• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Aplikasi Pupuk Guano dan Pupuk KCl terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Aplikasi Pupuk Guano dan Pupuk KCl terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juni 2023 eISSN 2657- 0998

501

Pengaruh Aplikasi Pupuk Guano dan Pupuk KCl terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena

L.)

Rahmiati*1, Savitri2, Rahmah Hayati3, Edi Fahna Berutu4

1*,2,3,4 Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Abulyatama, Aceh

Besar, 23372, Indonesia.

*Email Korespondeni : [email protected]1

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pupuk Guano dan Pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung ungu (Solanum melongena L,)”.

Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Abulyatama Aceh Besar. Waktu penelitian ±3 bulan, di mulai dari tanggal 6 oktober 2021 sampai dengan 5 Januari 2022. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Pola Faktorial 4x3 dengan 3 Ulangan. Faktor pertama ialah pupuk guano dengan 4 taraf yaitu: G0= tanpa pupuk guano, G1= 50 g/polybag, G2= 100 g/polybag dan G3 =150 g/polybag. Faktor kedua ialah pupuk KCl terdiri dari taraf yaitu: K0= tanpa pupuk KCl, K1= 0.75 g/polybag dan K2= 1.50 g/polybag. Hasil penelitian menunjukkan aplikasi pupuk guano (G) sangat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan tidak berpengaruh nyata pada bobot buah dan diameter buah.

Sedangkan aplikasi pupuk KCl (K) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman Akan tetapi berpengaruh nyata terhadap bobot buah dan terhadap diameter buah.

Kata kunci : Pupuk Guano, Pupuk KCL, Terung Ungu

LATAR BELAKANG

Tanaman terung (Solanum melongena L.) merupakan tanaman sayur-sayuran yang termasuk famili Solanaceae. Buah terung disenangi setiap orang baik sebagai lalapan segar maupun diolah menjadi berbagai jenis masakan. Terung juga merupakan sayuran yang cukup tinggi kandungan gizinya, terdapat dibuah terong dengan komposisi yang berbeda- beda. Karbohidrat (5,50 g), serat (0,80 g), abu (0,60 g), kalsium 30,00 mg), fosfor (37,00 mg), zat besi (0,60 mg), natrium (4,00 mg), kalium (223,00 mg), vitamin A (130,00 SI), vitamin B1 (10,00 mg), vitamin B2 (0,50 mg), vitamin C (5,00 mg), niacin (0,60 mg), dan air (92,70 g). Upaya untuk meningkatkan produksi terung salah satunya dapat dilakukan dengan penanaman varietas terong yang unggul dengan pengunaan pupuk Guano dan KCl.

Pada umumnya guano merupakan pupuk organik, hanya memiliki kandungan (kelebihan) N,P dan K, kelebihan unsur P pada kotoran kelelawar (guano) khususnya disebabkan oleh penimbunan bebatuan di dalam goa dan tetesan air yang mengandung unsur fosfor (P). Adapun kelebihan N dan K karena faktor makanan yang dimakan oleh kelelawar. Unsur N sangat dibutuhkan tanaman untuk mendukung pertumbuhan vegetatif tanaman, P merangsang pertumbuhan akar dan pembungaan, sedangkan K berperan untuk memperkuat jaringan tanaman salah satunya tanaman terung (Masri N., 2021).

(2)

502

Pupuk guano juga merupakan pupuk yang berasal dari kotoran unggas liar, termasuk kelelawar. Sedangkan pupuk dari kotoran ayam, itik atau merpati peliharaan tidak termasuk di dalamnya. Pupuk guano merupakan hasil pelapukan batuan dan kotoran burung yang ada di dalam goa-goa alam. Pupuk guano yang paling terkenal adalah pupuk yang berasal dari goa-goa kalong atau kelelawar. Hal ini karena kandungan unsur hara di dalam pupuk kelelawar tergolong tinggi, bahkan paling tinggi dibandingkan dengan pupuk-pupuk organik alami lainnya. Unsur hara yang terkandung dalam kotoran kelelawar antara lain 9-13% N, 5-12% P, 1,5-2,5% K, 7,5-11% Ca, 0,5-1% Mg, 2-3,5% S (Agusta S. P., 2020). Selain pupu guano, terdapat juga pupuk Kalium yang mempunyai fungsi fisiologis yang khusus pada asimilasi karbondioksida, metabolisme karbohidrat didalam pembentukan dan pemecahan serta translokasi pati, metabolisme nitrogen dan sintesa protein, mengaktifkan beberapa enzim, mempercepat pertumbuhan jaringan merismatik dan mengatur pergerakan stomata, kalium juga berfungsi dalam metabolisme air dalam tanaman, mempertahankan turgor dan membentuk batang yang lebih kuat dan membentuk pati dan lemak pada tanaman (Leorensius A. S., 2018). Kalium juga dapat mempertahankan tekanan turgor sel dan kandungan air dalam tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit dan kekeringan, serta memperbaiki hasil dan kualitas hasil tanaman. Pada bawang sabrang, kalium dapat memberikan hasil umbi yang lebih baik, mutu dan daya simpan umbi yang lebih tinggi, dan umbi tetap padat meskipun disimpan lama. Tanaman yang kekurangan unsur K biasanya mudah rebah, sensitif terhadap penyakit, hasil dan kualitas hasil rendah, dan dapat menyebabkan gejala keracunan amonium, sedangkan kelebihan K menyebabkan tanaman kekurangan hara Mg dan Ca (Salpuddin F., 2020).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk guano, KCl serta interaksi antara pemberian pupuk guano dan KCl terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung ungu (Solanum melongena L.). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam ilmu pengetahuan, khususnya pengaruh pemberian pupuk guano dan pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung.

METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial 4x3 dengan 3 ulangan. Adapun perlakuan yang dicobakan terdiri dari 2 faktor yaitu:

Faktor pertama adalah pupuk guano (G), terdiri dari : Go : 0 ton/ha (kontrol)

G1 : 10 ton/ha (50 g/polybag) G2 : 20 ton/ha (100 g/polybag) G3 : 30 ton/ha (150 g/polybag) Faktor kedua adalah pupuk KCl (K) terdiri dari:

K0 : 0 ton/ha (kontrol)

K1 : 100 kg/ha (0.75 g/polybag) K2 : 200 kg/ha (1.50 g/polybag)

Dengan demikian diperoleh 12 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 satuan percobaan.

Adapun susunan kombinasi perlakuan dosis pupuk guano dan pupk KCl dilihat pada Tabel 1:

(3)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juni 2022 eISSN 2657- 0998

503 Tabel 1. Susunan kombinasi perlakuan dosis pupuk guano dan pupuk KCl

No Kombinasi Perlakuan

Pupuk Guano Pupuk KCl

Ton/ha g/polybag Kg/ha g/polibag

1 G0K0 0 0 0 0

2 G0K1 0 0 100 0.75

3 G0K2 0 0 200 1.50

4 G1K0 10 50 0 0

5 G1K1 10 50 100 0.75

6 G1K2 10 50 200 1.50

7 G2K0 20 100 0 0

8 G2K1 20 100 10 0.75

9 G2K2 20 100 20 1.50

10 G3K0 30 150 0 0

11 G3K1 30 150 100 0.75

12 G3K2 30 150 200 1.50

Pelaksanaan Penelitian Pengecambah benih

Benih terung ungu dikecambah di atas kertas buram yang sudah dibasahi terlebih dahulu. Kemudian dibiarkan selama 3 (tiga) hari.

Persiapan media penyemaian benih

Pembibitan di lakukan dalam baby bag berkapasitas 8 cm x 9 cm dengan mengisi media berupa tanah, pupuk kandang, sekam dan pasir dengan perbandingan 2:1:1:1.

Benih terung di kecambahkan terlebih dahulu selama 5 hari dengan kemudian di semai ke dalam baby bag (1 benih/baby bag). Setelah berumur 25 hari, bibit terung dipindahkan ke polybag percobaan.

Persiapan Media Tanam

Penelitian ini menggunakan tanah yang diambil dari lahan petani. Media tanah yang masih berupa bongkahan dihancurkan dan dipisahkan dari kerikil, rumput dan benda asing lainnya. Setelah hancur tanah diayak menggunakan ayakan dengan ukuran 12 mesh. Masing-masing polybag yang telah disiapkan diisi dengan media tanah sebanyak 15 kg/polybag dengan perbandingan 2:1, tanah, sekam. Kemudian media tanah dicampurkan dengan Pupuk Guano dan Pupuk KCl sesuai dengan perlakuan.

Pembuatan Pagar

Dibuat sebelum penanaman di lakukan dengan tujuan supaya tanaman tidak di makan oleh hewan ternak dan ganguan hama lain, pagar di buat berupa paranet

Aplikasi Perlakuan

Perlakuan Pupuk Guano dan Pupuk KCl, diberikan pada saat pengolahan media tanam sebelum penanaman dilakukan

Penanaman

Penanaman kedalam media tanam dilakukan pada sore hari dengan menggunakan tangan, tiap lubang ditanami dengan 1 (satu) bibit terung ungu per polybag dengan bibit yang telah disemai selama 25 hari (dipilih benih yang sudah tumbuh baik). Kemudian

(4)

504

disebarkan curater di permukaan media yang sudah ditanami sebanyak ± 0,5 g/polybag

Pemeliharaan 1. Penyiraman

Tanaman terung ungu merupakan tanaman yang membutuhkan suplai air banyak.

Penyiraman pada tanaman terung ungu dilakukan secara kondisional, yakni apabila media tanam terlihat mulai mengering, penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari atau menurut kondisi tanah.

2. Penyiangan

Penyiangan dilakukan bila pada tanaman terdapat gulma. Penyiangan dimaksudkan untuk menghindari kompetisi unsur hara antara tanaman mentimun dan gulma. Sekaligus dilakukan pengemburan tanah.

3. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan pada saat terlihat aktivitas hama pada tanaman.

Upaya pengendaliannya secara manual dengan cara mengambilnya dari tanaman. kalau kurang memungkinkan, pengendalian hama juga dilakukan dengan sistem pengendalian hayati, yakni dengan ekstrak daun mimba.

4. Penyulaman

Penyulaman dilakukan jika ada tanaman yang mati atau yang terkena penyakit dan dilakukan satu minggu setelah tanam mengganti dengan bibit umur yang sama dan bibit yang pertumbuhannya normal.

Pemanenan

Masa Panen buah tanaman terung umumnya 45 - 60 hari setelah tanam. Pemanenan dilakukan setelah tanaman memiliki ciri – ciri sebagai berikut : Memiliki warna buah ungu mengkiat, daging buah belum terlalu keras dan berukuran sedang, panen dilakukan dengan jangka waktu 6 hari sekali, pemanenan dilakukan hanya sampai panen ketiga.

Panen dilakukan dengan cara memetik langsung buah dengan menggunakan gunting pemotong. Pemetikan dengan gunting dilakukan pada tangkai buah sepanjang 3- 4 cm dari pangkal buah. Waktu yang paling tepat untuk memanen buah terung adalah pagi dan sore dengan keadaan cuaca cerah. Sedangkan pemanenan pada siang hari dapat mempercepat proses penguapan dan menurunkan bobot buah.

Parameter Pengamatan

Pengambilan data dilakukan sesuai dengan parameter sebagai berikut:

a. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi mulai umur 15, 30, 45 dan 60 HST

b. Bobot buah (gram)

Dihitung pada saat setelah dilakukan pemanenan yaitu pada saat tanaman berumur 60 HST. Buah tanaman yang sudah di panen kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik.

c. Diameter buah (cm)

Dihitung pada saat setelah dilakukan pemanenan yaitu pada saat tanaman berumur 60 HST. buah yang sudah dipetik kemudian diukur menggunakan jangka sorong.

(5)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juni 2022 eISSN 2657- 0998

505 Analisis Data

Analisis yang akan digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK). pola faktorial adalah sebagai berikut :

Үijk = µ + βi + Bj + Kk + (BK)jk + εijk

Keterangan :

Үijk = Nilai hasil pengamatan kelompok ke-i yang mendapat perlakuan pupuk

guano (G) pada taraf ke-j dengan pupuk KCl (K) pada taraf ke-k µ = Nilai rata-rata

βi = Nilai pengaruh blok ke-i ( i : 1, 2, 3 )

Bj = Nilai pengaruh pupuk guano (G) taraf ke-j ( j : 1, 2, 3 )

Kk = Nilai pengaruh pupuk KCl (K) taraf ke-k (k= 1,2,3)

(BK)jk = Nilai pupuk guano (G) ke-i dan pupuk KCl (K) ke-j pada kelompok ke-k

εijk = Pengaruh galat percobaan akibat pemberian pupuk guano (G) ke-i dan

pupuk KCl (K) ke-j pada kelompok ke-k

Semua data dianalisis dengan uji F, apabila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT pada level 5%. Semua data dianalisis dengan uji F, apabila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT pada level 5%. Untuk membedakan rata-rata antar perlakuan pupuk digunakan rumus sebagai berikut:

BNT0,05 = t0.05 (dbg) √ 2 𝐾𝑇 𝑔

𝑟

Keterangan :

BNT0,05 = Beda nyata terkecil pada taraf ke 5 %

dbg = derajat bebas galat KTg = Kuadrat tengah galat r = Ulangan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pupuk Guano Tinggi tanaman (cm)

Hasil uji F analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pupuk guano (G) sangat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 hari setelah tanam (HST), namun tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 45 dan 60 hari setelah tanam (HST). Rata-rata tinggi tanaman umur 15, 30, 45 dan 60 hari setelah tanam (HST) akibat aplikasi pupuk guano (G) disajika pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman umur 15, 30, 45 dan 60 hari setelah tanam (HST) akibat aplikasi pupuk guano (G)

Perlakuan Pupuk Tinggi Tanaman (cm)

Guano 15 HST 30 HST 45 HST 60 HST

G0 (Kontrol) G1 (50 g/polybag) G2 (100 g/polybag)

12.07 a 11.36 a 11.60 a

22.21 bc 18.50 a 21.09 b

33.73 a 35.91 b 36.04 b

64.40 a 68.99 b 67.31 a G3 (150 g/polybag) 11.41 a 23.74 c 36.03 b 69.29 b BNT (0.05) 1.05 2.12 1.79 4.31

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (BNT 0.05)

(6)

506

Berdasarkan Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa pada umur 15 hari setelah tanam (HST) tidak ada perbedaan yang nyata pada tinggi tanaman terung ungu akibat aplikasi guano (G). Pada umur 30 hari setelah tanam (HST), tertinggi dijumpai pada perlakuan G3 (150 g/polybag) yang berbeda nyata dengan semua perlakuan yang dicobakan. Pada umur 45 hari setelah tanam (HST), tinggi tanaman terung ungu tertinggi dijumpai pada perlakuan G2 (100 g/ polybag) yang tidak berbeda nyata dengan G1 dan G3 tetapi berbeda nyata dengan G0. Sedangkan pada umur 60 hari setelah tanam (HST), tinggi tanaman terung ungu yang tertinggi dijumpai pada G3 (150 g/polybag) yang tidak berbeda nyata dengan G1, namun berbeda nyata dengan G0 dan G2.

Dari hasil penelitian jelas terlihat bahwa dengan adanya pemberian pupuk guano dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Hal ini disebabkan karena dosis pupuk pada perlakuan G3 (150 g/polybag) telah mampu memacu aktivitas meristem aplikal yang menyebabkan pertambahan tinggi pada tanaman. Respon akar untuk menyerap hara dalam jumlah yang banyak sangat efektif, karena unsur hara yang telah ditambahkan ke dalam tanah telah mampu berfungsi secara optimal, sehingga pemberian pupuk guano mampu memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman dan mendukung pertumbuhannya (Charlos et al., 2021).

Bobot Buah (gram)

Hasil uji F analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk (G) tidak berpengaruh nyata terhadap bobot buah. Rata-rata bobot buah terung ungu akibat aplikasi pupuk guano (G) disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata bobot buah terung ungu akibat aplikasi pupuk guano (G) Perlakuan Pupuk Guano Bobot Buah per tanaman (gram) G0 (Kontrol) 99.30 a

G1 (50 g/polybag) 120.55 ab G2 (100 g/polybag) 135.12 b G3 (150 g/polybag) 148.54 b

BNT (0.05) 32.42

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (BNT 0.05)

Berdasarkan Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa rata-rata bobot buah per tanaman terung ungu terbaik akibat aplikasi pupuk guano terdapat pada G3 (150 g/polybag) yang tidak berbeda nyata dengan G2 (100 g/polybag), tetapi berbeda nyata dengan G0

(kontrol) dan G1 (50 g/polybag). Hal ini diduga bahwa pemberian pupuk guano (150 g/polybag) dapat menambah unsur hara pada tanah, sehingga akan memberikan respon yang maksimal pada tanaman terung ungu. Aplikasi pupuk guano terhadap bobot buah diduga karena ada pengaruh unsur P yang tinggi pada pupuk guano. Unsur fosfor berguna untuk merangsang pembentukan bunga, buah dan biji, serta mempercepat pembentukan dan pematangan buah (Raharjo & Eko, 2021)

Diameter Buah (cm)

Hasil uji F analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk (G) tidak berpengaruh nyata terhadap diameter buah. Rata-rata diameter buah terung ungu akibat aplikasi pupuk guano (G) disajikan pada Tabel 5.

(7)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juni 2022 eISSN 2657- 0998

507 Tabel 5. Rata-rata diameter buah terung ungu akibat aplikasi pupuk guano (G)

Perlakuan Pupuk Guano Diameter Buah (cm)

G0 (Kontrol) 2.63 A

G1 (50 g/polybag) 3.01 A

G2 (100 g/polybag) 3.07 a

G3 (150 g/polybag) 2.93 a BNT (0.05) 0.65

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (BNT 0.05)

Berdasarkan Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa rata-rata diameter buah terung ungu terbaik akibat perlakuan pupuk guano terdapat pada perlakuan G2 (150 g/polybag) yang tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan yang dicobakan. Hal ini disebabkan karena penambahan dosis pupuk guano yang diberikan belum mampu memicu aktivitas meristem lateral yang berfungsi dalam pertumbuhan diameter jaringan dan organ. Serta adanya penyerapan unsur hara fosfor yang terkandung dalam pupuk guano belum diserap secara optimal oleh tanaman sehingga mempengaruhi perkembangan buah terung ungu. Kuantitas dan kualitas hasil antara lain dipengaruhi oleh ketersediaan hara di dalam tanah dan adanya penambahan unsur hara seperti N, P dan K, unsur N untuk pembentukan protein, P untuk memperbaiki warna kulit dan warna daging buah, kekerasan, dan vitamin C. Sementara unsur K dapat meningkatkan gula, asam, karoten, dan likopen, Agusta, S. P. (2020).

Pengaruh Pupuk KCl Tinggi tanaman (cm)

Hasil uji F analisis sidik ragam menunjukkan bahwa aplikasi pupuk KCl (K) sangat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 45 hari setelah tanam (HST), namun tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 60 hari setelah tanam (HST). Rata-rata tinggi tanaman umur 15, 30, 45 dan 60 hari setelah tanam (HST) akibat aplikasi pupuk KCl (K) disajika pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata tinggi tanaman umur 15, 30, 45 dan 60 hari setelah tanam (HST) akibat aplikasi pupuk KCl (K)

Perlakuan Pupuk Tinggi Tanaman (cm)

KCl 15 HST 30 HST 45 HST 60 HST K0 (kontrol) 11.90 a 22.24 a 32.37 a 64.37 a K1 (0.75 g/polybag) 11.32 a 21.29 a 35.90 b 68.89 a K2 (1.50 g/polybag) 11.60 a 20.63 a 38.01 c 69.24 a

BNT (0.05) 1.21 2.44 2.07 4.98

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (BNT 0.05

Berdasarkan Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa pada umur 15 dan 30 hari setelah tanam (HST) tinggi tananaman terung ungu yang tertinggi terdapat pada perlakuan K0 (kontrol) yang tidak berdeda nyata dengan semua perlakuan yang dicobakan. Pada umur 45 hari setelah tanam (HST), tinggi tanaman yang tertinggi

(8)

508

terdapat pada perlakuan K2 (1.50 g/polybag) yang sangat berbeda nyata dengan semua perlakuan yang dicobakan. Sedangkan pada umur 60 hari setelah tanam (HST), tinggi tanaman terung ungu yang tertinggi terdapatan pada perlakuan K2 (1.50 g/polybag) yang tidak berdeda nyata dengan semua perlakuan yang dicobakan.

Ketersediaan hara yang cukup dan seimbang akan mempengaruhi proses metabolisme pada jaringan tanaman. Proses metabolisme merupakan pembentukan dan perombakan unsur-unsur hara dalam tubuh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman akan tumbuh dengan subur apabila unsur hara yang dibutuhkan tanaman berada dalam jumlah yang cukup serta berada dalam bentuk yang siap diabsorsi (Suwarna, 2014).

Bobot buah (gram)

Hasil uji F analisis sidik ragam menunjukkan bahwa aplikasi pupuk KCl (K) tidak berpengaruh nyata terhadap bobot buah. Rata-rata bobot buah terung ungu akibat aplikasi pupuk KCl (K) disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata bobot buah terung ungu akibat aplikasi pupuk KCl (K) Perlakuan Pupuk KCL Bobot Buah (gram) K0 (kontrol) 101.03 a K1 (0.75 g/polybag) 136.35 a K2 (1.50 g/polybag) 140.26 b

BNT (0.05) 37.43

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (BNT 0.05)

Berdasarkan Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa rata-rata bobot buah terung ungu terbaik akibat aplikasi pupuk KCl (K) terdapat pada perlakuan K2 (1.50 g/polybag) yang tidak berbeda nyata K1 (0.75 g/polybag) tetapi berbeda nyata dengan K0 (kontrol).

Unsur kalium adalah unsur hara makro yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan memperbaiki kualitas buah pada tanaman. Pada penelitian digunakan pupuk KCl sebagai salah satu sumber kalium dimana dalam pupuk tersebut terkandung unsur Cl yang merupakan unsur hara mikro yang juga tersedia bagi tanaman, Wijiyanti, N., & Soedradjad, R. (2019). Dwi & Koesriharti, (2018) menambahkan bahwa Cl diperlukan tanaman dalam proses fotosintesis. Selain itu Cl juga dapat meningkatkan tekanan osmotik sel dan kadar air jaringan tanaman. Pada penelitian dalam sumber kalium lainnya yang digunakan terdapat unsur sulfur (S) dalam pupuk K2SO4. Sulfur (S) tersedia bagi tanaman dalam bentuk ion sulfat (SO4), dimana sulfur (S) merupakan komponen essensial dalam sintesis asam amino yang dibutuhkan untuk pembentukan protein tanaman

Diameter buah (cm)

Hasil uji F analisis sidik ragam menunjukkan bahwa aplikasi pupuk KCl (K) tidak berpengaruh nyata terhadap diameter buah. Rata-rata diameter buah terung ungu akibat aplikasi pupuk KCl (K) disajikan pada Tabel 10.

(9)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juni 2022 eISSN 2657- 0998

509 Tabel 10. Rata-rata diameter buah terung ungu akibat aplikasi pupuk KCl (K)

Perlakuan Pupuk Guano Diameter Buah (cm) K0 (kontrol) 2.47 a

K1 (0.75 g/polybag) 3.15 a K2 (1.50 g/polybag) 3.12 a

BNT (0.05) 0.75

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (BNT 0.05)

Berdasarkan Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa rata-rata diameter buah terung ungu terbaik akibat perlakuan pupuk KCl terdapat pada perlakuan K1 (0.75 g/polybag) yang tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan yang dicobakan. Pupuk KCl tidak berpengaruh nyata terhadap diameter buah tanaman terung ungu. Hal ini diduga karena buah terung ungu mengandung air yang tinggi, sedangkan kondisi di lapangan ketersediaan air terbatas. Pada kondisi cekaman air proses metabolisme tanaman terganggu, sehingga berdampak menurunnya tekanan turgor sel. Ketersediaan air di dalam tanah haruslah dalam kapasitas lapang, pada kondisi kapasitas lapang kelembaban tanah dapat terjaga selain itu air sebagai penyuplai proses metabolisme (Juandi et al., 2014)

Pengaruh Interaksi Pupuk Guano dan Pupuk KCL

Hasil uji F pada analisis ragam menujukkan bahwa akibat aplikasi pupuk guano (G) dan pupuk KCl (K) terdapat interaksi yang tidak berpengaruh nyata terhadap pengamatan Tinggi tanaman umur 15, 30, 45 dan 60 hari setelah tanam (HST), pengamatan bobot buah, diameter buah.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa: Pupuk guano (G) sangat berpengaruh nyata terhadapa pengamatan tinggi tanaman umur 30 hari setelah tanam (HST) bobot buah dan diameter buah. Pupuk KCL (K) berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan tinggi tanaman umur 45 hari setelah tanam (HST). Akan tetapi berpengaruh nyata terhadap bobot buah dan terhadap diameter buah. Akibat aplikasi pupuk guano (G) dan pupuk KCl (K) terdapat interaksi yang tidak berpengaruh nyata terhadap pengamatan Tinggi tanaman umur 15, 30, 45 dan 60 hari setelah tanam (HST), pengamatan bobot buah, diameter buah.

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, S. P. (2020). Pengaruh Pemberian Pupuk Guano Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis Sativus L.). Skripsi Universitas Islam Negeri Sultan Syarief Kasim Riau, 1–61.

Charlos, P., Patmawati, & Kesumaningwati, R. (2021). Pengaruh Pemberian Bokashi Jerami Dan Pupuk Guano Terhadap Ph, Unsur N Total, P, K Tersedia Dan Pertumbuhan Serta Hasil Tanaman Terung Ungu (Solanum Melongena L). Jurnal Agroekoteknologi Tropika Lembab, 4(1), 29–34.

Dwi, R. M., & Koesriharti. (2018). Pengaruh Pemberian Pupuk Fosfor Dan Sumber Kalium Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicon Esculentum Mill.). Jurnal Produksi Tanaman, 6(8), 1934–1941.

(10)

510

Juandi, Sutuyo, & Indri, R. H. (2014). Pengaruh Pupuk Urea Dan Pupuk Kalium Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Labu Kuning (Cucurbita Moschata D.). Jurnal Fakultas Pertanian, 2(2). Https://Publikasi.Unitri.Ac.Id/Index.Php/Pertanian/

Article/View/3.

Leorensius, A. S. (2018). Pengaruh Pemberian Pupuk Kcl Dan Kompos Jerami Pada Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.). Skripsi Universitas Sumatera Utara, 1–82. Https://Doi.Org/10.32734/Jpt.V6i2.3186.

Masri, N. (2021). Pengaruh Pemberian Pupuk Kotoran Sapi Dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Melon (Cucumis Melo L.).

Http://Eprints.Umg.Ac.Id/214/.

Raharjo, S., & Eko, A. P. M. (2021). Pengaruh Konsentrasi Dan Frekuensi Pemberian Pupuk Guano Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Tomat (Solanum Lycopersicum Var. Cerasiforme). Jurnal Nabatia, 9(2), 1–13.

Salpuddin, F. (2020). Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan 2019. Skripsi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, 1–71.

Suwarna, A. P. (2014). Respon Beberapa Varietas Dan Dosis Pupuk Kcl Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis Hypogaea.

Wijiyanti, N., & Soedradjad, R. (2019). Pengaruh Pemberian Pupuk Kalium Dan Hormon Giberelin Terhadap Kuantitas Dan Kualitas Buah Belimbing Tasikmadu Di Kabupaten Tuban. Jurnal Berkala Ilmiah Pertanian, 2(4), 169–172

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 13, perlakuan dosis pupuk kandang kambing 5,10,15 dan 20 ton/Ha yang dikombinasikan dengan pupuk urea 125,175,225, dan 275 kg/Ha tidak menunjukan pengaruh yang nyata