153
P-ISSN : 2720-9210
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP MOTIVASI KERJA PADA PEGAWAI DINAS KOMUNIKASI,
INFORMATIKA DAN PERSANDIAN ACEH Rilda ningsih, Ilyas2, m.bakri3, Nasir4, Zakaria5
1,2,3,4,5Ekonomi Manajemen, Universitas Serambi Mekkah, Jl. Unmuha, Bathoh, Banda Aceh – Indonesia
*Email: [email protected]
Diterima : 3 Februari 2021 Disetujui : 29 Februari 2021
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial dan kepemimpinan transformasional terhadap motivasi kerja pegawai pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh. Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh yang berlokasi di kota Banda Aceh, dengan objek penelitian adalah dukungan sosial dan kepemimpinan transformasional terhadap motivasi kerja pegawai pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh. Populasi penelitian ini berjumlah 97 orang pegawai, penentuan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik sensus, sehingga penetapan sampel dalam penelitian ini berjumlah 97 orang responden. Dalam penelitian ini metode analisis data yang di gunakan adalah metode analisis regresi linear berganda (Multiple Linear Regression). Hasil penelitian berdasarkan uji F (secara simultan) di peroleh nilai probabilitas F sebesar 70,044 sedangkan nilai kritis F pada tingkat signifikan α = 5% adalah 3,090. Hal ini memperlihatkan bahwa nilai probabilitas F > nilai kritis, dengan tingkat signifikansi 0.000. Hasil perhitungan ini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa menerima hipotesis Ha dan menolak hipotesis Ho, artinya bahwa variabel dukungan sosial (X1) dan kepemimpinan transformasional (X2), secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pegawai pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh.
Artinya secara keseluruhan responden menyatakan setuju terhadap indikator yang di teliti, dengan demikian dukungan sosial dan kepemimpinan transformasional dapat meningkatkan motivasi kerja pegawai pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh. Hasil pengujian statistik secara parsial juga menunjukkan bahwa variabel dukungan sosial berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh, dengan nilai probabilitas t > nilai kritis (5,958
>2,1985). Selanjutnya variabel kepemimpinan transformasional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh, dengan nilai probabilitas t > nilai kritis (5,659>2,1985)
Kata Kunci: Dukungan Sosial, Kepemimpinan Transformasional dan Motivasi Kerja
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Pesatnya kemajuan Teknologi, Informatika dan Komunikasi (TIK) telah mendorong perluasan jaringan akses informasi dan komunikasi dalam lingkup global, sehingga komunikasi dan lalu lintas informasi menjadi seolah-olah tanpa batas kewilayahan, tanpa batas negara, tanpa batas jarak dan waktu.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang demikian pesat tersebut telah mendorong peran strategis informasi sebagai suatu modal dasar pembangunan. Berbagai potensi keunggulan lokal seperti keindahan alam, iklim dan sumber daya hayati baik perkebunan, perikanan, kehutanan, sumber daya mineral dan pertambangan serta keragaman budaya dan bahasa jika dikemas sebagai produk informasi yang tepat akan menjadi sumber kegiatan ekonomi yang tiada batasnya dan berdaya saing tinggi. Keunggulan khas tersebut dapat menjadi database informasi yang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Proses komunikasi dan penyebaran informasi yang dipercepat menjadi ciri masyarakat baru ini menyebabkan keberadaan teknologi komunikasi dan informasi menjadi bersifat mutlak. Perkembangan dan kemajuan tersebut secara mendasar telah mengubah dan mentransformasikan pola hidup dan cara dalam melakukan berbagai kegiatan, termasuk di bidang pemerintahan. Penggunaan teknologi informasi di lingkungan pemerintah baik di pusat, provinsi maupun kabupaten/kota telah mengalami kemajuan pesat. Pada tataran birokrasi, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi trend baru, diawali dengan munculnya isu electronic government (e-Gov) yaitu pemerintahan yang berbasis elektronik. Saat ini, kemampuan daerah dalam
P-ISSN : 2720-9210
mengembangkan, memanfaatkan dan menerapkan pengetahuan termasuk teknologi akan menjadi kunci keberhasilan pembangunan. Oleh karenanya, pengembangan inovasi daerah yang sistematis menjadi sangat penting dan penentu keberhasilan menuju era ekonomi (knowledge economy) dan masyarakat yang berpengetahuan (knowledge society). Dewasa ini motivasi kerja merupakan suatu masalah yang unik untuk dibahas karena menyangkut beberapa faktor-faktor yang perlu diteliti lebih lanjut. Hal ini dikarenakan kebutuhan suatu organisasi terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki motivasi kerja yang tinggi guna mencapai hasil yang diinginkan baik itu kualitas pelayanan yang diberikan maupun kualitas kerja yang dihasilkan. Motivasi karyawan dalam organisasi juga sangatlah penting selain budaya organisasi, karena motivasi yang rendah dapat mempengaruhi hasil kerja yang dicapai. Pada dasarnya motivasi dapat memacu pegawai untuk bekerja keras sehingga dapat mencapai tujuan. Motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam suatu perusahaan atau organisasi, karena motivasi akan menggerakkan orang-orang untuk melakukan sesuatu lebih bersemangat, namun bagaimanapun juga, pegawai tidak terlepas dari kebutuhan-kebutuhannya, dan untuk itu perlu diperhatikan oleh organisasi dalam memotivasi pegawai untuk tetap bekerja lebih produktif. Instansi dan pegawai pada hakekatnya dua elemen yang saling membutuhkan.
Pegawai merupakan aset perusahaan atau organisasi karena tanpa adanya sumber daya manusia maka perusahaan/organisasi tidak akan bisa berjalan, begitu juga pegawai. Salah satu strategi pengelolaan sumber daya manusia yang dilakukan perusahaan/organisasi adalah dengan melakukan sistem perilaku kepemimpinan, iklim organisasi, dan juga meningkatan motivasi kerja pegawai. Motivasi kerja sangat penting bagi pegawai karena dengan motivasi kerja diharapkan individu pegawai mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh pada umumnya masih menggunakan motivasi kerja pegawai sebagai tolak ukur untuk mengendalikan perilaku para pegawainya, membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kenaikan gaji, pemberian bonus, promosi dan penempatan pegawai pada posisi yang sesuai serta mengetahui kebutuhan dari lingkungan kerja yang bersangkutan. Didalam Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh memiliki suatu ketetapan bahwa pemberian motivasi kerja dapat dilakukan dengan pelaksanaan melalui diskusi atasan dan bawahan sesuai pencapaian dan dampak bagi organisasi. Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan (Hasibuan, 2016:141). Motivasi juga berkaitan dengan kebutuhan, kita sebagai manusia selalu mempunyai kebutuhan yang diupayakan untuk dipenuhi. Untuk mencapai keadaan termotivasi, maka kita harus mempunyai tindakan tertentu yang harus dipenuhi, dan apabila kebutuhan itu terpenuhi, maka muncul lagi kebutuhan-kebutuhan yang lain hingga semua orang termotivasi. Perlunya mengetahui motivasi merupakan salah satu alasan penting meskipun penelitian tentang motivasi yang dilakukan manusia relatif terlambat. Ketidakingintahuan tentang motivasi menggejala sehingga penelitian tersebut tidak perlu dilaksanakan dan menunjukkan nilai kebenaran yang jelas. Bahkan, seringkali hasilnya terlihat mengagumkan, atau diabaikan apabila dianggap tidak praktis untuk diterapkan atau dipresentasikan. Sumber daya manusia dalam suatu organisasi mempunyai peranan yang sangat penting. Karena tujuan dalam suatu organisasi dapat berhasil atau tidak tergantung dari faktor manusia yang berperan merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan, organisasi yang bersangkutan.
Sumber daya manusia merupakan komponen utama suatu organisasi yang menjadi pelaku aktif dalam setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai peranan, perasaan, keinginan, status, latar belakang pendidikan, usia, dan jenis kelamin. Namun demikian, tidak dapat disangkal bahwa tidak semua pekerja dapat memberikan yang terbaik bagi organisasi sehingga pencapaian tujuan dapat dilakukan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi motivasi kerja pegawai, diantaranya dukungan social, dimana dukungan sosial menurut Vigoda dan Talmud, P. (2015) adalah suatu transaksi interpersonal yang melibatkan affirmation (bantuan) dalam bentuk dukungan emosi, dukungan penilaian, dukungan informasi, dan dukungan instrumen yang diterima individu sebagai anggota jaringan sosial, juga bisa dikatakan bahwa dukungan sosial juga merupakan bantuan yang diperoleh dalam hubungan interpersonal yang dibutuhkan dalam menunjang kelancaran organisasi. Sedangakan menurut Fadhilah (2015), dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai ketersediaan bantuan baik itu yang berasal dari supervisor, rekan kerja, anggota keluarga Dukungan sosial (social support) merupakan suatu hal yang bisa menjadi sumber-sumber positif yang ada di sekitar individu, dikarenakan dukungan sosial dapat mengurangi beban atau permasalahan yang dihadapi seseorang sehingga dapat dikatakan bahwa dukungan sosial merupakan model dukungan yang dihasilkan dari interaksi pribadi yang melibatkan salah satu atau lebih aspek emosi, penilaian, informasi, dan instrumen sehingga dapat mereduksi beban yang diterima individu.
Menurut House, Deeter dan Ramsey dalam Fadhilah (2015) jika seseorang memiliki dukungan sosial yang baik maka dia dapat meredam stres yang terjadi dalam pekerjaan mereka. Sehingga apabila seorang pegawai memiliki dukungan sosial yang tinggi maka akan dapat mengelola stres kerja yang dihadapinya dengan baik dan memandang stres kerja dengan cara yang berbeda dalam berkomitmen didalam organisasi sehingga dapat memberikan dampak yang positif terhadap sesama pegawai, atasan maupun organisasi yang
155
P-ISSN : 2720-9210
peran pegawai dalam menunjang keberhasilan dalam setiap program kerja yang berintegritas dan berkualitas. Hal ini dapat dilihat dari berbagai upaya Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh dalam meningkatkan dan menyempurnakan kebijaksanaan pengembangan dan pendayagunaan SDM. Salah satu tujuan pokok pembinaan kepegawaian adalah terbinanya pegawai dengan tingkat disiplin kerja tinggi yang merupakan kunci keberhasilan dalam mewujudkan tugas-tugas fungsi Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh yang cenderung meningkat seiring perkembangan kegiatan program kerja yang yang akan dijalankan dalam segala aspek kehidupan, baik dalam pengaturan, penyelenggaraan maupun dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Konsekuensi logis dalam hal tersebut di atas adalah bahwa pegawai harus lebih produktif, kaya akan ide-ide cemerlang, gagasan positif yang hanya akan terwujud dengan adanya dukungan sosial dikalangan pegawai yaitu adanya sikap mental dan kesadaran diri segenap pegawai dalam pelaksanaan keseluruhan aktifitas pembangunan untuk memenuhi segenap norma- norma, ketentuan-ketentuan dan peraturan undang-undang yang berlaku dilingkungan masyarakat yang luas dan kompleks. Dukungan sosial diperlukan pegawai untuk mengurangi terjadinya penurunan komitmen organisasional pada pegawai Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh terhadap organisasi, sehingga apabila dukungan sosial sangat rendah, maka organisasi menjadi kurang efektif dalam melaksanakan berbagai sasaran yang telah ditetapkan dalam penyelenggaraan program kerja yang berintegritas. Disamping itu, penelitian ini juga didasarkan dan didukung oleh isu yang berkembang dan terjadi khususnya di lingkungan pegawai Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh, yang mana dukungan sosial tidak bisa dipisahkan dan mempengaruhi kehidupan organisasional dari fenomena di atas menunjukkan adanya kesan umum yang negatif terhadap lingkungan sosial didalam kacamata anggota organisasi. Dukungan sosial dapat berasal dari lingkungan kerja itu sendiri, yaitu rekan kerja dan atasan, serta berasal dari luar lingkungan kerja seperti keluarga dan juga teman. Faktor lain yang dapat meningkatkan motivasi kerja pegawai adalah kepemimpinan transformasional, dimana kepemimpinan transformsional menurut Robbins (2017:472) yaitu pemimpin yang menginspirasi para pengikut untuk melampaui kepentingan pribadi mereka dan yang mampu membawa dampak mendalam dan luar biasa pada para pengikutnya, sedangkan Yulk (2017:305) menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan pemimpin yang dapat membawa para pengikutnya merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan mereka dan dapat termotivasi untuk melakukan lebih dari apa yang diharapkan dari mereka. Tentunya dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya tersebut, pemimpin sangat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan para pemimpin sangat tergantung dari kebutuhan organisasi dan situasi yang dihadapinya, diera serba individual dan iklim organisasi yang dinamis seperti saat ini sangat dibutuhkan sosok seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang mampu memotivasi anggotanya dan membangkitkan kesadaran terhadap tujuan atau misi kelompok serta mampu mengajak anggotanya melihat jauh ke depan melebihi kepentingan pribadi demi kebaikan kelompok. Kepemimpinan seperti inilah yang disebut dengan gaya kepemimpinan transformasional (Bass dan Avolio, 2016: 122). Seorang yang dapat dikatakan sebagai pemimpin dengan gaya transformasional akan mengarahkan pengikutnya ke nilai moral yang baik, dapat mengarahkan pengikutnya untuk dapat berkomitmen pada nilai-nilai organisasi, dapat menghargai pengikutnya, mendorong pengikutnya bersikap kreatif dan menginspirasi pengikutnya untuk mencapai tujuan (Politis, 2014). Karenanya, sesungguhnya seorang pemimpin harus dapat meramalkan masa depan suatu organisasi, mengarahkan anggotanya untuk dapat berkomitmen dan mencapai tujuan organisasi. Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh memerlukan pemimpin yang diharapkan dapat menjalankan fungsinya untuk mempermudah berbagai keperluan dan kepentingan mereka yaitu orang- orang yang dipimpinnya sehingga mereka merasa, bahwa kehadiran sosok pemimpin tersebut tepat sebagai suatu solusi dari permasalan yang mereka hadapi dalam mengembangkan organisasi bukannya menambah permasalahan didalam organisasi. Serta sosok seorang pemimpin harus dapat memberikan gambaran tujuan utama yang jelas mengenai apa yang akan dicapainya untuk perkembangan organisasi kepada seluruh anggota organisasi sehingga para anggotanya dapat bersatu dalam mencapai tujuan bersama dan mengesampingkan berbagai tujuan individu yang bertolak belakang dengan tujuan organisasi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah dukungan sosial dan kepemimpinan transformasional secara simultan berpengaruh terhadap motivasi kerja pada pegawai Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh.
2. Apakah dukungan sosial secara parsial berpengaruh terhadap motivasi kerja pada pegawai Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh.
3. Apakah kepemimpinan transformasional secara parsial berpengaruh terhadap motivasi kerja pada pegawai Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh.
P-ISSN : 2720-9210
1.4. Manfaat
Berdasarkan tujuan penelitian sebelumnya, maka manfaat penelitian adalah:
a. Sebagai masukan dan informasi bagi Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh didalam pengeloaan organisasi secara optimal, khususnya yang berhubungan dengan dukungan sosial, kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja.
b. Menambah pemahaman kontekstual khususnya tentang kehidupan organisasional yang berhubungan dengan dukungan sosial, kemimpinanan transformasional dan motivasi kerja bagi pegawai Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh.
c. Sebagai salah satu tambahan bukti empiris yang mendukung berbagai hasil penelitian sebelumnya yang menguji teori perilaku organisasional khususnya dukungan sosial, kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja.
2. Metode Penelitian
2.1 Pengertian Motivasi Kerja
Wahjosumidjo (2016: 177) menyatakan motivasi adalah pendorong kerja yang timbul dalam diri seseorang untuk bertingkah laku tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan Siagian (2017:
138) menjelaskan bahwa motivasi adalah kemauan seseorang bawahan untuk mengarahkan kemauan, keahlian dan keterampilannya dalam bekerja. Motivasi kerja karyawan sangat erat kaitannya dengan sifat dan kemauan karyawan untuk menyelesaikan semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Karyawan akan memiliki sifat untuk bekerja keras apabila didorong oleh faktor-faktor yang dapat memenuhi cita-citanya. Robbins (2017: 198) mengemukakan motivasi sebagai suatu kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi kearah tujuan-tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan untuk memenuhi suatu kebutuhan individual yang tidak terpuaskan. Dalam hal ini menciptakan ketegangan yang merangsang dorongan-dorongan dalam diri individu dan menimbulkan suatu perilaku pencarian untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu, yang tercapai akan memenuhi kebutuhan dan mendorong pengurangan ketegangan.
2.2 Dukungan Sosial
Dukungan sosial adalah suatu transaksi interpersonal yang melibatkan affirmation (bantuan) dalam bentuk dukungan emosi, dukungan penilaian, dukungan informasi, dan dukungan instrumen yang diterima individu sebagai anggota jaringan sosial (House dan Wells dalam Vigoda dan Talmud, P. (2015). Bisa dikatakan bahwa dukungan sosial juga merupakan bantuan yang diperoleh dalam hubungan interpersonal yang dibutuhkan dalam menunjang kelancaran organisasi.
2.3 Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Motivasi Kerja
Pemimpin transformasional dapat mengubah dan memotivasi pengikutnya dengan membuat mereka lebih menyadari pentingnya hasil tugas, membujuk mereka untuk mementingkan kepentingan tim atau organisasi mereka dibandingkan dengan kepentingan pribadi serta memberikan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan demikian kepemimpinan transformasional lebih meningkatkan motivasi dan prestasi kerja para pengikutnya (Yulk, 2017:305). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suseno dan Sugiyanto (2015) tentang pengaruh dukungan sosial dan kepemimpinan transformasional terhadap komitmen organisasi dengan motivasi kerja sebagai variabel mediator. Dari hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa kepenimpinan transformasonal berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja. Demikian halnya penelitian yang dilakukan oleh Sibali (2016) tentang pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap motivasi kerja pada PT. Berau Coal, Samarinda, dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap terhadap motivasi kerja karyawan. Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana landasan teori yang telah dijabarkan berhubungan secara logis dengan berbagai faktor yang diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sekaran, 2016:12).
157
P-ISSN : 2720-9210
3. Rancangan Analisis Data 3.1 Rancangan Analisis Data
Analisis Menurut Sugiyono (2016:277) analisis regresi linear berganda digunakan untuk menaksir bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel dependen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Bila dijabarkan secara matematis bentuk persamaan dari regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
Uji Validitas menyatakan bahwa instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian dapat digunakan atau tidak. Menurut Sugiyono (2016:121) menyatakan bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Valid menunjukan derajat ketepatan antara data sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti.
Dalam penelitian ini, penentuan validitas dapat dilakukan dengan mencari nilai korelasi skor masing- masing item dengan skor total item untuk setiap variabel. Kemudian nilai rhitung yang diperoleh dari korelasi tersebut dibandingkan dengan nilai rtabel pada tingkat keyakinan 95 persen. Menurut Suliyanto (2017:149) menyatakan, apabila nilai rhitung>rtabel item pernyataan tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya apabila nilai rhitung<rtabel maka item pernyataan tersebut tidak valid
.
Uji reliabilitas menyatakan bahwa apabila instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Menurut Sugiyono (2016:122) reliabilitas adalah derajat konsistensi atau keajengan data dalam interval waktu tertentu. Setiap alat ukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil yang konsisten. Untuk melihat reabilitas masing-masing instrument yang digunakan, penulis mengemukakan koefisien cornbach’s alpha ( ) dengan menggunakan fasilitas SPSS versi 22. Suatu suatu instrument dikatakan reliabel jika nilai cornbach’s alpha ( ) lebih besar dari 0,6.
Menurut Arikunto (2016:82) uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data. Pada dasarnya, uji normalitas adalah membandingkan antara data yang kita miliki dan data berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama dengan data kita. Uji normalitas dapat dihitung dengan bantuan program SPSS. Hasil dari pengujian normalitas pada SPSS dapat dilihat melalui tabel output test ofnormality pada kolom sig kolmogorov-smirnov. Pedoman pengambilan keputusan yaitu: 1) Nilai Sig atau signifikansi atau nilai probabilitas <0,05 distribusi tidak normal, 2) Nilai Sig atau signifikansi atau nilai probabilitas >0,05 distribusi normal.
Menurut Sarjono dan Julianita (2015:53) Uji multikolineartitas bertujuan menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen. Hubungan linear
antar variabel inilah yang disebut dengan multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Cara untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala
multikolinieritas antara lain dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance,
apabila nilai VIF kurang dari 10 dan Tolerance lebih dari 0,1 maka dinyatakan tidak terjadi
multikolinieritas.
P-ISSN : 2720-9210
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil pengujian
Berdasarkan hasil Uji Analisis Koefisien Korelasi menunjukkan bahwa hubungan variabel Bebas (Produk, Harga, Uji validitas adalah bukti bahwa instrument, teknik, atau proses yang digunakan untuk mengukur sebuah konsep benar-benar mengukur sebuah konsep yang dimaksudkan. Menurut Sugiyono (2016:184) suatu indikator dikatakan valid, apabila n= 97 dan α = 0,05, maka rtable = 0,304 dengan ketentuan hasil rhitung> rtabel (0,304) valid dan hasil rhitung< rtabel (0,304) tidak valid. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil pengujian validitas dapat dilihat pada Tabel 4.2. di bawah ini :
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas
Berdasarkan Tabel 4.2, maka hasil pengujian vadilitas pada setiap variabel mempunyai nilai yang paling rendah, yaitu:
1. Variabel Motivasi Kerja Pegawai
Hasil pengujian validitas untuk variabel motivasi kerja pegawai yang terdiri dari 5 (lima) item pernyataan dilambangkan dengan kode item C1 hingga C5 menunjukkan rhitung terendah sebesar 0,642, angka ini lebih besar dari nilai rtabel (n=97) sebesar 0,202. Dengan demikian dapat diartikan seluruh item pernyataan yang berhubungan dengan variabel motivasi kerja pegawai dinyatakan valid.
2. Variabel Dukungan Sosial
Hasil pengujian validitas untuk variabel dukungan sosial yang terdiri dari 4 (lima) item pernyataan dilambangkan dengan kode item A11 hingga A14 menunjukkan rhitung terendah sebesar 0,570, angka ini lebih besar dari nilai rtabel (n=97) sebesar 0,202, sehingga seluruh item pernyataan yang berhubungan dengan variabel dukungan sosial dinyatakan valid.
3. Variabel Kepemimpinan Transformasional
Hasil pengujian untuk variabel kepemimpinan transformasional yang terdiri dari 4 (empat) item pernyataan dilambangkan dengan kode item B21 hingga B24, menunjukkan nilai rhitung terendah sebesar 0,660, angka ini lebih besar dari nilai rtabel (n=97) sebesar 0,202, sehingga dapat diartikan bahwa seluruh item pernyataan yang berhubungan dengan variabel kepemimpinan transformasional dinyatakan valid. Berdasarkan uraian sebelumnya, jelaslah bahwa seluruh item pernyataan yang terdapat pada masing-masing variabel dependen yaitu motivasi kerja pegawai dan variabel independen yaitu dukungan sosial dan kepemimpinan transformasional dinyatakan valid, yang berarti kuesioner yang digunakan untuk pengumpulan data dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Keandalan (reliability) suatu pengukuran menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut dilakukan tanpa ada kesalahan. Menurut Ghozali (2011:48) pengukuran reliabilitas dalam penelitian adalah Cronbach Aplha (α) > 0.60. Hasil dari uji statistik Cronbach Aplha (α) >0.60 akan menentukan instrument yang digunakan dalam penelitian ini reliabel digunakan atau tidak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3. di bawah ini :
159
P-ISSN : 2720-9210
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas
Berdasarkan Tabel 4.3 bahwa Cronbach alpha untuk masing-masing variabel dapat dilihat dari beberapa variabel yaitu motivasi kerja pegawai (Y) diperoleh nilai Cronbach alpha sebesar 0,756, variabel dukungan sosial (X1) diperoleh nilai Cronbach alpha sebesar 0,625 dan variabel kepemimpinan transformasional (X2) diperoleh nilai Cronbach alpha sebesar 0,674. Dengan demikian pengukuran reliabilitas terhadap variabel penelitian menunjukkan bahwa pengukuran kehandalan memenuhi kredibilitas Cronbach Alpha di mana nilai Cronbach Alpha >0.60.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil regresi linier berganda bahwa besarnya hasil koefesien regresi, korelasi dan determinasi untuk variabel dukungan sosial dan kepemimpinan transformasional secara simultan berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh. Nilai konstanta (α) sebesar 2,644 artinya jika dukungan sosial dan kepemimpinan transformasional dianggap konstan, maka besarnya motivasi kerja pegawai pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh adalah sebesar 2,644 pada satuan skala likert. Hasil koefisien dukungan sosial (X1) sebesar 0,598 artinya bahwa setiap perubahan 1% dalam variabel dukungan sosial, maka secara relatif akan mempengaruhi motivasi kerja pegawai pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh sebesar 59,8%; maka semakin tinggi dukungan sosial maka akan semakin mempengaruhi motivasi kerja pegawai pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh. Sedangkan hasil koefisien regresi kepemimpinan transformasional (X2) sebesar 0,503 artinya bahwa setiap 1 % perubahan dalam variabel kepemimpinan transformasional, maka secara relatif akan mempengaruhi motivasi kerja pegawai pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh sebesar 50,3%; dengan demikian semakin tinggi kepemimpinan transformasional maka akan semakin mempengaruhi motivasi kerja pegawai pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh.
Berdasarkan hasil analisis regresi dapat disimpulkan bahwa dari ke dua variabel bebas yaitu dukungan sosial dan kepemimpinan transformasional ditemukan bahwa variabel dukungan sosial berpengaruh paling besar dibandingkan dengan variabel kepemimpinan transformasional terhadap motivasi kerja pegawai pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh, hal ini dibuktikan oleh nilai koefisien regresi variabel dukungan sosial paling besar dibandingkan dengan nilai koefisien regresi pada variabel kepemimpinan transformasional . Hasil koefisien korelasi (R) sebesar 0,774 yang menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 77,4% artinya motivasi kerja pegawai pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh mempunyai hubungan yang erat dan positif dengan dukungan sosial dan kepemimpinan transformasional. Sedangkan hasil korelasi determinasi (R2) sebesar 0,598 artinya dukungan sosial dan kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh sebesar 59,8% dan sisanya sebesar 40,2% dijelaskan oleh variabel lain diluar dari pada penelitian ini.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Vigoda dan Talmud
(2015) dengan judul penelitian pengaruh politik organisasional dan dukungan sosial terhadap
motivasi kerja yang dimediasi oleh modal sosial, dari hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan
bahwa dukungan sosial berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja karyawan, sehingga
variabel dukungan sosial berperan penting dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan, demikan
juga penelitian yang dilakukan oleh Sibali (2016) dengan judul penelitian pengaruh gaya
kepemimpinan transformasional terhadap motivasi kerja pada PT. Berau Coal, Samarinda, dimana
hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap
terhadap motivasi kerja karyawan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Suseno dan
Sugiyanto (2015) dengan judul pengaruh dukungan sosial dan kepemimpinan transformasional
terhadap komitmen organisasi dengan motivasi kerja sebagai variabel mediator. Dari hasil
penelitian ini dapat dijelaskan bahwa dukungan sosial dan kepemimpinan transformasional
berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja.
P-ISSN : 2720-9210
4. Kesimpulan
4.1. Kesimpulan dan saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Dukungan sosial dan kepemimpinan transformasional secara simultan berpengaruh terhadap motivasi kerja pegawai pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh, dimana koefisien regresi dukungan sosial sebesar 0,598, maka secara relatif akan meningkatkan motivasi kerja pegawai pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh sebesar nilai koefesien regresinya yaitu 59,8%.
2. Dukungan sosial secara parsial berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pegawai pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh, dimana koefisien regresi kepemimpinan transformasional sebesar 0,503, maka secara relatif akan meningkatkan motivasi kerja pegawai pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh sebesar nilai koefesien regresinya yaitu 50,3%.
3. Kepemimpinan transformasional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pegawai pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh.
4. Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan bahwa hubungan (korelasi) antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 77,4% artinya dukungan sosial dan kepemimpinan transformasional pegawai pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh mempunyai hubungan yang erat dan positif dengan motivasi kerja pegawai.
5. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,598, artinya sebesar 59,8% perubahan dalam variabel motivasi kerja pegawai dapat dijelaskan oleh perubahan dalam dukungan sosial dan kepemimpinan transformasional. Sisanya yaitu sebesar 40,2% dijelaskan oleh variabel lain diluar dari pada penelitian ini.
5. Daftar Pustaka
[1] Aarons, Gregory. (2015). Transformational and Transactional Leadership: Association With Attitudes Toward Evidence-Based Practice. Journal Psychiatric, Vol 57 No 8.
[2] Allen, N.J. dan Meyer J.P. (2015). The Measurement and Antecendents of Affective, Continuance and Normative Commitment to The Organization, Journal of Occupational Psychology. Vol.63.
No.1.
[3] Arikunto, Suharsimi (2016). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktek. Edisi Revisi.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
[4] Ayoko, Oluremi dan Victor Callan. (2015). The Role Of Transformational And Emotional Leadership In The Relationship Between Conflict And Team Outcomes, 22nd Annual international Association Of Conflict Management Conference Kyoto, Japan.
[5] Bass, B.M. and Avolio, B.J., (2016), Improving Organizational Effectiveness through Transformational Leadership, Sage: Thousand Oaks.
[6] Butler, C. J dan Chinowsky, P.S. (2016). Emotional Intelligence and Leadership Behavior in Construction Executives. Journal of Management in Engineering. Vol 22 No 13.
[7] Cahyasumirat, Gunawan. (2015). Pengaruh Profesionalisme Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Internal Aditor, Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pada Internal Auditor PT. ABC). Journal of Management. Vol. 2, No.1 Tahun 2010.
[8] Cropanzano, R., Prehar, C. A., & Chen, P. Y. (2015). Using social exchange theory to distinguish procedural from interactional justice. In Journal of Group and Organization Management, Vol.27, No.3.
[9] Dyan S, Catarina. (2015). Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Proyek Konversi Energi Batubara PT Petrokimia Gresik). Tes is, Malang: Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.
[10] Elliot. (2015). Emotional Intelligence – Based Leadership, Graduate Management Review, p. 23 – 26.
[11] Fadhilah, M. L. (2015). Analisis Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja dengan Dukungan Sosial Sebagai variabel Moderating. Journal of Management. Vol.1, No. 2.
[12] Ferris, G. R., Adams, G., Kolodinsky, R. W., Hochwarter, W., & Ammeter, A. P. (2015). Journal of Perceptions of organizational politics: Theory and research directions. In F. J. Yammarino &
F. Dansereau (Eds.). The many faces of multi-level issues. Vol.14, No.6, pp. 179–254.
[13] Flippo, Edwin, B (2016) Manajemen Personalia, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
161
P-ISSN : 2720-9210
[14] Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Audit Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegora.
[15] Hasibuan, Malayu S.P. (2016) Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas, Jakarta: Cet Pertama Balai Seksama.
[16] Hochwarter, W. A., Kacmar, C., Perrewé, P. L., & Johnson, D. (2015). Perceived Organizational Support As a Mediator of The Relationship Between Politics Perceptions and Work Outcomes.
Journal of Organizational Behavior. Vol.63, No.3, pp.438-456.
[17] Locke, E. A. (2016). Esensi Kepemimpinan: Empat Kunci Memimpin Dengan Penuh Keberhasilan (Terjemahan). Mitra Utama: Jakarta.
[18] Mc. Clelland, D.C. (2007). The Achieving Society. New York: The Free Press.
[19] Murtiningrum, Afina. (2016). Analisis Pengaruh Konflik Pekerjaan-Keluarga Terhadap StresKerja Dengan Dukungan Sosial Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal manajemen dan Bisnis.
Vol. 2, No. 2.
[20] Politis, John. (2015). Transformational and Transactional Leadership Predictors of the
‘Stimulant’ Determinants to Creativity in Organisational Work Environments. Electronic Journal of Knowledge Management, Voll 2 (23-34).
[21] Ranupandojo dan Suad Husnan (2015) Manajemen Personalia. Jakarta: Rineka Cipta [22] Resdi, B. (2020). Kepemimpinan Transformasional. http://www.google.com.
[23] Rivai, Veithzal. (2016). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
[24] Robbins, Stephen P. (2017). Perilaku Organisasi. Jakarta: Indeks.
[25] Robbins, Stephen dan Timothy Judge. (2012). Perilaku Organisasi (Organizasional Behavior).
Jakarta: Salemba Empat.