• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BERBAGAI MACAM PLASTICIZER PADA FORMULASI ORALLY DISINTEGRATING FILM (ODF) CHLORPHENIRAMINI MALEATE (CTM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH BERBAGAI MACAM PLASTICIZER PADA FORMULASI ORALLY DISINTEGRATING FILM (ODF) CHLORPHENIRAMINI MALEATE (CTM)"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

Judul disertasi: Pengaruh pemlastis yang berbeda terhadap formulasi klorfeniramin maleat (CTM) dengan film disintegrasi oral (ODF). Telah dilakukan penelitian mengenai formulasi Orally Disintegrating Film (ODF) Chlorphenilamine Maleate (CTM) dengan berbagai macam bahan pemlastis. Kata Kunci: Orally Disintegrasi Film (ODF), Chlorpheniramini Maleate (CTM), plasticizer, Gliserin, Polyethylene Glycol 400 (PEG 400), Propylene Glycol (PG).

Keywords : Orally Disintegrating Film (OF), Chlorpheniramine Maleate (CTM), plasticizer, Glycerol, Polyethylene Glycol 400 (PEG 400), Propylene Glycol (PG).

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian

Kriteria zat aktif yang dapat diubah menjadi sediaan ODF adalah larut dalam air, dosis relatif kecil, tidak mengiritasi mulut, zat aktif tidak dihancurkan oleh air liur dan diserap terutama pada saluran cerna bagian atas (Kumar dan Sulochana ., 2014). Klorfeniramin maleat atau sering disingkat CTM merupakan salah satu obat antihistamin generasi pertama yang digunakan untuk mencegah gejala alergi seperti rinitis dan urikaria. Untuk memudahkan pengaturan dosis dan kebutuhan, dibuat sediaan ODF yang mudah dan nyaman digunakan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk membuat formulasi oral disintegrasi film (ODF) klorfeniramin maleat menggunakan polimer HPMC K4M dengan berbagai bahan pemlastis seperti gliserin, polietilen glikol 400 (PEG 400) dan propilen glikol (PG).

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Chlorpheniramini maleate (CTM)

  • Chlorpheniramini maleate (CTM)
  • Antihistamin
  • Farmakologi Chlorpheniramini Maleate (CTM)

Asam amino ini masuk ke dalam tubuh terutama pada daging (protein) dan kemudian di jaringan (juga di usus halus) diubah secara enzimatis menjadi histamin (dekarboksilasi) (Tjay dan Rahardja., 2007). Obat ini secara selektif menghambat sekresi asam lambung, yang meningkat akibat persaingan histamin dengan reseptor H2 di lambung. Obat ini banyak digunakan dalam pencegahan gejala kondisi alergi seperti rinitis dan urtikaria dengan mengurangi mata merah, gatal, berair, bersin, hidung atau tenggorokan gatal dan pilek akibat alergi, demam dan batuk.

Obat ini diserap dengan baik setelah pemberian oral, namun karena tingkat metabolisme yang relatif tinggi pada mukosa GI dan hati, hanya sekitar 25-60%.

Orally Disintegrating Film (ODF)

  • Pengertian
  • Kelebihan dan Kekurangan Orally Disintegrating
  • Kriteria Orally Disintegrating Film (ODF)

Untuk obat yang mempunyai bioavailabilitas rendah di saluran cerna dan untuk menghindari metabolisme lintas pertama yang cepat di hati. Cocok untuk pasien yang menderita disfagia, emesis berulang, geriatri dan anak yang mengalami kesulitan menelan, pasien dengan gangguan jiwa, hipertensi, serangan jantung dan asma yang memerlukan tindakan cepat (Kalyan dan Bansal., 2012). Beberapa ODF sensitif terhadap suhu dan kelembaban sehingga diperlukan pengemasan khusus (Bhyan et al., 2011).

Bahan Formulasi Orally Disintegrating Film (ODF)

  • Bahan Aktif
  • Polimer Pembentuk Film
  • Plasticizer
  • Zat Pemanis
  • Bahan Tambahan

HPMC mudah larut dalam air panas, sangat sulit larut dalam eter, etanol atau aseton (Rowe et al., 2005). Sukrosa dalam bentuk sirup digunakan sebagai pembawa dalam sediaan cair oral untuk meningkatkan viskositas (Rowe et al., 2009). Cairan fermentasi yang dihasilkan mengandung kurang lebih 15% etanol, 95% v/v etanol kemudian diperoleh dengan distilasi praktis (Rowe et al., 2009).

Sediaan parenteral menggunakan air untuk injeksi atau air yang telah disterilkan untuk injeksi (Rowe et al., 2009).

Metode Pembuatan Orally Disintegrating Film (ODF)

Tujuan merancang dan mengoperasikan sistem penyimpanan dan distribusi adalah untuk mencegah air berpindah melalui tahap awal selama penyimpanan. Larutan yang dihasilkan ditambahkan ke larutan polimer yang tidak larut dalam asam (misalnya selulosa asetat ftalat, selulosa asetat butirat). ODF dibuat dengan metode ini dengan cara menggulung larutan atau suspensi yang mengandung obat dalam suatu pembawa.

Film dikeringkan pada gulungan dan dipotong sesuai bentuk dan ukuran yang diinginkan (Arya et al., 2010).

Evaluasi Sediaan Orally Disintegrating Film (ODF)

21 untuk menentukan waktu degradasi preparasi film yaitu metode slide frame dan metode petridish (Patel et al., 2010). Caranya dengan menyalakan alat, membuka tutup alat kemudian meletakkan 1 lembar film berukuran 2cm x 2cm pada alat di atas loyang, kemudian menutup alat dan alat akan otomatis mengukur kadar air pada a suhu 105˚C selama 5 menit dan hasilnya ditampilkan pada layar monitor yang dinyatakan dalam %MC (Kholidah et al., 2014). Persen perpanjangan umumnya merupakan hasil pengurangan panjang film setelah putus dengan panjang awal film dibagi dengan panjang awal film.

Dihitung dengan beban putus dibagi luas penampang film (Kumar dan Sulochana., 2014). Sedangkan nilai modulus Young diperoleh berdasarkan pengukuran perpanjangan putus dan perpanjangan putus film, dimana nilai tersebut diperoleh dengan membagi perpanjangan putus dengan perpanjangan putus. Film dibiarkan mengembang selama 5 detik dalam 15 ml media buffer fosfat dengan pH 6,8 dalam cawan petri.

Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan alat USP tipe 2 (tipe paddle) dengan 900 mL media disolusi buffer fosfat pH 6,8. Setiap kali larutan diambil, 5 ml media pada suhu yang sama diganti dengan media, sehingga volumenya tetap sama. Absorbansi larutan uji ditentukan dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang serapan maksimum (Kanth et al., 2014).

Spektrometri UV-Vis

  • Validasi Metode Analisa

Semakin banyak 24 elektron yang tertahan dalam ikatan molekul, semakin panjang panjang gelombang (energi lebih rendah) radiasi yang diserap (David., 2009). Panjang gelombang sumber cahaya dibagi dengan pemisah panjang gelombang seperti prisma atau monokromator. Spektrum diperoleh dengan melewatkan cahaya melalui pemisah panjang gelombang, sedangkan pengukuran kuantitatif dapat dilakukan pada spektrum atau pada panjang gelombang tertentu (Triyati., 1985).

Molekul yang mengandung dua atau lebih gugus kromofor akan menyerap cahaya pada panjang gelombang yang hampir sama dengan molekul yang hanya mempunyai satu gugus kromofor tertentu, namun intensitas serapan sebanding dengan jumlah kromofor yang ada. Metode analisis yang tidak baku (diambil dari dikte, buku teks dan jurnal yang belum banyak diketahui), mempunyai perbedaan dengan metode baku, demikian pula metode yang dikembangkan dalam bidang laboratorium memerlukan validasi metode. Validasi metode dilakukan untuk memastikan bahwa metode analisis akurat, spesifik, dapat direproduksi, dan kuat terhadap kisaran analit yang akan dianalisis (Rohman., 2016).

Validasi metode dilakukan untuk memastikan bahwa metode analisis akurat, spesifik, dapat direproduksi, dan kuat untuk rentang analit yang akan dianalisis. Akurasi diukur sebagai jumlah analit yang diperoleh kembali dalam pengukuran dengan menambahkan sampel (Rohman., 2016). Presisi adalah ukuran pengulangan suatu metode analisis dan biasanya dinyatakan sebagai deviasi standar relatif (RSD).

Pengujian presisi pada awal validasi metode hanya menggunakan dua parameter yaitu keterulangan dan presisi rata-rata (Rohman., 2016). LOD dapat dihitung dari simpangan baku (SD) respon dan kemiringan kurva standar dengan menggunakan rumus LOD = 3,3 (SD/S) (Rohman., 2016).

METODE PENELITIAN

  • Waktu dan Tempat Penelitian
  • Metodologi Penelitian
    • Alat
    • Bahan
  • Pelaksanaan Penelitian
    • Pembuatan Pereaksi
    • Pemeriksaan Bahan Tambahan
    • Pembuatan Orally Disintegrating Film (ODF)
    • Evalusi Orally Disintegrating Film (ODF)
  • Analisis Data

Klorfeniramin maleat (CTM), hidroksipropil metilselulosa (HPMC), sukrosa, gliserin, propilen glikol (PG), polietilen glikol 400 (PEG 400), dan nipagin meliputi uraian, kelarutan dalam air dan etanol berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (1995), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014) dan Rowe et al (2009). Klorfeniramin maleat (CTM) dan sukrosa dilarutkan dalam aquades hingga larut, kemudian nipagin dilarutkan dalam beberapa tetes etanol 70% lalu dicampurkan pada larutan sebelumnya dan diaduk hingga homogen. Polimer HPMC K4M dilarutkan dalam larutan campuran dan setelah larut sempurna, larutan dibiarkan mengembang selama 10 menit.

Plasticizer (gliserin, PEG 400 dan PG) masing-masing ditambahkan ke dalam larutan sambil diaduk hingga homogen, kemudian ditambahkan sisa aquades sambil diaduk hingga homogen. Evaluasi bobot film dilakukan dengan menimbang enam film satu per satu pada setiap formula dan menghitung nilai rata-ratanya (Galgatte et al., 2013). Klorfeniramini maleat (CTM) murni sebanyak 10 mg ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan dilarutkan dalam 100 ml HCl 0,1 N sampai tanda batas dan dihomogenisasi hingga diperoleh konsentrasi 100 μg/ml (Rivai et al. ., 2017).

Panjang gelombang serapan maksimum diukur dengan menimbang 10 mg klorfeniramin maleat (CTM) murni kemudian dilarutkan dengan 100 ml HCl 0,1 N. Uji presisi dilakukan pada tingkat keterulangan dengan mengukur kadar klorfeniramin maleat (CTM) dengan konsentrasi 10 µg/ml, 15 µg/ml, dan 20 µg/ml, pada 3 waktu berbeda dalam sehari (intraday) dalam satu hari. pagi, siang dan sore hari dengan pengulangan masing-masing 3 kali (Rivai dkk,. 2017). Satu lembar film dilarutkan dalam HCl 0,1 N dalam labu ukur 50 ml dan diisi sampai tanda batas, 1,5 ml larutan masukan dipipet ke dalam labu ukur 10 ml lalu diisi sampai tanda batas dengan HCl 0,1 N.

Cara kedua adalah cara petridish, 2 ml air dituangkan ke dalam cawan petri, film diletakkan di atas permukaan air. Alat di atas nampan dimasukkan ke dalam alat sebanyak 36 lembar film berukuran 2cm x 2cm, kemudian alat ditutup dan alat akan secara otomatis mengukur kadar air pada suhu 105˚C selama 5 menit dan hasilnya akan ditampilkan di ekspres. layar monitor dalam %MC (Kholidah et al., 2014).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengkajian waktu hancur orally disintegrasi film (ODF) chlorpheniramine maleate (CTM) dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode slide frame dan metode petridial, dimana hasil dari kedua metode yaitu metode slide frame adalah diperoleh mean ± SD yaitu F1 = 38,33 detik ± 3,07, F2 = 52,16 detik ± 3,43 dan F3 = 43,33 detik ± 3,72.

Pembahasan

HPMC merupakan salah satu polimer yang paling banyak digunakan karena dapat membentuk film yang baik, transparan, kuat, fleksibel dan mudah dipegang (Nagar et al., 2011). Pemilihan pasticizer akan bergantung pada jenis plasticizer dan juga pelarut yang digunakan (Saini dkk. Penurunan nilai pH sediaan oral biasanya disebabkan oleh oksidasi dengan adanya oksigen dari atmosfer dan cahaya, serta keberadaan mikroorganisme (Martin et al., 2013).

Higroskopisitas merupakan kemampuan suatu bahan dalam menyerap uap air dari lingkungan (Widyaningsih et al., 2012). Evaluasi ketebalan film berfungsi untuk mengetahui keseragaman ketebalan film yang dihasilkan.Ketebalan yang diperoleh menunjukkan keseragaman larutan film yang dituangkan ke dalam cetakan (Shirsand et al., 2012). Hasil estimasi ketebalan film mempengaruhi jumlah material, dimana semakin tebal ODF yang diperoleh maka semakin tinggi konsentrasi material yang digunakan sehingga mengakibatkan ketebalan ODF semakin meningkat (Gontard et al., 1993).

44 Secara umum kisaran kadar bahan aktif yang terkandung dalam sediaan tidak kurang dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari keterangan label (Saini et al., 2012). Pemeriksaan waktu hancur bertujuan untuk mengetahui waktu yang diperlukan sediaan ODF untuk hancur atau larut (Desu et al., 2013). Konsentrasi dan jenis plasticizer yang digunakan tidak banyak berpengaruh terhadap waktu hancur film (Galgatte et al., 2013).

Kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan ODF mudah rapuh, namun jika kadar air terlalu tinggi akan menyebabkan tumbuhnya bakteri (Mukherjee et al., 2005). Perpanjangan putus berbanding lurus dengan modulus Young dan berbanding terbalik dengan persen perpanjangan (Setiani et al., 2013).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

Investigational films Various polymers, plasticizers and superdisintegrants alone and in combination for use in the formulation of fast-dissolving oral films. Formulation and development of fast-dissolving Meloxicam tablets by solid dispersion technique for effective treatment of dental pain. Formulation and optimization of bisoprolol fumarate oral fast dissolving film with combination of HPMC E15 and maltodextrin as matrix polymers.

Formulasi dan optimalisasi komposisi HPMC-E5 dan maltodekstrin sebagai film salbutamol sulfat yang cepat larut dengan desain faktorial. Hasil penyelidikan persen elongasi, elongasi putus dan modulus Young of oral disintegrasi film (ODF) chlorpheniramini maleate (CTM). 68 Perhitungan Persen Perpanjangan, Tegangan Putus dan Modulus Young dari Orally Disintegrasi Film (ODF) Chlorpheniramini Maleate (CTM).

Data validasi batas deteksi (LOD) dan batas kuantifikasi (LOQ) untuk spektrometri Uv-Vis chlorpheniramine maleate (CTM) orally disintegrating film (ODF). ANOVA menghasilkan persen pemanjangan, tegangan putus, dan modulus Young of oral disintegrasi film (ODF) klorfeniramin maleat (CTM).

Gambar  3. Zat Aktif Chlorpheniramine Maleat (CTM)
Gambar 3. Zat Aktif Chlorpheniramine Maleat (CTM)

Gambar

Gambar 1. Struktur Chlorpheniramini Maleate (CTM)  Rumus molekul  : C 16 H 19 CIN 2 .C 4 H 4 O 4
Gambar  3. Zat Aktif Chlorpheniramine Maleat (CTM)
Gambar 2. Data Zat Aktif Chlorpheniramine Maleat (CTM)
Gambar 4. Sediaan Orally Disintegrating Film (ODF) Chlorpheniramini  Maleate (CTM)
+7

Referensi

Dokumen terkait