PENDAHULUAN
Identifikasi Masalah
Beberapa pesantren telah melakukan gerakan sosial dan moral secara tertutup, lembaga multifungsi yang dipercaya sebagai lembaga pendidikan dan sebagai lembaga yang mengayomi masyarakat khususnya dalam gerakan sosial dan moral pesantren juga berkontribusi terhadap masyarakat, sebagai problem solver (menyelesaikan masalah). Dari berbagai permasalahan sosial yang ada di masyarakat), pesantren telah melakukan gerakan perubahan sosial dengan mendorong umat untuk menekuni kecerdasan keagamaan dalam berbagai bidang ruh. Dalam perspektif pendidikan Islam, melalui pendidikan Pesantren, Dakwah Islamiyah, Majlis Ta’lim, kelompok belajar, pembentukan yayasan/organisasi Islam, dengan jenjang mulai dari tingkat Raudlotul-Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (Mts), Madrasah Aliyah (MA), pendidikan Islam di keluarga atau di tempat ibadah, Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA), Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) dan lembaga lainnya. Selain itu, pesantren juga mendorong budaya literasi khususnya dalam memahami agama Islam.
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
KAJIAN TEORI
Gerakan Sosial
Sistem pendidikan di perumahan Islam dapat dipahami sebagai lembaga pengajaran dan pembelajaran agama, umumnya dengan cara yang non-klasik20, dimana seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh para ulama abad pertengahan, dan para santri tersebut biasanya tinggal di sana. di asrama (asrama) di asrama Islam. Untuk mengungkap asal muasal berdirinya hunian Islam di Indonesia, peneliti akan memulainya terlebih dahulu dari sejarah masuknya Islam ke nusantara. Hal inilah yang kemudian memunculkan pernyataan dan informasi mengenai historisisasi hunian Islam yang cenderung bias dan sangat beragam.
Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Syekh Maulana Malik Ibrahim merupakan salah satu tokoh Walisongo yang meletakkan dasar sistem pendidikan Islam di pesantren. Dengan demikian, kedua tokoh ini dapat dikatakan berperan dalam terbentuknya sistem pendidikan pesantren. Oleh karena itu tidak heran jika para santri merasa betah dan betah berada di pesantren dengan segala kesederhanaan yang dimilikinya.
Ada indikasi bahwa pesantren sebagai lembaga dan model pendidikan Islam tertua merupakan produk para ulama dakwah nusantara yang sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal. Selain itu kehidupan santri lebih banyak berhubungan dengan masyarakat sekitar pesantren, dan inilah ciri dan ciri pesantren dan lembaga pendidikan lainnya. Argumen yang digunakan pemerintah kolonial Belanda untuk menyingkirkan pendidikan pesantren yang sudah mendapat tempat di hati masyarakat adalah penyebaran opini negatif.
Selain itu, Belanda juga prihatin dengan munculnya gerakan nasionalis-Islam dengan dibentuknya persatuan rumah-rumah Islam dan organisasi pendidikan Islam. Kedua, para pejabat tinggi Jepang sering berkunjung dan tidak segan-segan membantu tempat tinggal Islam yang besar. Sejak awal kemerdekaan hingga dekade kedua, rumah tinggal Islam terus memposisikan diri sebagai alternatif sistem pendidikan seperti sekolah.
Nama Pengawas Pondok Pesantren adalah Subdirektorat Pembinaan Pondok Pesantren dan Madrasah (Subdit PP & MD) di bawah Direktorat Pembinaan Pesantren (Ditjen Bimbaga Islam) Kementerian Agama RI. Wahid Zaini, “Orientasi Pesantren Tradisional Pada Masyarakat Indonesia”, dalam Tarekat, Pesantren dan Budaya Lokal, (Surabaya: Sunan Ampel Press, 1999), hal.80.
Pemberdayaan Akhlakul Karimah
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kausal yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu gerakan sosial pesantren (X1), pemberdayaan akhlak (X2) terhadap pembentukan kesadaran sosial masyarakat belajar (Y). Masyarakat di lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah berasal dari berbagai daerah, umumnya merupakan pendatang dari berbagai daerah di dalam dan luar Provinsi Bengkulu. Umumnya masyarakat yang ada di lingkungan Pondok Pesantren Darussalam berasal dari berbagai penjuru, umumnya merupakan pendatang dari berbagai daerah di dalam dan luar Provinsi Bengkulu.
Masyarakat di lingkungan Pondok Pesantren Pancasila berasal dari berbagai daerah, umumnya merupakan pendatang dari berbagai daerah di dalam dan luar Provinsi Bengkulu. Masyarakat di lingkungan Pondok Pesantren Al Quran Harsallakum berasal dari berbagai kalangan, umumnya mereka adalah perantau dengan latar belakang yang berbeda-beda. Warga di Pondok Pesantren Ja`al Haq berasal dari berbagai kalangan, umumnya merupakan pendatang dari berbagai daerah di dalam dan luar Provinsi Bengkulu.
Pengaruh Gerakan Sosial Dan Penguatan Akhlak Karimah Dalam Pembentukan Kesadaran Sosial Masyarakat Belajar Di Kota Bengkulu. Penguatan Akhlak dan Akhlak Asrama Islam secara parsial berpengaruh signifikan dan positif terhadap pembentukan kesadaran sosial pada masyarakat belajar di kota Bengkulu karena nilai t hitung sebesar 10,807 lebih besar dari t tabel sebesar 1,978 dengan nilai p-value sebesar 0,000 kurang dari 0,05. Gerakan sosial dan penguatan moral dan etika pesantren secara bersama-sama memberikan dampak yang signifikan dan positif terhadap terbentuknya kesadaran sosial pada masyarakat belajar di kota Bengkulu.
Kerangka Berpikir
Hipotesis
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Februari sampai dengan tanggal 25 Mei 2020 di: 1. lingkungan masyarakat Pondok Pesantren Hidayatullah Kabupaten Surabaya 2. Penelitian dilakukan di lingkungan masyarakat Kota Bengkulu dan waktu penelitian diperkirakan dimulai dari Juli hingga Desember 2019.
Populasi dan Sampel
Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan kepatuhan terhadap hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS, diperoleh nilai mean dan standar deviasi variabel gerakan sosial. Prediktor : (Konstan), Pemberdayaan Akhlakul Karimah, Gerakan Sosial. Berdasarkan Tabel 12 diketahui koefisien determinasi (R2) antara gerakan sosial dan pemberdayaan akhlakul Karimah terhadap pembentukan kesadaran sosial pada masyarakat belajar Kota Bengkulu sebesar 0,487. Untuk mengetahui pengaruh gerakan sosial dan penguatan moral terhadap pembentukan kesadaran sosial pada masyarakat belajar Kota Bengkulu menggunakan analisis regresi linier berganda.
Dengan kata lain, terdapat pengaruh simultan antara gerakan sosial dan pemberdayaan moral. Konstanta regresi sebesar 14,946 menunjukkan jika skor gerakan sosial dan skor pemberdayaan moral dan moral bernilai 0, maka skor pembentukan kesadaran sosial pada masyarakat belajar di Kota Bengkulu adalah sebesar 14,946. Sedangkan koefisien regresi variabel gerakan sosial sebesar 0,047 yang menunjukkan bahwa jika nilai variabel bebas lainnya tetap dan skor gerakan sosial meningkat sebesar 1 poin, maka skor pembentukan kesadaran sosial pada masyarakat belajar di Kota Bengkulu akan meningkat sebesar 0,047. 0,047.
Koefisien regresi bertanda positif artinya terdapat pengaruh positif antara gerakan sosial dan pemberdayaan moral terhadap pembentukan kesadaran sosial pada masyarakat belajar di kota Bengkulu. Semakin tinggi skor gerakan sosial dan skor pemberdayaan moral maka semakin tinggi pula skor terbentuknya kesadaran sosial masyarakat belajar di Kota Bengkulu. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial gerakan sosial dan pemberdayaan moral terhadap pembentukan kesadaran sosial pada masyarakat belajar di kota Bengkulu dilakukan dengan menggunakan uji t. Dari tabel diatas diperoleh pengaruh secara parsial antara gerakan sosial terhadap terbentuknya kesadaran sosial pada masyarakat belajar dengan nilai t hitung sebesar 1,066 dengan t tabel sebesar 1,978 dengan p-value sebesar 0,288.
Karena nilai t hitung < t tabel atau p-value > 0,05 maka secara statistik dapat dikatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara gerakan sosial terhadap pembentukan kesadaran sosial pada masyarakat belajar di kota Bengkulu. Karena nilai F hitung > F tabel atau p<0,05 berarti terdapat pengaruh secara simultan (simultan) antara gerakan sosial dengan pemberdayaan akhlakul karimah dalam pembentukan kesadaran sosial pada masyarakat belajar di kota Bengkulu. Gerakan sosial secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pembentukan kesadaran sosial pada masyarakat belajar di kota Bengkulu karena nilai t hitung sebesar 1,066 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,978 dengan p-value sebesar 0,288 lebih besar dari 0,05.
Teknik Analisis Data
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembahasan dan Hasil Penelitia
Gerakan yang dilakukan oleh pondok pesantren ini dapat ditingkatkan karena sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial masyarakat terutama dalam hal kepedulian masyarakat terhadap kejadian positif dan negatif, serta bermanfaat bagi masyarakat sekitar bahkan bagi masyarakat. masyarakat Bengkulu pada umumnya yang menjalankan pesantren sebagai contoh dan daya tarik bagi masyarakat. Bagi para pemerhati gerakan sosial dan pemberdayaan Akhlakul Karimah di lingkungan pesantren, hendaknya kita selalu berkontribusi sebagai penyelenggara gerakan tersebut, agar apa yang dilakukan pesantren khususnya di bidang gerakan sosial dan Akhlakul Karimah selalu dapat diterima oleh masyarakat sekitar. , diterima bahkan oleh masyarakat Provinsi Bengkulu pada umumnya agar masyarakat menjadi masyarakat yang peduli satu sama lain dan mempunyai akhlak yang baik dalam pergaulan sehari-hari. Kepengulian%20Sosial.html diakses pada 03 Juni 2016 pukul 11.01 Direktorat Pendidikan Agama dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Kelembagaan.
Bersama Nalar Pesantren, dalam BinaPESANTREN Edisi 2//2004, Jakarta: Proyek Peningkatan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI bekerjasama dengan Persatuan Pembinaan Pondok Pesantren dan Komunitas P3M. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 50 orang yang berpendidikan perguruan tinggi dari berbagai jurusan di RT.07 di lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah. Cikal bakal Pondok Pesantren (PPD) Darussalam pertama kali lahir pada tahun 1974, diawali dengan pengajian rutin yang dilakukan oleh para pemuka agama warga Bulang (desa Dusun Besar, Panorama dan Jembatan Kecil) dan lulusan Perkema r yang berlokasi di Desa Dusun Besar. pada tanggal 1 Januari 1975 Miladijah bertepatan dengan 1 Muharram 1380 Hijriah dan resmi berdirilah Asrama Islam Darussalam yang dipimpin oleh KH.
Dan sejak Mei 2010 hingga saat ini, Pondok Pesantren Darussalam dipimpin oleh ulama muda, Dr. Keberadaan Pondok Pesantren Darussalam selama 37 tahun sejak lahir hingga saat ini menunjukkan bahwa lembaga pendidikan ini mampu bertahan dan beradaptasi dengan perubahan zaman, dan Pondok Pesantren Darussalam juga merupakan salah satu pondok pesantren tertua di Provinsi Bengkulu. Pondok Pesantren Darussalam juga menyelenggarakan pendidikan formal. Pondok Pesantren Darussalam mempunyai 3 jenjang pendidikan madrasah yaitu Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah yang kesemuanya telah berstatus terakreditasi.
Setelah melalui perjalanan jatuh bangun dalam beberapa tahun terakhir, Yayasan Pendidikan Darussalam dan Pondok Pesantren Darussalam kini muncul dengan kepemimpinan dan manajemen baru. Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1979 tentang Jenis dan Bentuk Pondok Pesantren, Pondok Pesantren Darussalam Bengkulu mengidentifikasi dirinya sebagai Pondok Pesantren Khalafiyah (Semi Modern). Tipologi ini didasarkan pada ciri dan identitas Pondok Pesantren Darussalam, dimana selain menyelenggarakan kegiatan Pondok Pesantren juga menyelenggarakan kegiatan pendidikan formal (jalur sekolah) yang bercirikan agama Islam, yaitu: Raudhatull Athfal (RA). , Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA).
Dalam menyelenggarakan pendidikan pesantren, Asrama Islam Darussalam mempunyai kurikulum klasikal dan bertingkat. Penyelenggaraan pendidikan formal didasarkan pada kurikulum Kementerian Agama dan Pendidikan Nasional. Namun pesantren ini didirikan dilatar belakangi oleh keinginan para sesepuh/kyai dan masyarakat Bengkulu untuk memiliki lembaga Islam yang bertujuan untuk menghasilkan kader-kader muslim yang berilmu dan terampil dalam berbagai bidang kehidupan seperti peserta nyata dalam perjuangan. mensukseskan pembangunan nasional dalam bidang pendidikan.Pada awal berdirinya Pondok Pesantren Pancasila yang dipimpin oleh seorang kyai kharismatik yaitu K.H Nawawi salah seorang santri Darul Ulum Makkah telah berhasil menetapkan rukun-rukun Pondok Pesantren yang mempunyai ciri khas tersendiri sebagai lembaga pendidikan berasrama.