• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh kepemimpinan, budaya organisasi, dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh kepemimpinan, budaya organisasi, dan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA

GURU DI SMA PGRI 3 PADANG

JURNAL

Oleh:

FATHONATAN DEWI NASTITIE 12090184

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2017

(2)
(3)

Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Guru di SMA PGRI 3 Padang

Oleh

Fathonatan Dewi Nastitie1 , Sri Wahyuni, M.Pd 2,Hayu Yolanda Utami, MBA3

1

Mahasiswa –prodi-pendidikan-ekonomi

23 Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

[email protected],sriwahyuniajeng4gmail.com,[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan, budaya organisasi, dan motivasi kerja terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang. Hasil analisa data menunjukkan bahwa; (1) Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja guru di SMA PGRI 3 Padang dengan koefisien jalur sebesar 0,341 dan thitung sebesar 2,417 serta signifikansi (0,019) < α (0,05); (2) Budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja guru SMA PGRI 3 Padang dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,549 dan nilai thitung

sebesar 3,893 serta signifikansi (0,000) < α(0,05); (3) Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,334 dan nilai thitung 2,548 serta signifikansi (0,014) < α (0,05); (4) Budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang dengan koefisien jalur sebesar 0,307 dan nilai thitung 2,175 serta signifikansi (0,034) > α (0,05); (5) Motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang dengan koefisien jalur sebesar 0,305 dan nilai thitung 2,515 dan nilai signifikansi (0,015) < α(0,05).

Kata kunci: kepemimpinan, budaya organisasi, motivasi kerja dan kepuasan kerja

ABSTRACT

This research aims to know effect of the leadership, culture of the organization, and motivation to work toward teacher’s satisfaction work in SMA PGRI 3 Padang. Based on result of analyze data got (1) Leadership have significan influence toward teacher’s working motivation in SMA PGRI 3 Padang with patch coefficient as big as 0,341 and tcalculated as big as 2,417 and sig (0,019) < α (0,05); (2) Culture of the organization have significan influence toward teacher’s working motivation in SMA PGRI 3 Padang with patch coefficient as big as 0,549 and tcalculated as big as 3,893 and sig (0,000) < α (0,05); (3) Leadership have significan influence toward teacher’s satisfaction work in SMA PGRI 3 Padang with patch coefficient as big as 0,334 and tcalculated as big as 2,548 and sig (0,014) < α (0,05); (4) Culture of the organization have significan influence toward teacher’s satisfaction work in SMA PGRI 3 Padang with patch coefficient as big as 0,307 and tcalculated as big as 2,175 and sig (0,000) < α (0,05); (5) Motivation to work have significan influence toward teacher’s satisfaction work in SMA PGRI 3 Padang with patch coefficient as big as 0,305 and tcalculated as big as 2,515 and sig (0,01) < α (0,05).

Keyword: leardership, organization culture, work motivation, and job satisfaction

(4)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu pilar yang menentukan kemajuan suatu negara.

Suatu negara yang memiliki sistem pendidikan dengan pelaksanaan yang baik akan menghasilkan keluaran berupa sumber daya manusia yang berkualitas. Keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas akan berkontribusi terhadap peningkatan kualitas kehidupan individu ataupun masyarakat.

Peningkatan kualialitas kehidupan masyarakat akan berdampak terhadap kemajuan negara tersebut. Pentingnya suatu pendidikan membuat pemerintah Indonesia membuat suatu sistem pendidikan nasional (Sisdiknas).

Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) menyebutkan,”Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, aklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Depdiknas, 2003:1).

Untuk mewujudkan pendidikan yang diamanatkan dalam undang-undang tersebut akan sangat tergantung terhadap kinerja setiap komponen yang terlibat dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, setiap komponen yang terlibat dalam sistem pendidikan harus bekerja sesuai fungsinya agar sistem pendidikan bejalan dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Komponen sistem pendidikan bisa berupa orang, alat atau peraturan.

Sekolah sebagai suatu organisasi pendidikan yang merupakan salah satu subsistem dari sistem pendidikan nasional.

Salah satu komponen yang sangat berperan penting dalam proses pembelajaran di sekolah adalah guru. Hal ini dikarenakan guru merupakan subjek pendidikan yang berhadapan langsung dengan peserta didik sebagai objek pendidikan.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 menyebutkan bahwa “Guru atau dosen adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan

dasar dan pendidikan menengah”. Melihat undang-undang di atas diketahui bahwa guru memiliki tugas yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Lulusan yang berkualitas bisa menjadi salah satu orientasi yang harus dicapai oleh sekolah. Kualitas lulusan suatu sekolah salah satunya dapat diukur dari nilai rata hasil ujian nasional (UN) siswa. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui nilai rata-rata hasil ujian nasional siswa SMA PGRI Padang seperti tabel berikut ini.

Tabel 1. Rata-Rata Nilai Ujian Nasional Siswa SMA PGRI Padang

Sumber: Tata Usaha SMA 3 PGRI Padang Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa rata rata laju peningkatan nilai UN dari siswa SMA PGRI 3 memiliki laju peningkatan yang paling kecil yakni sebesar 6,61(%) selama periode tahun pelajaran 2011/2012 sampai 2015/2016 dari pada SMA PGRI lainya di Kota Padang. Rata-rata nilai UN yang diperoleh oleh siswa SMA PGRI 3 Padang dari periode tahun pelajaran 2011/2012 – 2014/2015 rata-rata cenderung menurut. Dimana penurunan yang paling signifikan terjadi pada tahun pelajaran 2012/2013 dengan laju penurnan sebesar 17,51% dari rata-rata nilai UN pada tahun sebelumnya. Peningkatan rata-rata ujian UN dalam periode tahun pembelajaran 2011/2012 – 2015/2016 hanya terjadi pada tahun pembelajaran 2015/2016. Persentase peningkatan rata-rata UN pada tahun pembelajaran 2015/2016 dari tahun sebelumnya hanya sebesar 3,03. Belum

(5)

signifikannya peningkatan nilai UN siswa mengindikasikan orientasi kerja guru SMA PGRI 3 Padang untuk mencapai peningkatan nilai UN masih kurang.

Supaya setiap komponen pendidikan menunjukkan kinerja yang baik, maka setiap komponen pendidikan harus merasa memiliki kepuasan terhadap pekerjaan yang dilakukanya. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di SMA 3 PGRI Padang tentang kepuasan kerja guru, terlihat bahwa guru masih memiliki kekurang puasan dalam bekerja. Kekurangan kepuasan kerja guru di SMA 3 PGRI tergambar dari pembagian jam mengajar yang didapat oleh guru. Tabel berikut menyajikan pembagian jumlah jam mengajar bagi seluruh guru SMA 3 PGRI Padang

Tabel 2. Gambaran Pembagian Jam Kerja Guru SMA PGRI 3 Padang

Sumber: Tata Usaha SMA PGRI 3 Padang, (2016)

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa dalam periode tahun pembelajaran 2014/2015 dan 2015/2016 hanya terdapat 34,59% guru yang mendapat jumlah jam mengajar sebayak 24 jam/minggu. 31,74%

guru yang mendapat jumlah jam mengajar sebayak < 24 – 12 jam/minggu. Sisanya 33,67% guru mendapat jam mengajar < dari 12 jam/perminggu. Pemberian jumlah jam sebanyak 24 jam diprioritaskan kepada guru tetap yayasan (GTY) yang telah sertifikasi dan guru pegawai negeri sipil yang didanai pihak ketiga (PNS DPK). Pemprioritasan pembagian jam mengajar bagi guru PNS DPK dan GTY menyebabkan kesempatan bagi guru tidak tetap (GTT) mendapat jam mengajar jam menjadi sedikit.

Kurangnya jumlah jam mengajar yang didapat oleh guru akan berdampak terhadap besarnya pendapatan yang diperoleh oleh guru. Hal ini dikarenakan perhitungan honor bagi guru didasarkan pada jumlah jam mengajar perminggu. Pada SMA 3 PGRI Padang satu jam mengajar guru perminggu dihargai sebesar Rp. 40.000,-. Lebih jelas, pendapatan guru berdasarkan jam mengajar disajikan pada tabel berikut ini

Tabel 3. Pendapatan Guru SMA PGRI 3 Padang

Sumber: Tata Usaha SMA PGRI 3 Padang, (2016)

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar guru SMA 3 PGRI Padang memiliki pendapatan dari mengajar di bawah upah minimum provinsi (UMP). Dimana, hanya sebesar 34,59% guru SMA 3 PGRI Padang memiliki pendapatan dari mengajar di atas UMP dan sisanya sebesar 65,41% guru SMA 3 PGRI Padang memiliki pendapatan dari mengajar di bawah UMP. Bagi guru yang mengajar kecil > 12 jam perminggu artinya hanya akan mendapatkan honor maksimum sebesar Rp. 440.000,- perbulan. Sedangkan bagi guru yang mengajar antara >24 – 12 jam/minggu akan mendapatkan honor maksimum sebesar Rp. 920.000,- perbulan.

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa jumlah gaji masksimal yang diterima GTT masih dibawah upah minimum Kota Padang yang ditetapkan sesuai Surat Keputusan Gubernur Sumatera Barat No.

562/777/2015 tentang upah minimum Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 yakni sebesar Rp. 1.800.725

Sesuai Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2005 menyatakan bahwa guru non PNS, baik yang mengajar di sekolah negeri maupun swasta akan mendapat tunjangan subsidi, dengan syarat mengajar minimum 24 jam. Artinya, kesempatan bagi GTT SMA 3

(6)

PGRI Padang yang mengajar kurang dari 24 jam juga tidak akan mendapatkan tunjangan.

Oleh karena itu, pemberian jam mengajar yang kurang dari 24 jam/minggu GTT juga bisa juga sebagai indikasi bahwa kurangnya kepercayaan yayasan atau kepala sekolah terhadap guru, yang bisa menyebabkan guru kurang puas dengan pekerjaannya.

Sesuai dengan pendapat (Sutrisno, 2011) Faktor-faktor kepuasan kerja dipengaruhi oleh motivasi kerja dari segi kesempatan untuk maju, keamanan kerja, gaji, perusahaan dan manajemen, pengawasan, kondisi kerja, komunikasi. Jadi kepuasan kerja karyawan banyak dipengaruhi oleh sikap pimpinan dalam kemimpinannya, motivasi kerja, dan keadaan perusahaan atau budaya organisasi.

Dalam kegiatan proses pembelajaran dituntut kemampuan guru untuk mengelola proses belajar mengajar dengan baik.

Terutama dalam menciptakan situasi dan kondisi pembelajaran yang kondusif, sehingga mampu meningkatkan kreatifitas dan minat belajar siswa. Pelaksanaan tugas dan dikerja guru memiliki korelasi dengan motivasi kerja.

Motivasi kerja akan tergambar dalam pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran yang dikelola guru.

Motivasi menyangkut alasan-alasan mengapa orang mencurahkan tenaga untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Menurut (Danim, 2012:2)“Motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologi yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendaki”. Motivasi berkaitan dengan rasa puas atau tidaknya seseorang dalam interaksinya dengan orang- orang yang berpengaruh terhadapnya.

Bagi guru, tujuan motivasi adalah menimbulkan gairah, seperti pendapat (Piet A Suhertian, 2000:3) yang mengatakan gairah dan semagat kerja yang tinggi memungkinkan guru dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Situasi belajar yang menyenangkan diharapkan dapat mengerakkan atau memacu peserta didiknya untuk mau dan ingin meningkatkan prestasi belajar, sehingga tujuan pendidikan tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan dan ditetapkan sekolah.

Berdasarkan observasi langsung yang penulis lakukan terhadap guru di SMA PGRI

3 Padang, terlihat bahwa motivasi guru mengajar masih rendah. Hal ini digambarkan dengan adanya guru yang tidak tepat waktu masuk kelas dan bahkan ada pula guru yang cepat keluar kelas sebelum jam pelajaran habis. Selain itu ketika proses pembelajaran berlangsung ada guru yang meninggalkan kelas.

Sebagai gambaran profil guru yang motivasi kerjanya masih rendah, antara lain:

guru mengajar secara monoton dan tanpa persiapan yang matang. Guru masih menggunakan persiapan mengajar dengan sangat sederhana, belum sepenuhnya menggunakan acuan kurikulum yang dipersyaratkan, dan tidak konsisten dalam implementasi skenario rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan dan pada proses pembelajaran guru masih dominan menggunakan metode ceramah.

Selain itu, juga dijumpai guru yang mengajar hanya berdasarkan pengalaman masa lalunya dari waktu kewaktu, sehingga merasa hafal diluar kepala dan tidak mau berubah terhadap hal-hal baru, termasuk metode pembelajaran, penggunaan media, sistem penilaian yang kurang difahami, mengajar secara hafalan/ tanpa persiapan mengajar.

Rendahnya motivasi kerja guru juga tergambar dari minimnya persiapan yang dilakukan oleh guru sebelum proses pembelajaran. Dimana seharusnya sebelum mengajar guru harus memiliki perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajarn yang harus dibuat tersebut terdiri dari; rincian minggu efektif, program tahunan pembelajaran, program pembelajaran semester, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan materi pembelajaran. Hal ini menyebabkan proses pembelajarn di kelas berjalan tidak testruktur. Berdasarkan pengamatan dilakukan penulis mendapati informasi tentang kelengkapan perangkat pembelajaran yang dimiliki guru di SMA PGRI 3 Padang seperti tabel 4 berikut ini.

(7)

Tabel 4. Ketepatan Waktu dalam Melengkapi Perangkat Mengajar

Sumber: Tata Usaha SMA PGRI 3 Padang, (2016)

Dilihat dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari tahun 2014-2016 masih dari seluruh guru yang mengajar di SMA PGRI 3 Padang masih terdapat guru yang terlambat melengkapi perangkat mengajar dengan persentase sebesar 45,09%.

Keterlambatan melengkapi perangkat pembeajaran ini dikarenakan berbagai faktor, seperti; banyaknya jumlah mata pelajaran yang diajar bagi guru produktif, kurangnya kemampuan sebagian guru dalam penggunaan komputer, dan pembuatan perangkat pembelajaran yang dilakukan hanya ketika akan diadakannya penilian kinerja guru.

Motivasi kerja guru dalam mengajar dapat dipengaruhi oleh berbegai faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru bisa berasal dari luar atau dalam diri guru itu sendiri. Danim (2012:50) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi kerja, yaitu kepemimpinan, kemampuan seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi motivasi kerja bawahananya. . Sikap individu, dalam lingkungan kerja terdapat individu yang memiliki sikap statis dan ada pula yang dinamis. Terakhir, situasi kerja, budaya organisasi, dan fasilitas kerja.

Selain motivasi kerja guru, kepemimpinan kepala sekolah juga merupakan salah satu elemen dari lingkungan organisasi sekolah yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja semua staf di sekolah.

(Mulyasa, 2012:81) mengemukakan bahwa kepala sekolah hendaknya mampu mengerakkan staf sekolah untuk bekerja secara optimal. Oleh karena itu, setiap kepala sekolah sejatinya sebagai pemimpin organisasi perlu menguasai dan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi bawahannya.

Supaya, kepala sekolah dapat mempengaruhi bawahannya, maka kepala sekolah harus memahami apa yang menjadi kebutuhan bawahannya. Keberhasilan pengelolaan sekolah sangat ditentukan oleh kegiatan pendayagunaan sumber daya manusia. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai pemimpin dalam suatu organisasi hendaknya menyadari teknik-teknik untuk dapat memelihara kinerja guru. Lebih lanjut (Mulyasa, 2012:213) menyatakan kepala sekolah harus jeli melihat potensi bawahannya agar bisa dikembangkan bagi kepentingan sekolah. Namun, kenyataan dilapangan berdasarkan wawancara dengan beberapa guru di SMA PGRI 3 Padang pada bulan September 2016 diketahui bahwa kepala sekolah SMA PGRI 3 Padang kurang dapat mengenal kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh bawahannya dan mengoptimalkannya untuk pengembagan diri guru tersebut dan pengembanangan sekolah.

Kesempatan pengembangan diri bagi guru yang diberikan kepala sekolah dapat berupa pengutusan atau pemberian izin mengikuti musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Berikut disajikan data tentang frekuensi guru SMA PGRI 3 yang telah mengikuti MGMP.

Tabel 5. Frekuensi Guru SMA PGRI 3 yang Mengikuti MGMP

Sumber: Tata Usaha SMA PGRI 3 Padang, (2016)

Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa kesempatan untuk mengikuti MGMP masih hanya bisa diperoleh oleh sebagain guru saja. Sedangkan sebagain besar guru lainya belum mendapat kesempatan untuk mengikuti MGMP tiap tahun pendidikan. Kurangnya kesempatan guru untuk mengikuti MGMP sedit banyak akan mempengaruhi kinerja guru dalam mengajar.

Hal ini dikarenakan pelaksanaan MGMP dapat meningkatkan pengetahuan guru dalam

(8)

mengajar. Selain itu guru yang mengikuti MGMP diharapkan dapat memperoleh pembaharuan-pembaharuan untuk mengelola proses pembelajaran. Bagi sekolah, guru diutus untuk megikuti MGMP diharapkan juga dapat mentransfer pengetahuan dan informasi yang baru diperoleh, kepada guru lain di sekolah.

Selain masih minimnya kesempatan pengembangan diri bagi sebagian guru, berdasarkan wawancara dengan beberapa orang guru juga diketahui bahwa kecenderungan kepala sekolah di SMA PGRI 3 Padang lebih menyorot kekurangan yang dimiliki guru dan memberi hukuman, tanpa memberikan arahan perbaikan yang jelas. Hal ini terlihat dari pengurangan jam mengajar atau pengurangan tunjangan bagi guru yang telat melengkapi perangkat pembelajarannya.

Selian itu kepercayaan kepala sekolah untuk memberikan kesempatan bagi guru-guru yang lain yang dirasa mampu untuk mendapat tugas di jajaran staf masih kurang. Kecenderungan pekerjaan di bagian staf sekolah selalu dilakukan oleh orang sama.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa orang guru diketahui bahwa masih terlihat perilaku kepala sekolah masih kurang disiplin, seperti jarangnya kepala sekolah yang mengajar di kelas. Padahal setiap kepala sekolah diwajibkan mengajar sebanyak 6 jam seminggu. Kurangnya kehadiran kepala sekolah mengajar di kelas, membuat kekuatan kepala sekolah dalam memotivasi guru untuk semangat mengajar jadi lemah. Hal ini teguran yang diberikan kepala sekolah kepada guru jika menyangkut kehadiran guru dalam mengajar akan kurang didengar guru. Selain itu kurangnya kedisiplinan waktu kepala sekolah juga tidak sesuai dengan misi SMA PGRI 3 Padang. Dimana salah satu misi adalah menanamkan sikap disiplin, tanggung jawab mandiri dan kerjasama diri peserta didik.

Selain motivasi dan kepemimpinan kepala sekolah, diduga kurangnya kepuasan kerja guru dikarenakan budaya organisasi (corporate culture), (Waridin, 2006) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah suatu sitem nilai yang diperoleh dan dikembangkan oleh organisasi dan pola kebiasaan dan falsafah dasar pendirinya, yang terbentuk menjadi aturan yang digunakan sebagai pedoman dalam berfikir dan bertindak dalam mencapai tujuan organisasi. Budaya

yang tumbuh menjadi kuat mampu memacu organisasi kearah perkembangan yang lebih baik (Robbins, 2006). Hal ini berarti bahwa setiap perbaikan budaya kerja kearah yang lebih kondusif akan memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi peningkatan kinerja karyawan

Budaya organisasi disekolah tidak jauh berbeda dengan budaya yang berkembang pada umumnya. Hanya saja titik beratnya yang berbeda karena sekolah merupakan lembaga pendidikan. Berdasarkan aktifitas pengamatan awal di SMA PGRI 3 Padang terlihat bahwa budaya organisasi yang dimiliki sekolah masih kurang. Hal ini terlihat dari kurangnya inovasi yang datang dari guru- guru yang mengajar. Dimana kebanyakan guru mengajar hanya sebatas memenuhi tuntutan tugas.

Supervisi seorang kepala sekolah terhadap bawahannya merupakan salah satu cara manajer untuk mengarahkan dan memberdayakan guru dan staf untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan yang telah ditetapkan. keberhasilan atau kinerja organisasi/sekolah salah satunya ditentukan ke kompakan tim kerja (team work), di mana kerjasama guru dapat dibentuk jika kepala sekolah dapat melakukan supervisi dengan baik. Kurangnya supervisi dari kepala sekolah akan membuat keberhasilan sekolah mencapai tujuan organisasi menjadi sulit.

Berikut ini disajikan jumlah guru SMA PGRI 3 Padang yang selalu mengikuti kegiatan supervisi pembelajaran adalah.

Tabel 6. Data Supervisi Guru SMA PGRI 3 Padang

Sumber: Tata Usaha SMA PGRI 3 Padang Tahun 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah guru SMA PGRI 3 Padang yang mengikuti supervisi

(9)

hanya sebesar 58,24%. Artinya hampir sebagain besar guru SMA PGRI 3 Padang tidak mengikuti supervisi yang dilakukan dalam periode tahun pembelajaran 2015- 2016. Kurangnya jumlah guru yang disupervisi menyebabkan kurangnya orientasi sebagian guru dalam bertugas untuk mencapai tujuan pembelajaran dan sekolah. Selain itu, berdasarkan wawancara dengan 5 orang guru SMA PGRI 3 Padang diketahui bahwa supervise cenderung hanya diikuti oleh guru PNS atau guru tetap yayasan. Sedangkan guru tidak tetap masih jarang yang mengikuti supervisi, karena merasa supervisi hanya diperlukan bagi guru PNS atau guru tetap yayasan.

Belum baiknya budaya organisasi yang berjalan di SMA PGRI 3 Padang juga terlihat dari ke disiplinan guru ketika melakukan rapt kerja atau koorndinasi dengan seluruh staf dan pengajar di sekolah sekolah. Berikut disajikan data kehadiran guru SMA PGRI 3 Padang dalam pelaksanaan rapat.

Tabel 7. Data Kehadiran Guru SMA PGRI 3 Padang Dalam Pelaksanaan Rapat Akhir

Semester

Sumber: Tata Usaha SMA PGRI 3 Padang, (2016)

Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa selama pelaksanaan rapat di tahun pembelajaran 2014/2015 - 2015/2016 masih ada guru yang yang tidak hadir atau terlambat hadir dalam pelaksanaan rapat akhir semester dengan persentase sebesar 34,59%.

Data di atas juga menunjukkan bahwa pada rapat di akhir semester genap yang merupakan rapat kenaikan kelas frekuensi guru yang terlambat malah lebih besar dari rapat akhir semester ganjil. Hal tersebut mengambarkan bahwa budaya organsasi yang ada di SMA PGRI 3 Padang masih belum optimal dijalankan oleh sebagian guru.

Melihat banyaknya permasalahan yang dibuktikan dengan fakta dan fenomena pada penjabarab di atas, maka peneliti tertarik

melakukan penelitian yang tentang

“Pengaruh Kepemimpinan ,Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Guru di SMA PGRI 3 Padang”.

RUMUSAN MASALAH

1. Sejauhmana kepemimpinan berpengaruh terhadap motivasi kerja guru di SMA PGRI 3 Padang?

2. Sejauhmana budaya organisasi berpengaruh terhadap motivasi kerja guru di SMA PGRI 3 Padang?

3. Sejauhmana kepemimpinan berpengaruh terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang?

4. Sejauhmana budaya organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang?

5. Sejauhmana motivasi kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang?

TUJUAN PENELITIAN

1. Pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi kerja guru di SMA PGRI 3 Padang.

2. Pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi kerja guru di SMA PGRI 3 Padang.

3. Pengaruh kepemimpinan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang.

4. Pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang.

5. Pengaruh Motivasi kerja terhadap kepuasan kerja di SMA PGRI 3 Padang.

KAJIAN TEORI

Kepuasan kerja adalah sebagai suatu sikap seseorang individu terhadap pekerjaannya. Pekerjaan menuntut interaksi dengan rejan kerja dan atasan, mengikuti aturan dan kebijakan, dan kebijakan organisasi, memenuhi stndar kerja, hidup pada kondisi kerja yang sering kurang dari ideal, dan hal serupa lainnya( (Robbins, 2006:148).

Menurut (Hasibuan, 2003:202) kepuasan kerja guru harus diciptakan sebaik- baiknya supaya moral kerja, dedikasi,

(10)

kecintaan,dan disiplinpegawai meningkat, sehingga pegawai bergairah da bersemangat dalam bekerjasesuai dengan rencana organisasi.

Menurut (Robbins,2006:198) motivasi adalah sebagai suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam mencapai tujuan organisasiyang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan.

Menurut (Hasibuan, 2003:197) kepemimpinan adalah seni seorang pemimpin mempengaruhi prilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapi tujuan organisasi/sekolah.

Sedangkan menurut (Robbins, 2006:60) kepemimpinan merupakan kemampuan memotivasi guru, menagtur aktivitas, mengatur aktivitas individu lainnya, memilik saluran komunikasi yang paling efektif, atau menyelesaikan konflik antar anggota.

Buadaya organisasi pada dasarnya merupakan nilai-nilai dan norma yang dianut dan dijalankan oleh sebuah organisasi tersebut menjalankan kegiatan. Menurut Robbins mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut.

HIPOTESIS

1. Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja guru di SMA PGRI 3 Padang.

H0: β1 = 0 Ha: β1 ≠ 0

2. Budaya organisasi berpengaru signifikan terhadap motivasi kerja guru di SMA PGRI 3 Padang.

H0: β2 = 0 Ha: β2 ≠ 0

3. Kepemimpina berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang.

H0: β3 = 0 Ha: β3 ≠ 0

4. Budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang.

H0: β4 = 0 Ha: β4 ≠ 0

5. Motivasi kerja guru berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang.

H0: β5 = 0 Ha: β5 ≠ 0

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan asosiatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan suatu hal seperti apa adanya. Sedangkan menurut (Arikunto, 2002:239) penelitian asosiatif adalah penelitian yang menguji ada tidaknya hubungan atau pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya.

Penelitian dilakukan di SMA PGRI 3 Padang, yang beralamat di Jln. Seberang Padang Utara I No 10 Kecamatan Padang Selatan Provinsi Sumatra Bara. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2016.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMA PGRI 3 Padang baik berstatus PNS ataupun tidak PNS, yang berjumlah 56 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dengan jumlah sampel pada penelitai adalah sebanyak 56 orang responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup.

Kuesioner terdiri dari sejumlah pertanyaan tertutup yang menggunakan skala likert dengan 5 alternatif jawaban Item peryataan disusun berdasarkan kisi-kisi dari variabel motivasi kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja.

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis induktif.

Analisis deskriptif bertujuan untuk melihat kecendrungan penyebaran pada masing- masing indikator dan untuk melihat secara umum penyebaran pada setiap variabel dalam bentuk penyajian data kedalam tabel distribusi frekuensi. Tujuan umum dari analisis induktif adalah untuk mengetahui signifikansi pengaruh motivasi kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja.

(11)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis deskriptif, diperoleh keterangan tingkat capaian responden terhadap kuesioner penelitian untuk masing-masing variabel.

1. Hasil Analisa Deskriptif

Rata-rata skor jawaban responden untuk variabel kepuasan kerja adalah 3,87 dengan tingkat capaian responden sebesar 77,46% dan termasuk kategori cukup. Hal ini dapat dimaknai bahwa guru di SMA PGRI 3 Padang sudah memiliki kepuasan kerja yang cukup baik.

Rata-rata skor jawaban responden untuk variabel motivasi kerja adalah 3,95 dengan tingkat capaian responden sebesar 77,86% dan termasuk kategori cukup. Hal ini dapat dimaknai bahwa guru di SMA PGRI 3 Padang sudah memiliki motivasi kerja yang cukup baik.

Rata-rata skor jawaban responden untuk variabel budaya organisasi adalah 3,93 dengan tingkat capaian responden sebesar 79,31% dan termasuk kategori cukup. Hal ini dapat dimaknai bahwa menurut guru SMA PGRI 3 Padang sudah memiliki budaya organisasi yang cukup baik.

Rata-rata skor jawaban responden untuk variabel kepemimpinan adalah 3,96 dengan tingkat capaian responden sebesar 79,29% dan termasuk kategori cukup. Hal ini dapat dimaknai bahwa menurut guru SMA PGRI 3 Padang kepala sekolah sudah memiliki kepemimpinan yang cukup baik.

2. Hasil Analisa Induktif

Setelah dilakukan analisa deskriptif kemudian dilakukan analisa induktif, untuk mengetahui signifikansi pengaruh motivasi kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji t. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan aumsi klasik. Setelah semua persyaratan analisis terpenuhi, maka dilanjutkan dengan uji hipotesisi.

a. Uji Hipotesis

Dari uji hipotesis menggunakan uji t diketahui;

1) Diduga kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja guru di SMA PGRI 3 Padang. Berdasarkan hasil analisa uji t pada analisis jalur pertama diketahui thitung regresi kepemimpinan

terhadap motivasi kerja sebesar 2,417.

Nilai thitung signifikan secara statistik karena nilai signifikansi (0,019) lebih kecil dari alpha (0,05). Artinya hipotesis nol (H0) dapat ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja guru di SMA PGRI 3 Padang.

2) Diduga budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja guru di SMA PGRI 3 Padang. Berdasarkan hasil analisa uji t pada analisis jalur pertama diketahui thitung regresi budaya organisasi terhadap motivasi kerja sebesar 3,893 Nilai thitung signifikan secara statistik karena nilai signifikansi (0,000) lebih kecil dari alpha (0,05). Artinya hipotesis nol (H0) dapat ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja guru di SMA PGRI 3 Padang.

3) Diduga kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang. Berdasarkan hasil analisa uji t pada analisis jalur kedua diketahui thitung regresi kepemimpinan terhadap kepuasan kerja sebesar 2,548.

Nilai thitung signifikan secara statistik karena nilai signifikansi (0,014) lebih kecil dari alpha (0,05). Artinya hipotesis nol (H0) dapat ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dapat disimpulkan bahwa kepeimpinan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang.

4) Diduga budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang. Berdasarkan hasil analisa uji t pada analisis jalur kedua diketahui thitung regresi budaya organisasi terhadap kepuasan kerja sebesar 2,175.

Nilai thitung signifikan secara statistik karena nilai signifikansi (0,034) lebih kecil dari alpha (0,05). Artinya hipotesis nol (H0) dapat ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang.

5) Diduga motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang. Berdasarkan hasil analisa uji t pada analisis jalur kedua

(12)

diketahui thitung regresi motivasi kerja terhadap kepuasan kerja sebesar 2,515.

Nilai thitung signifikan secara statistik karena nilai signifikansi (0,015) lebih kecil dari alpha (0,05). Artinya hipotesis nol (H0) dapat ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang

b. Analisa Jalur

Analisis jalur substruk I menganalisis pengaruh kepemimpinan dan budaya organisasiterhadap motivasi kerja . adapun hasil analisis jalurnya dilihat pada tabel dibawah ini.

Rangkuman Hasil Analisa Jalur Substruktur I

Sumber: Hasil Analisis Data Penelitian Tahun,(2016)

Berdasarkan tabel hasil analisa jalur substruktur I diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Nilai koefisien jalur pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi kerja guru di SMA PGRI 3 Padang sebesar 0,341 dan Sig 0,019. Ini menunjukkan bahwa motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja guru di SMA PGRI 3 Padang.

2. Nilai koefisien jalur pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi kerja guru di SMA PGRI 3 Padang sebesar 0,549 dan Sig 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja guru di SMA PGRI 3 Padang

Sedangkan analisis jalur substruktur II menganalisis pengaruh kepemimpinan, budaya organisasi, dan motivasi kerja terhadap kepuasan kerja. Adapun hasil analisis jalur dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Rangkuman Hasil Analisa Jalur Substruktur II

Sumber Hasil Analisis Data Penelitian Tahun (2016)

Berdasarkan tabel hasil analisa jalur substruktur II diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Nilai koefisien jalur kepemimpinan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang sebesar 0,334 dan Sig 0,014 hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang.

2. Nilai koefisien jalur pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang sebesar 0.307 dan Sig 0,034. Hal ini mununjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang.

3. Nilai koefisien jalur pengaruh kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang sebesar 0,305 dan Sig 0,015. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang

PEMBAHASAN

Pengaruh Kepemimpinan terhadap Motivasi Kerja Guru di SMA PGRI 3 Padang

Berdasarkan analisis analisis jalur substruktur I diketahui bahwa kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja guru di SMA PGRI 3 Padang. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai thitung sebesar (2,417) signifikan secara statistik karena signifikansi (0,019) lebih kecil dari alpha (0,05), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Koefisien jalur antara kepemimpinan dengan motivasi kerja yaitu sebesar 0,341. Hasil analisa menunjukkan bahwa kepemimpinan memiliki pengaruh yang lemah dengan motivasi kerja.

Artinya, apabila kepala sekolah menjalankan

Variabel

Endogen Variabel Eksogen Koefisien

Jalur thitung Sig.

Motivasi Kerja

Kepemimpinan 0,341 2,417 0,019

Budaya Organisasi 0,549 3,893 0,000

Rsquare = 0,743

Variabel Endoge n

Variabel Eksogen Koefisien

Jalur thitung Sig.

Kepuasa n Kerja

Kepemimpinan 0,334 2,548 0,014

Budaya Organisasi 0,307 2,175 0,034

Motivasi Kerja 0,305 2,515 0,015

Rsquare = 0,803

(13)

kepemimpinannya kurang baik, maka guru juga akan kurang termotivasi dalam bekerja.

Temuan penelitian ini membuktikan bahwa kepeminan yang baik akan mempengaruhi motivasi guru dalam bekerja.

Motivasi kerja guru dalam mengajar dapat dipengaruhi oleh berbegai faktor. (Danim, 2012:50) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru bisa berasal dari luar atau dalam diri guru itu sendiri. Faktor dari luar diri guru bisa berasal pemimpin, kemampuan seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi motivasi kerja bawahananya. Terdapat berbagai gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pimpinan untuk mempengaruhi bawahannya, seperti;

kepemimpinan administrator, otoriter, demokratis, situasional, dll.

Kepemimpinan merupakan salah satu suksesnya atau berhasilnya tujuan dari organisasi. Kepemimpinan harus memiliki keterampilan dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, dan menggerakan orang lain yang ada hubungannya dengan pelaksanaan dan pengembangan pendidikan dan pengajaran ataupun pelatihan agar segenap kegiatan berjalan secara efektif dan efisien yang pada gilirannya akan mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan (Ekosusilo, 2014) juga menemukan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru SMA di Kabupaten Karang Anyar

Berdasarkan hasil analisis data diketahui nilai TCR variabel kepemimpinan dengan total rata-rata skor sebersar 79,29% berada pada kategori cukup baik dan motivasi kerja dengan total rata-rata skor sebesar 77,86 berada pada kategori cukup baik. Hal ini menunjukan bahwa kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja karena dengan kepemimpinan di sekolah yang baik telah menciptakan motivasi baik yang baik juga. Dengan demikian dapat ditegaskan motivasi kerja guru di SMA PGRI 3 Padang dipengaruhi oleh kepemimipinan di

sekolah.

Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Motivasi Kerja Guru di SMA PGRI 3 Padang

Berdasarkan analisis jalur substruktur I diketahui bahwa budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja guru SMA PGRI 3 Padang. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai thitung sebesar (3,893) signifikan secara statistik karena signifikansi (0,000) lebih kecil dari alpha (0,05), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Koefisien jalur antara budaya organisasi dengan motivasi kerja yaitu sebesar 0,549. Hasil analisa menunjukkan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh yang cukup kuat dengan motivasi kerja. Artinya, apabila kepala sekolah menjalankan kepemimpinannya dengan cukup baik, maka kepala sekolah akan cukup mudah mempengaruhi guru untuk termotivasi dalam bekerja

Motivasi kerja guru dalam mengajar dapat dipengaruhi oleh berbegai faktor.

(Danim, 2012) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru bisa berasal dari luar atau dalam diri guru itu sendiri. Faktor dari luar diri guru bisa berasal situasi kerja, budaya organisasi, dan fasilitas kerja yang terpenuhi akan membangkitkan motivasi.

Budaya organisasi pada dasarnya merupakan nilai-nilai dan norma yang dianut dan dijalankan oleh sebuah organisasi terkait dengan lingkungan dimana organisasi tersebut menjalankan kegiatanya (Sule, 2005).

(Kreitner, Robert dan Kinicki, 2005) menyatakan budaya organisasi adalah suatu wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implicit oleh kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan, pikirkan, dan bereaksi terhadap lingkungannya yang beraneka ragam. Dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi memiliki kaitan dengan motivasi kerja.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan (Suwardi, 2013) yang menyimpulkan bahwa Budaya organisasi berpengaruh terhadap motivasi kerja guru. Selanjutnya (Ekosusilo, 2014) juga menemukan bahwa Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara budaya organisasi terhadap motivasi kerja guru SMA di Kabupaten Karang Anyar.

Berdasarkan hasil analisis data diketahui nilai TCR variabel budaya organisasi dengan

(14)

total rata-rata skor sebersar 79,31% berada pada kategori cukup baik dan motivasi kerja dengan total rata-rata skor sebersar 77,86%

berada pada kategori cukup baik. Hal ini menunjukan bahwa budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja karena dengan budaya organisasi yang baik telah menciptakan motivasi kerja yang baik juga. Dengan demikian dapat ditegaskan motivasi kerja guru di SMA PGRI 3 Padang dipengaruhi oleh budaya organisasi.

Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja Guru di SMA PGRI 3 Padang

Berdasarkan analisis jalur substruktur II diketahui bahwa kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai thitung (2,548) signifikan secara statistik karena nilai signifikansi (0,014) lebih kecil dari alpha (0,05), sehingga diterima Ho

ditolak Ha diterima. Koefisien jalur antara kepemimpinan terhadap kepuasan kerja yaitu sebesar 0,334.

Secara langsung persentase pengaruh kepemimpinan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang yaitu sebesar 11,16%. Sedangkan secara tidak langsung kepemimpinan berpengaruh terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang sebesar 3,47%. Jika kualitas kepemimpinan kepala sekolah ditingkatkan secara langsung maka akan mempengaruhi kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang sebesar 11,16%.

(Robbins, 2006), menyatakan budaya organisasi adalah suatu sistem nilai yang diperoleh dan dikembangkan oleh organisasi dan pola kebiasaan dan falsafah dasar pendirinya, yang terbentuk menjadi aturan yang digunakan sebagai pedoman dalam berfikir dan bertindak dalam mencapai tujuan organisasi. (Guritno, 2005) mengindikasikan bahwa budaya organisasi/kerja dapat membantu meningkatkan minat kerja dan minimisasi konflik antar karyawan, yang semuanya akan mengarah pada kepuasan karyawan.

Budaya yang tumbuh menjadi kuat mampu memacu organisasi kearah perkembangan yang lebih baik. Sedangkan kepuasan kerja merupakan sikap umum seorang individu terhadap pekerjaanya.

Semakin banyak aspek yang sesuai dengan

keinginan individu tersebut maka semakin tinggi kepuasan kerjanya

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan (Sri Utami Juliah, Soewarto Hardienata, 2005) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikn antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru SMP Negeri Komisariat Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Selanjutnya, (Tetuko, 2012) juga menemukan bahwa kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru SMA Swasta di Kabupaten Grobongan.

Berdasarkan hasil analisis data diketahui nilai TCR variabel kepemimpinan dengan total rata-rata skor sebersar 79,29% berada pada kategori cukup baik. Hal ini menunjukan bahwa kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kepuasaan kerja karena dengan kepimimpinan di sekolah yang baik telah menciptakan kepuasan kerja yang baik juga. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa kepuasaan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang dipengaruhi oleh kepemimpinan secara positif karena dengan adanya kepemimpinan disekolah yang baik maka guru akan memiliki kepuasan kerja yang baik.

Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Guru di SMA PGRI 3 Padang

Berdasarkan analisis jalur substruktur II diketahui bahwa budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai thitung (2,175) signifikan secara statistik karena nilai signifikansi (0,034) lebih kecil dari alpha (0,05), sehingga diterima Ho ditolak Ha

diterima. Koefisien jalur antara budaya organisasi terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang yaitu sebesar 0,307.

Secara langsung persentase pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang yaitu sebesar 9,42%. Secara tidak langsung budaya organisasi terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang sebesar 5,14%. Jika budaya organisasi ditingkatkan secara langsung maka akan mempengaruhi kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang sebesar 9,42%.

(15)

Kepala sekolah adalah manajer di sekolah yang merupakan motor penggerak pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Kepala sekolah dituntut memiliki keterampilan manajerial untuk mengelola sumber daya di sekolah terutama sumber daya manusia dalam hal ini adalah guru. (Robbins, 2001:152) menyatakan bahwa kepuasan kerja mempunyai efek besar terhadap kinerja dan secara bersama-sama dalam organisasi kepuasan kerja akan meningkatkan produktivitas.

Menurut (Hasibuan, 2003:197) kepemimpinan adalah seni seorang pemimpin mempengaruhi prilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.Kepala sekolah adalah ujung tombak kemajuan suatu sekolah. Adakalanya ada kepemimpinan kepala sekolah yang disukai oleh guru, dan sebaliknya ada pula kepemimpinan kepala sekolah yang tidak disukai oleh guru. Hal tersebut tergantung bagaimana setiap guru memandang kepala sekolah dari segi yang berbeda-beda pula. Apabila kepemimpinan kepala sekolah dipandang baik, maka guru akan merasa puas untuk bekerja pada sekolah tersebut. Sebaliknya jika guru merasa tidak mendapat pelayanan dan perlakuan yang baik dari kepala sekolah, maka guru tersebut tidak merasa puas bekerja di sekolah tersebut.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan (Sri Utami Juliah, Soewarto Hardienata, 2005) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikn antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja guru SMP Negeri Komisariat Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Selanjutnya, (Hidayatun,2007) juga menemukan bahwa budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru Madrasah Ibtidaiyah Kecematan Ungaran Kabupaten Semarang.

Berdasarkan hasil analisis data diketahui nilai TCR variabel budaya organisasi dengan total rata-rata skor sebersar 79,31 % berada pada kategori cukup baik. Hal ini menunjukan bahwa budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasaan kerja karena dengan budaya organisasi yang baik maka kepuasan kerja guru akan meningkat pula.

Dengan demikian dapat ditegaskan kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang dipengaruhi oleh budaya organisasi secara positif karena dengan adanya budaya

organisasi yang baik maka kepuasan kerja akan menjadi baik

Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kepuasan Kerja Guru di SMA PGRI 3 Padang

Berdasarkan analisis jalur substruktur II diketahui bahwa motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai thitung (2,515) signifikan secara statistik karena nilai signifikansi (0,015) lebih kecil dari alpha (0,05), sehingga diterima Ho

ditolak Ha diterima. Koefisien jalur antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang yaitu sebesar 0,305.

Secara langsung persentase pengaruh motivasi kerja terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang yaitu sebesar 9,3%.

Secara tidak langsung persentase pengaruh motivasi kerja terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang yaitu sebesar 30,5%.

Jika motivasi kerja ditingkatkan secara langsung maka akan mempengaruhi kepuasan Secara langsung persentase pengaruh motivasi kerja terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang sebesar 9,3%.

Menurut (Robbins, 2006) motivasi adalah sebagai suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam mencapai tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu. Sedangkan menurut (Hasibuan, 2003) motivasi kerja adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja evektif dan teritegrasi dengan segala daya dan upaya untuk mencapai kepuasan.

Motivasi kerja seorang guru antara lain ditandai dengan dorongan -dorongan untuk bekerja baik dan mempertahankan umpan balik. Seorang guru yang masuk dan bekerja pada suatu sekolah selain bertujuan untuk mengabdi, juga bertujuan untuk mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, guru yang mengajar juga mempunyai beberapa harapan, hasrat, dan cita-sita yang diharapkan dapat terpenuhi oleh sekolah tempat mengajar. Jika dalam menjalankan tugas tersebut ada kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang dihadapi maka akan timbul kepuasan di dalam diri guru tersebut.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan (Tetuko,

(16)

2012) yang menyimpulkan bahwa motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru SMA Swasta di Kabupaten Grobongan. Dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja merupakan faktor yang terbukti dapat mempengaruhi kepuasan kerja.

Berdasarkan hasil analisis data diketahui nilai TCR variabel motivasi kerja dengan total rata-rata skor sebersar 77,86% berada pada kategori cukup. Hal ini menunjukan bahwa motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasaan kerja karena dengan motivasi kerja yang baik maka kepuasan kerja akan dapat meningkat pula. Dengan demikian dapat kepuasaan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang dipengaruhi oleh motivasi kerja secara positif karena dengan adanya motivasi kerja yang baik maka guru akan mendapatkan kepuasan kerja yang baik pula.

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dibahas maka dapat diambil kesimpulan bahwa

1. Variabel kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja guru di SMA PGRI 3 Padang. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai koefisien jalur sebesar 0,341 dan thitung sebesar (2,417) signifikan secara statistik karena signifikansi (0,019) lebih kecil dari alpha (0,05).

2. Variabel budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja guru di SMA PGRI 3 Padang. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai koefisien jalur sebesar 0,549 dan nilai thitung sebesar (3,893) signifikan secara statistik karena signifikansi (0,000) lebih kecil dari alpha (0,05).

3. Variabel kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai koefisien jalur sebesar 0,334 dan nilai thitung (2,548) signifikan secara statistik karena nilai signifikansi (0,014) lebih kecil dari alpha (0,05).

4. Variabel budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai koefisien jalur sebesar 0,307 dan nilai thitung (2,175) signifikan secara

statistik karena nilai signifikansi (0,034) lebih kecil dari alpha (0,05).

5. Variabel motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja guru di SMA PGRI 3 Padang. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa nilai koefisien jalur sebesar 0,305 dan nilai thitung (2,515) signifikan secara statistik karena nilai signifikansi (0,015) lebih kecil dari alpha (0,05)

SARAN

Berkenaan dengan temuan penelitian, maka penulis mengemukakan beberapa saran yaitu:

1. Disarankan pimpinan lebih melakukan pendekatan kepada guru-guru agar guru bersedia menerima masukan yang diberikan oleh pimpinan.

2. Disarankan guru di SMA PGRI 3 Padang lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya, walaupun tanpa diawasi kepala sekolah. Selain itu, guru juga diharapan memiliki rasa perlu ikut serta dalam memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan sekolah.

3. Disarankan manajemen dan guru SMA PGRI 3 Padang bekerja dengan berorientasi kepada semua kepentingan sehingga bisa tercapai tujuan pembelajaran dan instruksional.

4. Disarankan kepala sekolah SMA 3 PGRI Padang lebih menunjukkan komitmen terhadap visi sekolah dalam menjalankan tugas dan fungsinya

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Danim, S. (2012). Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta:

Rineka Cipta.

Ekosusilo, M. dan S. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja, Kinerja, dan Kepuasan Kerja Guru SMA di Kabupaten Karang Anyar.

Jurnal Ilmu Pendidikan, 134–143.

Guritno. (2005). Ekonomi Publik.

Yogyakarta: BPFE.

Hasibuan, M. S. . (2003). Manajemen Sumber

(17)

Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Kreitner, Robert dan Kinicki, A. (2005).

Prilaku Organisasi, buku 1 dan 2.

Jakarta: Salemba Empat.

Mulyasa, H. . (2012). Manajemen &

Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta:

Bumi Aksara.

Piet A Suhertian. (2000). Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Robbins, P. S. (2006). Prilaku Organisasi.

Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Sri Utami Juliah, Soewarto Hardienata, dan O. S. (2005). Hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi dengan Kepuasaan Kerja Guru SMP Negeri. Jurnal.

Sule, E. T. dan S. K. (2005). Pengantar Manajemen. Jakarta: Prenada Media Group.

Sutrisno, E. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Suwardi. (2013). Pengaruh Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja, Komitmen Keja terhadap Motivasi Kerja Guru SD Islam Al Azhar I Pusat. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Humaniora, 2, 2 September 2013.

Tetuko, B. (2012). Pengaruh Motivasi Kerja, Budaya Organisasi, Kepemimpinan terhadap Kepuasaan Kerja dan Kinerja Guru SMA Swasta di kabupaten Grobongan. Jurnal Education Manajemen, 1(2), 129–134.

Waridin, M. (2006). Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasaan Kerja , Budaya Organisasi dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai. Jurnal Ekologis, 7.No 2.

Referensi

Dokumen terkait

1983 In Nutritional Bioavailability of Zinc; Inglett, G.; ACS Symposium Series; American Chemical Society: Washington, DC, 1983... Nutritional bioavailability of