• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BEBAN IMPACT TERHADAP PAVING BLOCK YANG BERBASIS BUBUK BATU BATA MERAH DAN ABU SEKAM PADI

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH BEBAN IMPACT TERHADAP PAVING BLOCK YANG BERBASIS BUBUK BATU BATA MERAH DAN ABU SEKAM PADI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BEBAN IMPACT TERHADAP PAVING BLOCK YANG BERBASIS BUBUK BATU BATA MERAH DAN ABU

SEKAM PADI

Muhammad Aswin1, Rikki Ricardo Silalahi2

1 Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan

E-mail : [email protected]

2 Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Paving block merupakan salah satu alternatif konstruksi bangunan yang berperan penting sebagai penutup atau perkerasan jalan. Keuntungan menggunakan paving block adalah tahan lama, murah dan kinerja yang baik dalam kondisi pemukiman, konstruksi sederhana, dan ketersediaan material yang banyak. Namun juga dapat mengalami kerusakan seperti halnya konstruksi lainnya.

Karena penggunaan paving block pada saat ini sudah semakin meningkat maka penggunaan semen pun semakin meningkat mengakibatkan para peneliti harus melakukan penelitian untuk mengatasi masalah tersebut, dan terkait dengan kebutuhan untuk mengurangi konsumsi semen dan sumber daya alam lain nya yang menjadi bahan penyusun paving block dan biaya produksi, banyak para peneliti berfokus untuk melibatkan penggunaan limbah-limbah yang ada sebagai bahan penyusun alternatif pada pembuatan paving block. Sibolga merupakan daerah pertanian (penghasil padi) di Sumatera Utara. Kilang-kilang padi di sana banyak menghasilkan limbah padi, yang mana pemanfaatannya kurang optimal. Selain itu, Lubuk Pakam merupakan daerah penghasil tanah liat di Sumatera Utara, dimana banyak produsen-produsen bata merah di sana. Berdasarkan kondisi ini, ada baiknya jika dilakukan penelitian bagaimana memanfaatkan kedua material tersebut pada pembuatan paving block.

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah kajian eksperimental di laboratorium.

Penelitian dilakukan dengan variasi jumlah bubuk bata merah (BBM) dengan kadar Low Volume, yaitu 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dari berat semen awal, dan variasi jumlah abu sekam padi (ASP) 0%, 10%, 15%, 20% untuk setiap penambahan variasi bubuk bata merah. Paving block dengan perbandingan BBM 0% dan ASP 0% dijadikan control (paving block normal). Benda uji yang digunakan adalah Paving Block berdimensi 20 cm x 10 cm x 6 cm, dimana pemadatannya dengan cara manual. Pengujian beban impact paving block dilakukan pada umur 3, 7, dan 28 hari.

Selain itu, juga diperiksa berat volume dan daya serap airnya.

Paving block dengan variasi 25% BBM dan 20% ASP memberikan nilai optimum, diameter dan kedalaman tumbukan pada usia 28 hari sangat kecil menunjukkan bahwa kualitas paving block nya tahan terhadap beban impact ,dimana rata-rata diameter nya umur 28 hari berturut- turut yaitu 20,16 mm dan 1,680 mm. sedangkan diameter dan kedalaman tumbukan paving block dari masyarakat yang umurnya sudah melebihi 28 hari itu sebesar 21,35 mm dan 2,201 mm. Ini menunjukkan bahwa paving block yang yang di hasilkan pada penelitian ini lebih bagus mutu nya.

Energi potensial yang digunakan pada penelitian ini sebesar 50 joule. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bubuk bata merah (BBM) dan abu sekam padi (ASP) dapat diusulkan untuk menjadi material penyususn tambahan dalam meningkatkan kuat tekan paving block.

Kata kunci: Bubuk bata merah, abu sekam padi, paving block, beban impact 1. Pendahuluan

Paving block merupakan salah satu alternatif konstruksi bangunan yang berperan penting sebagai penutup atau pengeras permukaan tanah, seperti trotoar, pengerasan areal parkir, areal perkantoran serta pengerasan jalan kelas ringan. Penggunaan paving block sudah banyak dijumpai disetiap ibukota provinsi dan kabupaten bahkan sampai ke

(2)

pedesaan, dimana penggunaannya sebagai alternatif pengerasan jalan dan penutup permukaan tanah.

Pembuatan paving block dengan bahan tambahan limbah sudah mulai banyak dikembangkan. Penambahan limbah pada paving block memiliki banyak keuntungan, diantaranya biaya yang jauh lebih murah dan dapat memberikan nilai tambah bagi paving block. Salah satu contoh limbah yang dapat di tambahkan dalam pembuatan paving block adalah abu sekam padi, abu sekam padi bermanfaat untuk menambah daya ikat agregat pada pembuatan paving block (Sherliana dkk., 2016). Contoh limbah lainnya yang dapat di gunakan pada campuran paving block adalah bubuk bata merah, bubuk bata merah dalam pembuatan paving block bertujuan untuk menghasilkan mutu paving block yang lebih tinggi. Metode penilitian yang digunakan adalah pemeriksaan secara fisik pada uji paving block yang menggunakan bahan tambahan bubuk bata merah (Permatasari, 2019) Berdasarkan penjelasaan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengurangi limbah dan meningkatkan mutu paving block (berdasarkan tinjauan beban impact) dengan menambahkan abu sekam padi dan bubuk bata merah sebagai bahan tamabahan pada campuran paving block tersebut.

2. Tinjauan Pustaka 2.1 Paving Block

Paving block merupakan produk bahan bangunan dari semen yang digunakan sebagai salah satu alternatif penutup atau perkerasan permukaan tanah. Paving block dikenal juga dengan sebutan bata eton (concrete block) atau core block. Paving block adalah suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari bahan campuran semen portland atau bahan perekat hidrosis sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton. (Nurzal dan Adriansyah, 2015)

2.2 Karekteristik Paving Block

Berdasarkan Badan Standardisasi Nasional (SNI 03-0691-1996), karakteristik paving block adalah sebagai berikut:

1. Paving block harus mempunyai permukaan yang rata, tidak terdapat retak-retak dan cacat, bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan kekuatan jari tangan.

2. Bentuk dan ukuran paving block untuk lantai bergantung dari persetujuan antara pembeli dan produsen.

2.3 Klasifikasi Paving Block

Paving block dapat diklarifikasikan sebagai berikut:

1. Berdasarkan bentuk dan ketebalan

Berdasarkan SNI 03-0691-1996 bentuk paving block di bagi atas dua macam, yaitu Paving block bentuk segi banyak dan Paving block bentuk segi empat.

Sedangkan Ketebalan paving block ada tiga macam, yaitu Paving block dengan ketebalan 60 mm, 80 mm, dan 100 mm

2. Klasifikasi berdasarkan kekuatan

Pembagian kelas paving block berdasarkan mutu betonnya adalah:

a. Mutu A dengan nilai f’c minimal 35 MPa dengan rata-rata 40 MPa b. Mutu B dengan nilai f’c minimal 17 MPa dengan rata-rata 20 MPa c. Mutu C dengan nilai f’c minimal 12,5 MPa dengan rata-rata 15 MPa d. Mutu D dengan nilai f’c minimal 8,5 MPa dengan rata-rata 10 Mpa

(3)

3. Klasifikasi berdasarkan warna

Warna paving block yang sering di produksi dikalangan masyarakat antara lain abu-abu, hitam, dan merah. Paving block yang berwarna kecuali untuk menambah keindahan juga dapat digunakan untuk memberi batas pada perkerasan seperti tempat parkir, tali air, dan lain-lain.

2.4 Bahan Pembentuk Paving Block 2.4.1 Semen Portland

Semen portland disebut juga sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik yang umumya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan, yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya. Bahan utama penyusun semen adalah Kapur (𝐶𝑎𝑂), Silika (𝑆𝑖𝑂3), Alumina (𝐴𝑙2𝑂3) (Pratikto and A, 2019).

Hidrasi senyawa 3𝐶𝑎𝑂. 𝑆𝑖𝑂2 sangat berpengaruh pada pengerasan dan pengembangan kekuatan awal semen, sedangkan hidrasi senyawa 2𝐶𝑎𝑂. 𝑆𝑖𝑂2 berpengaruh pada kekuatan akhir semen. Oleh karena itu, jika kandungan 3𝐶𝑎𝑂. 𝑆𝑖𝑂2 lebih banyak maka akan terbentuk semen dengan kekuatan awal yang tinggi dan reaki panas yang tinggi namun kekuatan akhir semen rendah. Sebaliknya bila kandungan 2𝐶𝑎𝑂. 𝑆𝑖𝑂2 lebih banyak maka kekuatan awal semen rendah dan suhu reaksi rendah namun dihasilkan semen dengan kualitas tinggi (Darmawan dkk., 2008)

2.4.2 Air

Air yang dibutuhkan agar terjadi proses hidrasi kira kira 25% dari berat semen.

Penggunaan air yang terlalu banyak dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan beton tersebut. Disamping digunakan sebagai bahan campuran beton, air juga digunakan untuk perawatan beton, dengan cara membasahi nya setelah dicor dan untuk membasahi atau membersihkan acuan. (IMRON, 2010)

2.4.3 Agregat Kasar

Agregat halus atau biasanya di sebut pasir merupakan salah satu material yang di gunakan dalam konstruksi bangunan terutama pada paving block, Butiran pasir umumnya berukuran antara 0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah

silikondioksida, tetapi di beberapa pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur. (Nurzal dan Adriansyah, 2015)

2.5 Abu Sekam Padi

ASP bermanfaat sebagai bahan pozzolan reaktif yang sangat tinggi untuk meningkatkan mikrostruktur pada daerah transisi interfase antara pasta semen dan agregat beton yang memiliki kekuatan tinggi. Penggunaan ASP pada komposit semen dapat memberikan beberapa keuntungan seperti meningkatkan kekuatan dan ketahanan, mengurangi biaya bahan, mengurangi dampak lingkungan limbah bahan dan mengurangi 2.6 Bubuk Bata Merah

Bata merah merupakan material yang umum di gunakan pada konstruksi bangunan, secara umum bata merah terbuat dari tanah liat murni dan dicampur dengan air, diaduk hingga merata dan dicetak menggunakan cetakan yang biasanya terbuat dari kayu, kemudian di diamkan dan di keringkan hingga beberapa hari sampai mengering dan pada akhirnya di bakar pada tungku pembakaran bata merah dengan suhu yang tinggi antara 900°-1000°C (As dkk., 2017).

Tanah liat mengandung leburan silika dan aluminium yang halus, tanah liat terbentuk dari proses senyawa batuan silika oleh asam karbon, tetapi sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi (Christiawan and Darmanto, 2012). Kandungan bata merah yang

(4)

bagus yaitu Silikat (𝑆𝑖𝑂3) sebesar kurang lebih 60%, Aluminat (𝐴𝑙2𝑂3) sebesar kurang lebih 30%, Ferri Trioksida (𝐹𝑒2𝑂3) sebesar kurang lebih 5%, Kalsium Oksida (𝐶𝑎𝑂) <

5% dan Magnesium (𝑀𝑔𝑂) kurang lebih 1% (Permatasari, 2019).

2.7 Metode Pembuatan Paving Block di Kalangan Masalah

Pembuatan paving block dikalangan masyarakat pada saat ini dapat di bagi dua metode yaitu sebagai berikut:

1. Metode konvensional

Proses pengerjaan dengan metode ini lumayan memakan waktu yang cukup lama, itu disebabkan karna proses pemadatan nya yang manual atau masih bergantung dengan kekuatan pemukulnya dengan cara memukulkan gablokan ke cetakan paving block sampai padat atau sampai mendapatkan hasil yang di inginkan. Untuk prinsip kerjanya dapat dilihat pada Gambar berikut

Gambar Prinsip Kerja Metode Konvensional (https://images.app.goo.gl/YTgkzsZZ7VvXxChFA 2. Metode Mekanis

Metode mekanis atau yang sering disebut dengan metode press. Metode akan sering kita jumpai di pembuatan paving block berskala besar atau di pabrik pabrik paving block dan akan jarang kita jumpai dikalangan masyarakat, itu disebabkan karna biaya alat ini yang relatif mahal. Pembuatan paving block dengan metode ini akan mempercepat pekerjaan pemadatan adukan.

Prinsip kerja pada metode ini dapat kita lihat pada gambar berikut:

Gambar Prinsip Kerja Metode Mekanis (https://images.app.goo.gl/W4iys9ukyxCYuooB8 2.8 Pengujian Pada Paving Block

2.8.1 Kuat Impact

Menurut PCA (Portland cement association) Impact atau yang sering disebut juga ketahanan kejut dapat diartikan sebagai energi total yang dibutuhkan untuk membuat benda uji retak atau patah, yang dimana telah diketahui jumlah pukulan dan massa pemukul yng dijatuhkan dari ketinggian tertentu.

Pengujian Impact yang di gunakan pada penelitian ini adalah dengan metode Drop weight test yaitu dengan menjatuhkan beban dengan massa tertentu dan jarak tertentu untuk menganalisis kerusakan spesimen yang mengalami impact dan ketahanan ketahanan spesimen setelah mengalami tumbukan dari beban yang jatuh bebas. (IMRON, 2010)

Akan tetapi pada pengujian ini biasanya menggunakan benda uji silider maka dari itu alat impact yang digunkan harus dimodifikasi supaya dapat digunakan dalam pengujian

(5)

pada penelitian ini. sedangkan tata cara pengujian Impact pada penelitian ini beracuan dari ACI Committee 544, (1999) dengan besar energy potensial yang diberikan oleh beban itu adalah sebesar 50 joule.

2.8.2 Pengukuran Persentase Kerusakan

Persentase kerusakan pada pengujian ini dapat di tinjau dari beberapa aspek yaitu sebagai berikut:

1. Pengukuran kedalaman kawah

Dalam kasus ini yang di ukur adalah kedalaman kawah yang terjadi akibat tumbukan. Kedalaman bekas tumbukan akan menjadi salah satu ukuran dalam presentase kerusakan. Dalam kasus ini kedalaman dapat kita lihat pada simbol “t”, dapat kita lihat pada gambar berikut:

t

Gambar Sketsa pengukuran kedalaman kawah.

2. Pengukuran Diameter Kawah

Pada kasus ini yang di ukur itu adalah diameter pada kawah nya atau diameter lubang yang terbentuk akibat tumbukan. Diameter ini juga akan menentukan presentase kerusakan pada penelitian ini. Dapat kita lihat sketsa nya dalam gambar berikut:

Gambar Sketsa pengukuran diameter kawah.

3. Metode Penelitian

3.1 Survei Mix proportation dari produsen paving block

Tujuan dari survei yang kami lakukan pada beberapa produsen ataupun pabrik pembuatan paving block yaitu untuk mendapatkan mix proportation dengan perbandingan antara semen, air dan pasirnya.

3.2 Mix Design

Berdasarkan hasil survei yang didapat dan hasil diskusi dengan dosen pembimbing maka dilakukan Mix Design dengan mengurangi penggunaan semen dan jumlah pasir yang ditambahkan, serta menambahkan variasi bubuk bata merah dan abu sekam padi. Dapat kita lihat pada Tabel 3.1 yang menunjukkan contoh mix design untuk paving block (BBM 25% ASP 20%).

(6)

Tabel 3.1: Contoh mix design dari paving block (BBM 25% ASP 20%) No. Berat material per 1 m3 Faktor Berat/Vol (kg/m3)

1 Semen 1,00 125,00

2 Pasir 6,00 750,00

3 Bubuk Bata Merah: 25% 0,25 31,25

4 Abu Sekam Padi: 20% 0,20 25,00

5 Air 0,90 112,50

Berat volume PB 1043,75

3.3 Pemeriksaan Dan Penyediaan Material Dan Alat

Setelah rancangan campuran atau mix design paving block selesai, maka dapat dilakukan pembuatan benda uji pada penelitian ini, benda uji yang di gunakan adalah paving block persegi panjang dengan ukuran panjang 20 cm, lebar 10 cm dan tebal 6 cm.

Jumlah sampel disetiap variasi abu sekam padi dan bubuk batu bata merah berjumlah 3 buah, dan yang akan dilakukan pengujian pada umur 3, 7 dan 28 hari. Sehingga jumlah sampel keseluruhan berjumlah 216 buah paving block.

Adapun bahan-bahan penyusun paving block yang digunakan pada penilitian ini adalah sebagai berikut:

a. Semen Portland

Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen tipe I/Ordinary Portland Cement (OPC) yang diproduksi oleh PT. SEMEN PADANG dengan kemasan 1 zak 50 kg.

b. Bubuk Batu Bata

Bubuk bata merah diambil dari daerah Lubuk Pakam, Sumatera Utara atau diambil dari sisa bata dari bangunan yang sudah bekas. Diperoleh dari proses pemecahan batu bata sampai menjadi butiran abu lalu di ayak dengan ayakan no.60.

c. Abu Sekam Padi

Abu sekam padi diperoleh dari hasil pembakaran sekam padi yang berasal dari lahan pertanian di sekitar Sibolga, Sumatera Utara.

d. Pasir

Pasir yang digunakan adalah pasir yang telah diperiksa dan diuji berat isi, kadar lumpur dan analisa ayakan yang mengacu pada SNI 03-1968-1990 dan pemeriksaan berat jenis pasir yang mengacu pada SNI 03-1970-1990.

3.4 Peninjauan Ketersediaan Alat-Alat yang akan Digunakan

Pembuatan benda uji beton dalam penelitian ini menggunakan alat-alat yang berasal dari Laboratorium Bahan dan Rekayasa Beton, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun alat-alat tersebut, yaitu:

1. Timbangan, ember, sendok semen,

2. Cetakan paving block dengan ukuran panjang 20 cm, lebar 10 cm dan tinggi 6 cm kuas, oli,

3. Mixer bor, alat pengujian kuat Impact, jangka sorong digital, Styrofoam, rol besi 3.5 Trial Mix

Trial mix bertujuan untuk meninjau kembali apakah komposisi dari mix design dapat menghasilkan paving block yang sesuai dengan yang diiginkan. Untuk trial mix maka paving block dibuat 3 sempel kemudian diuji pada umur 3 hari. Lalu ditentukan apakah

(7)

layak atau tidak, jika tidak maka ditinjau kembali sampai dapat paving block yang diinginkan.

3.6 Pembuatan Benda Uji

Setelah membuat rancangan campuran paving, benda uji dapat dibuat, benda uji yang digunakan adalah paving block persegi panjang dengan ukuran panjang 20 cm dan lebar 10 cm dan tebal 6 cm. Dengan variasi BBM nya yaitu 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan 25%

sedangkan variasi ASP nya yaitu 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% dari berat semen awal, serta jumlah benda uji untuk pengujian kuat impact dari setiap variasi adalah 3 buah untuk umur 3, 7, dan 28 hari. Sehingga, jumlah keseluruhan benda uji kuat impact adalah 216 buah.

Sedangkan untuk pengujian absorbs berjumlah 3 buah setiap variasi untuk umur 28 hari, sehingga jumlah keseluruhan benda uji absorbs adalah 72 buah.

3.7 Pengujian-Pengujian yang Dilakukan

Pengujian kuat tekan impact dengan alat yang telah disediakan dilakukan pada umur 3, 7 dan 28 hari. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tekan impact paving block antara paving block normal dan paving block yang telah diganti persentase semennya dengan variasi abu sekam padi dan bubuk bata merah. Hasil dari pengujian ini diharapkan mendapatkan angka maksimum untuk mengganti persentase semen. Proses pengujian pada penelitian ini mengacu pada (ACI Committee 544, 1999) dimana pengujian dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Siapkan paving block yang berumur 3, 7 dan 28 hari.

b) Letakkan paving block pada tempat pengujian yang telah dibuat, atur posisi dan kunci semua penahan pada alat kemudian masukkan styrofoam pada semua sisi paving block supaya paving block nya tidak bergeser atau bergerak pada saat pengujian.

c) Lakukan pengujian impact dengan menjatuhkan hammer dari ketinggian yang sudah ditentukan.

d) Lakukan pengecekan pada paving block setiap hammer dijatuhkan.

e) Catat hasil dari setiap hammer dijatuhkan.

f) Pengujian selesai dilakukan ketika paving block sudah mengalami permukaan hancur atau mengalami retakan pada paving block.

3.8 Analisis Data

Data hasil pengujian Paving block dibuat dalam table, grafik dan diagram batang maupun diagram garis. Analisis akan dilakukan untuk mengkaji pengaruh penggunaan abu sekam padi dan bubuk batu bata merah sebagai pengganti persentase semen dalam paving block terhadap kuat tekan impact. Potensial penggunaan abu sekam padi dan bubuk batu bata merah ini dapat diukur saat kuat tekan impact paving block dibandingkan terhadap kuat tekan impact normal (tanpa substitusi bubuk batu bata merah dan abu sekam padi), apakah lebih kecil atau lebih besar. Selain itu, akan dikaji juga kondisi optimum dari proporsi abu sekam padi dan bubuk batu bata merah, yaitu yang dapat memberikan nilai kuat tekan impact yang lebih besar daripada kuat tekan untuk umur 3, 7 maupun 28 hari.

4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Berat volume kering

Pengujian berat volume kering pada paving block dilakukan untuk membandingkan berat volume kering paving block pada umur 3, 7, dan 28 hari. Hasil Pengujian berat volume kering dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel berikut:

(8)

Tabel 4.1: Berat volume kering paving block umur 3 hari Variasi Berat Volume

Kering (Kg/m3) Variasi Berat Volume Kering (Kg/m3)

BBM 0 ASP 0 2157,621 BBM 0 ASP 15 2174,950

BBM 5 ASP 0 2163,126 BBM 5 ASP 15 2178,781

BBM 10 ASP 0 2167,990 BBM 10 ASP 15 2182,194

BBM 15 ASP 0 2174,125 BBM 15 ASP 15 2187,594

BBM 20 ASP 0 2178,851 BBM 20 ASP15 2194,294

BBM 25 ASP 0 2184,457 BBM 25 ASP 15 2198,439

BBM 0 ASP 10 2168,151 BBM 0 ASP 20 2178,481

BBM 5 ASP 10 2173,550 BBM 5 ASP 20 2184,294

BBM 10 ASP 10 2179,821 BBM 10 ASP 20 2188,939

BBM 15 ASP 10 2184,938 BBM 15 ASP 20 2193,192

BBM 20 ASP 10 2188,939 BBM 20 ASP 20 2199,794

BBM 25 ASP 10 2193,839 BBM 25 ASP 20 2204,249

Tabel 4.2: Berat volume kering paving block umur 7 hari Variasi Berat Volume

Kering (kg/m3) Variasi Berat Volume Kering (kg/m3)

BBM 0 ASP 0 2084,560 BBM 0 ASP 15 2104,546

BBM 5 ASP 0 2090,566 BBM 5 ASP 15 2110,253

BBM 10 ASP 0 2095,516 BBM 10 ASP 15 2113,524

BBM 15 ASP 0 2104,560 BBM 15 ASP 15 2125,523

BBM 20 ASP 0 2109,576 BBM 20 ASP15 2135,125

BBM 25 ASP 0 2114,560 BBM 25 ASP 15 2139,523

BBM 0 ASP 10 2099,547 BBM 0 ASP 20 2109,632

BBM 5 ASP 10 2103,436 BBM 5 ASP 20 2115,235

BBM 10 ASP 10 2109,756 BBM 10 ASP 20 2129,124

BBM 15 ASP 10 2115,236 BBM 15 ASP 20 2134,841

BBM 20 ASP 10 2119,153 BBM 20 ASP 20 2138,437

BBM 25 ASP 10 2132,752 BBM 25 ASP 20 2149,523

(9)

Tabel 4.3: Berat volume kering paving block umur 28 hari Variasi Berat Volume

Kering (kg/m3) Variasi Berat Volume Kering (kg/m3)

BBM 0 ASP 0 2039,234 BBM 0 ASP 15 2060,034

BBM 5 ASP 0 2045,345 BBM 5 ASP 15 2064,786

BBM 10 ASP 0 2049,271 BBM 10 ASP 15 2070,251

BBM 15 ASP 0 2061,437 BBM 15 ASP 15 2076,034

BBM 20 ASP 0 2066,112 BBM 20 ASP15 2079,859

BBM 25 ASP 0 2071,023 BBM 25 ASP 15 2085,121

BBM 0 ASP 10 2055,345 BBM 0 ASP 20 2065,221

BBM 5 ASP 10 2061,223 BBM 5 ASP 20 2069,122

BBM 10 ASP 10 2064,023 BBM 10 ASP 20 2076,126

BBM 15 ASP 10 2070,003 BBM 15 ASP 20 2080,234

BBM 20 ASP 10 2074,987 BBM 20 ASP 20 2084,988

BBM 25 ASP 10 2079,785 BBM 25 ASP 20 2091,025

Gambar Grafik Perbandingan berat volume kering paving block pada umur 3, 7, dan 28 hari

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa penambahan BBM dan ASP meningkatkan berat volume kering dari paving block. Semakin lama umur dari paving block maka akan semakin ringan paving block tersebut. Ini diakibatkan karena paving block semakin lama semakin kering akibat dari proses penguapan air sehingga paving block menjadi lebih ringan.

4.2 Daya absorpsi air

Pengujian daya absorpsi air pada penelitian ini dilakukan pada paving block berumur28 hari. diperoleh hasil seperti pada Tabel berikut:

(10)

Tabel 4.4: Daya absorpsi air paving block

Berdasarkan hasil diatas penambahan BBM dan ASP tidak dapat menurunkan daya absorpsi air paving block. Menurut SNI (1996), mutu paving block pada penelitian ini setara mutu B sebagai peruntukan jalan.

4.3 Diameter tumbukan paving block

Pengujian paving block dilakukan pada umur 3, 7, dan 28 hari dapat dilihat pada Tabel dan Gambar berikut:

Tabel 4.5: Hasil diameter tumbukan paving block keseluruhan

VARIASI PB UMUR

3 HARI 7 HARI 28 HARI

BBM 0 ASP 0 29.52 28.94 28.71

BBM 5 ASP 0 31.69 31.55 28.08

BBM 10 ASP 0 31.81 31.77 27.23

BBM 15 ASP 0 31.97 31.91 26.71

BBM 20 ASP 0 32.28 32.00 25.98

BBM 25 ASP 0 32.33 32.12 25.84

BBM 0 ASP 10 31.60 31.35 27.08

BBM 5 ASP 10 31.92 31.67 26.36

BBM 10 ASP 10 32.00 31.90 25.50

Variasi Berat Kering (kg)

Berat Basah (kg)

Daya Absorpsi

Air (%) Mutu

BBM 0 ASP 0 2.447 2.567 4.913 B

BBM 5 ASP 0 2.454 2.577 4.987 B

BBM 10 ASP 0 2.459 2.583 5.049 B

BBM 15 ASP 0 2.474 2.600 5.121 B

BBM 20 ASP 0 2.479 2.608 5.187 B

BBM 25 ASP 0 2.485 2.616 5.270 B

BBM 0 ASP 10 2.466 2.588 4.942 B

BBM 5 ASP 10 2.473 2.597 5.009 B

BBM 10 ASP 10 2.477 2.603 5.079 B

BBM 15 ASP 10 2.484 2.612 5.163 B

BBM 20 ASP 10 2.490 2.620 5.212 B

BBM 25 ASP 10 2.496 2.628 5.285 B

BBM 0 ASP 15 2.472 2.596 5.018 B

BBM 5 ASP 15 2.478 2.604 5.078 B

BBM 10 ASP 15 2.484 2.613 5.164 B

BBM 15 ASP 15 2.491 2.622 5.231 B

BBM 20 ASP15 2.496 2.628 5.300 B

BBM 25 ASP 15 2.502 2.637 5.373 B

BBM 0 ASP 20 2.478 2.604 5.083 B

BBM 5 ASP 20 2.483 2.611 5.167 B

BBM 10 ASP 20 2.491 2.622 5.232 B

BBM 15 ASP 20 2.496 2.628 5.295 B

BBM 20 ASP 20 2.502 2.636 5.352 B

BBM 25 ASP 20 2.509 2.645 5.427 B

(11)

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00

DIAMETER TUMBUKAN (MM)

VARIASI PAVING BLOCK

DIAMETER TUMBUKAN KESELURUHAN

UMUR 3 HARI UMUR 7 HARI UMUR 28 HARI

BBM 15 ASP 10 32.27 32.10 25.03

BBM 20 ASP 10 32.33 32.21 24.69

BBM 25 ASP 10 32.43 32.31 24.39

BBM 0 ASP 15 32.17 31.48 25.86

BBM 5 ASP 15 32.26 32.15 24.93

BBM 10 ASP 15 32.37 32.24 24.17

BBM 15 ASP 15 32.41 32.38 23.87

BBM 20 ASP 15 33.07 32.65 23.23

BBM 25 ASP 15 33.28 33.06 22.91

BBM 0 ASP 20 32.44 32.31 24.15

BBM 5 ASP 20 33.15 32.64 23.39

BBM 10 ASP 20 33.23 32.82 23.16

BBM 15 ASP 20 33.35 33.17 22.63

BBM 20 ASP 20 33.84 33.51 22.35

BBM 25 ASP 20 34.09 33.67 20.16

Gambar Hubungan Antara Variasi BBM dan ASP, Umur Beton dan diameter tumbukan

(12)

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00

3 HARI 7 HARI 28 HARI > 28 HARI

UMUR

DIAMETER TUMBUKAN (MM)

VARIASI PAVING BLOCK

DIAMETER TUMBUKAN KESELURUHAN

BBM 0 ASP 0 BBM 5 ASP 0 BBM 10 ASP 0

BBM 15 ASP 0 BBM 20 ASP 0 BBM 25 ASP 0 BBM 0 ASP 10 BBM 5 ASP 10 BBM 10 ASP 10 BBM 15 ASP 10 BBM 20 ASP 10 BBM 25 ASP 10 BBM 0 ASP 15 BBM 5 ASP 15 BBM 10 ASP 15 BBM 15 ASP 15 BBM 20 ASP 15 BBM 25 ASP 15 BBM 0 ASP 20 BBM 5 ASP 20 BBM 10 ASP 20 BBM 15 ASP 20 BBM 20 ASP 20 BBM 25 ASP 20

Gambar Grafik Hubungan Antara Variasi BBM dan ASP, Umur Paving Block dan diameter tumbukan

Berdasarkan Tabel dan Gambar diatas diketahui bahwa BBM dan ASP memberikan pengaruh terhadap kuat impact pada paving block. Pengaruh tersebut berupa peningkatan kuat impact paving block untuk setiap variasi BBM dan ASP. Berdasarkan hasil diatas paving block penggunaan BBM dan ASP paling optimum masih belum dapat diketahui karena sampai pada variasi terakhir (variasi 25% BBM dan 20% ASP), belum ditemukan peningkatan diameter tumbukan pada Paving block.

Berdasarkan hasil pengujian chemical content, kandungan silika oksida (SiO2) dari bubuk bata merah adalah 12,40% dan pada abu sekam padi mencapai 85,40%.

Kandungan senyawa silika ini pada dasarnya dapat mempengaruhi terbentuknya senyawa CSH serta fase pengikatan pada proses hidrasi semen. Sehingga dapat dikatakan

penambahan BBM sampai 25% dan ASP sampai 20% menghasilkan senyawa CSH yang mengikat material-material paving block sehingga paving block lebih kuat

3.4 Kedalaman tumbukan paving block

Pengujian paving block dilakukan pada umur 3, 7, dan 28 hari dapat dilihat pada Tabel dan Gambar berikut:

Tabel 4.6: Hasil kedalaman tumbukan paving block keseluruhan

VARIASI PB UMUR

3 HARI 7 HARI 28 HARI

BBM 0 ASP 0 3.580 3.533 3.067

BBM 5 ASP 0 3.643 3.567 2.887

BBM 10 ASP 0 3.687 3.610 2.810

BBM 15 ASP 0 3.747 3.693 2.750

(13)

0,000 0,500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500

BBM 0 ASP 0 BBM 5 ASP 0 BBM 10 ASP 0 BBM 15 ASP 0 BBM 20 ASP 0 BBM 25 ASP 0 BBM 0 ASP 10 BBM 5 ASP 10 BBM 10 ASP 10 BBM 15 ASP 10 BBM 20 ASP 10 BBM 25 ASP 10 BBM 0 ASP 15 BBM 5 ASP 15 BBM 10 ASP 15 BBM 15 ASP 15 BBM 20 ASP 15 BBM 25 ASP 15 BBM 0 ASP 20 BBM 5 ASP 20 BBM 10 ASP 20 BBM 15 ASP 20 BBM 20 ASP 20 BBM 25 ASP 20

KEDALAMANTUMBUKAN(MM)

VARIASI PAVING BLOCK

KEDALAMAN TUMBUKAN KESELURUHAN

UMUR 3 HARI UMUR 7 HARI UMUR 28 HARI

BBM 20 ASP 0 3.767 3.710 2.667

BBM 25 ASP 0 3.807 3.777 2.473

BBM 0 ASP 10 3.627 3.570 2.590

BBM 5 ASP 10 3.663 3.617 2.450

BBM 10 ASP 10 3.730 3.677 2.393

BBM 15 ASP 10 3.770 3.757 2.297

BBM 20 ASP 10 3.790 3.773 2.243

BBM 25 ASP 10 3.820 3.807 2.137

BBM 0 ASP 15 3.683 3.660 2.520

BBM 5 ASP 15 3.697 3.690 2.400

BBM 10 ASP 15 3.743 3.707 2.363

BBM 15 ASP 15 3.783 3.767 2.243

BBM 20 ASP 15 3.800 3.793 2.137

BBM 25 ASP 15 3.833 3.823 1.823

BBM 0 ASP 20 3.707 3.680 2.450

BBM 5 ASP 20 3.720 3.703 2.167

BBM 10 ASP 20 3.753 3.740 2.137

BBM 15 ASP 20 3.807 3.783 2.117

BBM 20 ASP 20 3.837 3.810 2.053

BBM 25 ASP 20 3.860 3.847 1.680

Gambar Hubungan Antara Variasi BBM dan ASP, Umur Beton dan kedalaman tumbukan.

(14)

0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000

3 HARI 7 HARI 28 HARI >28 HARI

KEDALAMAN TUMBUKAN (MM) UMUR

VARIASI PAVING BLOCK

KEDALAMAN TUMBUKAN KESELURUHAN

BBM 0 ASP 0 BBM 5 ASP 0 BBM 10 ASP 0

BBM 15 ASP 0 BBM 20 ASP 0 BBM 25 ASP 0

BBM 0 ASP 10 BBM 5 ASP 10 BBM 10 ASP 10 BBM 15 ASP 10 BBM 20 ASP 10 BBM 25 ASP 10 BBM 0 ASP 15 BBM 5 ASP 15 BBM 10 ASP 15 BBM 15 ASP 15 BBM 20 ASP 15 BBM 25 ASP 15 BBM 0 ASP 20 BBM 5 ASP 20 BBM 10 ASP 20 BBM 15 ASP 20 BBM 20 ASP 20 BBM 25 ASP 20

Gambar 4.42: Grafik Hubungan Antara Variasi BBM dan ASP, Umur Paving Block dan kedalaman tumbukan

Berdasarkan Tabel dan Gambar diatas dapat diketahui bahwa BBM dan ASP memberikan pengaruh terhadap kuat impact pada paving block. Pengaruh tersebut berupa peningkatan kuat impact paving block untuk setiap variasi BBM dan ASP. Berdasarkan hasil diatas paving block penggunaan BBM dan ASP paling optimum masih belum dapat diketahui karena sampai pada variasi terakhir (variasi 25% BBM dan 20% ASP), belum ditemukan peningkatan kedalaman tumbukan pada Paving block.

3.5 Paving block fiber polyolefin polymer

3.5.1 Pengujian diameter pukulan paving block

Hasil pengujian dari paving block fiber pp dapat kita lihat dibawah ini:

Tabel 4.7: Hasil pengujian diameter tumbukan paving block umur 3 hari

Vf Umur 3 Hari

0% 1,1 % 1,25 %

Pukulan 1 34.09 20.92 20.37

Pukulan 2 0 28.22 27.21

Pukulan 3 0 34.28 32.35

Tabel 4.8: Hasil pengujian diameter tumbukan paving block umur 7 hari

Vf Umur 7 Hari

0% 1,1 % 1,25 %

Pukulan 1 33.67 21.40 20.13

Pukulan 2 0 27.88 24.00

Pukulan 3 0 33.66 30.37

Pukulan 4 0 39.65 35.12

(15)

Tabel 4.9: Hasil pengujian diameter tumbukan paving block umur 28 hari

3.5.2 Pengujian kedalaman tumbukan paving block

Tabel 4.10: Hasil pengujian kedalaman tumbukan paving block umur 3 hari

Vf Umur 3 Hari

0% 1,1 % 1,25 %

Pukulan 1 3.86 1.99 1.73

Pukulan 2 0 2.85 2.61

Pukulan 3 0 4.00 3.60

Tabel 4.11: Hasil pengujian kedalaman tumbukan paving block umur 7 hari

Vf Umur 7 Hari

0% 1,1 % 1,25 %

Pukulan 1 3.85 1.84 1.43

Pukulan 2 0 2.78 2.24

Pukulan 3 0 3.86 3.01

Pukulan 4 0 4.98 3.91

Tabel 4.12: Hasil pengujian kedalaman tumbukan paving block umur 28 hari

Vf Umur 28 Hari

0% 1,1 % 1,25 %

Pukulan 1 1.680 1.48 1.22

Pukulan 2 0 2.59 1.90

Pukulan 3 0 3.83 2.48

Pukulan 4 0 4.82 3.36

Pukulan 5 0 6.35 4.59

Vf Umur 28 Hari

0% 1,1 % 1,25 %

Pukulan 1 20.16 20.37 19.26

Pukulan 2 0 26.79 23.44

Pukulan 3 0 32.43 27.59

Pukulan 4 0 37.93 32.35

Pukulan 5 0 41.94 37.75

(16)

3.6 Paving block yang ada di masyarakat sekitaran Medan

Adapun paving block yang dijual kemasyarakat setelah diuji dapat dilihat hasilnya pada Tabel berikut:

Tabel 4.13: Hasil pengujian paving block dari panglong

Jika dibandingkan dengan paving block (25% BBM dan 20% ASP pada umur 28 hari) pada penelitian ini dengan rata-rata yang ada dimasyarakat maka untuk diameter dan kedalaman tumbukan menunjukkan perbedaan dimana diameter paving block dari panglong lebih besar dari pada diameter paving block pada penelitian ini yaitu 1.19 mm dan 0,521 mm secara berturut turut, daya absorpsinya lebih kecil yaitu 1,405%, dan berat volumenya lebih ringan yaitu 2091,025 kg/m3. Hal ini menunjukkan bahwah pada penelitian ini kualitas dari paving block pada penelitian ini lebih bagus dibandingkan dengan paving block yang di jual di panglong yang ada di sekitaran Medan.

3.7 Perbandingan harga paving block panglong dengan paving block benda uji Berikut adalah daftar harga paving block yang dibeli dari panglong. Daftar harga dapat dilihat pada Tabel 4.14:

Tabel 4.14: Daftar Harga paving block panglong Nama Panglong Paving Block Harga (Rupiah)

Subur Traso 1.700

Sempakata Conblock 1.500 Paving Block Sinaga 1.700

CV. Jaya Karya 1.600

Rajawali Mandiri Indo Jaya 1.500

Dengan adanya daftar harga paving block dari panglong, maka perbandingan harga dapat dilakukan dengan cara membuat daftar harga material paving block dengan hasil uji kuat impact tertinggi yaitu pada tambahan BBM 25% ASP 20%. Daftar harga material dapat dilihat pada Tabel 4.15:

Nama panglong

Kedalaman tumbukan

(mm)

Diameter Tumbukan

(mm)

Daya Absorpsi

Air (%)

Mutu Berdasarkan

Daya absopsi air

Berat Volume

kering (kg/m3)

Subur Traso 2.150 21.67 1.27 A 2444.82

Sempakata Conblock 2.857 23.31 1.929 A 2249.23

Paving Block Sinaga 2.080 19.65 1.459 A 2266.74

CV. Jaya Karya 2.013 21.16 1.576 A 2165.89

Rajawali Mandiri

Indo Jaya 1.907 20.97 2.452 A 2251.98

(17)

Tabel 4.15: Daftar Harga material paving block BBM 25% ASP 20%

No Material per 1 m3 Faktor Berat/Vol (kg/m3) Harga (Rupiah)

1 Semen 1,00 125 212.500

2 Pasir 6,00 750 75.000

3 BBM 25% 0,25 31,25 -

4 ASP 20% 0,20 25 62.500

5 Air 0,90 112,5 -

TOTAL 1043,75 350.000

Dari Tabel diatas didapat harga untuk pembuatan paving block BBM 25%

ASP 20% per 1 m3 adalah Rp. 350.000,00 dan dapat menghasilkan paving block dengan ukuran 20 cm x 10 cm x 6 cm sebanyak 300 buah paving block, atau harga pembuatan untuk perbuahnya adalah Rp. 1.166. Maka dari tabel dan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan BBM dan ASP sebagai bahan penyusun paving block didapatkan kuat impact yang lebih besar dan harga yang lebih ekonomis.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

03-1968-1990, S. (1990) ‘Metode Pengujian Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar.’, Bandung: Badan Standardisasi Indonesia, pp. 1–17.

ACI Committee 544 (1999) ‘Measurement of Properties of Fiber Reinforced Concrete’, 89(Reapproved), pp. 1–12.

As, F. K., Novareza, O. and Santoso, P. B. (2017) ‘MEMANFAATKAN LIMBAH ABU SERAT SABUT KELAPA’, pp. 175–181.

Badan Standardisasi Nasional (SNI 03-0691-1996) (1996) ‘Bata Beton (Paving Block)’, Sni 03-0691-1996, pp. 1–9.

Christiawan and Darmanto, S. (2012) ‘No Title’, pp. 1–8.

Darmawan, A., Anggraini, D. and Gunawan (2008) ‘Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Pengaruh Substitusi Semen oleh Silika Abu Sekam Padi terhadap Kuat Tekan dan Suhu Reaksi Semen Portland’, 11(1), pp. 15–19.

IMRON, M. (2010) ‘207651811201107311’.

Nurzal dan Adriansyah (2015) ‘Pengaruh Variasi Lama Pengeringan Paving Blok’, Teknik Mesin, ISSN 2089-4880, 5(2), pp. 127–132. Available at: https://ejournal.itp.ac.id/.

Permatasari, S. (2019) ‘PENGARUH BAHAN TAMBAH BATU BATA MERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON FC ’ 21 MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR PT . AMR DAN AGREGAT HALUS DESA SUNGGUP KOTA BARU’, 8(2), pp. 155–

161.

Pratikto and A, G. (2019) ‘PEMANFAATAN LIMBAH GENTENG BETON bangunan yang tidak terpakai . Limbah genteng beton merupakan salah satu jenis limbah Kuat Tekan ( Mpa ) Mutu Rerata Min Kuat tekan adalah Gaya persatuan luas permukaan paving block = P / A , dimana P Rumusan masalah dalam’, 1(1), pp. 36–45.

Sherliana, Iswan and Setyanto (2016) ‘Studi Kuat Tekan Paving Block dari Campuran Tanah , Semen , dan Abu Sekam Padi Menggunakan alat Pemadat Modifikasi’, 4(1), pp.

99–112.

SNI 03-1970-1990 (1990) ‘Metode Pengujian Berat Jenis dan penyerapan air agregat halus’, Bandung: Badan Standardisasi Indonesia, pp. 1–17.

Referensi

Dokumen terkait

Jika hal ini dilakukan maka untuk hasil produksi selanjutnya paving block yang dihasilkan dapat mencapai mutu beton A SIMPULAN Paving block adalah bahan bangunan konstruksi yang