat penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan dan disamping massa otot juga. Menurut teori yang ada, pemberian obat antipsikotik dalam jangka waktu lama dapat mempengaruhi sistem kerja fungsi ginjal akibat proses ekskresi obat yang terjadi bertahun-tahun.

Kondisi yang berlangsung lama akan mempengaruhi sistem kerja ginjal, sistem kerja ginjal akan menurun Kreatinin merupakan parameter pemeriksaan fungsi ginjal, kadar kreatinin yang melebihi nilai normal menandakan adanya gangguan fungsi ginjal (Baron 2013). Diet kaya daging atau suplemen kaya kreatinin akan meningkatkan kadar kreatinin beberapa jam setelah makan. Usia dan Jenis Kelamin Kadar kreatinin lebih tinggi pada orang tua dibandingkan pada usia muda, dan kadar kreatinin lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan pada wanita (Sukandar, 2006).

Gambar 1. Letak ginjal (Wolters, 2012)
Gambar 1. Letak ginjal (Wolters, 2012)

METODE PENELITIAN

  • Desain Penelitian
  • WaktudanTempat
    • Waktu Penelitian
    • Tempat Penelitian
  • Populasi dan Sampel
    • Populasi
    • Sampel
    • Kriteria Inklusi dan Eksklusi
  • Variabel Penelitian
  • Definisi operasional
  • Bahan dan alat penelitian
    • Alat
    • Bahan
  • Pengumpulan,pengolahan dan Analisa Data
    • Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data
    • Pengolahan dan Analisis data
  • Prosedur Penelitian
    • Persiapan Pemeriksaan
    • Prosedur Kerja
  • Kerangka operasional

Penelitian yang berjudul “Pengaruh obat antipsikotik terhadap kadar kreatinin pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru”, dilakukan pada bulan November – Desember 2020 di laboratorium Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru, dengan hasil sebagai berikut. Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa kadar kreatinin sebelum aplikasi antiseptik sebagian besar normal yaitu sebanyak 19 responden (63,3%). Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa kadar kreatin tertinggi setelah pemberian obat antipsikotik adalah normal yaitu sebanyak 21 responden (70,0%).

Analisis pengaruh kadar kreatinin sebelum dan sesudah pemberian obat antipsikotik pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Tampan provinsi Riau tahun 2020. Berdasarkan tabel 4.4, hasil keluaran menunjukkan bahwa rata-rata nilai luaran pasien sebelum pemberian obat antipsikotik adalah 0,63, sedangkan nilai mean Outcome pasien setelah pemberian obat antipsikotik adalah 0,70. Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan hasil p-value signifikan sebesar 0,637 (>0,05) sehingga kesimpulannya adalah tidak terdapat perbedaan bermakna kadar keratin pada pasien sebelum dan sesudah pemberian obat antipsikopat.

Kesimpulannya, tidak terdapat perbedaan bermakna kadar keratin pada pasien sebelum dan sesudah pemberian obat antipsikotik. Kesimpulan ini dibenarkan ketika kita melihat skor rata-rata tingkat keratin pasien sebelum pemberian obat antipsikotik, yang 12 poin lebih tinggi dari skor rata-rata pasien setelah pemberian obat antipsikotik. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 𝐻0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap kadar kreatinin sebelum pemberian obat antipsikotik pada pasien skizofrenia dan setelah pemberian obat antipsikotik pada pasien skizofrenia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh obat antipsikopat terhadap kadar kreatinin pada pasien skizofrenia. Hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian ini mengungkapkan bahwa tidak ada pengaruh sebelum pemberian obat antipsikopat pada pasien skizofrenia dan sesudah pemberian obat antipsikopat pada pasien skizofrenia. Rerata nilai kadar kreatinin setelah pasien mendapat obat antipsikopat adalah 0,63, sedangkan nilai kadar kreatinin sebelum pasien mendapat obat antipsikopat adalah 0,70. Dari hasil tersebut terlihat nilai rata-rata kadar kreatinin sebelum pemberian obat antipsikopat lebih tinggi 12 (12) angka dibandingkan setelah pemberian obat antipsikopat pada pasien skizofrenia.

Frekuensi kadar kreatinin sebelum pemberian obat antipsikopat pada pasien skizofrenia abnormal pada 11 responden (36,7%) dan normal pada 19 responden (63,3%). Frekuensi kadar kreatinin setelah pemberian obat antipsikopat pada pasien skizofrenia abnormal pada 9 responden (30,3%) dan normal pada 21 responden (70,0%). Tidak ada pengaruh pemberian obat antipsikotik terhadap kadar kreatinin pada pasien skizofrenia dengan p-value 0,637.

Gambar 3. Skema Alur Penelitian  Konsumsi
Gambar 3. Skema Alur Penelitian Konsumsi

HASIL PENELITIAN

Analisis Data Penelitian

  • Analisis Univariat
  • Analisis Bivariat

Menurut teori Baron (2013), pemberian obat antipsikotik jangka panjang dapat mempengaruhi sistem kerja ginjal akibat proses ekskresi obat yang terjadi selama bertahun-tahun. Kondisi yang berlangsung lama akan mempengaruhi sistem kerja ginjal, sistem kerja ginjal akan menurun. Kreatinin merupakan parameter untuk pemeriksaan fungsi ginjal, kadar kreatinin yang melebihi nilai normal menunjukkan adanya gangguan fungsi ginjal. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Paramitha (2018) yang menetapkan bahwa tidak ada pasien dengan peningkatan yang signifikan dari data laboratorium kadar kreatinin dan tidak ada keluhan atau gejala toksisitas atau alergi dari pasien.

Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aprilianti (2019) yang menyimpulkan bahwa kadar kreatinin pada 25 pasien skizofrenia memiliki kadar kreatinin tinggi sebesar 72% dibandingkan kadar kreatinin normal sebesar 28%. Hal ini dapat disebabkan karena penderita skizofrenia memerlukan waktu yang relatif lama yaitu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk menjalani pengobatan.Konsumsi obat dalam jangka panjang dapat memperburuk kerja ginjal sehingga ginjal tidak dapat lagi berfungsi optimal dimana kreatinin dikeluarkan melalui ginjal melalui kombinasi filtrasi dan sekresi, konsentrasinya relatif konstan dalam serum dari hari ke hari, kadar yang lebih besar dari nilai normal menunjukkan gangguan fungsi ginjal, sehingga kadar kreatinin dalam darah meningkat seiring dengan penurunan fungsi ginjal. Penggunaan obat-obatan yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal harus dilakukan secara hati-hati dengan penggunaan dosis yang tepat serta pemantauan dan evaluasi fungsi ginjal (Indrasari, 2015).

Oleh karena itu, kadar kreatinin serum dipengaruhi oleh ukuran otot, jenis kelamin, dan fungsi ginjal. Oleh karena itu, tes ureum dan kreatinin selalu digunakan untuk melihat fungsi ginjal pada pasien yang diduga menderita penyakit ginjal. Jika diketahui ureum, kreatinin dalam urin menurun, maka akan mengakibatkan penurunan laju filtrasi glomerulus (fungsi filtrasi ginjal).

Bagi peneliti lain agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengendalian kadar kreatinin dengan memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk mengkonsumsi obat. Bagi tenaga kesehatan agar dapat memantau pasien yang menjalani terapi obat psikopat agar kadar kreatinin tidak berlebihan. Perbedaan kadar ureum dan kreatinin pada pasien gagal ginjal kronik berdasarkan lama menjalani terapi hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta (Disertasi Doktor, STIKES'Aisyiyah Yogyakarta).

Analisis rasionalitas penggunaan antipsikotik pada pasien skizofrenia di instalasi rawat inap RS Atma Husada Mahakam Samarinda tahun 2016. Kajian literatur penelitian kadar ureum pada pasien skizofrenia selama masa pengobatan. Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Kendari Jurusan Teknologi Laboratorium Medik 2020.

Tabel  4.2  Distribusi  Frekuensi  Responden  Berdasarkan  Kadar  KreatininSebelum  Pemberian  Obat  Antipsikopatik  Pada  Pasien  Skizofrenia  di  Rumah  Sakit  Jiwa  Tampan  Provinsi  Riau Tahun 2020
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar KreatininSebelum Pemberian Obat Antipsikopatik Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2020

PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

Gambar

Gambar 1. Letak ginjal (Wolters, 2012)
Gambar 2. Ginjal (Wolters, 2012)
Gambar 3. Skema Alur Penelitian  Konsumsi
Tabel  4.1  Distribusi  Frekuensi  Responden  Berdasarkan  Umur  dan  Jeniskelamin  di  Rumah  Sakit  Jiwa  Tampan  Provinsi  Riau  Tahun 2020
+5

Referensi

Dokumen terkait

To test whether there are a direct influence and indirect influence given by independent variables learning environment, inquiry, and learning interest through intervening variables