Lemon (Citrus limon L.) Stek dengan pengaruh bahan pemotongan dan konsentrasi hormon asam naftalenaasetat. 34. Tabel variasi panjang pucuk (cm) stek jeruk nipis (Citrus limon L.), tergantung jenis bahan potong dan konsentrasinya. 89 43.Tabel berbagai pucuk (pucuk) stek jeruk nipis. Citrus limon L.) Pengaruh jenis bahan pemotongan dan konsentrasi.
Lemon (Citrus limon L.) disebabkan oleh jenis bahan pemotongan dan usia konsentrasi hormon naftalena asetat (NAA). 90 46.Tabel Variasi Tunas (Pucuk) Stek Jeruk Nipis. Citrus limon L.) Pengaruh jenis bahan pemotongan dan konsentrasi. 93 55.Tabel Variasi Tunas (Pucuk) Stek Jeruk Nipis. Citrus limon L.) Pengaruh jenis bahan pemotongan dan konsentrasi.
94 58. Tabel keanekaragaman pucuk (pucuk) stek jeruk nipis. Citrus limon L.) Pengaruh jenis dan konsentrasi bahan pemotongan. 65. Tabel pengamatan jumlah tunas (pucuk) stek jeruk nipis (Citrus limon L.) menurut jenis bahan pemotongan dan konsentrasinya. 104 87. Tabel Dwicaste Jumlah daun (helai) stek jeruk nipis. Citrus limon L.) Pengaruh jenis dan konsentrasi bahan pemotongan.
105 90. Tabel Dwicaste Jumlah Daun (Benang) Potongan Jeruk Nipis. Citrus limon L.) Pengaruh jenis dan konsentrasi bahan pemotongan.
Rumusan Masalah
Hartmann dan Kester (1983) menulis bahwa pertumbuhan akar pada stek sangat ditentukan oleh jenis bahan stek. Komponen yang digunakan berkaitan dengan status nutrisi bahan potong terutama karbohidrat, protein, lipid, nitrogen, enzim, zat pengatur tumbuh dan kofaktor perakaran. Oleh karena itu, terdapat perbedaan kandungan hormon dan unsur hara endogen pada batang tanaman, baik pada bagian pangkal maupun pada pucuk.
Hal ini memerlukan penambahan hormon yang mengandung auksin eksogen untuk merangsang pertumbuhan akar yang lebih baik. Perlakuan beberapa hormon seperti NAA pada perbanyakan stek diharapkan dapat merangsang diferensiasi sel hingga membentuk organ tertentu seperti akar (Yusnita, Edy, Kurniawati, Koeshendarto, Rugayah dan Hapsoro. 1997). Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Pengaruh bahan stek dan konsentrasi hormon Naphthalene acetic acid (NAA) terhadap pertumbuhan stek jeruk nipis (Citrus limon L.) pada media Cocopeat”.
Apakah konsentrasi hormon naphthalene acetic acid (NAA) berpengaruh terhadap pertumbuhan stek tanaman jeruk lemon (Citrus limon L.) pada media cocopeat? Apakah kombinasi perlakuan bahan stek dan konsentrasi hormon naphthalene acetic acid (NAA) berpengaruh terhadap pertumbuhan stek jeruk nipis (Citrus limon L.) pada permukaan cocopeat?
Tujuan Penelitian
Hipotesis
Manfaat Penelitian
Lemon merupakan salah satu buah yang sudah tidak asing lagi di Indonesia dan memiliki kegunaan yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis jeruk lainnya, sehingga sering disebut sebagai buah serba guna. Lemon mempunyai sifat kimia yang berbeda dengan jenis jeruk lainnya, seperti kandungan gula, pH sangat rendah dan rasa asam yang sangat kuat (Prastowo et al., 2006). Lemon mempunyai rasa yang khas, yaitu rasa jeruk yang asam kuat yang berasal dari air pada kulit lemon itu sendiri.
Tak hanya daging buahnya, kulit lemon juga mengandung antioksidan dan bekerja sangat baik untuk menjaga imunitas tubuh. Kulit lemon juga mengandung flavonoid, antioksidan fenolik yang banyak ditemukan pada sayuran, buah-buahan, kulit pohon, akar, bunga, teh, dan anggur. Bagian luarnya mengandung minyak atsiri (6%) dengan komposisi limonene (90%), citral (5%) dan sedikit citronella, alpha-terpineol, linalyl dan geranyl acetate.
Lapisan dalam kulit jeruk tidak mengandung minyak atsiri, namun mengandung glikosida flavon pahit, turunan kumarin dan pektin (Nurlaely, 2016).
Botani Tanaman Jeruk Lemon ( Citrus limon L.)
Klasifikasi dan Morfologi Jeruk Lemon ( Citrus limon L.)
Daun
Batang
Akar
Tanaman jeruk nipis mempunyai bunga majemuk, terletak di bagian atas batang dan di ketiak daun, panjang batang 1-1,5 cm, batang berwarna hijau, kelopak berbentuk bintang, benang sari ± 1,5 cm . panjang, kepala sari berbentuk ginjal, berwarna kuning, putik batang berbentuk silindris, panjang ± 1 cm, kepala putik bulat, berwarna kuning, mahkota helai lima, berbentuk bintang, berwarna putih kuning (Gambar 1.4.).
Buah
Perbanyakan Tanaman Dengan Stek
- Syarat Tumbuh Stek Jeruk Lemon
 
Stek adalah suatu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menggunakan bagian batang, akar atau daun suatu tanaman untuk menumbuhkan tanaman baru. Sebagai alternatif, penggunaan stek konvensional lebih ekonomis, mudah, tidak memerlukan keahlian khusus dan lebih cepat dibandingkan cara perbanyakan vegetatif lainnya. Cara perbanyakan dengan stek kurang menguntungkan jika menemui kondisi tanaman sulit berakar.
Stek batang merupakan perbanyakan tanaman yang menggunakan batang yang sudah tua dengan cara memotong pucuk yang sudah terpisah dari induknya. Stek batang ini berasal dari bagian tanaman yang autotrofik dan mengharapkan tumbuhnya tunas dari tunas tunas yang tumbuh pada ketiak tanaman (Manik, 2012). Agar proses pemotongan berhasil, hindari penggunaan stek yang sudah kering akibat penguapan atau bagian tanaman yang sudah rusak karena infeksi mikroba atau jamur.
Bagian tanaman yang dipilih harus mampu cepat menghasilkan akar dan tunas baru, sehingga bagian tanaman tersebut dapat segera mencari dan menghasilkan makanan yang dibutuhkannya (Rahardja dan Wiryanta 2003). Lemon dapat ditanam di daerah tinggi dan rendah, di daerah tropis dan di negara subtropis.
Bahan Stek Jeruk Lemon ( Citrus limon L.)
Kondisi batang pada saat pengambilan (stek) sudah setengah tua dengan warna kulit batang biasanya coklat muda. Saat ini kandungan karbohidrat dan auksin (hormon) pada batang cukup untuk menunjang perakaran stek. Oleh karena itu, tidak heran jika stek dengan batang yang masih muda mudah gagal (Prastowo et al., 2006).
Bagian muda terdiri dari banyak jaringan muda (meristem) yang belum berdiferensiasi, sehingga jaringan ini lebih mudah mengalami proses diferensiasi menjadi primordia akar dan pembentukan tunas (Weaver, 1983). Sedangkan menurut Firmansyah (2007), bagian bawah merupakan bagian yang jaringannya telah matang, mengandung hormon pertumbuhan (auxin), nitrogen, dan karbohidrat yang tinggi sehingga akar akan cepat tumbuh. Penelitian Benabise (2012) mengenai perbanyakan tanaman Tindalo (Afzelia rhomboidea) menggunakan stek bawah dan tengah dengan perlakuan IBA 500 ppm memberikan persentase perakaran optimum sebesar 83,66% dan 74,72%.
Kemudian El Sheikh (1999) juga menyatakan bahwa persentase stek berakar tertinggi yaitu 71,5% pada tanaman jeruk manis (Citrus aurantifolia L.) dihasilkan dari stek bawah.
Zat Pengatur Tumbuh Auksin
- Napthalene Acetic Acid (NAA)
 
15 merupakan hormon yang berfungsi sebagai pemanjang sel pada tunas muda yang berkembang sedemikian rupa sehingga tunas akan terus memanjang hingga menjadi tinggi (Campbell et al., 2003). Konsentrasi auksin yang tepat akan mempercepat migrasi sel pada jaringan xilem floem pada kambium dari batang atas ke batang bawah sehingga mempercepat penggandengan (Yuliyanto et al., 2015). Asam naftalenaasetat (NAA) merupakan hormon sintetik pada tumbuhan golongan auksin dan merupakan bahan dalam akar produk hortikultura untuk perbanyakan tanaman komersial.
NAA merupakan bahan perakaran dan digunakan untuk perbanyakan tanaman secara vegetatif dari stek batang dan daun. Hormon NAA tidak terjadi secara alami dan, seperti semua auksin, bersifat racun bagi tanaman pada konsentrasi tinggi. Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang tidak dapat dipisahkan dari proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Menurut penelitian Agusti (2015), penambahan hormon eksogen NAA 100 ppm pada tanaman bayur (Pterospermum javanicum Jungh.) memberikan pengaruh terhadap panjang akar rata-rata 32,50 cm. Budianto, Eko A., Badami, Kaswan dan Arsyadmunir A. 2013) menyatakan bahwa pemberian hormon NAA 0-200 ppm dengan perendaman 1 jam mempengaruhi persentase potongan hidup sirih merah (Piper crocatum R.).
BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan dan Alat Penelitian
B1: stek dari pucuk cabang sekunder B2: stek dari bagian tengah cabang sekunder B3: stek dari bagian bawah cabang sekunder. Yijk = Hasil observasi setiap plot percobaan yang mendapat j. kadar perlakuan bahan potong (PU) dan kadar hormon naphthaleneacetic acid (AP) ke-k yang ditempatkan pada j. replikasi. Apabila hasil perlakuan pada penelitian ini memberikan dampak yang nyata maka akan dilakukan pengujian lebih lanjut dengan menggunakan uji jarak Duncan (Montgomery, 2009).
Pelaksanaan Penelitian
- Persiapan Lahan dan Pembuatan Naungan
 - Persiapan Media Stek
 - Persiapan Bahan Stek
 - Perendaman Bahan Stek Pada NAA
 - Penanaman Stek dan Pemberian Sungkup
 - Penyiangan
 - Pengendalian Hama dan Penyakit
 - Suhu Dalam Sungkup
 - Umur Bertunas (Hari)
 - Persentase Stek Hidup (%)
 - Panjang Tunas (cm)
 - Jumlah Tunas (Tunas)
 - Jumlah Daun (Helai)
 - Jumlah Akar (Akar)
 - Panjang Akar (cm)
 - Bobot Kering Tajuk (g)
 - Bobot Kering Akar (g)
 
Setelah konsentrasi hormon NAA selesai, masukkan hormon ke dalam wadah sesuai dengan kadar konsentrasi yang sesuai untuk selanjutnya merendam bahan pemotongan. Penyiapan bahan stek jeruk nipis dilakukan sesuai dengan syarat stek menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2016) yaitu varietas unggul, umur tanaman induk ideal, pertumbuhan tanaman induk sehat dan normal, serta bahan stek masih segar pada saat ditanam. Oleh karena itu, bahan stek yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari kultivar jeruk nipis (unggul) tanpa biji, tanaman induk berumur 3 tahun (sudah berproduksi) dan tanaman induk dalam keadaan sehat dan normal (Gambar 3).
Stek dilakukan dengan cara memilih cabang dari tanaman induk yang tegak atau lurus, tidak cacat serta bebas hama dan penyakit. Setelah bahan stek dikeluarkan sesuai tata cara, maka bahan stek tersebut dipotong sesuai perlakuan yaitu: B1 = stek dari pucuk cabang sekunder (dengan 7 mata tunas); B2 = stek dari tengah cabang sekunder (memiliki 7 mata tunas); B3 = Stek dari pangkal cabang sekunder (memiliki 7 mata tunas). Letakkan semua stek pada plastik transparan, kemudian balut bagian bawah stek dengan kapas atau tisu basah, kemudian semprot seluruh permukaan daun stek dengan air bersih menggunakan hand sprayer untuk menjaga kelembaban udara dalam ruangan. plastik selama perjalanan.
Stek yang telah dipisahkan sesuai perlakuan kemudian diikat dan bagian bawah stek direndam selama 1 jam dalam wadah berisi 200 ml larutan NAA sesuai konsentrasi perlakuan (Gambar 5). Pada saat menanam stek pada media tanam yang telah disiapkan, buatlah lubang tanam sedalam kurang lebih 7 cm agar bahan tanam tidak rusak akibat gesekan vertikal dengan media tanam. Apabila serangan tidak kuat dan populasinya tidak banyak, pemadaman dapat dilakukan secara mekanis, yaitu dengan membuang bagian tanaman yang terserang.
Pengendalian secara kimia dilakukan dengan insektisida selektif seperti betasifluthrin, metidation, abamectin, dimethoathe, diazinon, cypermethrin yang diaplikasikan dengan cara disemprotkan, dan imidacloprid dengan cara dilap pada batang. Umur tunas diamati setiap hari dengan mengamati tunas yang muncul pada stek jeruk nipis. Pengamatan panjang pucuk dilakukan mulai dari 4 MST hingga akhir pengamatan yaitu 12 MST dengan interval waktu 1 minggu.
Pengamatan jumlah akar dilakukan pada akhir pengamatan yaitu 12 MST dengan cara menghitung secara manual jumlah akar primer setiap sampel kemudian dirata-ratakan untuk setiap sampel. Pengamatan panjang akar dilakukan pada akhir pengamatan yaitu dengan mengukur akar terpanjang menggunakan penggaris. Pengamatan terhadap gangguan hama dilakukan dengan mengidentifikasi gejala-gejala pada stek jeruk nipis akibat serangan hama yang mengakibatkan matinya stek jeruk nipis.
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1 Kesimpulan
Saran
Tanaman jeruk nipis (Citrus limon L.) disebabkan oleh jenis bahan pemotongan dan konsentrasi hormon naphthalene acetic acid (NAA).