• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Media Tanam dan Dosis Pupuk Kandang Kambing Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) dengan Sistem Urban

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Media Tanam dan Dosis Pupuk Kandang Kambing Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) dengan Sistem Urban "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

DOI : http://dx.doi.org/10.21776/ub.jpt.2022.007.2.3

Pengaruh Media Tanam dan Dosis Pupuk Kandang Kambing Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) dengan Sistem Urban

Farming

Effect of Planting Media and Dose of Goat Manure on the Growth and Yield of Lettuce in the Urban Farming System

1Tassha Junaidi, 2Setyono Yudo Tyasmoro

1Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur Korespondensi: tasshajunaidi@gmail.com

Diterima 13 Agustus 2021 / Disetujui 21 Agustus 2022

ABSTRAK

Tingginya jumlah populasi dan minimnya lahan produktif di perkotaan di Indonesia menimbulkan masalah lingkungan yang diakibatkan polusi dan sampah. Urban farming merupakan salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan dan juga dapat memperbaiki kondisi lingkungan perkotaan. Selada merupakan salah satu tanaman yang cocok di budidayakan di perkotaan, karena rasa dan manfaat nya membuat selada memiliki prospek yang baik. Penggunaan kembali limbah seperti sekam bakar dan kotoran kambing sebagai pupuk kandang juga sangat menguntungkan untuk lingkungan dan kegiatan budidaya urban farming. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kombinasi media dan dosis pupuk kandang kambing yang terbaik serta pengaruhnya untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil selada.

Hipotesis yang diajukan ialah aplikasi pupuk kandang kambing dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman selada dan terdapat perbedaan hasil antar kombinasi media tanam terhadap tanaman selada.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember 2020 di Greenhouse CV. Kurnia Kitri Ayu Farm. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 10 perlakuan kombinasi media tanam dan pupuk kandang kambing yaitu, P1: Tanah + 0 g, P2: Tanah + 25 g, P3: Tanah + 50 g, P4: Tanah + 75 g, P5: Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 25 g, P6:Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 50 g, P7: Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 75 g, P8: Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 25 g, P9: Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 50 g, dan P10: Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 75 g. Kombinasi media tanam dan pupuk kandang kambing dapat menunjang pertumbuhan dan hasil tanaman selada dibandingkan jika tanpa kombinasi dan pemberian pupuk kandang kambing. P7 dan P9 memberikan hasil terbaik, rerata tertinggi yaitu pada perlakuan P7 dengan rerata bobot basah sebesar 44,67g dan rerata bobot ekonomis sebesar 40,67g.

Kata kunci: Pupuk Kandang Kambing, Sekam Bakar, Selada, Urban Farming ABSTRACT

The high population and the lack of productive land in Indonesia cause environmental problems caused by pollution and waste. Urban farming could be a solution to provide food needs and can also improve urban environmental conditions. Lettuce are suitable for cultivation in urban areas, the taste and benefits make lettuce have good prospects. Reusing waste such as roasted husks and goat manure as fertilizer also beneficial for the environment. This research aimed to study the best combination of media and dosage of goat manure and its effect on increasing lettuce growth and yield. The hypothesis is that the application of goat manure can increase the growth and yield of lettuce and the difference in yield between the combinations of planting media on lettuce. The research was conducted from October to December 2020 at Greenhouse CV. Kurnia Kitri Ayu. This research used a Randomized Block Design with 10

(2)

treatment combinations. P1: Soil + 0 g, P2: Soil + 25 g, P3: Soil + 50 g, P4: Soil + 75 g, P5: Soil and Roasted Husk (2:1) + 25 g, P6: Soil and Roasted Husk (2:1) + 50 g, P7: Soil and Roasted Husk (2:1) + 75 g, P8:

Soil and Roasted Husk (1:1) + 25 g, P9:Soil and Roasted Husk (1:1) + 50 g, and P10: Soil and Roasted Husk (1:1) + 75 g. The combination of planting media and goat manure can support the growth of lettuce compared to the use of media without the combination and addition of manure. P7 and P9 have the best results, the highest average is giving P7 treatment with an average weight of 44.67g and an average economic weight of 40.67g.

Keywords :Goat Manure, Lettuce, Roasted Husk, Urban Farming

PENDAHULUAN

Tingginya jumlah populasi dan minimnya lahan produktif perkotaan di Indonesia seringkali menimbulkan masalah lingkungan yang diakibatkan oleh polusi dan sampah. Selain itu, tingginya mobilitas membuat masyarakat perkotaan sadar bahwa penting untuk menjaga kesehatan untuk dapat terus menjadi produktif di perkotaan dengan efisien baik dalam bentuk waktu maupun tenaga. Urban farming dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan dan juga dapat memperbaiki kondisi lingkungan perkotaan. Menurut Fauzi et al., (2016), urban farming merupakan kegiatan pertumbuhan, pengolahan, dan distribusi pangan serta produk lainnya melalui budidaya tanaman. Dalam jurnal nya juga di sebutkan bentuk urban farming meliputi pertanian dan peternakan kecil-intensif, produksi pangan di perumahan, land sharing, rooftop gardens, glasshouse, restoran yang terintegrasi dengan kebun, produksi pangan pada ruang publik, serta sayuran dalam ruang vertikal. Pemilihan media dan pupuk merupakan hal yang penting dalam kegiatan urban farming. Menurut Valley et al., (2018) mengatakan bahwa kegiatan urban farming merupakan salah satu kegiatan yang penting untuk menjaga sistem pangan berkelanjutan di perkotaan, hal ini karena hasil pangan lokal merupakan kunci untuk menciptakan perkotaan dengan keamanan pangan yang baik, meningkatkan biodiversitas, pemanfaatan ruang terbuka, memberikan lapangan pekerjaan, serta memperbaiki lingkungan dan interaksi sosial perkotaan.

Kegiatan urban farming perlu didukung oleh teknik budidaya yang cocok untuk menghasilkan fungsi dan tujuan yang optimal baik dalam segi produk maupun manfaat nya bagi lingkungan, salah satu nya dengan menentukan media dan dosis pupuk yang sesuai. Pemilihan media dapat membantu efisiensi budidaya di daerah perkotaan yang minim lahan sehingga masyarakat tetap dapat memproduksi bahan pangan secara mandiri. Selain itu, pupuk organik berfungsi untuk mendukung media tanam dalam memberikan unsur hara untuk tanaman dengan optimal. Kombinasi media dan pupuk organik merupakan salah satu cara sesuai untuk kegiatan budidaya urban farming sehingga menghasilkan produk yang optimal.

Hortikultura merupakan salah satu jenis yang cocok untuk urban farming karena umur panen nya yang singkat, dan mudah untuk dibudidayakan. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang dikonsumsi masyarakat dalam bentuk segar. Warna, tekstur, dan aroma daun selada dapat mempercantik dan juga menjadi penghias sajian makanan. Selain itu, kandungan yang dimiliki selada seperti energi, protein, lemak, karbohidrat, dan kalsium juga menjadi salah satu alasan selada cocok di budidayakan dengan urban farming. Selain itu penggunaan kembali limbah seperti sekam dan kotoran kambing sebagai pupuk kandang yang memiliki kandungan unsur hara juga sangat membantu baik dari segi lingkungan dan menguntungkan kegiatan budidaya urban farming. Dengan adanya ketersediaan sayur- sayuran yang mudah di dapat akan membuat

(3)

konsumsi sayur meningkat sejalan dengan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Selain itu, lingkungan juga akan menjadi hijau, sehat, asri dan juga mendapat menambah estetika dari kegiatan urban farming. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui kombinasi media dan dosis pupuk kandang kambing yang terbaik serta pengaruhnya untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil selada dengan praktik urban farming. Aplikasi pupuk kandang kambing dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) dan terdapat perbedaan pertumbuhan dan hasil antar kombinasi media tanam terhadap tanaman selada (Lactuca sativa L.).

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2020-Desember 2020 di CV. Kurnia Kitri Ayu, Sukun, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi gembor, kamera digital, penggaris, timbangan analitik, tray semai, polybag, hygrometer, dan LUX meter. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi benih selada varietas Grand Rapid, pupuk kandang kambing, tanah, dan sekam bakar, dan air.

Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 10 kombinasi media tanam dan pupuk kandang kambing dengan 3 kali ulangan, yaitu: P1: Tanah + 0 g, P2: Tanah + 25 g, P3: Tanah + 50 g, P4: Tanah + 75 g, P5:

Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 25 g, P6:

Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 50 g, P7:

Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 75 g, P8:

Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 25 g, P9:

Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 50 g, dan P10: Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 75 g.

Sehingga diperoleh 30 satuan kombinasi percobaan. Sampel per ulangan sebanyak 6

tanaman, sehingga total tanaman yang diamati yaitu 180 tanaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen Pertumbuhan

a. Tinggi Tanaman

Berdasarkan pengamatan tinggi tanaman 10, 15, 20, 25, dan 30 HST menunjukan bahwa perlakuan kombinasi media tanam dan dosis pupuk kandang kambing mampu meningkatkan tinggi tanaman selada. Pada (Tabel 1) dapat diketahui pada perlakuan pada pengamatan 15 HST, 20 HST, 25 HST, dan 30 HST perlakuan menunjukan hasil yang berbeda nyata dalam meningkatkan tinggi tanaman selada. Pada pengamatan 15 HST, Tanah dan Sekam (2:1) + 75 g (P7) senilai 6,69 cm merupakan rerata tinggi tanaman selada tertinggi di bandingkan dengan Tanah + 0 g (P1) namun tidak berbeda nyata dengan Tanah dan Sekam (1:1) + 75 g (P10), Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 50 g (P9), Tanah + 0 g (P1), Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 25 g (P8), Tanah + 50 g (P3), Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 25 g (P5), dan Tanah + 75 g (P4). Pengamatan 20 HST, Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 75 g (P10) merupakan rerata tinggi tanaman tertinggi diikuti dengan Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 75 g (P7), Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 50 g (P6), dan Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 25 g (P5) yang tidak berbeda nyata namun berbeda nyata meningkatkan tinggi tanaman di bandingkan dengan Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 50 g (P9), Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 25 g (P8), Tanah + 75 g (P4), Tanah + 0 g (P1), Tanah + 50 g (P3), dan Tanah + 25 g (P2). Kemudian pada 25 HST, Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 75 g (P10) menunjukan hasil rerata tertinggi diikuti dengan Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 75 g (P7) yang tidak berbeda nyata namun berbeda nyata

(4)

meningkatkan rerata tinggi tanaman jika di bandingkan dengan Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 50 g (P6), yang tidak berbeda nyata dengan Tanah + 0 g (P1), Tanah + 75 g (P4), Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 25 g (P5), Tanah + 50 g (P3), dan Tanah + 25 g (P2).

Selanjutnya pada pengamatan ke lima atau 30 HST, Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 75 g (P7) merupakan hasil rerata tinggi tanaman yang tertinggi namun tidak berbeda nyata dengan Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 75 g

(P10) yang juga tidak berbeda nyata dengan Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 50 g (P6) dan Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 50 g (P9) namun berbeda nyata jika di bandingkan dengan Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 25 g (P8), Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 25 g (P5), Tanah + 75 g (P4), Tanah + 50 g (P3), Tanah + 0 g (P1), dan Tanah + 25 g (P2).

Tabel 1. Rerata Tinggi tanaman selada dengan perlakuan kombinasi media tanam dan dosis pupuk kandang kambing pada berbagai umur pengamatan

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) / umur pengamatan (HST)

10 15 20 25 30

P1 (T+0 g PKK) 4,93 5,99 abc 6,63 ab 7,42 abcd 7,94 ab

P2 (T+25 g PKK) 4,30 4,82 a 5,70 a 6,47 ab 7,06 a

P3 (T+50 g PKK) 4,72 5,72 abc 6,48 ab 6,98 abc 8,06 ab P4 (T+75 g PKK) 4,44 5,48 abc 6,70 ab 7,11 abc 8,10 ab P5 (TSB (2:1)+25g PKK) 4,22 5,62 abc 7,44 bc 7,00 abc 8,67 b P6 (TSB (2:1)+50g PKK) 4,72 6,18 bc 7,53 bc 7,93 bcd 10,78 cd P7 (TSB (2:1)+75g PKK) 5,03 6,69 c 8,83 c 9,50 ef 12,29 e P8 (TSB (1:1)+25g PKK) 4,65 5,97 abc 6,91 ab 8,20 bcde 9,02 b P9 (TSB (1:1)+50g PKK) 4,89 6,01 abc 7,09 ab 8,73 de 10,70 c P10(TSB (1:1)+75g PKK) 4,84 6,76 c 8,91 c 10,37 f 12,00 de

BNJ 5% tn 1,27 1,59 1,31 1,29

KK 18 18 20 16 14

Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata, berdasarkan uji BNJ 5%, KK: Koefisien Keragaman. T = Tanah, TSB = Tanah dan Sekam Bakar, PKK = Pupuk Kandang Kambing

Tabel 2. Rerata Jumlah Daun tanaman selada dengan perlakuan kombinasi media tanam dan dosis pupuk kandang kambing pada berbagai umur pengamatan

Perlakuan Jumlah Daun / umur pengamatan (HST)

10 15 20 25 30

P1 (T+0 g PKK) 2,00 2,61 2,53 2,89 a 3,60 a

P2 (T+25 g PKK) 1,82 2,33 2,78 3,28 ab 3,89 ab

P3 (T+50 g PKK) 2,00 2,56 3,28 3,83 ab 4,56 abc

P4 (T+75 g PKK) 1,61 2,28 2,49 3,44 ab 4,61 abcd

P5 (TSB (2:1)+25g PKK) 1,56 2,11 2,90 3,44 ab 4,44 abc

P6 (TSB (2:1)+50g PKK) 1,56 2,44 3,24 4,67 b 5,44 bcd

P7 (TSB (2:1)+75g PKK) 1,67 2,61 3,11 4,61 ab 5,94 cd

P8 (TSB (1:1)+25g PKK) 1,83 2,61 3,06 4,11 b 5,11 abcd

P9 (TSB (1:1)+50g PKK) 1,61 2,50 3,33 4,67 b 6,22 d

P10 (TSB (1:1)+75g PKK) 1,72 2,67 3,03 4,44 b 5,89 cd

BNJ 5% tn tn tn 1,5 1,4

KK 15 16 13 13 10

Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata, berdasarkan uji BNJ 5%, KK: Koefisien Keragaman. T = Tanah, TSB = Tanah dan Sekam Bakar, PKK = Pupuk Kandang Kambing

(5)

b. Jumlah Daun

Berdasarkan pengamatan jumlah daun, Perlakuan kombinasi media tanam dan dosis pupuk kandang kambing untuk rerata jumlah daun dari hasil analisis ragam (Tabel 2) pada pengamatan 25 HST dan 30 HST menunjukan hasil yang berbeda nyata. Pada 25 HST, Tanah dan Sekam Bakar (2:1)+50g (P6) dan Tanah dan Sekam Bakar (1:1)+50g (P9) menunjukan hasil yang tertinggi jika dibandingkan dengan Tanah+0g (P1) dengan nilai yang paling kecil namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain nya. Sedangkan pada 30 HST rerata jumlah daun tertinggi yaitu pada Tanah dan Sekam Bakar (1:1)+50g (P9) yang berbeda nyata jika dibandingkan dengan Tanah+0g (P1) yang merupakan hasil terkecil, kemudian di ikuti dengan Tanah+25g (P2), Tanah+50g (P3), dan Tanah dan Sekam Bakar (2:1)+25g (P5).

Selanjutnya Tanah dan Sekam Bakar (2:1)+75g (P7) merupakan hasil tertinggi kedua namun tidak berbeda nyata dengan Tanah+75g (P4), Tanah dan Sekam Bakar (2:1)+50g (P6), Tanah dan Sekam Bakar (1:1)+25g (P8), Tanah dan Sekam Bakar (1:1)+50g (P9), dan Tanah dan Sekam Bakar (1:1)+75g (P10).

Komponen Hasil Panen a. Luas Daun

Pada (Tabel 3), menunjukan bahwa perlakuan kombinasi media tanam dan dosis pupuk kandang kambing untuk rerata hasil panen berbeda nyata, dan Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 75 g (P7) memberikan hasil tertinggi tiap parameter pengamatan hasil.

Pada parameter luas daun, Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 75 g (P7) menunjukan hasil yang tertinggi dan berbeda nyata menghasilkan rerata luas daun tanaman selada yaitu sebesar 51,27 cm jika di

bandingkan dengan Tanah + 0 g (P1) yang hanya memiliki rerata luas daun 10,67 cm.

Kemudian hasil rerata tertinggi kedua yaitu pada Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 75 g (P10) dengan nilai 43,47 perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 50 g (P9) namun berbeda nyata dengan P6 dan tidak berbeda nyata dengan Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 25 g (P5), Tanah + 50 g (P3), dan Tanah + 25 g (P2).

b. Bobot Basah Tanaman

Pengamatan rerata bobot basah tanaman pemberian kombinasi media tanam dan dosis pupuk kandang kambing tertinggi di hasilkan oleh Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 75 g (P7) yang berbeda nyata dengan Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 75 g (P10) dan Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 50 g (P6) namun tidak berbeda nyata dengan Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 50 g (P9) yang memiliki hasil tertinggi setelahnya.

Sedangkan Tanah + 75 g (P4), Tanah dan Sekam Bakar (1:1) +25 g (P8), Tanah + 50 g (P3), dan Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 25 g (P5) tidak berbeda nyata dalam meningkatkan rerata bobot basah tanaman selada.

c. Bobot Akar

Pemberian kombinasi media tanam dan dosis pupuk kandang kambing pada Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 75 g (P7) merupakan hasil terbaik dalam rerata bobot akar jika dibandingkan dengan Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 50 g (P6) dan Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 75 g (P10) namun tidak berbeda nyata dengan Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 50 g (P9). Sedangkan Tanah + 75 g (P4), Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 25 g (P5), Tanah + 25 g (P2), dan Tanah + 0 g (P1) tidak berbeda nyata meningkatkan rerata bobot akar tanaman selada.

(6)

Tabel 3. Rerata Hasil Panen tanaman selada dengan perlakuan kombinasi media tanam dan dosis pupuk kandang kambing pada berbagai umur pengamatan

Perlakuan

Hasil Luas Daun

(cm2)

Bobot Basah Tanaman (g)

Bobot Akar (g)

Bobot Ekonomis (g)

P1 (T+0 g PKK) 10,67 a 5,56 a 0,78 a 3,56 a

P2 (T+25 g PKK) 13,50 ab 6,78 a 0,67 a 5,44 ab

P3 (T+50 g PKK) 16,23 abc 12,78 a 1,67 a 11,33 ab

P4 (T+75 g PKK) 21,07 c 15,90 a 1,56 a 13,33 b

P5 (TSB (2:1)+25g PKK) 17,50 bc 11,89 a 1,11 a 9,44 ab P6 (TSB (2:1)+50g PKK) 29,40 d 31,43 b 3,33 b 30,44 c P7 (TSB (2:1)+75g PKK) 51,27 f 44,67 c 4,67 c 40,67 d P8 (TSB (1:1)+25g PKK) 19,70 c 15,56 a 1,56 a 14,78 b P9 (TSB (1:1)+50g PKK) 43,07 e 39,89 bc 4,22 bc 33,11 cd P10 (TSB (1:1)+75g PKK) 43,47 e 32,00 b 3,22 b 29,11 c

BNJ 5% 5,8 10,8 1,33 9,55

KK 7 17 20 17

Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata, berdasarkan uji BNJ 5%, KK: Koefisien Keragaman. T = Tanah, TSB = Tanah dan Sekam Bakar, PKK = Pupuk Kandang Kambing

d. Bobot Ekonomis

Perlakuan kombinasi media tanam dan dosis pupuk kandang kambing berpengaruh terhadap rerata bobot ekonomis selada.

Tabel 3 menjelaskan bahwa Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 75 g (P7) merupakan hasil dengan rerata bobot ekonomis tertinggi jika dibandingkan dengan Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 50 g (P6) dan Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 75 g (P10) namun tidak berbeda nyata dengan Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 50 g (P9). Kemudian Tanah dan Sekam Bakar (1:1) +25 g (P8) dan Tanah + 75 g (P4) berbeda nyata dengan Tanah + 0 g (P1) namun tidak berbeda nyata dengan Tanah + 50 g (P3), Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 25 g (P5), dan Tanah + 25 g (P2).

Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman selada

Berdasarkan hasil penelitian dan data analisis yang telah dilakukan, kombinasi media tanam dan dosis pupuk kandang kambing memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman selada.

Pemberian kombinasi media tanam dan dosis pupuk kandang kambing yang berbeda jika dilihat dari data juga memberikan respon

pertumbuhan yang berbeda. Pada parameter tinggi tanaman, hasil analisis ragam menunjukan bahwa kombinasi media tanam dan dosis pupuk kandang kambing berbeda nyata antar perlakuan di berbagai umur pengamatan jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Dilihat dari (Tabel 1), tinggi tanaman pada 15 HST – 30 HST pada perlakuan 7 (Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 75 g Pupuk Kandang Kambing) dan perlakuan 10 (Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 75 g Pupuk Kandang Kambing) berbeda nyata dengan Perlakuan kontrol. Hal ini di duga karena komposisi media tanam yang sesuai, dan dosis pupuk kandang kambing yang paling tinggi mampu memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman untuk tumbuh dengan baik. Hal ini karena penggunaan pupuk kandang kambing sebagai bahan organik yang mampu membantu untuk memperbaiki kesuburan tanah sehingga kondisi tanah menjadi lebih gembur dan subur. Penggunaan pupuk organik merupakan salah satu cara untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah dan membantu meningkatkan produksi tanaman.

Semakin banyak jumlah pupuk kandang kambing yang di aplikasikan maka unsur hara

(7)

yang terserap juga semakin besar dan optimal sehingga berpengaruh pada hasil dan produksi tanaman selada (Wardhana et al., 2016). Terlebih lagi, perlakuan pemberian dosis pupuk kandang kambing sebesar 20 ton-1 untuk tanaman selada memberikan hasil terbaik pada pengamatan jumlah daun tanaman selada, nitrogen yang terkandung dalam pupuk kandang kambing memiliki peranan penting dalam proses fotosintesis sebagai bahan utama klorofil dan metabolisme. Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap tanaman merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan, khususnya dalam pertumbuhan batang yang dapat memacu pertumbuhan tinggi tanaman.

Semakin banyak Nitrogen yang terserap maka semakin banyak fotosintat yang dihasilkan untuk kemudian di translokasikan keseluruh bagian tanaman sehingga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Selain itu, besar kecilnya persentase yang terkandung dalam bahan organik tanah akan mempengaruhi tinggi- rendah nya status KTK tanah, dan semakin tinggi KTK tanah maka menunjukan bahwa unsur hara yang tersedia dalam tanah dan kemampuan akar tanaman dalam menyerap unsur hara semakin baik. Hal ini di dukung oleh Suryani (2014) yang menyatakan bahwa bahan organik memiliki daya serap yang lebih besar dari pada koloid liat yang berarti bahwa semakin tinggi kandungan organik suatu tanah maka semakin tinggi pula KTK tanah.

Gunawan et al., (2019) mengatakan bahwa KTK tanah menggambarkan kation-kation tanah yang dapat ditukar dan diserap oleh perakaran tanaman. Selain itu, penggunaan sekam bakar sebagai media membantu memperbaiki sifat fisik tanah karena karakteristiknya yang porous memiliki pori- pori makro dan mikro sehingga, dengan perbandingan yang tepat, akan membuat

sirkulasi dan serapan air menjadi baik dan membuat perakaran dapat berkembang.

Pada parameter jumlah daun (Tabel 2), kombinasi media tanam dan dosis pupuk kandang kambing pada pengamatan 25 HST dan 30 HST menunjukan bahwa dengan perlakuan P6 (Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 50 g Pupuk Kandang Kabing), P7 (Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 75 g Pupuk Kandang Kambing), P9 (Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 50 g Pupuk Kandang Kambing), dan P10 (Tanah dan Sekam Bakar (1:1) + 75 g Pupuk Kandang Kambing) dapat meningkatkan rerata jumlah daun tanaman selada jika dibandingkan dengan perlakuan terendah yaitu kontrol yang hanya berisikan tanah dengan tidak ada nya penambahan pupuk sama sekali. Hasil pengamatan menunjukan bahwa penambahan pupuk penting untuk pertumbuhan tanaman dalam hal ini jumlah daun. Semakin banyak jumlah daun pada tanaman menunjukan bahwa proses fotosintesis yang terjadi baik. Peranan Nitrogen dalam budidaya tanaman hortikultura sangat penting, hal ini sesuai dengan pernyataan (Wardhana et al., 2016), bahwa kekurangan unsur Nitrogen akan menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, lambat dan lemah, jumlah daun yang sedikit serta warna daun yang kekuning-kuningan atau berwarna pucat. Semakin cepat unsur Nitrogen dapat diserap oleh tanaman dalam suatu sumber pupuk organik maka pertumbuhan tinggi tanaman juga akan semakin baik. Selain berpengaruh pada tinggi tanaman, Nitrogen juga sangat berperan pada pembentukan tunas, perkembangan batang dan daun yang nantinya juga akan mempengaruhi berat segar dan berat kering tanaman (Prasetyo, 2014). Semakin tinggi Nitrogen yang di sediakan maka semakin baik dan berkualitas pula selada yang di hasilkan.

(8)

Pengaruh perlakuan terhadap hasil panen tanaman selada

Pemberian kombinasi media tanam dan dosis pupuk kandang kambing pada parameter pengamatan luas daun memberikan hasil yang berbeda-beda. Hal ini dapat di lihat pada (Tabel 3), yaitu pada perlakuan P1 (Tanah + 0 g), P4 (Tanah + 75 g), P7 (Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 75 g), dan P10 (Tanah dan Sekam (1:1) + 75 g) meskipun dengan dosis pupuk kandang kambing yang sama, namun perbedaan komposisi media menyebabkan perbedaan hasil luas daun yang berbeda juga. Rerata luas daun tertinggi yaitu pada P7 (Tanah dan Sekam (2:1) + 75 g) dan rerata terendah yaitu pada P2 (Tanah + 25 g) dan P1 (Tanah + 0 g). Media sebagai tempat untuk menopang tanaman, juga harus mampu memberikan oksigen, air, dan membantu akar untuk mendapatkan unsur hara dengan memberikan ruang/rongga agar akar dapat dengan tumbuh dan berfungsi dengan optimal. Menambahkan sekam bakar sebagai penunjang media membuat bahan tanam memiliki aerasi dan drainase yang baik.

Menurut Junus et al. (2014) Aerasi merupakan pemambahan oksigen ke dalam media sehingga oksigen dalam di dalam media tinggi. Aerasi termasuk pengolahan tanah secara fisik yang berfungsi untuk meningkatkan kadar oksigen, serta membantu sirkulasi atau jalur air.

Menurut Sofyan et al. (2014) dalam penelitiannya, ia menggunakan sekam bakar dan arang sekam, hasilnya terbukti memperbaiki struktur media tanam tumbuh menjadi lebih remah dibandingkan dengan tanah saja, hal ini menyebabkan akar dapat bergerak ke segala arah sehingga akar dapat tumbuh dengan optimal. Selain itu, Agustien et al. (2016) menyatakan bahwa selain tanah, ternyata sekam bakar dapat dimanfaatkan sebagai pencampuran media tanam. Sekam bakar adalah limbah yang dihasilkan dari

penggilingan beras. Metode dengan media tanam sekam bakar sudah mulai banyak dilakukan untuk memanfaatkan limbah padi agar tidak terbuang percuma namun memberi manfaat juga untuk lingkungan diantaranya untuk memperindah kebun, sebagai penangkal bekicot, dan meningkatkan struktur tanah. Namun, sekam bakar hanya digunakan sebagai bahan penunjang yang di kombinasikan dengan tanah, bukan sebagai pengganti media tanam. Penunjang dalam artian hanya sebagai tambahan bukan sebagai bahan utama atau tunggal. Karena pada dasarnya, sekam di gunakan untuk memperbaiki sifat fisik dari tanah, bukan sebagai penyedia unsur hara maupun tempat penopang tunggal tanaman namun untuk membantu akar tanaman untuk bisa mendapatkan air dan unsur hara dengan optimal dengan menciptakan ruang di dalam media yang padat. Maka dari itu, komposisi arang sekam yang di gunakan juga perlu di perhatikan. Dari penelitian yang telah di lakukan, komposisi tanah dan sekam bakar dengan perbandingan 2:1 lebih tinggi jika di bandingkan dengan komposisi media tanah dan sekam dengan perbandingan 1:1. Hal ini di duga karena jika komposisi tanah lebih besar dari sekam bakar akan membentuk aerasi yang baik dan tanah berperan sebagai pengikat air dan unsur hara namun sebalik nya, jika komposisi sekam sama dan atau lebih besar dari pada tanah di duga tidak dapat menopang tanaman dengan baik serta sekam akan membuat pori yang terbentuk terlalu besar membuat kurang nya penahan air dalam tanah sehingga air dan unsur hara menguap atau loss dengan cepat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widodo et al.

(2021), arang sekam tidak mengandung unsur hara N, P, dan K yang lengkap.

Komposisi kimiawi sekam bakar adalah Silika dengan kadar 52% dan Karbon sebanyak 31%. Oleh karena kandungan terbesar adalah Silika, maka ketersediaan unsur hara

(9)

N sebagai unsur penunjang pertumbuhan tidak terpenuhi. Penggunaan arang sekam yang terlalu banyak menurunkan kandungan unsur hara yang ada pada media tanam.

Perlakuan arang sekam secara mandiri tidak berpengaruh terhadap persentase jumlah maupun bobot buah dalam kelas apapun, hal ini diduga karena arang sekam adalah bahan pembenah yang steril sehingga tidak memuat kandungan hara yang dapat menunjang pertumbuhan dan hasil tanaman.

Pupuk kandang kambing sebagai pupuk organik yang memiliki unsur hara Nitrogen paling tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang lain nya (Tabel 1) dapat membantu pembentukan daun yang memiliki helaian lebih luas dengan kandungan klorofil yang lebih tinggi, sehingga tanaman mampu menghasilkan karbohidrat/asimilat dalam jumlah yang tinggi untuk menopang pertumbuhan (Rastiyanto et al., 2013). Dari hasil analisis ragam, pemberian kombinasi media tanam dan dosis pupuk kandang kambing memberikan hasil yang berbeda nyata pada bobot basah tanaman, bobot akar, dan juga bobot ekonomis tanaman selada di bandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 3) untuk hasil paling tinggi di hasilkan oleh P7 yaitu dengan komposisi tanah dan sekam bakar (2:1) dan dosis pupuk kandang kambing 75 g. Hal ini diduga karena media yang ideal membuat akar dapat bergerak dan menopang tanaman dengan baik sehingga memberikan hasil yang optimal, selain itu penambahan pupuk kandang kambing dalam penanaman tanaman selada dapat membantu mencukupi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman (Wardhana et al., 2016). Unsur Nitrogen yang terdapat dalam pupuk kandang kambing mampu membantu pertumbuhan vegetatif tanaman selada. Kecukupan akan unsur hara terhadap tanaman akan berpengaruh dalam menentukan nilai biomassa tanaman, karena besar kecilnya

jumlah unsur hara yang diberikan dan diserap oleh tanaman sangat mempengaruhi laju pertumbuhan vegetatif, generatif hingga fase produktif tanaman.

Pupuk kandang kambing yang di pakai pada penelitian juga memiliki persentase bahan organik yang cukup tinggi yaitu 42,73%. Bahan organik yang merupakan sumber Nitrogen tanah yang utama berperan penting terhadap perbaikan sifat fisik, biologi dan kimia tanah, serta lingkungannya. Bahan organik dapat berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butiran sekunder tanah dalam pembentukan agregat, keadaan ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Pupuk organik mempunyai fungsi kimia yang sangat penting yaitu menyediakan hara makro seperti N, P, K, Ca, Mg, dan S, dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relatif sedikit namun dapat meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah.

Sembiring et al., (2015) menyatakan bahwa perlakuan dengan jumlah bahan organik yang lebih tinggi menghasilkan peningkatan nilai KTK, hal ini disebabkan oleh bahan organik yang mengalami dekomposisi menghasilkan senyawa organik yang ditunjukan oleh peningkatan C-organik, karena bahan organik memiliki fraksi liat yang dapat menyumbangkan muatan negatif dari bahan untuk kemudian menjadi tersedia pada tanah sehingga mampu meningkatkan kapasitas tukar kation. Pengaplikasian bahan organik ke dalam tanah akan mengalami beberapa proses perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus atau bahan organik tanah. Lusiana (2015) menyebutkan bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroorganisme tanah, sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme dalam penyediaan hara tanaman. Selain sebagai sumber hara bagi tanaman, bahan organik juga menjadi

(10)

tempat tinggal dan sumber energi serta hara bagi mikroorganisme. Lusiana (2015) juga menjelaskan mengapa pupuk organik lebih baik di banding pupuk anorganik, ia menyebutkan kebanyakan petani memilih menggunakan pupuk anorganik karena keuntungan jangka pendek seperti, praktis, jumlah penggunaan yang jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganya yang relatif murah karena di subsidi, dan mudah diperoleh. Kebanyakan petani ketergantungan pada pupuk anorganik sehingga dalam jangka panjang berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian. Namun kini petani mulai beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik. Pupuk organik sangat bermanfaat untuk meningkatkan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.

Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.

Sumber bahan pupuk organik sangat beraneka ragam dalam karateristik fisik dan kandungan kimia atau haranya. Jika dibandingkan, bagaimana penggunaan pupuk organik dan pupuk anorganik dilihat dari keuntungan lingkungan dan keuntungan ekonomi. Nurhayati et al. (2013) membandingkan keuntungan ekonomi dalam memproduksi tanaman wijen menggunakan pupuk organik dan pupuk anorganik. Pada parameter kelayakan ekonomi, di lakukan analisis kelayakan usaha untuk menilai sejauh mana manfaat yang akan diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha.

Analisis dilakukan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan suatu gagasan usaha yang kemudian akan dilaksanakan untuk mendapatkan manfaat dalam arti finansial, sosial, maupun lingkungan. Hasil analisis jika di bandingkan, antara pupuk kandang sapi dengan pupuk

NPK dalam tiga indikator ekonomi yaitu perbandingan pendapatan dan biaya (B/C ratio), tingkat pengembalian dari investasi (IRR), dan periode kembalinya investasi (PP) menunjukan bahwa dengan menerapkan pemupukan organik memberikan kelayakan yang prospektif di bandingkan dengan pemupukan anorganik. Selain itu, dari sisi lingkungan, pupuk organik mampu memperbaiki kondisi tanah menjadi lebih baik.

Pada tanaman selada, yang menjadi konsumsi masyarakat adalah daun yang segar, utuh, lebar dan hijau tanpa akar yang di sebut bobot ekonomis. Menurut Eka (2013), berat basah tanaman merupakan hasil akumulasi fotosintat dalam bentuk biomasa tanaman dan kandungan air pada daun. Sebagian besar berat basah tumbuhan berisi kandungan air. Air berperan dalam turgiditas sel, sehingga sel-sel daun akan membesar. Untuk mencapai berat basah yang optimal, tanaman masih membutuhkan banyak energi maupun unsur hara agar peningkatan jumlah maupun ukuran sel dapat mencapai optimal serta memungkinkan adanya peningkatan kandungan air tanaman yang optimal pula. Jika kebutuhan air dan hara terpenuhi maka proses fotosintesis dan fotosintat yang dihasilkan akan baik pula.

Absorbsi air dan hara yang tidak optimal akan mempengaruhi proses fotosintesis dan fotosintat yang dihasilkan menjadi lebih rendah, sehingga mempengaruhi berat basah tanaman (Widodo et al. 2021).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa kombinasi media tanam dan penambahan pupuk kandang kambing dapat menunjang pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) dibandingkan penggunaan media tanpa kombinasi dan penambahan pupuk kandang.

(11)

Perlakuan Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 75 g Pupuk Kandang Kambing (P7) dan Perlakuan Tanah dan Sekam Bakar (2:1) + 50 g Pupuk Kandang Kambing (P9) memberikan hasil terbaik dibandingkan dengan perlakuan yang tidak menggunakan kombinasi media dan pupuk kandang dengan hasil rerata bobot basah sebesar 44,67 g dan rerata bobot ekonomis sebesar 40,67 g.

DAFTAR PUSTAKA

Agustien, A , Jannah, M. and Djamaan, A..

(2016). Screening polyethylene synthetic plastic degrading-bacteria from soil. Der Pharmacia Lettre, 2016, 8 (7):183-187

Eka R. A., Sutirman, Ani P. 2013. Pengaruh pemberian pupuk organik kotoran kambing terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kailan (Brassica Oleraceae L). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten. Buletin Ikatan 3 (2): 36-40.

Fauzi A. R., Annisa N. I., Heny A. 2016.

Pertanian perkotaan: urgensi, peranan, dan praktik terbaik. J. Agroteknologi, 10(1):49-54.

Gunawan, Wijayanto, N., Budi, SW. 2019.

Karakteristik sifat kimia tanah dan status kesuburan tanah pada agroforestri tanaman sayuran berbasis Eucalyptus Sp. Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 10 No. 02, Agustus 2019, Hal 63-69

Junus M., Agung S. W., Wahyono S., dan Windi Z., 2014. Peranan aerasi dan silika serta lama pemerama terhadap kandungan pupuk cair lumpur. J. Ilmu- Ilmu Peternakan 24 (1): 82-92.

Lusiana. 2015. Pengaruh berbagai jenis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactusa sativa L) di dataran rendah. J.

Agroektan 2 (2): 102-116.

Nurhayati, D.R., Sarwana, A.E., Taryono. 2013. Produksi wijen

(Sesamum indicum l.)

melalui ameliorasi bahan organik, unsur Mg dan S pada tanah pasir.

Jurnal Inovasi Pertanian 11(1)

Prasetyo, R. 2014. Pemanfaatan berbagai sumber pupuk kandang sebagai sumber N dalam budidaya cabai merah (Capsicum annum L.) di tanah berpasir. J. Agro Science 2(2)

Rastiyanto E. A, Sutirman, Pullaila, A. 2013.

Pengaruh pemberian pupuk organik kotoran kambing terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kailan (Brassica oleraceae)

Sembiring I. S., Wawan dan Khoiri A. M.

2015. Sifat kimia tanah dystrudepts dan pertumbuhan akar tanaman kelapa sawit (Elais Guineensis Jacq.) yang diaplikasi mulsa organik Mucuna Bracteata. JOM. Faperta 2 (2)

Sofyan E., Melya R., dan Duryat S. 2014.

Pemanfaatan limbah teh, sekam padi, dan arang sekam sebagai media tumbuh bibit trembesi (Samanea saman). J. Sylva Lestari. 2 (2): 61-70.

Suryani I. 2014. Kapasitas tukar kation (ktk) berbagai kedalaman tanah pada areal konversi lahan hutan. J. Agrisistem 10 (2): 99-106

Valley, Will. 2018. City, culture and society.

vancouver, Canada. Centre for Sustainable Food Systems, Faculty of Land and Food Systems, University of British Columbia, MCML 179 2357, BC, V6T 1Z4, Canada

Wardhana I., Hudaini H., dan Insan W. 2016.

Respons pertumbuhan dan produksi tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada pemberian dosis pupuk kandang kambing dan interval waktu aplikasi pupuk cair super bionik. J. Agritop Ilmu- Ilmu Pertanian 165-185

(12)

Widodo A., Agus S., dan Hening W. 2021.

Pengaruh variasi dosis pupuk organik cair (POC) bonggol pisang dan arang sekam terhadap pertumbuhan selada (Lactuca Sativa L.). J. Science and Biology Education Biolova Universitas Muhammadiyah

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 12-23 yang menunjukkan bahwa pemberian beberapa taraf dosis pupuk dengan kombinasi penambahan pupuk kandang ayam

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian EM-4 dengan dosis yang berbeda pada pakan memberikan hasil yang tidak saling berbeda nyata terhadap laju