• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH HARI RAYA ISLAM TERHADAP ABNORMAL RETURN INDEKS SAHAM SEKTORAL DI INDONESIA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH HARI RAYA ISLAM TERHADAP ABNORMAL RETURN INDEKS SAHAM SEKTORAL DI INDONESIA "

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH HARI RAYA ISLAM TERHADAP ABNORMAL RETURN INDEKS SAHAM SEKTORAL DI INDONESIA

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Jihar Gifari 165020500111053

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2020

(2)

PENGARUH HARI RAYA ISLAM TERHADAP ABNORMAL RETURN INDEKS SAHAM SEKTORAL DI INDONESIA

Jihar Gifari

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Email: jihargifari@student.ub.ac.id

ABSTRAK

The purpose of this study is to explain the influence of Islamic holidays (Eid al-Fitr and Eid al- Adha) on sectoral stock index abnormal returns in Indonesia. The subject of this research is the sectoral stock index with a sample of 5 sectors that dominate the leading index in Indonesia (LQ45), namely the infrastructure, mining, basic and chemical industries, consumer goods, and finance from 2009-2019. The analytical method used in this study is event study with the different test method using Anova. This study found that the impact of Islamic holidays both Eid al-Fitr and Eid al-Adha is in the form of an increase in abnormal returns of the studied sectors with the same pattern

Keywords : Abnormal return, sectoral stock index, Islamic holidays.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh hari raya Islam (Idul Fitri dan Idul Adha) terhadap abnormal return indeks saham sektoral di Indonesia. Subjek penelitian ini adalah indeks saham sektoral dengan sampel 5 sektor yang mendominasi indeks unggulan di Indonesia (LQ45) yakni sektor infrastruktur, pertambangan, industri dasar dan kimia, barang konsumsi, dan keuangan dari tahun 2009-2019. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah event study dengan metode uji beda menggunakan anova. Penelitian ini menemukan bahwa dampak hari raya Islam baik Idul Fitri maupun Idul Adha ialah berupa kenaikan abnormal return seluruh sektor yang diteliti dengan pola yang sama.

Kata kunci:Abnormal return, indeks saham sektoral, hari raya Islam .

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Saat ini terdapat 652 perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange, 2019). PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatatkan jumlah investor di pasar modal Indonesia kini sudah mencapai 2.048.446 SID per 31 Juli 2019. Pertumbuhan investor tersebut meningkat 26,5% secara year to date. Secara year on year tercatat pertumbuhan investor mencapai 49,5% (Kontan, 2019). Perkembangan pasar modal di BEI diikuti dengan kondisi demografi masyarakat Indonesia dengan mayoritas umat muslim.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia yakni sejumlah 209.100.000 jiwa(Global Religious Futures, 2019).

Fama (1970) memperkenalkan teori pasar efisien (EMH) yang menyatakan bahwa suatu pasar sekuritas dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh

“Informasi yang tersedia”. Artinya, pada pasar yang efisien tidak ada investor yang dapat mengungguli pasar dengan mendapatkan abnormal return. Namun, berbagai penelitian telah membuktikan bahwa pada peristiwa tertentu masih terdapat abnormal return yang diterima investor.

Utomo dan Herlambang (2015) melalui penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat abnormal trading volume pada sebelum hari libur Idul Fitri tahun 2011-2013. Hal ini membuktikan adanya perbedaan trading volume activity pada sebelum dan sesudah hari libur Idul Fitri (Utomo & Herlambang, 2015) Temuan penelitian memberikan indikasi adanya reaksi dari investor terhadap hari libur Idul Fitri. Reaksi investor ini akan mempengaruhi permintaan dan penawaran, sebagaimana dalam teori supply and demand, permintaan dan

(3)

penawaran akan mempengaruhi mekanisme penentuan harga (Sukirno, 2005). Sehingga reaksi investor tersebut akan mempengaruhi harga sekuritas. Dengan demikian, suatu peristiwa tertentu dapat mempengaruhi harga saham. Peristiwa tertentu yang dapat memberikan pengaruh terhadap return saham disebut anomali kalender. Perubahan harga atau return saham pada peristiwa atau waktu tertentu dapat terjadi karena adanya perilaku sentimen investor pada peristiwa tersebut (Brown & Cliff, 2002).

Terdapat dua jenis anomali kalender, jenis yang pertama adalah anomali yang tidak terkait dengan agama seperti yang diteliti oleh Malini, et al., (2019) tentang month of the year and pre-holiday effects dan Cadsby & Ratner (1992) tentang turn-of-months effects. Jenis yang kedua adalah anomali yang terkait dengan agama seperti Ramadhan effect (Bialkowski, et al., 2011). Bialkowski menemukan return selama bulan Ramadhan secara signifikan lebih tinggi dari return tahunan rata-rata. Setiasri (2013) menemukan perbedaan volume perdagangan saham LQ45 yang signifikan pada periode selama dan sesudah Ramadhan di Indonesia.

Hinawati (2016) menemukan pengaruh hari libur Idul Fitri terhadap abnormal return saham yang termasuk Jakarta Islamic Index(JII).

Pada penelitian ini, hari raya Islam yang digunakan adalah hari raya Idul Fitri dan Idul Adha karena pada kedua hari tersebut terdapat perubahan pola konsumsi masyarakat seperti yang diteliti oleh Darsono et al., (2001) yang menemukan inflasi musiman setiap Idul Fitri di Indonesia, atau Santoso et al., (2013) menemukan pengaruh hari besar pada komditas utama inflasi di Indonesia.

Perubahan pola konsumsi pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha memungkinkan adanya perubahan permintaan dan penawaran pada pasar modal. Hal ini didasarkan pada teori Keynes tentang motif memengang uang. Dalam teori Keynes, motif memegang uang yang ke- 3 adalah spekulasi. Tujuan seseorang memegang uang untuk motif spekulasi ini adalah mencari untung atau menghindari kerugian dari perubahan tingkat suku bunga. Sehingga, hubungan antara bunga dan Investasi adalah negatif. artinya, ketika adanya perubahan pola konsumsi yang berarti terjadi perubahan motif dalam memegang uang, maka dapat mempengaruhi investasi.

Terdapat teori lain dari literatur ekonomi Islam yang mendasari proses tersebut. Seperti investasi dalam Islam, secara sederhana investasi dalam Islam tidak hanya berorientasi pada manfaat duniawi saja tapi juga harus melihat kemaslahatan akhirat (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2011). Dengan demikian, maka berqurban dan zakat dapat dilihat sebagai investasi. Sehingga, sebagaimana bunga dapat mempengaruhi investasi, Zakat dan Qurban juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi investasi dan pengaruh hari raya Islam terhadap harga saham adalah negatif.

Namun, berdasarkan penelitian terdahulu yang telah peneliti sebutkan sebelumnya, penelitian yang menemukan adanya pengaruh hari raya Islam terhadap harga saham, maka temuannya adalah pengaruh positif. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara fenomena dengan teori. Sehingga, peneliti melihat pentingnya meneliti pengaruh hari raya Islam terhadap abnormal return saham, dalam penelitian ini abnormal return yang dimaksud adalah abnormal return indeks saham sektoral.

Indeks sektoral yang digunakan dalam penelitian ini hanyalah sektor Infrastruktur, pertambangan, industri dasar dan kimia, barang konsumsi, dan keuangan. Dasar dari pemilihan 5 sektor tersebut adalah dikarenakan 5 sektor tersebut adalah sektor penggerak pasar modal.

hal tersebut dibuktikan dengan jumlah perusahaan yang mendominasi di indeks saham unggulan. seperti contohnya dalam Indeks LQ45, 26% perusahaan yang termasuk kedalam LQ45 berasal dari sektor infrastruktur, 20% dari pertambangan. 17% dari industri dasar dan kimia, 13% dari sektor barang konsumsi, dan 11% diisi oleh saham sektor keuangan. Hari raya Idul Fitri dan Idul Adha sebagaimana yang sudah dibuktikan dalam beberapa penelitian

(4)

sebelumnya memiliki pengaruh terhadap perubahan pola konsumsi. Dengan dasar fenomena, teori, dan bukti penelitian diatas, peneliti hendak meneliti pengaruh hari raya Idul Fitri dan Idul Adha terhadap abnormal return indeks saham sektoral(sektor industri dasar dan kimia, properti, infrastruktur, dan perdangangan) di Indonesia

Dengan latar belakang tersebut, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut;

Bagaimanakah pengaruh hari raya Islam(Idul Fitri dan Idul Adha) terhadap abnormal return indeks saham sektoral di Indonesia? Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan pengaruh hari raya Islam(Idul Fitri dan Idul Adha terhadap abnormal return indeks saham sektoral di Indonesia. Penelitian ini akan menambah referensi penelitian pada literatur yang sudah ada saat ini tentang kalender anomali dengan perspektif ekonomi Islam, serta membantu investor dalam mengambil keputusan berinvestasi dan perusahaan sekuritas dalam memasarkan produk investasi pada sekitar hari libur Idul Fitri.

B. KAJIAN PUSTAKA 1. Landasan Teori

1.1 Teori Permintaan dan Penawaran Serta Implementasinya Pada Pasar Modal

Stanley L. Brue, Campbell R. McConnell, dan Sean M. Flynn dalam bukunya yang berjudul “Essentials of Economics” menjelaskan teori permintaan dan penawaran dimulai dengan definisinya masing-masing. Brue et al., menjelaskan definisi permintaan sebagai berikut. “Demand is a schedule or a curve that shows the various amount of a product or services that buyers(or a buyer) wish to purchase at each of several possible prices during a specified period of time” (Brue, et al., 2019).

Adapun penawaran didefinisikan sebagai kurva yang menunjukkan berbagai jumlah barang atau jasa yang akan ditawarkan oleh penjual pada masing-masing dari kemungkinan harga selama periode waktu tertentu (Brue, et al., 2019). Serupa dengan permintaan, penawaran pun memiliki hukum nya sendiri yang disebut Law of Supply. Brue menjelaskan Law of Supply sebagai berikut: “Other things equal, an increase in the price of a product, will increase the quantity of it supplied, and conversely for a price decrease” (Brue, et al., 2019).

Pada sub bab teori permintaan dan penawaran ini, peneliti hendak menjelaskan bahwa terdapat hubungan erat antara tingkat permintaan dan penawaran dengan harga. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Brue et al., tentang hukum permintaan dan penawaran diatas yakni ketika terdapat kenaikan harga, maka permintaan akan turun begitu pula sebaliknya. Sedangkan penawaran akan naik ketika terjadi kenaikan harga, vice versa. Hukum permintaan dan penawaran tersebut menjadi landasan teori atas perubahan harga-harga sekuritas yang disebabkan adanya perubahan permintaan dan peawaran pada pasar sekuritas.

1.1.1 Teori Permintaan Uang Keynes

Stonier dan Hague menjelaskan teori permintaan uang Keynes (Liquidity Preferences) tentang motif memegang uang dalam bukunya yang berjudul Textbook of Economics Theory,

“The demand for money, or liquidity preferences as Keynes called it, depends on three motives.

These are: (1) the transaction motive, (2) the precautionary motive, (3) the speculative motive”

(Stonier & Hague, 1960).

a. Motif Transaksi (Transaction Motive)

Permintaan uang untuk motif transaksi ditentukan oleh tingkat pendapatan, dalam motif ini menyerupai teori klasik (Marshall). L1 = L1(Y) Tujuan dari orang memegang uang untuk motif transaksi biasanya untuk melakukan transaksi dan bergantung pada tingkat

(5)

pendapatan (Y) seseorang. Semakin tinggi pendapatan seseorang cenderung melakukan transaksi dengan jumlah yang lebih banyak, dibandingkan dengan seseorang yang berpendapatan lebih rendah.

b. Motif Berjaga-jaga (Precautionary Motive)

Seseorang memegang uang unuk motif berjaga-jaga disebabkan karena biasanya ada ketiksesuaian antara pendapatan dengan pengeluaran seseorang dikemudian waktu, sehingga dengan menahan uang untuk motif ini agar dapat mengatasi hal tersebut. Permintaan uang untuk motif ini merupakan refleksi dari ketidaktentuan yang menyangkut pendapatan dan pengeluaran. Pendapat Keynes, bahwa permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga adalah fungsi daripada tingkat pendapatan (Y).

c. Motif Spekulasi (Speculative Motive)

Keinginan seseorang memegang uang untuk motif spekulasi dikarenakan uang dapat digunakan untuk berspekulasi pada tingkat bunga yang akan datang, artinya permintaan uang untuk keperluan spekulasi bergantung pada tingkat bunga. Apabila tingkat bunga tinggi, maka jumlah uang yang diminta masyarakat untuk melakukan spekulasi sedikit, sedangkan ketika tingkat bunga rendah, maka jumlah uang yang diminta masyarakat untuk melakukan spekulasi besar. Tujuan seseorang memegang uang untuk motif spekulasi ini adalah mencari untung atau menghindari kerugian dari perubahan tingkat suku bunga.

Gambar tersebut menunjukan hubungan yang negatif antara tingkat bunga (i) dengan permintaan uang motif spekulasi. Pada bagian kurva lurus (i2) menunjukan adanya “liquidity trap” (garis horizontal pada i2), liquidity trap artinya bahwa pada tingkat bunga yang rendah, elastisitas permintaan terhadap uang kas tak terhingga besarnya. Masyarakat tidak akan memegang surat berharga pada kondisi (i2) tersebut, karena beranggapan bahwa keuntungan dari memegang surat berharga lebih rendah atau rugi.

1.1.2 Teori Konsumsi dan Investasi Dalam Islam

Teori Konsumsi menurut pusat pengkajian dan pengembangan ekonomi Islam (P3EI, 2011) adalah pemenuhan kebutuhan barang dan jasa yang memberikan maslahah/kebaikan dunia dan akhirat bagi konsumen itu sendiri. Secara umum pemenuhan kebutuhan akan memberikan tambahan manfaat fisik, spiritual, intelektual, ataupun material, sedangkan pemenuhan keinginan akan menambah kepuasan atau manfaat psikis disamping manfaat lainnya. Jika suatu kebutuhan diinginkan oleh seseorang maka pemenuhan kebutuhan tersebut akan melahirkan maslahah sekaligus kepuasan, namun jika pemenuhan kebutuhan tidak dilandasi oleh keinginan, maka hanya akan memberikan manfaat semata, artinya jika yang diinginkan bukan kebutuahan maka pemenuhan keinginan tersebut hanya akan memberikan kepuasan saja (Wahyuni, 2013)

Menurut Wahyuni (2013) Sasaran konsumsi dalam ekonomi Islam adalah (1) konsumsi bagi diri sendiri dan keluarga, (2) konsumsi sebagai tanggung jawab sosial, (3) tabungan, (4) investasi. Artinya kegiatan Investasi juga merupakan bagian dari konsumsi. Sehingga prinsip- prinsip Islam dalam melakukan konsumsi juga berlaku dalam melakukan investasi.

Salah satu prinsip konsumsi menurut Islam yang membedakan dengan ekonomi konvensional ialah dalam urgensi konsumsi. Jika dalam ilmu ekonomi konvensional dapat dilihat tujuan konsumsi adalah memaksimalkan kepuasan atau diasumsikan dengan tingkat kepuasan tertinggi karena kepuasan yang tidak terbatas, sedangkan dalam ekonomi Islam tujuan konsumsi untuk beribadah kepada Allah tuhan yang Maha Esa, selain untuk meningkatkan stamina seperti makan, minum dan tidur, juga dalam memenuhi kebutuhan lainnya didasari dengan kemaslahatan orang banyak diatas kemaslahatan diri sendiri, seorang muslim akan mempertimbangkan maslahah daripada (Wahyuni, 2013).

(6)

Jika prinsip tujuan melakukan konsumsi untuk beribadah kepada Allah Swt ini digunakan dalam melakukan investasi, maka setiap investasi yang dilakukan seorang muslim tidak hanya untuk mendapatkan keuntungan secara materiil di dunia saja, melainkan juga untuk mendapatkan keuntungan di Akhirat. Dengan konsep investasi yang demikian, maka kegiatan berqurban pada hari raya Idul Adha dan zakat fitrah pada hari raya Idul Fitri dapat dilihat tidak hanya sebatas kegiatan sosial dan kepedulian kepada manusia lain saja, melainkan juga untuk mendapatkan keuntungan di akhirat kelak. Sehingga bagi seorang muslim pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, idealnya merasa terdapat pilihan Investasi lain selain di pasar modal yakni investasi dengan orientasi akhirat sehingga bisa terdapat perubahan alokasi investasi sebagaimana dalam teori Keynes yang dijelaskan sebelumnya, seorang yang enggan atau mengurangi investasi dengan surat berharga karena melihat keuntungan dengan bunga yang tinggi pada pasar uang.

Konsep tersebut juga diperkuat dengan teori investasi dalam Islam sebagaimana yang dijelaskan oleh Arif Hoetoro dalam bukunya yang berjudul Ekonomi Islam : Perspektif Historis dan Metodologis. Hoetoro (2016) menjelaskan “Dalam ekonomi modern (sistem Keynesian), investasi dinyatakan sebagai fungsi yang berkorelasi negatif dengan suku bunga. Semakin rendah tingkat suku bunga dalam sebuah perekonomian, maka ini akan mendorong peningkatan investasi, dan demikian pula sebaliknya. Tetapi, dalam ekonomi Islam investasi tidak ditentukan sebagai fungsi dari suku bunga karena bunga pinjaman dipandang sebagai salah satu bentuk riba. Dengan demikian, investasi dinyatakan sebagai fungsi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, misalnya fungsi dari laba atau ekuitas” (Hoetoro, 2016).

Dengan penjelasan teori investasi dalam Islam menurut Arief Hoetoro tersebut, semakin memperkuat penjelasan sebelumnya bahwa hari raya Idul Fitri dan Idul Adha dapat menjadi “faktor-faktor lain” yang mempengaruhi investasi dalam Islam. sebagaimana bunga mempengaruhi investasi pada konsep ekonomi konvensional, hari raya Islam, dalam hal ini Idul Fitri dan Idul Adha memberikan opsi lain bagi seorang muslim untuk mendapatkan maslahah atau dalam hal ini adalah keuntungan dengan cara berqurban pada hari Idul Adha dan membayar zakat pada hari Idul Fitri

1.2 Efficient-Market Hypothesis : Pengaruh Informasi Terhadap Abnormal return Saham Teori Efficient-Market Hypothesis(EMH) atau teori pasar efisien pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Eugene Fama pada tahun 1970 dalam disertasinya di University of Chicago. Teori ini penting untuk dijadikan landasan mengingat teori ini telah menjadi temuan besar dalam sejarah perkembangan teori keuangan. Teori pasar efisien adalah teori yang sangat banyak mendapat pujian dan diuji secara empiris di hampir seluruh pasar modal di dunia (Gumanti & Utami, 2002). Dalam salah satu artikelnya yang berjudul “The Theory of Corporate Finance: A Historical Overview”, Smith (1990) menyatakan bahwa teori pasar efisien merupakan tonggak penting dalam perkembangan teori keuangan dan menyebutnya sebagai salah satu kerangka bangun dasar (fundamental building block) keuangan. Hal senada juga disampaikan oleh Megginson (1997) serta Shanken dan Smith (1996). Jadi, teori pasar efisien merupakan landasan yang penting dalam pembahasan mengenai keuangan, pasar modal, harga saham dan lain sebagainya.

Fama mendefinisikan pasar yang efisien sebagai berikut: Suatu pasar sekuritas dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh “Informasi yang tersedia” (Fama, 1970). Pasar yang dimaksud dalam konteks ini adalah pasar modal dan pasar uang. Suatu pasar dikatakan efisien apabila harga telah mencerminkan seluruh informasi yang tersedia. Implikasinya adalah tidak seorangpun, baik investor individu maupun investor institusi, akan mampu memperoleh abnormal return. Hal ini yang dimaksud dengan “stock prices reflect all available information”.

(7)

Menurut Jones (1998) harga sekarang suatu saham (sekuritas) mencerminkan dua jenis informasi, yaitu informasi yang sudah diketahui dan informasi yang masih memerlukan dugaan. Informasi yang sudah diketahui meliputi dua macam, yaitu informasi masa lalu (misalnya laba tahun atau kuartal yang lalu) dan informasi saat ini (current information) selain juga kejadian atau peristiwa yang telah diumumkan tetapi masih akan terjadi (misalnya rencana pemisahan saham). Contoh untuk informasi yang masih membutuhkan dugaan adalah jika banyak investor percaya bahwa suku bunga akan segera turun, harga-harga akan mencerminkan kepercayaan ini sebelum penurunan sebenarnya terjadi (Jones, 1998).

Teori pasar efisien berkaitan erat dengan tingkat kecepatan informasi tersebar dan diterima. Informasi dalam hal ini dibagi menjadi kelompok informasi, yaitu (1) informasi harga saham masa lalu, (2) semua informasi publik dan (3) semua informasi termasuk informasi orang dalam atau private information (Haugen, 2001). Pembagian informasi ini yang menjadi dasar klasifikasi bentuk-bentuk pasar efisien yang dijelaskan oleh Fama berikutnya.

Menurut Fama (1970) bentuk efisien pasar dapat dikelompokkan menjadi tiga, bentuk yang dikenal sebagai hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis). Ketiga bentuk pasar efisien yang dimaksud adalah (1) hipotesis pasar efisien bentuk lemah (weak form of the efficient market hypothesis), (2) hipotesis pasar efisien bentuk setengah kuat (semistrong form of the efficient market hypothesis), dan hipotesis pasar efisien bentuk kuat (strong form of the efficient market hypothesis). Masing-masing bentuk pasar efisien tersebut terkait erat dengan sajauh mana penyerapan informasi terjadi di pasar.

1. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah

Hipotesis ini menjelaskan bahwa harga saham telah mencerminkan semua informasi masa lalu yang tersedia di pasar seperti data harga, volume perdagangan, atau short interest. Data perdagangan masa lalu tersebut telah tersedia di pasar dan tidak membutuhkan biaya untuk mendapatkannya. Semua investor akan berusaha mengambil keuntungan dengan cara membaca pola data dari data masa lalu jika data masa lalu tersebut mengandung sinyal yang dapat dipercaya mengenai hasil masa depan.

Implikasinya adalah semua investor akan mengeksploitasi sinyal tersebut sehingga sinyal tersebut akan kehilangan nilainya dan akan segera tercermin dalam harga (Bodie et al, 2008, p. 348).

2. Hipotesis Pasar Efisien Semi Kuat

Hipotesis ini menyatakan bahwa semua informasi yang tersedia di pasar termasuk informasi potensi pertumbuhan perusahaan harus telah tercermin di dalam harga saham seperti data lini produk, kualitas manajemen, komposisi laporan keuangan seperti neraca, paten, proyeksi laba, dan perlakuan akuntansi. Jadi, ketika seluruh informasi telah diketahui oleh para investor maka refleksinya sudah ada pada harga saham (Bodie et al, 2008, p. 348).

3. Hipotesis Pasar Efisien Kuat

Hipotesis ini menjelaskan bahwa harga saham telah mencerminkan semua informasi yang relevan bagi perusahaan termasuk informasi yang hanya tersedia untuk pihak internal perusahaan (insider) sehingga walaupun pihak manajemen dan karyawan perusahaan mempunyai akses untuk mengetahui informasi sebelum informasi tersebut tersedia di pasar, hal itu tidak memungkinkan mereka untuk mengambil keuntungan dengan melakukan perdagangan berdasarkan informasitersebut karena semua informasi tersebut akan langsung dipublikasikan (Bodie et al, 2008, p. 349).

1.2.1 Random Walk Theory

Teori Efficient-Market Hypotrhesis atau pasar efisien sesungguhnya memperkuat teori mengenai harga pada pasar modal sebelumnya, yakni random walk theory. Hal ini disampaikan

(8)

langsung oleh Prof Eugene Fama dalam presentasinya di Univerisity of Chicago pada 10 Oktober 2008. Dalam videotape yang direkam untuk American Finance Association History project tepatnya pada menit ke 12, Fama menjelaskan “Prices adjust to new information that gives the rise to this random walk hypothesis”

Menurut Nayak (2008) random walk atau jalur acak adalah jalur variabel dari waktu ke waktu yang menunjukkan tidak ada pola untuk diprediksi sama sekali. Di bawah teori weak- form efficient market hypothesis, harga dari sebuah sekuritas mencerminkan semua informasi tentang ekonomi, pasar, dan sekuritas tertentu, dan harga akan menyesuaikan dengan segera terhadap informasi baru (Nayak, 2008).

1.2.2 Assymetric Information

Menurut Rahmawati (2006) dalam Pertiwi (2015) asimetri informasi merupakan sebuah keadaan ketika manajer mempunyai akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Menurut Sartono (2006) manajer umumnya tidak memiliki pengetahuan yang lebih tentang pasar saham dan tingkat bunga di masa datang, tetapi mereka umumnya lebih mengetahui kondisi dan prospek perusahaan. Jika seorang manajer mengetahui prospek perusahaan lebih baik dari analis atau investor maka muncul apa yang di sebut asymmetric information.

Asimetri informasi timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa depan dibandingkan pemegang saham atau stakeholders lainnya.

Dengan demikian beberapa konsekuensi tertentu hanya akan diketahui pihak lain yang juga memerlukan informasi tersebut. Asimetri informasi dapat terjadi di antara dua kondisi ekstrim yaitu perbedaan informasi yang kecil sehingga tidak mempengaruhi manajemen atau perbedaan yang sangat signifikan sehingga sangat berpengaruh terhadap manajemen dan harga saham.

Dampak potensial asimetri informasi adalah timbulnya kegagalan pasar.

Ketidaksamaan informasi (asymmetric information) adalah asumsi dimana investor dan manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan dari pada yang dimiliki oleh investor. Telah diketahui bahwa manajer perusahaan pasti lebih mengetahui tentang informasi berkaitan dengan kondisi dan prospek perusahaan dibandingkan dengan investor atau analis.

Ketidakseimbangan informasi pada umumnya dapat terjadi karena adanya transaksi jual beli antara para broker dan investor, dimana broker mengalami kekurangan informasi dan dilain pihak investor memiliki banyak informasi. Disamping itu, ketidakseimbangan informasi juga dapat terjadi apabila saham perusahaan dinilai terlalu tinggi atau terlalu rendah dari nilai pasarnya.

Teori ini menjadi penting karena dalam melihat permasalahan efisiensi pasar, bisa ditinjau dari berbagai disiplin ilmu. Keberadaan teori asimetri informasi menjadi aksiologi dalam meninjau permasalahan efisiensi pasar (sebagai teori induk dalam penelitian ini) dari perspektif ilmu ekonomi. Dengan teori ini pula membuktikan bahwa permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini menjadi permasalahan yang perlu dibahas dalam literatur ilmu ekonomi.

Pada sub bab ini, peneliti hendak menjelaskan bahwa teori induk dari penelitian ini ialah teori efficient market hypothesis¸karena hubungan antara kedua unit analisis dalam penelitian ini dijelaskan melalui teori tersebut. Pada teori EMH, harga sebuah sekuritas melambangkan seluruh informasi yang tersedia. Artinya, harga suatu saham dipengaruhi oleh informasi yang beredar. Informasi dalam konteks penelitian ini adalah hari raya Islam yang merupakan bagian dari informasi publik. Adanya peristiwa hari raya Idul Fitri dan Idul Adha sebagai informasi, memerlukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap harga suatu saham. Informasi dapat memberikan pengaruh pada harga, dikarenakan informasi

(9)

dapat mempengaruhi ekspektasi investor terhadap suatu saham tertentu, kemudian ekspektasi investor akan mempengaruhi permintaan dan penawaran pada suatu saham sehingga harga dapat berubah. Penjelasan lebih lanjut mengenai permintaan dan penawaran serta implementasinya pada pasar modal akan dijelaskan lebih lanjut dalam sub bab selanjutnya 1.3 Behavioral Finance Theory dan Implementasinya Pada Fenomena Kalender Anomali

di Hari Raya Islam

Pada literatur mengenai Behavioural Finance, terdapat banyak diskursus yang mengatakan bahwa tindakan dan perbuatan seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang mereka rasakan (Elliot & Echols, 1976). Terdapat argumen dalam berbagai literatur behavioural finance yang mengatakan bahwa harga saham merupakan refleksi dari social mood, kombinasi dari tingkat optimisme dan pesimisme masyarakat pada suatu waktu tertentu. (Prechter, 1985).

Seperti misalnya Nofsinger (2005) mengatakan bahwa social mood memengaruhi penilaian yang dibuat oleh konsumen, investor, dan manajer perusahaan. Dia menunjukkan bahwa tingkat dan sifat kegiatan bisnis akan mengikuti social mood ketimbang mengarahkannya (Nofshinger, 2010).

Orang-orang menyebarkan suasana hati(mood) satu sama lain ketika berinteraksi secara sosial; ini sangat penting di negara-negara Muslim seperti Indonesia pada periode sekitar hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Orang menerima informasi dan pendapat dari kontak personal mereka dan mereka juga menerima suasana hati(mood) dan emosi(emotions) dalam proses interaksi sosial (Redhead, 2008). Suasana hati positif disertai dengan emosi seperti optimisme, kebahagiaan, dan harapan. Di sisi lain, suasana hati yang negatif dikaitkan dengan emosi seperti ketakutan, pesimisme, dan antagonisme. Edmans et al. (2007) memberikan bukti untuk pengaruh suasana sosial pada harga saham. Dia mengukur suasana sosial menggunakan hasil pertandingan sepak bola internasional. Edmans menemukan bahwa pasar saham mengalami penurunan ketika terjadi kekalahan. Pengaruhnya dikaitkan dengan tikat kepentingan dari pertandingan, dan untuk tingkat kepentingan olahraga sepakbola bagi suatu negara (sangat penting di Eropa dan Amerika Latin, tidak penting di Utara Amerika).

Berbagai literatur dan temuan mengenai Behavioral Finance diatas dapat disimpulkan bahwa hari raya Islam dapat memberikan pengaruh terhadap psikologis investor dan akhirnya dapat memberikan pengaruh pada perilaku keuangan mereka. Hari raya Islam memberikan pengaruh pada suasana hati masyarakat (social moods) sehingga dapat mempengaruhi permintaan dan penawaran pada pasar modal. Behavioral Finance dapat menjadi teori yang melandasi dan menjelaskan fenomena kalender anomali pada hari raya Islam. Teori ini menjelaskan fenomena kalender anomali pada hari raya Islam dengan cara yang berbeda dengan teori permintaan uang Keynes dan teori konsumsi & Investasi dalam Islam. Pada teori permintaan uang Keynes teori konsumsi & Investasi dalam Islam, pengaruh yang diberikan oleh hari raya Islam ialah negatif. Karena hari raya Islam dipandang sebagai “variabel lain”

yang dapat mempengaruhi investasi selain bunga. Namun, pada teori behavioural finance, hari raya Islam justru memberikan pengaruh positif terhadap abnormal return indeks saham sektoral. Dengan dasar sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pertentangan antar teori tersebut dapat menjadi salah satu urgensi dari penelitian ini

1.4 Return Indeks Saham Sektoral 1.4.1 Return Saham

Menurut Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Abnormal return Saham disebut juga sebagai pendapatan saham dan merupakan perubahan nilai harga saham periode t dengan t-ı. Dan berarti bahwa semakin tinggi perubahan harga saham maka semakin tinggi return saham yang dihasilkan (Halim & Hanafi, 2005).

Menurut Tandellin, return saham merupakan salah satu faktor yang memotivasi

(10)

investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas berinvestasi yang dilakukannya (Tandellin, 2010). return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu:

a. Yield, komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodic dari suatu investasi. Yield hanya berupa angka nol (0) dan positif (+).

b. Capital gain (loss, komponen return yang merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu keuntungan (kerugian) bagi investor. Capital gain berupa angka minus (-), nol (0) dan positif (+). Secara sistematika return suatu investasi dapat ditulis sebagai berikut: return total = yield + capital gain (lost).

Menurut Jogiyanto Hartono ada dua jenis return, return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. return ini dihitung dengan menggunakan data historis.

return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan.

return realisasi juga berguna dalam penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko yang akan datang. jenis yangf kedua ialah “return ekspektasi (expected return). Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh para investor di masa yang akan datang” (Hartono, 2003).

1.4.2 Indeks Saham Sektoral

Indeks sektoral BEI adalah sub indeks dari IHSG. Semua emiten yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan BEI, yang diberi nama JASICA (Jakarta Industrial Classification). Kesembilan sektor tersebut adalah:

a. Sektor-sektor Primer (Ekstraktif) a) Sektor 1 : Pertanian

b) Sektor 2 : Pertambangan

b. Sektor-sektor Sekunder (Industri Pengolahan / Manufaktur) a) Sektor 3 : Industri Dasar dan Kimia

b) Sektor 4 : Aneka Industri

c) Sektor 5 : Industri Barang Konsumsi

c. Sektor-sektor Tersier (Industri Jasa / Non-manufaktur) a) Sektor 6 : Properti dan Real Estate

b) Sektor 7 : Transportasi dan Infrastruktur c) Sektor 8 : Keuangan

d) Sektor 9 : Perdagangan, Jasa dan Investasi

Selain sembilan sektor di atas, BEI juga menghitung Indeks Industri Manufaktur (Industri Pengolahan) yang merupakan gabungan dari emiten-emiten yang terklasifi kasikan dalam sektor 3, sektor 4 dan sektor 5. Indeks sektoral diperkenalkan pada tanggal 2 Januari 1996 dengan nilai awal indeks adalah 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar tanggal 28 Desember 1995 (Indonesia Stock Exchange, 2010). Dengan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa return indeks saham sektoral adalah perubahan nilai harga-harga saham setiap sektor pada periode t dengan t-ı.

2. Penelitian Terdahulu No Judul/ Tahun/

Penulis

Unit Analisis Metode Analisis

Temuan Penelitian Sumber 1 Islamic Calender

Events And Stock Market

Reaction:

Evidence From

Karachi Stock Exchange 100- index,

Ramadhan, Eid-ul-Fitr,

Metode Regresi (Ordinary Least Square),

Terdapat anomali kalender, pengaruh positif signifikan terdapat pada peristiwa Ramadhan, Idul Fitri, Ashora, dan Rabiul Awal.

Science International, Vol 27, No 3, 2559-2567, 2015

(11)

No Judul/ Tahun/

Penulis

Unit Analisis Metode Analisis

Temuan Penelitian Sumber Pakistan

/2015/Majeed et al

Eid-ul-Adha, Ashora, and Eid Miladun Nab

Dummy Variabel

2 The Holy Day Effect/2015/Al- Issis

Pengaruh Ramadhan terhadap saham di 10 negara dengan mayoritas penduduk muslim

Event Study Method

Terdapat pengaruh Ramadhan secara persisten terhadap 3 negara; Kuwait, Oman, dan Tunisia. Pada Indonesia, Malaysia, Jordan Maroko, dan Qatar.

sedangkan di Bahrain dan Arab Saudi tidak terdapat pengaruh sama sekali.

Journal of Behavio-ral and

Experimenta l Finance Vol. 5 60–80 2015

3 Fast profits:

Investor

sentiment and stock returns during

Ramadan/2011/

Bialkowski et al

return saham pada 14 negara dominan muslim di sekitar bulan Ramadhan

2 versi Event Study Method,

return saham selama bulan Ramadhan secara signifikan lebih tinggi dan volatilitasnya lebih rendah dibandingkan bulan lainnya

Journal of Banking &

Finance 36 (2012) 835–

845

4

Analisis Dampak Ramadhan Terhadap

Kinerja Ihsg Dan Indeks Sektoral Periode 2008 – 2018 /2019/

Pradhini Et Al

Pengaruh bulan Ramadhan terhadap keputusan ber investasi yang diambil investor di pasar modal Indonesia

ARCH GARCH Model.

Ordinary Least Square

hanya sektor healthcare

yang mengalami

peningkatan harga saham secara signifikan pada periode Bulan Ramadhan,

EKOBIS Vol.20, No.1, Januari 2019 : 1 - 12

Dari tabel penelitian terdahulu di atas, dapat diambil beberapa poin simpulan.

Pertama, berbagai penelitian terdahulu diatas telah memperkuat teori yang peneliti kutip sebelumnya bahwa terdapat hubungan antara hari raya Islam dengan kinerja saham, baik dilihat dari trading volume activity, stock price, maupun abnormal return. Selain itu, temuan ini juga menjadi kontradiktif terhadap teori efficient market hypothesis. Pada teori EMH, harga sekuritas akan menyesuaikan(berubah) terhadap informasi yang tersedia secara cepat sehingga tidak ada investor yang dapat mengungguli pasar dan mendapatkan abnormal return. Namun, berbagai penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa masih terdapat anomali di berbagai kasus yang berarti terdapat investor yang menghasilkan abnormal return. Berbagai penelitian terdahulu juga menunjukkan adanya beberapa kontradiksi temuan. Diantaranya ialah temuan perihal keberadaan anomali, ada yang menemukan adanya kalender anomali dan ada pula yang sebaliknya. Simpulan terakhir yang dapat diambil dari penelitian terdahulu diatas ialah pengaruh yang diberikan oleh hari raya Islam terhadap abnormal return saham merupakan pengaruh positif.

(12)

Ha 1 Ha 2

Ha 3 Ha 4

Ha 5 Abnormal return indeks sektor Ha 6 Dasar & Kimia (Y3)

Ha 7 Ha 8

Abnormal return indeks sektor Barang Konsumsi (Y4)

Ha 9 Abnormal return indeks sektor Ha 10 Keuangan (Y5)

Idul Adha (X2) Idul Fitri (X1)

Abnormal return indeks sektor Pertambangan (Y2) Abnormal return indeks sektor

infrastruktur (Y1) 3. Kerangka Pikir

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis kuantitatif deskriptif. Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh indeks sectoral (9 sektor) dengan sampel 5 sektor penggerak pasar modal yang mendominasi indeks unggulan di Indonesia khususnya LQ45. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data sekunder yang diakses dari perusahaan penyedia data di bidang finansial yakni Bloomberg LP. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah event study dengan penggunaan uji beda ANOVA.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam metode Event Study, untuk melihat adanya perbedaan abnormal return pada suatu event, memerlukan perhitungan Cumulative Average Abnormal Return(CAAR), seperti yang dilakukan oleh Sonjaya dan Wahyudi (2016), dan Bialskowski et., al (2012). Pada penelitian ini, peneliti melakukan tahap awal event study yang sama yakni dengan mencari nilai cumulative average abnormal return. Namun, Uji beda yang dilakukan dalam penelitian ini tidak seperti penelitian kalender anomali pada umumnya. Penelitian ini menggunakan metode uji beda Anova dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan pada 3 kelompok data yakni AAR sebelum, sekitar, dan sesudah hari raya Islam. Sebelum membahas hasil uji beda, terlebih dahulu penulis paparkan hasil perhitungan cumulative average abnormal return pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Untuk mendapatkan nilai CAAR, setidaknya terdapat 6 langkah yang dilalui oleh peneliti; mengidentifikasi event dan sampel penelitian, menghitung actual return, menghitung expected return, mengjitung abnormal return, menghitung average abnormal return, dan terakhir menghitung cumulative average abnormal return.

(13)

Tabel 1 : Rata-Rata Cumulative Average Abnormal Return Setiap Periode dan Setiap Sektor Pada Peristiwa Idul Fitri

Periode Keuangan Infrastruktur Kimia dan

Dasar Pertambangan Barang Konsumsi Sebelum 0.000218 0.000275 -0.000244 0.000127 0.000157

sekitar 0.001083 -0.000079 0.000084 0.000035 -0.000275 setelah 0.000004 -0.000423 0.000084 0.000731 -0.000798

Tabel 2 : Rata-Rata Cumulative Average Abnormal Return Setiap Periode Dan Setiap Sektor Pada Peristiwa Hari Raya Idul Adha

Periode Keuangan Infrastruktur Kimia dan

Dasar Pertambangan Barang Konsumsi Sebelum

-

0.018886 -0.000091 -0.000289 -0.000436 0.000195 Sekitar

-

0.000200 0.000210 0.000147 -0.000744 0.002024 Sesudah

-

0.000162 -0.000771 0.001037 -0.000890 0.000232

Dari hasil pengolahan data harga penutupan harian menjadi CAAR, dapat kita lihat bahwa pada setiap sektor baik dalam hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha, mengalami trend yang sama yakni terjadi peningkatan dari sebelum event menuju event, dan terjadi penurunan dari event menuju setelah event. Hanya saja terdapat sensitivitas yang berbeda pada setiap sektor. Terdapat sektor yang sangat fluktuatif dengan adanya hari raya Idul Fitri atau Idul Adha, ada pula sektor yang hanya bergerak sedikit.

Tabel 1 dan Tabel 2 merupakan bentuk rata-rata dari hasil perhitungan cumulative average abnormal return yang telah didapatkan oleh peneliti agar lebih mudah untuk melihat trend di setiap window period. Untuk menambah validitas hasil peneliian dan memperkuat pengujian terhadap ada atau tidaknya perbedaan antara periode sebelum, sekitar dan sesudah hari raya Islam, maka peneliti melakukan uji anova pada data setiap sektor di kedua hari raya Islam. Uji Anova berikut telah melalui 2 Uji Asumsi yakni Uji Normalitas dan Homogenitas.

Berikut adalah hasilnya.

1. Hasil

Dalam Uji Anova, apabila nilai sig lebih besar dari 0.05, maka kelompok data yang dibandingkan tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Sebaliknya, bila nilai sig di bawah 0.05, maka kelompok data yang dibandingkan memiliki perbedaan yang signifikan. Penelitian ini menguji perbedaan kelompok data abnormal return sebelum, sekitar, dan sesudah hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Apabila hasil menunjukkan perbedaan, maka hari raya Islam memiliki pengaruh terhadap abnormal return, karena memberikan perbedaan nilai pada 3 periode tersebut. berikut adalah hasil uji anova pada kedua hari raya tersebut.

1.1 Hasil Uji Anova Data Abnormal Return Pada Sebelum, Sekitar, dan Sesudah Hari Raya Idul Fitri

Pada uji anova, dilakukan uji dan didapatkan nilai sig pada data setiap sektor. Nilai sig untuk sektor keuangan pada hari raya Idul Fitri ialah 0.03, pada sektor infrastruktur adalah 0.00, sektor kimia dan dasar sebesar 0.03, sektor pertambangan sebesar 0.00, dan sektor barang konsumsi ialah 0.02. Berdasarkan hasil uji anova tersebut, dapat dilihat bahwa seluruh sektor menunjukkan nilai sig yang lebih rendah dari 0.05. Dengan demikian, hasil uji anova

(14)

menunjukkan bahwa hari raya Idul Fitri memberikan pengaruh pada abnormal return indeks saham pada seluruh sektor yang diteliti.

1.2 Hasil Uji Anova Data Abnormal Return Pada Sebelum, Sekitar, dan Sesudah Hari Raya Idul Adha

Pada uji anova, dilakukan uji dan didapatkan nilai sig pada data setiap sektor. Nilai sig untuk sektor keuangan pada hari raya Idul Adha ialah 0.00, pada sektor infrastruktur adalah 0.00, sektor kimia dan dasar sebesar 0.01, sektor pertambangan sebesar 0.00, dan sektor barang konsumsi ialah 0.02. Berdasarkan hasil uji anova tersebut, dapat dilihat bahwa seluruh sektor menunjukkan nilai sig yang lebih rendah dari 0.05. Dengan demikian, hasil uji anova menunjukkan bahwa hari raya Idul Adha memberikan pengaruh pada abnormal return indeks saham pada seluruh sektor yang diteliti.

2. Pembahasan

2.1 Pengaruh Hari Raya Idul Fitri Terhadap Abnormal Return Indeks Saham Sektoral di Indonesia

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumya, peneliti akan menjelaskan 3 poin temuan penelitian sebagai berikut : 2.1.1 Trend Perubahan Abnormal

Return Pada Hari Raya Idul Fitri

Pada hari raya Idul Fitri, terdapat perubahan average abnormal return dari window period sebelum event menuju sekitar event.

Terdapat peningkatan yang signifikan pada setiap sektor ketika menuju sekitar event. Kesamaan tren juga dialami kembali oleh seluruh sektor yang diteliti dari window

period sekitar event menuju periode setelah event. Terlihat terjadi penurunan dari sekitar event menuju setelah event.

2.1.2 Hari Raya Idul Fitri Memberikan Dampak Pada Kenaikan Abnormal Return Indeks Saham Sektoral

Berdasarkan visualisasi cumulative average abnormal return pada gambar 1, hari raya Idul Fitri memberikan dampak berupa kenaikan abnormal return indeks saham sektoral di Indonesia. Pengaruh positif yang diberikan tersebut dapat dijelaskan dengan teori Behavioural Finance. Dalam teori behavioural finance, dijelaskan bahwa tindakan dan perbuatan seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang mereka rasakan (Elliot & Echols, 1976). Dalam konteks pasar modal, harga saham merupakan refleksi dari social mood, kombinasi dari tingkat optimisme dan pesimisme masyarakat pada suatu waktu tertentu (Prechter, 1985).

Berdasarkan teori tersebut, adanya peningkatan abnormal return pada hari raya Idul fitri dikarenakan adanya peningkatan social moods dan optimisme masyarakat. Peningkatan social moods dan optimisme masyarakat akan meningkatkan transaksi perdagangan pada pasar modal sehingga akan mendorong kenaikan harga saham secara umum. Akhirnya abnormal return akan meningkat seiring dengan meningkatnya harga saham. Teori ini juga menjelaskan alasan kemiripan tren setiap sektor, yakni pengaruh yang diberikan oleh hari raya Islam ialah

0.000.000 0.000.000 0.000.000

0.000.000

Sebelum saat setelah

0.000.000

Keuangan Infrastruktur Kimia dan Dasar Pertambangan Barang Konsumsi

Gambar 1 : Grafik perubahan abnormal return pada periode sebelum, sekitar dan sesudah hari raya Idul Fitri

(15)

pada psikologis investor, bukan performa perusahaan sehingga pengaruh hari raya Idul Fitri pada seluruh sektor tidak jauh berbeda.

Temuan ini dilandasi dengan teori Efficient Market Hypothesis yang menjelaskan bahwa harga saham dipengaruhi oleh informasi yang tersedia. Dalam penelitian ini, hari raya Islam dikategorikan sebagai current information seperti yang dijelaskan oleh Jones (1998).

Selain itu, temuan ini juga didukung oleh hukum permintaan dan penawaran yang menjelaskan hubungan permintaan dan penawaran dengan harga

2.1.3 Keselarasan dengan penelitian Terdahulu

Temuan pada penelitian ini selaras dengan berbagai penelitian terdahulu, seperti penelitian yang dilakukan oleh Majeed et., al yang menemukan anomali kalender, pengaruh positif signifikan pada peristiwa Ramadhan, Idul Fitri, Ashora, dan Rabiul Awal (Majeed, 2015). Masih terdapat banyak peneltian terdahulu yang menunjukkan temuan yang selaras dengan penelitian ini (Sonjaya et., al, 2016; Majeed et., al 2015; Al-Issis et., al, 2015; Ali et., al, 2017; Setiasri et., al, 2013; Pradhini et., al, 2019)

2.2 Pengaruh Hari Raya Idul Adha Terhadap Abnormal return Indeks Saham Sektoral di Indonesia

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumya, peneliti akan menjelaskan 3 poin temuan penelitian sebagai berikut : 2.2.1 Trend Perubahan Abnormal

Return Pada Hari Raya Idul Fitri

Pada Idul Fitri, 5 sektor yang diteliti memiliki sensitivitas perubahan yang tidak jauh berbeda.

Namun, Dalam hari raya Idul Adha terdapat perbedaan sensitivitas perubahaan pada beberapa sektor.

Hanya 3 sektor yang terlihat mengalami perubahaan dengan grafik yang curam, yakni sektor barang konsumsi, keuangan, dan pertambangan.

2.2.2 Hari Raya Idul Fitri Memberikan Dampak Pada Kenaikan Abnormal Return Indeks Saham Sektoral

Hari raya Idul Adha memberikan dampak yang serupa dengan hari raya Idul Fitri terhadap abnormal return indeks saham sektoral di Indonesia. Pengaruh positif yang diberikan oleh hari raya Idul Adha juga dapat dijelaskan dengan teori behavioural finance sebagaimana pada pembahasan pengaruh hari raya Idul Fitri sebelumnya.

Temuan yang perlu dijelaskan lebih rinci dalam bagian ini ialah alasan terjadinya perbedaan sensitivitas pada beberapa sektor. Pada penjelasan pengaruh hari raya Idul Fitri sebelumnya, telah dijelaskan bahwa kesamaan tren pada seluruh sektor dikarenakan hari raya Islam memberikan pengaruh pada social moods sehingga seluruh sektor memiliki sensitivitas yang sama. Pada hari raya Idul Adha, terdapat 2 sektor yang sensitivitasnya tidak sebesar 3 sektor lain. Hal ini dikarenakan pengaruh hari raya Idul Adha terhadap social moods tidak sebesar hari raya Idul Fitri. Lebih besarnya pengaruh Idul Fitri terhadap social moods dikarenakan fenomena yang terjadi lebih lama dan sebelumnya terdapat bulan suci Ramadhan yang telah dibuktikan pada banyak penelitian terdahulu memberikan dampak positif pada

Gambar 2 : Grafik perubahan abnormal return pada periode sebelum, sekitar dan sesudah hari raya Idul Adha

50

%

0

% before event event after event

- 50%

- 100%

Infrastruktur Kimia dan Dasar Keuangan Pertambangan Barang Konsumsi

(16)

abnormal return. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa hari raya Idul Adha memiliki pengaruh terhadap social moods yang lebih rendah dibandingkan dengan hari raya Idul Fitri.

2.2.3 Keselarasan dengan penelitian Terdahulu : Hari Raya Idul Adha Memiliki Pengaruh yang Lebih Besar Pada Pasar Modal Di Indonesia Dibandingkan Dengan Beberapa Negara Lain

Temuan penelitian ini tidak selaras dengan penelitian terdahulu. Pada seluruh penelitian terdahulu yang telah peneliti kumpulkan, terdapat dua artikel jurnal yang menjadikan hari raya Idul Adha sebagai salah satu Islamic events yang diteliti. Kedua penelitian tersebut ialah penelitian yang dilakukan oleh Majeed et., al dan Ali et., al. Alasan terjadinya perbedaan temuan pada penelitian ini ialah perbedaan metode, situs, dan tahun penelitian yang digunakan.

Berdasarkan berbagai perbedaan tersebut, peneliti menemukan sebuah temuan lain yakni hari raya Idul Adha memiliki tingkat pengaruh yang lebih besar pada pasar modal di Indonesia ketimbang negara lainnya. Khususnya negara yang diteliti dalam penelitian terdahulu yakni Pakistan dan Asia secara umum (Majeed et. al., 2015; Ali et. al., 2017).

Penelitian ini menemukan hari raya Idul Adha memberikan pengaruh pada abnormal return indeks saham sektoral di Indonesia. Perubahan abnormal return pada hari raya Idul Adha mengindikasikan adanya social moods yang berubah lebih besar di Indonesia ketimbang negara lain, khususnya Pakistan dan Asia secara umum

E. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini ialah hari raya Idul Fitri dan Idul Adha memberikan dampak pada kenaikan abnormal return indeks saham seluruh sektor yang diteliti yakni sektor keuangan, infrastruktur, kimia dan dasar, pertambangan, dan barang konsumsi. Penelitian ini menemukan bahwa hari raya Islam (Idul Fitri dan Idul Adha) dapat memberikan dampak pada kenaikan social moods dan tingkat optimisme masyarakat. Pengaruh tersebut membuat perubahan abnormal return pada masing-masing sektor memiliki pola yang sama, yakni meningkat dari periode sebelum hari raya menuju sekitar hari raya, dan menurun dari periode sekitar hari raya menuju setelah hari raya.

2. Saran

Saran dalam penelitian ini ialah sebagai berikut; pertama, investor sebaiknya membeli saham pada periode sebelum hari raya Islam (Idul Fitri dan Idul Adha) kemudian dijual di sekitar hari raya tersebut. Khusus untuk hari raya Idul Fitri, sebaiknya tidak menjual di periode setelah hari raya Idul Fitri karena berdasarkan hasil penelitian, rata-rata abnormal return pada periode setelah hari raya Idul Fitri lebih rendah dari periode sebelum Idul Fitri. Kedua, perusahaan sekuritas dapat memberikan rekomendasi kepada client untuk melakukan transaksi sebagaimana saran sebelumnya pada sekitar hari raya Islam khususnya Idul Fitri dan Idul Adha.

Ketiga, pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan tinjauan kembali pada temuan lain dalam penelitian ini seperti meneliti pengaruh secara langsung hari raya Islam terhadap psikologi investor yang dicerminkan melalui perilaku keuangan dan keputusan berinvestasi mereka menggunakan data primer.

Salah satu keterbatasan dalam penelitian ini ialah belum memberikan justifikasi atas perbedaan sensitivitas masing-masing sektor sehubungan dengan keberadaan hari raya Islam.

Dengan demikian, penelitian selanjutnya dapat meneliti sensitivitas indeks saham sektoral terhadap peristiwa kalender anomali di Indonesia.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, 2017. Impact of Muslim Holy Days on Asian stock markets: An empirical evidence.

Cogent Economics & Finance.

Al-Issis, 2015. The Holy Day Effect. Journal of Behavioral and Experimental Finance, Volume 5, pp. 60-80.

Alrashidi, 2014. The Calendar Impact And Trading Behavior: An Empirical Evidence From Around The Globe. International Business & Economics Research Journal, 13(5).

Anoraga, P. & Pakarti, P., 2001. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Beladi, H., Chao, C. C. & Hu, M., 2016. Another January Effects : Evidence From Stock Split Announcements. International Review of Financial Analysi, Issue 44, pp. 123-138.

Bialkowski, 2012. Fast profits: Investor sentiment and stock returns during Ramadan. Journal of Banking and Finance, Volume 36, pp. 835-845.

Bialkowski, J., Etebari, A. & Wisniewski, T. P., 2011. fast profit investor sentiment and stock return during ramadhan. Journal of Banking and Finance, Volume 36, pp. 835-845.

Boediono, 2000. Ekonomi Moneter. 3rd ed. Yogyakarta: BPFE.

Brown, G. & Cliff, M., 2002. Investor sentiment and the near-term stock market. Journal Of Empirical Finance, Volume 11, pp. 1-27.

Brue, S. L., McConnell, C. R. & Flynn, S. M., 2019. Essentials of Economics. 4th ed. united states od America : McGraw-Hill Education.

Chen, Z. & Daves, P. R., 2018. The January sentiment effect in the U.S. stock market.

International Review of Financial Analysis, Issue 59, pp. 94-104.

Chowdhury, 2015. Impact of Eid-ul-Azha on Market Abnormal return in Dhaka Stock Exchange. Journal of Business and Management, 17(2), pp. 25-29.

Darmadji, Tjiptono & Fakhruddin, 2012. Pasar Modal di Indonesia. 3rd ed. Jakarta: Salemba Empat.

Elliot, J. W. & Echols, M. E., 1976. Market Segementation, Speculative Behavior, and the Term Structure of Interest Rates. The Review of Economics and Statistics,, 58(1), pp.

40-49.

Fama, E. F., 1970. Efficient Capital Markets: A Review Of Theory And Empirical Work.

Journal Of Finance, 25(2), pp. 383-427.

Graham, B., 1973. The Intelligent Investor. 2nd ed. New York: HarperCollins Publishers Inc..

Gumanti, T. A. & Utami, E. S., 2002. Bentuk Pasar Efisien Dan Pengujiannya. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, IV(1), pp. 54-68.

Halim, A. & Hanafi, M., 2005. Analisis Investasi. 2nd ed. Jakarta: Salemba Empat.

Hartono, J., 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. 3rd ed. Yogyakarta: BPFE.

(18)

Haugen, R. A., 2001. Modern Portfolio Theory. 5th ed. New Jersey: Prentice Hall.

Hoetoro, A., 2016. Ekonomi Islam : Perspektif Historis dan Metodologis. Malang: s.n.

Ilham, A. & Baridwan, Z., 2015. Analisis Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Sektoral Pada Bursa Efek Indonesia. Tesis.

Indonesia Stock Exchange, 2010. Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia.

Jakarta: s.n.

Indonesia Stock Exchange, 2019. Data Pasar: Data Saham: Daftar Saham. [Online] Available at: https://www.idx.co.id/data-pasar/data-saham/daftar-saham/ [Accessed 25 september 2019].

Jones, C. P., 1998. Investment: Analysis and Management. 6th ed. California: John Wiley and Son.

Juliati, Y. S., 2015. Hypothesis Pasar Efisien/Efficient Market Hypothesis (Pasal Modal Menurut Teori Fama Dan Pandangan Islam). Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam , I(1), pp. 25-43.

Kontan, 2019. Kontan.co.id. [Online]

Available at: https://investasi.kontan.co.id/news/simak-strategi-ksei-untuk-terus- meningkatkan-jumlah-investor-di-pasar-modal

[Accessed 19 10 2019].

Maghfira, Y., 2019. Kontan. [Online]

Available at: https://investasi.kontan.co.id/news/simak-strategi-ksei-untuk-terus- meningkatkan-jumlah-investor-di-pasar-modal

[Accessed 19 10 2019].

Majeed, 2015. Islamic Calender Events And Stock Market Reaction: Evidence From Pakistan.

Science International, 27(3), pp. 2559-2567.

Nasaruddin, M. I. & Surya, I., 2004. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Prenada Media.

Nasution, Y. S. J., 2015. Peranan Pasar Modal Dalam Perekonomian Negara. Human Falah, Volume II, pp. 95-112.

Nofshinger, J. R., 2010. Social Mood and Financial Economics. Journal of Behavioral Finance, 6(3), pp. 144-160.

Otoritas Jasa Keuangan, 2018. ojk.go.id. [Online]

Available at: https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik- perbankan-syariah/Default.aspx#

[Accessed 10 September 2019].

Pradhini, 2019. Analisis Dampak Ramadhan Terhadap Kinerja IHSG dan Indeks Sektoral Periode 2008 – 2018. EKOBIS, 20(1), pp. 1-12.

Prechter, R., 1985. Popular culture and the stock market. Gainesville: New classics library.

(19)

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2011. Ekonomi Islam. 1st ed. Yogyakarta: Rajawali Pers.

Redhead, K., 2008. Personal Finance and Investments: A Behavioural Finance Perspective.

London: Routledge.

Samsul, M., 2015. Pasar Modal & Manajamen Portofolio. 2nd ed. Surabaya: Erlangga.

Sekaran, U. & Bougie, R., 2016. Research Method for Business. 6th ed. Chichester: John Wiley and Sons Ltd.

Setiasri, 2013. Pengaruh Ramadhan Terhadap return Dan Volume Perdagangan Saham Pada Jakarta Islamic Index. Jurnal Manajemen Dewantara, 1(1), pp. 101-109.

Shah, 2017. An Empirical Investigation of Islamic Calendar Effect in Global Islamic Equity Indices. International Journal od Economics and Finance, 9(6).

Sonjaya, 2016. The Impact Of Religious Experience On Financial Markets. Arab Economics and Business Journal, Issue 11, pp. 55-71.

Stonier, A. & Hague, D., 1960. Textbook of Economic Theory,. s.l.:s.n.

Sukirno, S., 2005. Mikro Ekonomi, Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sunariyah, 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. 6th ed. Yogyakarta: UPP STIM YKPN..

Tandelilin, E., 2007. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Tandellin, 2010. Analisis Investasi dan Mnajemen Fortofolio. 1st ed. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Tucker, I. B., 2018. Microeconomics for Today. 10th ed. Boston: Cengage Learning, Inc.

Utomo, V. J. & Herlambang, L., 2015. Efek Hari Libur Lebaran Pada Emiten Yang Terdaftar Dalam Issi Periode 2011-2013. JESTT, Volume II, pp. 372-386.

Wahyuni, S., 2013. Teori Konsumsi Dan Produksi Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Jurnal Akuntabel, X(1), pp. 74-79.

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Effects of pH and Anthocyanins Concentration on Color and Antioxidant Activity of Clitoria Ternatea Extract.. The Effect of Light , Temperature , pH and Species on Stability

Beberapa hasil penelitian (Kubi et al 2021; ÖZ- Yalaman 2020; Abdioğlu 2016; Kassahun 2015; San et al 2012; dan Fahmi 2012) menemukan bahwa tarif pajak penghasilan badan