PENGARUH INTENSITAS ASET TETAP, LEVERAGE, RETURN ON ASSET, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK PADA PERUSAHAAN DAGANG BESAR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Kiki Eka Putri1, Sochib2, Moh. Yahdi3 STIE Widya Gama Lumajang Email: [email protected]
Abstrak
Dalam merealisasikan pembangunan nasional perlu memperhatikan beberapa masalah khususnya di masalah pembiayaan. Salah satu sumber pembiayaan pembangunan dapat berasal dari dalam negeri yaitu pajak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Intensitas Aset Tetap, Leverage, Return On Asset, dan Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak pada Perusahaan Dagang Besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan – perusahaan dagang besar yang terdaftar di Bursa Efek indonesia sebanyak 37 perusahaan. Dalam penentuan sampel menggunakan metode nonprobability sampling dengan tekik purposive sampling sehingga didapat jumlah sampel sebanyak 12 perusahaan dan jumlah pengamatan (observasi) selama 5 tahun. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu laporan keuangan audit akhir tahun yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2017 dan dianalisis dengan teknik analisis linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Intensitas Aset Tetap, Leverage, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak. Sedangkan variabel Return On Asset berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak.
Kata Kunci : Intensitas Aset Tetap, Leverage, Return On Assets, Ukuran Perusahaan dan Penghindaran Pajak.
Abstrack
In realizing the national development need to pay attention to some problems especially in financing problems. One of teh sources of development financing can be derived from domestic tax. The purpose of this study is to know The Impact of Fixed Asset Insensity, Leverage, Return On Assets, and Company Size on Tax Avoidance in Large Trade Companies Listed on The Indonesian Stock Exchange (IDX). The methods used in this study are quantitative methods. The study was conducted on major trading companies listed on The Indonesia Stock Exchange (IDX) as many 37 companies. In the determination of sampling using nonprobability sapling method with the purposive sampling so (observations) for 5 years. The data used is secondary data which is the year-end audited financial report listed on The Indonesian Stock Exchange (IDX)period 2014-2017and analyzed by multiple linear analysis techniques. The result of this study showed that the variable of The Fixed Asset Intensity, Leverage, and Size Of The Company had no effect on Tax Avoidance. While The Return On Asset Variable affect Tax Avoidance.
Keyword : Fixed Asset Intensity, Leverage, Return On Asset, Company Size and Tax Avoidance
PENDAHULUAN
Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang terus menerus atau berkesinambungan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual (Waluyo, 2017:2). Dalam merealisasikan pembangunan nasional perlu memperhatikan tentang beberapa masalah khususnya di masalah pembiayaan. Salah satu sumber pembiayaan pembangunan dapat berasal dari dalam negeri yaitu pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. Hal ini membuat pajak menjadi salah satu sumber pendapatan negara yang cukup besar dan sebagian besar pajak bersal dari kontribusi perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan sendiri pajak merupakan beban yang dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Kepentingan yang berbeda ini menimbulkan sebuah kecenderungan untuk wajib pajak terutamanya perusahaan untuk melakukan perlawanan pajak dan melakukan pembayaran pajak yang tidak terlalu banyak sehingga perusahaan akan berusaha melakukan cara apapun untuk dapat membayar seminimal mungkin baik itu menggunakan cara legal atau pun ilegal.
Intensitas aset tetap merupakan gambaran perusahaan dalam berinvestasi dalam aset tetap yang dimiliki. Menurut Mulyani (2014) dalam Dharma & Ardiana (2016), Laba kena pajak perusahaan yang semakin berkurang akan mengurangi pajak terutang perusahaan. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanti & Sugiyarti (2017) yang mengatakan intensitas aset tetap berpengaruh secara signifikan terhadap penghindaran pajak.
Namun pendapat berbeda diutarakan oleh Sundari & Vita (2017) serta Adisamartha &
Noviari, (2015) yang mengatakan intensitas aset tetap tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penghindaran pajak.
Para peneliti sebelumnya telah mencoba menggunakan rasio keuangan dalam mendeteksi penggurangan pajak secara legal ini. Terbukti dengan banyaknya para peneliti meneliti beberapa rasio keuangan, khusunya rasio leverage dan profibilitas yang diwakili oleh return on assets (ROA). Penelitian yang dilakukan Kurniasih & Sari (2013) serta Darmawan &
Sukatha (2014) mengatakan leverage tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal ini dikarenakan leverage yang semakin tinggi akan mengakibakan beban bunga juga membekak serta dalam melakukan penghindaran pajak akan relatif rendah. Karena perusahaan yang mempunyai hutang yang banyak akan relatif stabil bahkan baik dalam tarif pajaknya.
ROA merupakan rasio profibilitas yang mengukur laba perusahaan dalam menggunakan asetnya. Apabila nilai ROA di suatu perusahaan itu tinggi maka semakin baik pula perusahaan dalam mengelola aset begitu juga pada laba perusahaan juga semakin tinggi. Karena ROA berhubungan dengan laba maka hal ini akan mempengaruhi pembayaran pajak. Penelitian yang terkait dengan ROA disajikan pada penelitian Dewinta & Setiawan (2016) yang mengatakan ROA berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Penelitian yang terkait juga dilakukan oleh Cahyono et al., (2016) yang mengatakan ROA bersifat negatif terhadap penghindaran pajak.
Selain faktor - faktor tersebut, ada satu faktor yang juga dapat mempengaruhi penghindaran pajak yaitu ukuran perusahaan. Penelitian yang terkait dengan pengaruh ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak adalah milik dari Dharma & Ardiana(2016) yang mengatakan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Namun dalam pernyataan yang dilakukan oleh Cahyono et al., (2016) mengatakan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.
Penelitian ini termotivasi oleh penelitian yang dilakukan Dharma & Ardiana (2016) yang mengatakan penghindaran pajak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik itu internal maupun eksternal. Dalam Penelitiannya terungkap bahwa penghindaran pajak dapat dipengaruhi oleh corporate governance, ROA, dan ukuran perusahaan, namun tidak dipengaruhi oleh rasio leverage. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya tentu terdapat pada tahun penelitian, objek penelitian dimana penelitian ini menggunakan objek pada perusahaan dagang besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan penggunaan variabel yang berbeda. Dimana dalam penelitian ini menggunakan variabel intensitas aset tetap dan leverage.
Berdasarkan pemaparan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh intensitas aset tetap terhadap penghindaran pajak ? 2. Bagaimana pengaruh leverageterhadap penghindaran pajak ?
3. Bagaimana pengaruh return on asset terhadap penghindaran pajak ? 4. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak ? Berdasarkan pemaparan diatas, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai peneliti yaitu :
1. Mengetahui pengaruh intensitas aset tetap terhadap penghindaran pajak.
2. Mengetahui pengaruh leverage terhadap penghindaran pajak.
3. Mengetahui pengaruh return on asset terhadap penghindaran pajak.
4. Mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, meurut Indrawan &Yaniawati (2014;51) mengatakan kuantitatif diartikan sebagai salah satu bentuk penelitian ilmiah yang mengkaji satu permasalahan dari suatu fenomena, serta melihat kemungkinan kaitan atau hubungan – hubungannya antar variabel dalam permasalahan yang ditetapkan.
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini menggunakan objek perusahaan dagang besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2017 dengan populasi sebanyak 37 perusahaan. Sampel penelitian menggunakan metode nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling.
Dimana sampel yang terpilih harus memenuhi kriteria – kriteria khusus yang ditentukan oleh peneliti sebelumnya. Kriteria – kriteria yang digunakan untuk menentukan anggota sampel adalah sebagai berikut :
1. perusahaan dagang besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014- 2017.
2. perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan audit selama periode penelitian tahun 2014-2017.
3. perusahaan yang mengalami laba selama tahun pengamatan.
4. perusahaan menggunakan mata uang rupiah dalam laporan keuangan.
Tabel Teknik Pengambilan sampel
Kriteria Sampel Jumlah perusahaan
1. Perusahaan dagang besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2014-2017
37 2. Perusahaan dagang besar yang tidak menerbitkan laporan
keuangan audit selama periode 2014-2017
(7) 3. Perusahaan dagang besar yang mengalami kerugian selama
periode pengamatan
(11) 4. Perusahaan dagang besar yang menerbitkan laporan
keuangan dalam mata uang asing
(7)
Jumlah sampel perusahaan 12
Tahun observasi 5
Jumlah observasi 2014-2017 60
Sumber : Data sekunder diolah (2019) Definisi Operasional Variabel
1. Intensitas aset tetap merupakan jumlah kepemilikan aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Perhitungan intensitas aset tetap dengan membandingkan total aset dengan jumlah aset keseluruhan yang dimiliki perusahaan.
Intensitas aset tetap =
2. Leverage merupakan pendanaan yang berasal dari hutang perusahaan. Dalam mencari nilai leverage dapat menggunakan ratio DER (Debt to Equity Ratio) yaitu dengan membandingkan jumlah hutang dengan modal sendiri.
DER =
3. Return on asset merupakan gambaran kemampuan perusahaan dalam mendapatkan total aset yang telah diinvestasikan dengan melihat perbandingan laba bersih dan total aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Return on assets (ROA) =
4. Ukuran Perusahaan yang merupakan skala yang menentukan besar kecilnya perusahaan melalui total aset yang dimiliki. Perhitungannya dapat dilakukan dengan Logaritma natural Total aset yang dimiliki perusahaan tersebut.
size = LN Total aset
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan kajian pustaka atau pengumpulan data sekunder. Data diperoleh dari laporan keuangan perusahaan dagang besar yang bersumber dari Galeri Investasi BEI STIE Widya Gama lumajang tahun 2014- 2017.
Teknik Analisis Data Langkah – langkah yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah dengan mencari data laporan keuangan perusahaan dagang besar yang terdaftar di Bursa Efek indonesia Tahun 2013-2017. Yang kedua melakukan analisis terhadap laporan keuangan.
Analisis Regresi Berganda Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis linier berganda. Persamaan regresi linier berganda dirumuskan secara sistematis sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Dimana :
Y = Penghindaran Pajak
A = Konstanta
bi,b2,b3,b4 = Koefisien dari X1,X2,X3,X4 X1 = Intensitas aset tetap
X2 = Leverage
X3 = Return on asset X4 = Ukuran perusahaan
E = error
Sebelum data tersebut dianalisis, model regresi terlebih dahulu harus memnuhi syarat asumsi klasik yaitu :
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam satu variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model penelitian adalah yang harus berdistribusi normal. Penelitian ini menggunakan normal probability dan plot dan Kolmogorov-sirnov dalam pengujiannya dengan ketentuan :
a. Apabila nilai signifikasi > 0,05 maka data dikatakan berdistribusi normal b. Apabila nilai signifikasi < 0,05 maka data dikatakan tidak berdistribusi normal 2. Uji Multikolinieritas
Untuk mendeteksi adanya Multikolinieritas dilihat dari nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Dengan ketentuan apabila nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10 maka tidak terjadi Multikolinieritas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian Heteroskedestisitas dilakukan dengan melihat grafik Scatter plot antara nilai presiksi variabel dependen (ZPRED) dengan nilai residualnya (SPRESID). Jika titik – titik pada Scatter Plot membentuk pola tertentu yang teratur seperti bergelombang, melebar dan menyempit, maka dapat dikatakan data terjadi heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan Pengujian Durbin-Watson. Dengan ketentuan nilai Durbin-Watson lebih besar dari DU (nilai atas) dan lebih kecil dari 4- DU, maka tidak terjadi gejala autokorelasi.
Pengujian Hipotesis
Uji Koefisien Determinasi (R2) Menurut Kesumawati,et al. (2017:109) mengatakan bahwa koefisien determinasi (R2) merupakan penyebab perubahan pada variabel terikat yang datang dari variabel bebas sebesar kuadrat koefisien korelasinya. Koefisien determinan (R2) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketepatan yang paling baik dalam analisis regresi, hal ini dapat ditunjukkan dengan besarnya R2 antara 0 sampai dengan 1. Apabila nilai determinan mendekati 1 maka dapat dipastikan bahwa nilai determinan dinilai baik.
Uji t (Uji Parsial) Pengujian ini bermaksud utuk menguji pengaruh secara parsial atau individu variabel independen terhadap variabel dependen dengan asumsi variabel lainnya tetap atau konstan. Dalam melakukan uji t ini adalah dengan melihat tabel hasil SPSS dengan membandingkan nilai t tabel dengan tingkat kesalahan (α) = 0,05. Ketentuannya :
a. H0 diterima jika nilai sig < α, artinya ada pengaruh secara parsial antara variabel independen dan dependen.
b. H0 ditolak jika nilai sig > α, artinya tidak ada pengarush secara parsial antara variabel independen dan dependen.
Uji F (Uji Simultan) Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh secara simultan atau bersama – sama antara variabel independen dan variabel dependen. Pengujian ini menggunakan uji distribusi F dengan membandingkan f tabel dengan tingkat kesalahan (α) sebesar 0,05. Ketentuannya :
a. H0 diterima jika nilai sig < α, artinya ada pengaruh secara parsial antara variabel independen dan dependen.
b. H0 ditolak jika nilai sig > α, artinya tidak ada pengarush secara parsial antara variabel independen dan dependen.
HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif
Tabel Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Intensitas Aset Tetap 60 ,12 ,42 ,2527 ,9479
Leverage 60 ,25 4,12 1,225 ,90351
ROA 60 ,01 ,64 ,662 ,7936
Ukuran Perusahaan 60 10,75 18,23 14,8232 1,85657 Penghindaran Pajak 60 ,06 ,56 ,2658 ,08172
Valid N (listwise) 60
Sumber : Data Penelitian Diolah (Hasil SPSS)
Berdasarkan tabel dapat dilihat intensitas aset tetap memiliki nilai minimum 0,12, maksimum 0,42, nilai rata – rata 0,2527 dan standar deviasi sebesar 0,9479. Leverage yang diukur dengan DER yang dilihat pada tabel terlihat memiliki nilai minimum 0,25, nilai maksimum sebesar 4,12 nilai rata – rata 1,225 dan standar deviasinya 0,90351.
Berdasarkan tabel dapat terlihat ROA atau Return On Asset memiliki minimum 0,01, maksimum 0,64 nilai rata – rata 0,662 dan standar deviasi sebesar 0,7936. Ukuran perusahaan yang diukur dengan logaritma natural (ln) total aset memiliki minimum 10,75, maksimum 18,23, nilai rata – rata 14,8232 dan standar deviasi sebesar 1,85657.
Penghindaran pajakyang diukur dengan ETR yang dilihat pada tabel terlihat memiliki nilai minimum 0,06, nilai maksimum sebesar 0,56, nilai rata – rata 0,2658 dan standar deviasinya 0,8172.
Uji Normalitas Data
Tabel Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov –Smirnov test.) Unstandardized Residual Keterangan
Asymp. Sig. (2-tailed) ,653 Berdistribusi Normal Sumber : Data Penelitian Diolah (Hasil SPSS)
Hasil dari pengolahan data penelitian dengan menggunakan Uji Kolmogorov –Smirnov test yang tersaji pada tabel, diperoleh signifikasi variabel sebesar 0,653 lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan bahwa data penelitian tersdistribusi normal.
Uji Multikolinieritas
Tabel Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Nilai
Tolerance
Nilai
VIF Keterangan
Intensitas Aset Tetap 0,918 1,089 Tidak terjadi Multikolonieritas Leverage 0,912 1,096 Tidak terjadi Multikolonieritas
ROA 0,926 1,08 Tidak terjadi Multikolonieritas
Ukuran Perusahaan 0,985 1,015 Tidak terjadi Multikolonieritas Sumber : Data Penelitian Diolah (Hasil SPSS)
Berdasarkan tabel terlihat bahwa variabel intensitas aset tetap, leverage, return on asset, dan ukuran perushaan memiliki nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10. Dapat disimpulkan bahwa
model regresi dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi klasik tidak adanya multikolonieritas, sehingga model tersebut dapat digunakan.
Uji Heteroskedasitas
Gambar Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot) Sumber : Hasil SPSS
Berdasarkan gambar terlihat bahwa grafik output scatterplot menunjukkan bahwa titik titik menyebar dan tidak membentuk pola yang jelas. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada setiap model regresi dan model regresi tersebut layak digunakan. Namun titik tersebut rupanya agak sedikit bertumpukan, untuk menyakinkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas maka dilakukan uji glejser sebagai berikut :
Tabel Hasil Uji Heterosdastisitas dengan uji Glejser
Sig Keterangan
Intensitas Aset Tetap ,148 Tidak terjadi Heteroskedastisitas Leverage ,726 Tidak terjadi Heteroskedastisitas
Roa ,594 Tidak terjadi Heteroskedastisitas
Ukuran Perusahaan ,052 Tidak terjadi Heteroskedastisitas Sumber : Data Penelitian Diolah (Hasil SPSS)
Berdasarkan tabel diperoleh hasil bahwa semua nilai signifikasi semua variabel diatas 0,05 yang berarti tidak terdapat gangguan heteroskedestisitas pada setiap varaibel independennya.
Uji Autokorelasi
Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi dengan Uji Durbin Watson
Model Durbin-Watson DL DU Keterangan
1 1,441 1,44 1,72 Keragu - raguan
Sumber : Data Penelitian Diolah (Hasil SPSS)
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan maka diperoleh angka DW sebesar 1,441 dalam tabel DW untuk k = 4 dan N = 60. Sedangkan nilai batas bawah (dl) sebesar 1,44 dan nilai batas atas (du) sebesar 1,727. Nilai DW berada pada kondisi dl ≤ d ≤ du. Hal ini menunjukkan bahwa nilai DW berada pada daerah keragu-raguan. Karena masih terdapat masalah autokorelasi dilakukan pengujian non parametrik dengan melakukan uji Run Test. Adapun hasil output uji Run Test adalah sebagai berikut :
Tabel Hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test
Unstandardized Residual
Test Valuea ,0000000
Cases < Test Value 29
Cases >= Test Value 31
Total Cases 60
Number of Runs 24
Z -1,816
Asymp. Sig. (2-tailed) ,069
a. Mean
Sumber : Data Penelitian Diolah (Hasil SPSS)
Hasil output SPSS pada tabel menunjukkan bahwa nilai tes probabilitas sebesar 0,69 yang berada di atas signifikan pada 0,05 yang dapat dikesimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.
Uji Regresi Linier Berganda
Tabel Hasil Uji Regresi Berganda Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,389 ,089 4,366 ,000
Intensitas Aset Tetap ,061 ,111 ,071 ,553 ,583
Leverage ,012 ,012 ,128 ,997 ,323
Roa -,303 ,132 -,294 -2,301 ,025
Ukuran Perusahaan -,009 ,005 -,204 -1,642 ,106 a. Dependent Variable: Penghindaran Pajak
Sumber : Data Penelitian Diolah (Hasil SPSS)
Berdasarkan hasil tabel 4.13 menunjukkan bahwa persamaan model regresinya adalah sebagai berikut :
Y = 0,389 + 0,061 X1 + 0,012 X2 – 0,303 X3 – 0,009 X4+ e
Koefisien nilai X1 sebesar 0,061 menunjukkan bahwa jika variabel intensitas aset tetap meningkat sebesar 1% dengan asumsi variabel independen yang lainnya tetap maka variabel penghindaran pajak akan naik sebesar 6,1%.
Koefisien nilai X2 sebesar 0,012 menunjukkan bahwa jika variabel leverage meningkat sebesar 1% dengan asumsi variabel independen yang lainnya tetap maka variabel penghindaran pajak akan naik sebesar 1,2%.
Koefisien nilai X3 sebesar 0,303 menunjukkan bahwa jika variabel return on asset meningkat sebesar 1% dengan asumsi variabel independen yang lainnya tetap maka variabel penghindaran pajak akan turun sebesar 30,3%.
Koefisien nilai X4 sebesar 0,009 menunjukkan bahwa jika variabel ukuran perusahaan meningkat sebesar 1% dengan asumsi variabel independen yang lainnya tetap maka variabel penghindaran pajak akan turun sebesar 0,9%.
Uji Koefisien Determinan (R2)
Tabel 4.14 Hasil Uji koefisien Determinasi Model Summaryb
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
,409a ,167 ,107 ,07724 1,441
Sumber : Data Penelitian Diolah (Hasil SPSS)
Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui besarnya adjusted R square sebesar 0,107 atau 10,7 %.
Dapat disimpulkan bahwa variabel intensitas aset tetap, leverage, return on asset, dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak yang dapat dijelaskan dalam model regresi ini adalah sebesar 10,7 % dan sisanya sebesar 89,3% dijelaskan diluar variabel si penguji.
Uji t (Uji Parsial)
Tabel Hasil Uji t Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,389 ,089 4,366 ,000
Intensitas Aset
Tetap ,061 ,111 ,071 ,553 ,583
Leverage ,012 ,012 ,128 ,997 ,323
Roa -,303 ,132 -,294 -2,301 ,025
Ukuran
Perusahaan -,009 ,005 -,204 -1,642 ,106
Sumber : Data Penelitian Diolah (Hasil SPSS) Uji F (Uji Simultan)
Tabel 4.16 Hasil Uji F ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,066 4 ,016 2,762 ,037b
Residual ,328 55 ,006
Total ,394 59
A. Dependent Variable: Penghindaran Pajak
B. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Leverage, Roa, Intensitas Aset Tetap
Sumber : Data Penelitian Diolah (Hasil SPSS)
Berdasarkan pada tabel 4.15 dapat diketahui nilai signifikasi f yang diperoleh menunjukkan nilai sebesar 0,037 dan nilai tersebut lebih kecil dari nilai 0,05. Ini berarti model regresi dapat
terdapat pengaruh secara simultan antara antara variabel intensitas aset tetap, leverage, return on asset, dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak.
Pembahasan
Pengaruh intensitas aset tetap terhadap penghindaran pajak
Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan koefisisen sebesar 0,107 dan nilai signifikan 0,148 yang berarti lebih besar dari 0,05 yang memberikan kesimpulan bahwa H1 intensitas aset tetap dalam penelitian ini berpengaruh terhadap penghindaran pajak, ditolak. Artinya variabel intensitas aset tetap tidak memiliki hubungan terhadap penghindaran pajak.
Perusahaan yang memiliki intensitas aset tetap yang besar tidak menjamin dapat memberikan pengaruh yang cukup besar dalam hal mengurangi pembayaran pajak yang dibayarkan perusahaan. Penyimpangan aset tetap yang besar oleh suatu perusahaan bukan semata – mata untuk menghindari pajak melainkan bertujuan untuk menjalankan operasional perusahaan (Dharma & Ardiana, 2016).
Terlihat dalam hasil penelitian yang menunjukkan nilai koefisien yang lebih besar dari nilai kesalahan membuktikan bahwa intensitas aset tetap tidak berpengaruh sama sekali dengan upaya perusahaan melakukan penghindaran pajak. Ditambah lagi kepemilikan aset tetap yang cukup besar akan membuat perusahaan memiliki resiko yang lebih besar seperti adanya beban pemeliharaan aset tetap, tempat penyimpanan yang membutuhkan tempat yang besar dan tingkat resiko keusahaangan aset tetap. Hal ini membuat aset tetap yang besar tidak akan efisien bagi perusahaan dalam mempengaruhi penghindaran pajak.
Hasil penelitian ini juga searah dengan yang dilakukan Adisamartha & Noviari (2015) serta Sundari & Aprilina (2017) yang mengatakan penggunaan aset tetap tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak melainkan hanya digunakan untuk meningkatkan operasional perusahaan dan meningkatkan laba bersih daripada beban depresiasi yang dibebankan pada aset tetap. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanti & Sugiyarti (2017) yang mengatakan intensitas aset tetap berpengaruh secara signifikan terhadap penghindaran pajak.
Perusahaan dengan kepemilikan aset tetap yang besar memiliki beban penyusutan yang besar pula yang akan mempengaruhi beban pajak, dikarenakan beban penyusutan bersifat sebagai mengurangi penghasilan atau bahkan menambah biaya – biaya komersial perusahaan.
Pengaruh leverage terhadap penghindaran pajak
Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkankoefisisen sebesar 0,212 dan nilai signifikan 0,323 yang berarti lebih besar dari 0,05 yang memberikan kesimpulan bahwa H2 leverage dalam penelitian ini berpengaruh terhadap penghindaran pajak, ditolak. Artinya variabel leverage tidak memiliki hubungan terhadap penghindaran pajak, meskipun menunjukkan hubungan yang positif dimana ada kenaikan dalam biaya bunga akan diikuti pula beban pajak yang akan meningkat.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Darmawan & I Made (2014) dan Adisamartha & Noviari (2015) yang menyatakan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Ini menunjukkan semakin tinggi tingkat leverage suatu perusahaan akan menurunkan beban pajak dan membuat perusahaan tersebut cenderung akan meningkatkan laba yang didapatkan.
Menurut gupta dan newberry (1997) dalam Darmawan & I Made (2014) Pengambilan keputusan pendanaan terkadang dapat menggambarkan kegiatan penghindaran pajak terkait
dengan pajak efektif, hal tersebut dikarenakan ada peraturan perpajakan terkait kebijakan struktur pendanaan perusahaan. Artinya dalam pengambilan keputusan pendanaan perusahaan akan dihadapkan pilihan untuk lebih memilih mendapatkan pendanaan dari pihak internal atau pihak eksternal. Hal ini dapat menentukan beban bunga yang didapat perusahaan dapat mengurangi pembayaran pajak atau tidak.
Namun penelitian ini tidak didukung oleh penelitian yang dilakukan Kurniasih & Sari (2013) serta Mayangsari, Zirman, & Haryani (2015) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Dan penelitian yang dilakukan Praditasari &
Setiawan (2017) yang menunjukkan bukti bahwa leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal ini menunjukkan semakin tinggi leverage perusahaan maka semakin tinggi tindakan penghindaran pajak.
Pengaruh return on asset terhadap penghindaran pajak
Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan koefisien dari return on asset (ROA) sebesar - 0,303 dan nilai signifikan 0,025 yang berarti lebih kecil dari 0,05 yang memberikan kesimpulan bahwa H3 ROA dalam penelitian ini berpengaruh terhadap penghindaran pajak, dapat diterima. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih &
Sari (2013), Darmawan & I Made (2014), dan Dewinta & Setiawan (2013).
Dalam penelitian ini ROA menunjukkan hubungan negatif terhadap penghindaran pajak yang berarti ROA dapat mengindikasikan perusahaan yang memiliki tingkat ROA yang besar atau laba yang besar akan membuat perusahaan cenderung melakukan penghindaran pajak semakin tinggi dengan nilai ETR yang semakin kecil. Dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat ROA kecil. Perusahaan yang memiliki tingkat ROAyang besar atau laba yang besar akan membuat peningkatan dalam laba operasional dan nilai pajak yang ditanggung perusahaan juga ikut meningkat. Akibatnya perusahaan yang memiliki laba yang tinggi akan membayar beban pajak yang rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewinta & Setiawan (2016) yang mengatakan semakin tinggi ROA maka semakin tinggi pula tingkat penghindaran pajak suatu perusahaan yang disebabkan karena perusahaan dengan laba yang besar akan lebih leluasa untuk memanfaat celah (loopholes) terhadap pengelolaan beban pajaknya. Maksud dari pemanfaatan celah disini adalah perusahaan dapat menggunakan tingkat beban depresiasi dan amortisasi perusahaan sebagai biaya pengurangan beban pajak. Penurunan laba yang diakibatkan oleh meningkatnya beban pajak akan membuat perusahaan berusaha melakukan penghindaran pajak untuk dapat menurunkan tarif yang seharusnya dibayar.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Cahyono et al. ( 2016) yang menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap penghindaran
Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan koefisisen sebesar -0,009 dan nilai signifikan 0,106 yang berarti lebih besar dari 0,05 yang memberikan kesimpulan bahwa H4 ukuran perusahaan dalam penelitian ini berpengaruh terhadap penghindaran pajak, ditolak. Yang berarti besar kecilya ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak, meskipun hasil menunjukkan hubungan yang negatif.
Hubungan yang negatif antara ukuran perusahaan ini mengindikasikan bahwa perusahaan dengan sekala besar akan lebih cenderung melaporkan kondisi perusahaannya lebih spesifik dan akurat. Hal ini membuat para manajer yang ada di perusahaan besar tidak memiliki
kesempatan yang lebih kecil dibandingkan perusahaan yang berskala kecil dalam memanipulasi pendapatan labanya.
Praktek Penghindaran pajak tidak hanya dilakukan oleh perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang besar tapi juga dilakukan oleh perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan kecil. Hal ini dimungkinkan karena perusahaan tidak menggunakan power yang dimilikinya untuk melakukan perencanaan pajak karena adanya batasan berupa kemungkinan menjadi sorotan dan sasaran regulator (Prakosa, 2014 dalam Ni Koming Ayu Praditasari & Putu Ery Setiawan, 2017). Tidak terjadinya pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak dapat disebabkan oleh kewajiban dalam membayar pajak yang memang wajib bagi semua warga negara dan badan usaha.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Susilowati, Widyawati, & Nuraini (2018) serta Cahyono et al. (2016) yang mengatakan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal ini disebabkan perusahaan kecil maupun besar mempunyai kewajiban dalam membayar pajak dan perusahaan yang besar akan semakin ketat pengawasannya dalam kinerja perusahaan. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih & Sari (2013), Darmawan & I Made (2014), dan Dewinta & Setiawan (2013) yang mengatakan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Intensitas aset tetap tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Hal ini menunjukkan semakin tinggi intensitas aset tetap suatu perusahaan tidak akan mengurangi beban pada perusahaan tersebut melainkan menjadi semakin besar beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan. Karena memiliki aset tetap yang tinggi akan membuat perusahaan memiliki beban lebih seperti biaya pemeliharaan, tempat penyimpanan yang besar, sehingga intensitas aset tetap yang tinggi akan membuat kegiatan dalam penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan semakin rendah.
Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Hal ini menunjukkan semakin tinggi pendanaan utang yang dimiliki oleh perusahaan tidak akan mempengaruhi penghindaran pajak. Karena beban bunga yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mengurangi laba bersih yang dapat memperkecil beban pajak perusahaan. Sehingga kegiatan penghindaran pajak akan semakin rendah ditambah lagi perusahaan yang memiliki leverageyang tinggi harus menjaga laba perusahaan dalam kondisi yang baik.
Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak ini berarti semakin tinggi ROA perusahaan akan membuat laba perusahaan dan pajak akan meningkat yang membuat pajak yang dibayarkan juga semakin besar. Perusahaan akan berusaha untuk memaanfaatkan celah yang ada seperti beban depresiasi dan amortisasi untuk menurunkan beban pajak. sehingga semakin besar ROA akan meningkatkan tindakan untuk melakukan penghindaran pajak.
Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan besar atau kecil dapat menggunakan praktek penghindaran pajak tapi tidak terlalu merugikan negara. Sehingga tidak ada bedanya perusahaan itu besar atau kecil, tidak akan memberikan pengaruh terhadap penghindaran pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Adisamartha, I. B. P. F., & Noviari, N. (2015). Pengaruh Likuiditas, Leverage, Intensitas Persediaan dan Intensitas Aset Tetap Pada Tingkat Agresivitas Wajib Pajak Badan.
Jurnal, 13.3, 973–1000. https://doi.org/ISSN : 2303-1018
Cahyono, D. D., Andini, R., & Raharjo, K. (2016). Pengaruh Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan (Size), Leverage (DER), dan Profibilitas (ROA) terhadap Tindakan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) pada Perusahaan Perbankan yang Listing BEI Periode Tahn 2011 - 2013. Jurnal, 2(2), 2016.
Darmawan, I. G. H., & I Made, S. (2014). Pengaruh Penerapan Corporate Governance, Leverage, Return on Asset Dan Ukuran Perusahaan Pada Penghindaran Pajak. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 9(1), 143–161.
Dewinta, I. A. R., & Setiawan, P. E. (2013). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profibilitas, Leverage, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax Avoidance. 29(3), 190–195. https://doi.org/10.1089/vim.2017.0075
Dharma, I. M. S., & Ardiana, P. A. (2016). E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana PENGARUH LEVERAGE , INTENSITAS ASET TETAP , UKURAN Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana ( Unud ), Bali , Indonesia PENDAHULUAN Berdasarkan UU No . 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan , penghasilan adal. 15, 584–613.
Kurniasih, T., & Sari, M. M. R. (2013). Pengaruh Return on Assets , Leverage , Corporate Governance , Ukuran Perusahaan Dan Kompensasi Rugi Fiskal Pada Tax Avoidance (The Effect of Return on Asset, Leverage, Corporate Governance, Company Size, and Fiscal Loss Compensation in Tax Avoidance). Jurnal, 18(1), 58–66.
Mayangsari, C., Zirman, & Haryani, E. (2015). Pengaruh Kompensasi Eksekutif, Kepemilikan Saham Esekutif, Preferensi Risiko Eksekutif dan Leverage Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). 2(2), 1–15.
Praditasari, N. K. A., & Setiawan, P. E. (2017). Pengaruh Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Profibilitas pada Tax Avoidance. 19(2), 1229–1258.
Purwanti, M. S., & Sugiyarti, L. (2017). Pengaruh Intensitas Aset Tetap , Pertumbuhan Penjualan dan Koneksi. 5(3), 1625–1641. https://doi.org/10.17509/jrak.v5i3.9225
Sundari, N., & Aprilina, V. (2017). Pengaruh Konservatisme Akuntansi, Intensitas Aset Tetap, Kompensasi Rugi Fiksal dan Corporate Governance terhadap Tax Avoidance.
Jurnal, 8(1), 85–109. https://doi.org/10.1360/zd-2013-43-6-1064
Indrianasari, N. T. (2018). Implementasi Perpajakan Dalam Penggunaan Dana Desa Tahun 2016. ASSETS: Jurnal Ilmiah Ilmu Akuntansi, Keuangan dan Pajak, 2(2), 21-28.
Waluyo. (2017). Perpajakan Indonesia (12th ed.). Jakarta: Salemba Empat.