i
PENGARUH KETERAMPILAN ANAK BUAH KAPAL DALAM PENGGUNAAN ALAT PEMADAM DI MT.GEDE
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Pelayaran pada Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang
Oleh
RAHMAT ALPHARESSI 551811136800 N
PROGRAM STUDI NAUTIKA DIPLOMA IV POLITEKNIK ILMU PELAYARAN
SEMARANG 2023
i
PENGARUH KETERAMPILAN ANAK BUAH KAPAL DALAM PENGGUNAAN ALAT PEMADAM DI MT GEDE
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Pelayaran pada Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang
Oleh
RAHMAT ALPHARESSI NIT : 551811136800 N
PROGRAM STUDI NAUTIKA DIPLOMA IV POLITEKNIK ILMU PELAYARAN
SEMARANG
2023
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGARUH KETERAMPILAN ANAK BUAH KAPAL DALAM PENGGUNAAN ALAT PEMADAM DI MT GEDE
Disusun Oleh:
RAHMAT ALPHARESSI NIT. 551811136800 N
Telah disetujui dan diterima, selanjutnya dapat diujikan di depan Dewan Penguji Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang
Semarang, 2023 Dosen Pemimbing I
Materi
Capt. ILHAM ASHARI, S.Si. T, M.M, M.Mar Pembina (IV/a)
NIP. 19791129 200502 1 001
Dosen Pembimbing II Metodologi dan Penulisan
ARYA WIDIATMAJA,S.ST.,M.Si Penata (III/c) NIP. 19830911 20009 2 006 Mengetahui
Ketua Program Studi Nautika
YUSTINA SAPAN, S.ST., MM Penata Tk I (III/d) NIP. 19771129 200502 2 001
iii
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul “Pengaruh Keterampilan Anak Buah Kapal Dalam Penggunaan Alat Pemadam Di MT GEDE”, karya:
Nama : Rahmat Alpharessi
NIT : 551811136800 N
Progam Studi : Nautika
Telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Program Studi Nautika Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang pada hari , tanggal Januari 2023.
Semarang, Juli 2023 PENGUJI
Penguji I : Capt. SUHERMAN,M.Si.,M.Mar Pembina (IV/a)
NIP. 19660915 199903 1 001 ...
Penguji II : Capt. ILHAM ASHARI, S.Si.T., M.M., M.Mar Pembina (IV/a)
NIP. 19791129 200502 1 001 ...
Penguji III : PRANYOTO,S.Pi,M.AP Penata Utama Madya (IV/d)
NIP. 19610214 201510 1 001 ...
. Mengetahui,
Direktur Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang
Capt. DIAN WAHDIANA, M.M.
Pembina Tingkat I (IV/b) NIP. 19700711 199803 1 003
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Rahmat Alpharessi
NIT : 551811136800 N
Program Studi : Nautika
Skripsi dengan judul “Pengaruh Keterampilan Anak Buah Kapal Dalam Penggunaan Alat Pemadam Di MT Gede”
Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya (penelitian dan tulisan) sendiri, bukan dari karya tulis orang lain atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Atas peryataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang di jatuhkan apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini.
Semarang, 2023 Yang membuat pernyataan,
RAHMAT ALPHARESSI NIT. 551811136800 N
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
1. Apapun yang telah digariskan untukmu pasti tidak akan hilang, tertukar, atau tergantikan dengan takdir orang lain
2. Berbuat baik dengan siapapun, niscaya kita akan selalu dipertemukan dengan orang baik dalam setiap perjalanan hidup kita
3. Gelar tanpa pengaplikasian ilmu pengetahuan yang telah didapat ibarat lahan luas yang terbengkalai
Persembahan:
1. Kedua orang tua saya, Bapak Handiek Wahyudiono dan Ibu Nurhayati yang senantiasa memberikan support dan dukungan kepada peneliti.
2. Keluarga dan saudara peneliti 3. Capt. Ilham Ashari dan Bapak Arya
Widiatmaja Selaku dosen pembimbing 1 dan Pembimbing II
4. Teman-teman Angkatan 55 terkhusus Kasta Batavia
vi PRAKATA
Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada hamba-Nya sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita menuju jalan yang benar.
Skripsi ini mengambil judul “Pengaruh Keterampilan Anak Buah Kapal Dalam Penggunaan Alat Pemadam Di MT Gede ” yang terselesaikan berdaasarkan data-data yang diperloleh dari hasil penelitian selama praktik laut di perusahaan PT.
Pertamina.
Dalam usaha menyelesaikan Penulisan Skripsi ini, dengan penuh rasa hormat Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan, bantuan, serta petunjuk yang berarti. Untuk itu pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Capt. Dian Wahdiana, M.M., selaku Direktur Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang yang telah memberikan kemudahan dalam menuntut ilmu di Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.
2. Ibu Yustina Sapan, S.ST., M.M., selaku Ketua Program Studi Nautika Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang yang telah memberikan kemudahan dalam menuntut ilmu di Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.
3. Bapak Capt. Ilham Ashari, S.ST., M.M., M.Mar., selaku Dosen Pembimbing Materi Penulisan Skripsi yang dengan sabar dan tanggung
vii
jawab telah memberikan dukungan, bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan Skripsi ini.
4. Bapak Arya Widiatmaja,S.ST.,M.Si selaku Dosen Pembimbing Metode Penulisan Skripsi yang telah memberikan dukungan, bimbingan, dan pengarahan dalam penyusunan Skripsi ini.
5. Pemimpin beserta karyawan Perusahaan PT. Pertamina yang telah memberikan kesempatan pada Penulis untuk melakukan penelitian dan praktik di atas kapal MT. Gede.
6. Nahkoda, KKM, Mualim di atas kapal terkhusus Mualim I Rahardian Ainur K S.ST, beserta seluruh awak kapal MT. Gede yang telah membantu Penulis dalam melakukan praktik dan penelitian..
7. Seluruh Dosen PIP Semarang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat dalam membantu proses penyusunan skripsi.
8. Seluruh dosen penguji skripsi.
9. Orang tua saya, Bapak Handiek Wahyudiono, Ibu Nurhayti, yang yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual kepada Penulis selama penulisan skripsi.
10. Seluruh teman angkatan LV, senior, serta orang yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
11. Kepada diri saya sendiri.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan adanya kritik dan
viii
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh civitas akademika Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang khususnya prodi Nautika dan bagi seluruh pembaca skripsi.
Semarang,
Penulis
RAHMAT ALPHARESSI NIT. 551811116519 N
ix ABSTRAKSI
Rahmat Alpharessi,2023,NIT: 551811136800 Nautika, “Pengaruh Keterampilan Anak Buah Kapal Dalam Penggunaan Alat Pemadam Di MT.Gede”.Program Diploma IV, Program studi Nautika, Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang, Pembimbing I: Capt. Ilham Ashari, S.Si.T,M.M,M.Mar Pembimbing II: Arya Widiatmaja,S.ST.,M.Si
Alat pemadam kebakaran diatas kapal keberadaanya sangat penting, maka dari itu tiap kapal perlu disempurnakan dengan peralatan pemadam kebakaran sesuai Safety of life at sea (SOLAS) 1974 chapter 11-2 dan amandemen- amandemenya. Untuk menjamin keselamatan kapal, diperlukannya pelaksanaan latihan kebakaran untuk kru di atas kapal dengan dilakukannya penanganan serta pemeliharaan peralatan pemadam kebakaran diatas kapal secara berkala dan teratur. Perhatian dan pengawasan yang lebih baik dari seluruh kru kapal dan khususnya oleh perwira yang berkewajiban atas perlengkapan keselamatan dan kebakaran diatas kapal.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.
Data penelitian merupakan data primer yang didapat dari observasi secara langsung dengan Perwira kapal dan data sekunder yang didapat dari dokumen yang yang ada di kapal dan dokumen lainnya. Data kemudian di analisis dengan reduksi data, penyajian data selanjutnya ditarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurunnya efektifitas latihan dalam penerapan alat pemadam dikarenakan kurangnya peranan perwira dalam melaksanakan kegiatan latihan keselamatan atau kebakaran, kurangnya motivasi yang kurang maksimal dari perwira kapal terhadap awak kapal, dan kurang disiplinnya perwira maupun anak buah kapal dalam menjalankan prosedur dan program latihan yang telah ditentukan.
Kata kunci : Keterampilan, Alat Pemadam
x
ABSTRACT
Rahmat Alpharessi,2023, NIT: 551811136800 Nautica,” The Influence Of Skill Of The Ship’s Crew In The Use Extinguisher At MT.Gede”. Skripsi Diploma IV Program,Nautica Study Program,Maritime Polytechnic Semarang,Supervisor I: Capt.Ilham Ashari,S.Si.T,M.M,M.Mar Supervisor II:
Arya Widiatmaja,S.ST.,M.Si
The existence of fire extinguishers on board is very important, therefore each ship needs to be equipped with fire extinguishing equipment according to Safety of life at sea (SOLAS) 1974 chapter 11-2 and its amendments. To ensure the safety of the ship, it is necessary to carry out fire drills for the crew on board by carrying out periodic and regular handling and maintenance of fire fighting equipment on board. Better attention and supervision of the entire crew and in particular by the officer in charge of the fire and safety equipment on board.
The research method used is the descriptive qualitative method. The research data is primary data obtained from direct observation with ship officers and secondary data obtained from documents on board and other documents. The data is then analyzed with data reduction, and the presentation of the data is then concluded.
The results showed that the decreased effectiveness of training in the application of fire extinguishers was due to the lack of officers' role in carrying out safety or fire training activities, the lack of optimal motivation from ship officers to crew members, and the lack of discipline of officers and crew in carrying out procedures and training programs that has been determined
Keywords : Skills, Extinguisher
xi DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
Motto dan Persembahan ... v
PRAKATA ... vi
ABSTRAKSI ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Fokus Penelitian ... 3
C. Rumusan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian ... 3
E. Manfaat Hasil Penelitian ... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 5
A. Deskripsi Teori ... 5
B. Kerangka Pemikiran ... 22
BAB III METODE PENELITIAN ... 24
xii
A. Metode Penelitian ... 24
B. Tempat Penelitian ... 24
C. Sampel Sumber Data Penelitian ... 25
D. Teknik Pengumpulan Data ... 26
E. Instrumen Penelitian ... . 28
F. Teknik Analisis Data Kualitatif ... . 30
G. Pengujian Keabsahan Data ... . 32
BAB IV HASIL PENELITIAN, ... 34
A. Gambaran Konteks Penelitian ... 34
B. Deskripsi Data ... 35
C. Temuan... 38
D. Pembahasan Hasil Penelitian... 42
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 54
A. Simpulan ... 54
B. Keterbatasan Penelitian ... 55
C. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 57
LAMPIRAN-LAMPIRAN……… 58
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Ship Particular ... 58 LAMPIRAN 2 Crew List ... 59 LAMPIRAN 3 Transkrip Wawancara ... 60
xiv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 International Shore Connection ... 7
GAMBAR 2.2 Fireman Outfit ... 9
GAMBAR 2.3 Portable Fire Extinguisher ... 10
GAMBAR 2.4 Breaking Apparatus... 12
GAMBAR 2.5 Fire Hose ... 13
GAMBAR 2.6 Hydrant ... 16
GAMBAR 2.7 Nozzle ... 17
GAMBAR 2.8 Foam Application ... 18
GAMBAR 2.1 International Shore Connection ... 7
GAMBAR 3.1 Diagram Triagulasi Teknik ... 34
GAMBAR 4.1 MT.Gede ... 37
GAMBAR 4.2 Latihan Meninggalkan Kebakaran di Atas Kapal ... 43
GAMBAR 4.3 Pelatihan di Atas Kapal Crew MT. Gede ... 51
GAMBAR 4.4 Pelatihan dan Pengenalan di MT. Gede ... 52
GAMBAR 4.5 Safety Meeting sebelum melaksanakan pelatihan MT. Gede ... 53
xv
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Kerangka Penelitian ... 24 TABEL 4.1 Perbandingan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini ... 36 TABEL 4.2 Ship’s Particular MT. Gede ... 38
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kapal adalah sarana transportasi yang sangat efiesien. Mengikuti perkembangan jaman yang dewasa ini semakin maju dan modern serta canggih,kapal juga dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan.
Untuk menunjang operasional kapal tersebut,diperlukan pula anak buah kapal yang terampil dan siap kerja diatas kapal. Salah satu hal terpenting yang dilakukan anak buah kapal diatas kapal harus terampil menggunakan alat alat keselamatan dengan baik dan benar. Dari pengalaman penulis ketika praktek diatas kapal ditemukan Anak Buah Kapal tidak terampil menggunakan alat alat keselamatan yang ada diatas kapal.
Di atas kapal terdapat bermacam-macam jenis alat keselamatan dan salah satu jenisnya adalah alat pemadam kebakaran yang secara umum dikenal dan dikategorikan jenisnya ada 2 (dua) macam yaitu alat pemadam kebakaran tetap dan alat pemadam kebakaran jinjing.
Alat pemadam kebakaran diatas kapal kebradaanya amatlah sangat penting,karena itu setiap kapal harus dilengkapi dengan alat-alat pemadam kebakaran sesuai dengan yang telah diatur dalam Safety of life at sea (SOLAS) 1974 chapter 11-2 dan amandemen-amandemenya. Oleh karena itu setiap awak kapal wajib untuk dapat mengetahui lokasi,jumlah,cara pemakaian,penggunaan
2
dan cara perawatan alat-alat pemadam kebakaran diatas kapal. Pembahasan mengenai alat pemadaman kebakaran ini penulis ketengahkan secara khusus untuk kapal tanker MT GEDE dan yang sejenis (Sister Ship) dimana penulis pernah praktek diatas kapal tersebut,sebagai Cadet. Alat Pemadam Kebakaran ini memang mutlak diperlukan.
Dengan demikian maka peralatan pemadam kebakaran dikapal setiap saat harus dapat digunakan dan dapat berfungsi dengan baik,sesuai yang diatur dalam SOLAS 1974, Consolidated 2009. Chapter 11-2 Regulation 21, “Alat- Alat pemadam kebakaran harus disimpan dalam keadaan siap pakai dan dapat digunakan dengan cepat setiap saat”. Untuk memenuhi aturan-aturan tersebut diatas,dan untuk menjamin keselamatan kapal,sehingga dapat menjamin keberhasilan dalam pengoperasian armada kapal,maka sangat perlu diadakan pelaksnaan latiahn kebakaran (Fire Drill) minimal 1 bulan sekali sesuai SOLAS 1974 aturan 19,Penanganan serta perawatan alat alat pemadam kebakaran diatas kapal secara berkala dan teratur. Perhatian dan pengawasan yang lebih baik dari seluruh anak buah kapal dan khususnya oleh perwira yang bertanggung jawab atas alat-alat keselamatan dan kebakaran diatas kapal.Atas dasra uraian diatas dan disadari pengalaman yang penulis peroleh saat praktek diatas kapl tersebut,maka melalui skripsi ini penulis mengajukan tulisan dengan judul:
“ PENGARUH KETERAMPILAN ANAK BUAH KAPAL DALAM PENGGUNAAN ALAT PEMADAM DI MT GEDE”
3
B. Fokus Penelitian
Fokus penulisan dalam penelitian ini adalah menganalisis kesiapan anak buah kapal dalam menggunakan alat-alat pemadam. Hal ini didasarkan pada pengalaman penulis di atas kapal dan saat pelaksanaan drill dan inspeksi.
Sehingga penulis berfokus pada penggunaan alat pemadam diatas kapal MT GEDE.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah pokok yang akan dibahas dalam skripsi ini.
1. Apa dampak yang diakbiatkan jika keterampilan anak buah kapal dalam menggunakan pemadam di MT GEDE tidak optimal?
2. Upaya apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan anak buah kapal dalam menggunakan alat pemadam di MT GEDE?
D. Tujuan Penelitian
Dalam Penulisan Skripsi ini tujuan penulis mencari suatu solusi tentang masalah yang terjadi di atas kapal dalam kaitanya terhadap keselamatan jiwa,kapal dan muatan. yang diantara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dampak akibat anak buah kapal yang belum terampil dalam penggunaan alat pemadam di MT. GEDE
2. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan anak buah kapal dalam menggunakan alat pemadam di MT.
GEDE
4
E. Manfaat Hasil Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang muncul diatas, maka penulis berharap akan beberapa manfaat yang dapat dicapai dan berguna bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Untuk pihak kapal
Sebagai usulan dan saran bagi seluruh awak kapal untuk meningkatkan pengetahuan tentang alat alat pemadam kebakaran bagi perwira diatas kapal jika menghadapi permasalahan yang sama dan akan terbiasa melatih diri menuangkan pemikiran atau ide ide profesional dibidang kepelautan.
2. Untuk penulis
a. Memenuhi persyaratan kelulusan dari program Diploma IV jurusan nautika di Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang dengan sebutan Sarjana Sains Terapan Pelayaran (S.Tr.Pel).
b. Melatih penulis untuk menuangkan pemikiran ataupun pendapat dalam bahasa yang dapat di pertanggung jawabkan.
5 BAB II KAJIAN TEORI
A. DESKRIPSI TEORI
Untuk mendukung pembahasan tentang pengaruh keterampilan anak buah kapal dalam penggunaan alat pemadam di MT GEDE,maka perlu diketahui dan dijelaskan beberapa kajian teori penunjang yang peneliti ambil dari beberapa sumber pustaka yang berkaitan dengan materi pembahasan sehingga dapat menyempurnakan dalam penulisa skripsi ini.
Setiap peralatan yang berada diatas kapal pada dasarnya memiliki pedoman atau panduan serta informasi tentang benda tersebut,baik perawatan dan pengoperasian benda tersebut.Dalam buku panduan atau disebut manual book benda tersebut menggunakan Bahasa Inggris untuk memudahkan cara penggunaan dan informasi benda tersebut.
1. Pengaruh
Pengertian Pengaruh menurut kamus besar bahasa Indonesia (2001:849) yaitu : “Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan dan perbuatan seseorang”. Sedangkan pengertian menurut Badudu dan Zain (2001:1031) yaitu sebagai berikut : “Pengaruh adalah (1) daya yang menyebabkan sesuatu yang terjadi; (2) sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain; (3) tunduk atau mengikuti karena kuasa atau kekuatan orang lain”. Dari
6
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan sumber daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain. Sehingga, dalam penelitian ini penulis meneliti bagaimana agar anak buah kapal memiliki keterampilan dalam penggunaan alat pemadam diatas kapal.
2. Alat Pemadam ( Fire Fighting Appliances)
Menurut KBBI, pemadam sebagai alat dapat diartikan alat yang digunakan untuk memadamkan api dan sebagainya. Pemadam juga dapat diartikan sebagai seorang atau kelompok yang bertugas dalam memadamkan kebakaran. Pemadam sangat identik dengan api atau kebakaran, tujuan utama pemadam adalah cepat mengontrol/mengatasi kebakaran dan menyelesaikan pemadaman tersebut. Untuk menanggulangi bahaya kebakaran, kita memerlukan alat-alat pemadam yang berfungsi dengan baik dan layak dipakai. Oleh karena itu keterampilan dalam menggunakan alat-alat pemadam kebakaran harus dilakukan secara efektif, sehingga alat-alat pemadam kebakaran dapat berfungsi dengan optimal dan bekerja dengan baik saat digunakan dan untuk terampil dalam pengunaan alat alat pemadam maka harus melaksanakan latihan atau drill kebakaran secara teratur sesuai dengan SOLAS 1974. Alat-alat pemadam kebakaran yang harus ada di atas kapal diatur dalam SOLAS yang diperjelas dalam fire safety system code.
a. International Shore Conection (ISC)
7
International Shore Connection (ISC) adalah suatu perlengkapan di atas kapal yang berguna untuk memungkinkan pihak darat, pelabuhan, atau pun kapal lain dalam menyediakan air ke sebuah kapal yang mengalami musibah kebakaran. Dalam SOLAS chapter 2 aturan 10, kapal yang memiliki berat 500GRT ke atas harus memiliki paling tidak 1 (satu) ISC. kegunaan International Shore Conection (ISC) diantaranya sebagai berikut:
1). Untuk memungkinkan pihak darat/kapal nlain menyuply air ke sebuah kapal yang mengalami musibah kebakaran,sementara kapal tersebut sudah tidak bisa menggunakan fire pumpnya.
2). Untuk melakukan discharge minyak kotor atau bilgest ke penampungan di darat ketika kapal tersebut jauh dari jetty.
Gambar 2.1 International Shore Conection Sumber:Dokumentasi MT GEDE (2021)
b. Fireman Outfit
8
Fireman Outfit atau baju tahan api adalah baju pemadam kebakaran lengkap dengan celana dan terbuat dari bahan tahan api alumunium foil tebal dan dapat melindungi kulit dari radiasi api dan panas, percikan api, juga kedap terhadap air yang digunakan dalam pemadaman kebakaran. Peralatan ini dijelaskan dalam SOLAS chapter 3. Fireman Outfit dilengkapi dengan penutup kepala berlapis kaca bening, sepatu pemadam, senter, tabung oksigen, kapak, tali, dan juga sarung tangan. Jumlah Fireman Outfit harus tersedia paling tidak 2 (dua) set di atas kapal. Fireman Outfit harus disimpan di tempat yang mudah untuk diakses dan siap untuk digunakan. Kelengkapan dari Fireman Outfit harus rajin untuk diperiksa sesuai jadwal yang berlaku. Pengunaan Fireman Outfit sebagai berikut:
1). Siapkan peralatan anda untuk pemakaian.tempatkan peralatan dalam urutan logis untuk melakukan pemakaian.tempatkan kaki celana setelan anda di atas sepatu bot anda,dan lipat celana di sekitar mereka.
2). Tempatkan hood pelindung anda diatas sepatu bot anda,letakan jaket,helm,dan sarung tangan anda.tempatkan tudung pelindung anda diatas kepala dan ke bawah di leher anda.
3). Masukan kaki ke sepatu bot anda dan tarik celana menggunakan sistem penutupan.
4). Kenakan jaket anda,dan kencangkan penutup dalam dan luar.
9
5). Tempatkan helm anda dikepala anda dengan tab telinga diperpanjang,dan sesuaikan chinstrap dengan aman.naikan kerah jaket anda dan kencangkan di depan.
6). Kenakan sarung tangan anda
7). Minta Pasangan anda untuk pengecekan fireman outfit sudah siap dipakai.
Gambar 2.2 Fireman Outfit Sumber:Dokumentasi MT GEDE (2021) c. Portable Fire Extinguisher
Portable Fire Extinguisher adalah alat pemadam apai yang mudah untuk dibawa dan dapat dioperasikan oleh 1 orang saja. Aturan tentang Portable Fire Extinguisher sendiri dijelaskan dalam SOLAS chapter 2.
Kapasitas dari Portable Fire Extinguisher tidak lebih dari 13 liter dan tidak kurang dari 9 liter. Kapal yang memiliki bobot 1000 GRT ke atas harus membawa setidaknya 5 buah Portable Fire Extinguisher. Media
10
pemadam pada Portable Fire Extinguisher dibagi menjadi 4 jenis yang umum digunakan, yaitu:
1). Tipe air (water) 2). Tipe busa (foam)
3). Tipe CO2 (carbon dioxyde)
4). Tipe serbuk kima kering (dry chemical powder)
Penggunaan Portable Fire Extinguisher harus disesuaikan dengan jenis kebakarannya. Portable Fire Extinguisher harus diletakkan di tempat-tempat yang terlihat dan mudah untuk dijangkau. Tanggal pengetesan dan pengisian harus ditempel pada dengan jelas pada alat tersebut.
Gambar 2.3 Portable Fire Extinguisher Sumber: Dokumentasi MT GEDE (2021) d. Breathing Apparatus
Breathing Apparatus adalah alat bantu pernafasan yang digunakan dalam kondisi atau peristiwa bahaya. Peralatan ini dijelaskan dalam
11
SOLAS chapter 3. Botol dari Breathing Apparatus berisi paling tidak 1200L atau dapat berfungsi selama kurang lebih 30 menit dan botol harus mudah untuk ditukar saat diperlukan. Breathing Apparatus juga dipasang dengan audible alarm yang berfungsi untuk memberikan peringatan kepada penggunanya jika isi botol sudah kurang dari 200L. Breathing Apparatus menjadi peralatan yang digunakan bersamaan dengan fireman outfit dalam proses pemadaman kebakaran. Cara penggunaan Breathing Apparatus Sebagai berikut:
1). Periksa kondisi fisik peralatan mulai dari bagian masker serta tabung yang terisi dengan baik
2). Lakukan penyesuaian ukuran masker dengan bentuk wajah Anda 3). Uji tekanan oksigen tabung sebelum memasuki medan yang
berbahaya
4). Setelah itu, berdirikan tabung pada posisi yang benar dan buka casing pelindung dan letakkan tabung hingga katup silinder jauh dari Anda dan strap bahu ke samping
5). Masukan tangan kiri dan kanan pada rangkaian hardness yang tersedia.
6). Betulkan posisi tabung set di punggung, dengan posisi yang nyaman 7). Ikatkan sabuk pinggang yang baik
8). Buka valve utama dan pakailah face mask dengan benar.
9). Bernafaslah seperti biasa.
12
10). Tutup kembali valve utama dengan tangan kanan, tangan kanan masih tetap memegang valve
Gambar 2.4 Breathing Apparatus Sumber : Dokumentasi MT GEDE (2021) e. Fire Hose
Fire Hose atau selang pemadam kebakaran berfungsi menyalurkan air dengan menyambungkan kopling pada fire hose dan kopling pada hydrant. Aturan tentang Fire Hose terdapat pada SOLAS chapter 2. Kapal dengan bobot 1000 GRT ke atas harus memiliki 1 buah Fire Hose setiap 30 meter panjang kapal dan 1 cadangan. Adapun cara pengunaan fire hose sebagai berikut:
1). Keluarkan fire hose dari box nya,dan uraikan fire hose ke bawah 2). Lakukan pengecekan fire hose dalam keadaan baik dan siap untuk
dipakai
3). Masukan fire hose ke dalam hydrant yang sudah dibuka 4). Pastikan fire hose tidak bocor
5). Buka Valve Hydrant dan Fire Hose siap digunakan
13
Gambar 2.5 Fire Hose
Sumber: Dokumentasi MT GEDE (2021) f. Hydrant
Hydrant di atas kapal diatur dalam SOLAS chapter 2. Hydrant berfungsi sebagai sumber air untuk memadamkan api saat terjadinya kebakaran. Jumlah dan letaknya harus sedemikian rupa sehingga 2 pancaran air tidak berasal dari Hydrant yang sama. Hydrant dan pipa- pipa hydrant harus terbuat dari bahanyang tahan panas dan harus ditempatkan agar mudah untuk disambungkan dengan fire hose. Dalam pemakaian alat pemadam kebakaran secara umum, misalnya saja di kapal, biasanya terdapat beberapa orang yang tersusun menjadi sebuah tim fire brigade yang bertugas untuk bertanggung jawab jika terjadinya kebakaran sewaktu – waktu. Berikut ini adalah tim khusus penanggung jawab jika terjadi kebakaran diatas kapal, antara lain:
1) Nozleman/Pumpman
Pumpman adalah orang yang bertugas untuk mengarahkan nozzle ke bagian api. orang ini berada di bagian paling depan yang
14
menghadapi kebakaran.
2) Hoseman/Able Seaman (Able Seaman)
Mereka adalah orang-orang yang tugasnya menyiapkan dan menggulung selang pemadam kebakaran.
3) Pumpman/4th engineering (4/E)
4th Engineering bertugas untuk standby pada ruang pompa.
mempersiapkan dan melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan terhadap pompa.
4) Valveman / Ordinary Seaman (os)
Ordinary Seaman adalah yang bertugas untuk membuka bagian air yang terdapat pada bagian hydrant pillar.
5) Comando / Master Dan Chief Officer
Master memberikan komando kepada officer dari atas anjungan untuk pengawasan dan meberikan perintah kepada Chief Officer yang menjadi ketua tim diposisi kebakaran. Chief Officer memberikan perintah kepada anggota team,yang dimana perintah tersebut melalui master dan Chief Officer memberikan keadaan kebakaran kepada master untuk mengetahui kondi kebakaran tersebut.
6) Support / Cadet Deck
Mereka tugasnya adalah untuk membersihkan tempat terjadinya kebakaran supaya bisa dilewati dengan mudah oleh Crew Kapal.
15
Cara Penggunaan Hydrant diantaranya sebagai berikut:
1) Angkatlah selang fire hose sampai mendekat. Atau dengan cara dipanggul. Namun bila ternyata terlalu berat untuk Anda, maka lemparkan saja selangnya ke tempat mendekati api
2) Tempatkan selang supaya tidak terbelit – belit. Karena itu akan mempengaruhi aliran air, nantinya
3) Jika ternyata ukuran selangya kurang panjang, maka bisa Anda tambahkan dengan selang yang lain
4) Sambungkan bagian pangkal selang dengan bagian hydrant pillar.
bila bagian sumber air berasal dari box hydrant, maka selang tidak perlu disambungkan. Karena, selang bisa langsung ditarik ke bagian api
Sehubungan dengan adanya nozzle man mereka harus mengatahui tugas nya diantara nya adalah:
1) Letakkan kaki sedikit merenggang, supaya tumpuannya kuat.
Kemudian, persiapkan nozzlenya dengan sebuah pegangan yang sempurna.
2) Tempatkan salah satu bagian tangan sambil memegang bagian ujung nozzle, sementara yang lain menjepitkan bagian ketiak supaya tidak mudah goyah.
3) Beri kode kepada valve man jika merasa sudah siap.
16
Persiapan untuk aliran air maka harus memberikan sinyal kepada crew lain untuk mengetahui bahwa aliran air sudah mulai keluar dan untuk menghentikan jika kondisi kebakaran sudah padam maka nozzle man memberikan kode kepada chief officer dengan menggunakan kode tanggan diangkat dan mengepal tangan.
Gambar 2.6 hydrant
Sumber: Dokumentasi MT GEDE (2021) g. Nozzle
Nozzle digunakan bersamaan dengan Fire Hose sebagai pemancar air yang disalurkan melalui Fire Hose. Aturan yang mengatur tentang Nozzle terdapat pada SOLAS chapter 2. Nozzle memiliki 2 mode dalam menyemprotkan air, yaitu mode jet dan spray.
Ukuran standar pada nozzle ada 3, yaitu 12 mm, 16 mm, dan 19 mm.
Ukuran diameter yang lebih besar dapat diizinkan atas kebijaksanaan administrasi. Nozzle harus diperiksa secara periodik pada tekanannya, serta memeriksa kerusakan-kerusakan yang ada terutama pada pemutar Nozzle dari jet ke spray.
17
Gambar 2.8 Nozzle
Sumber: Dokumentasi MT GEDE (2021) h. Foam Applicator/Foam System
System pemadam kebakaran yang menggunakan media foam atau busa. Sistem ini dapat bekerja dan mengeluarkan medianya secara otomatis. Umumnya, sistem ini ditujukan bagi dunia industri.
Terutama industri yang berkecimpung dengan banyaknya flamable liquid. Seperti minyak, cat, dan lainnya. Media foam sendiri memang yang paling tepat untuk memadamkan benda cair mudah terbakar.
Yakni, media pemadam yang memang dianjurkan untuk memadamkan kebakaran kelas B. Lalu, bagaimana cara kerja foam system? Dari segi medianya terlebih dahulu, foam diproduksi langsung dari sistem.
Awalnya, foam berbahan utama media air kemudian diolah oleh foam maker dengan ragam bahan lainnya sehingga menjadi busa. Kemudian selanjutnya media foam ini nantinya didistribusikan lewat serangkaian jaringan pipa dan discharge output tepat di area yang diproteksi. Ketika sistem mendeteksi adanya indikasi kebakaran, maka media akan keluar
18
secara otomatis. Sistem ini juga dapat terintegrasi dengan fire alarm.
Pada tiap sistem pemadam, tentunya terdapat banyak komponen di dalamnya. Begitu juga dengan foam system, bekerja dengan adanya dukungan ragam komponen. Terlebih jika mengingat medianya sendiri pun harus diolah terlebih dahulu. Pada sistem foam terdapat pasokan media air, pompa pemadam, air foam concentrate, proportioner, foam maker, foam discharge outlet control panel dan jaringan pipa. Selain itu dalam foam, terdapat ragam jenis dicharge. Hal ini menjadi kelebihan sistem foam, yakni mampu memadamkan api dengan berbagai jenis kebakaran kelas B. Air Foam Chamber dan Subsurface Foam Injection diperuntukan bagi pemadaman api pada tanki penyimpanan, yakni berupa tanki terbuka. Keduanya didukung oleh Air Foam Nozzle.
Gambar 2.9 foam applicator Sumber : Dokumentasi MT GEDE (2021)
Menurut ketentuan International Labour Organization (ILO) 1996 (no.42) tentang pencegahan kecelakaan diatas kapal dilaut dan dipelabuhan, tugas dan Kewajiban umum Nakhoda
19
1) Nakhoda harus menerbitkan pemberitahuan / peringatan yang tepat dan instruksi-instruksi dalam bentuk yang jelas dan mudah dipahami dan dalam Bahasa yang mudah dimengerti oleh semua anak buah kapal dan memastikan instruksi itu sudah dimengerti.
2) Nakhoda harus melakukan penyelidikan atas kecelakaan atau kejadia yang nyaris mencelakakan dan mecatat serta melaporkanya sesuai undang undang dan peraturan nasional yang berlaku dan prosedur yang dibuat oleh pemilik / pengelola kapal.
3) Nakhoda harus memastikan agar perlengkapan keselamatan,termasuk perlengkapan darurat dan perlindungan dan disimpan dengan baik serta siap digunakan setiap saat.
4) Nakhoda harus memastikan agar semua Latihan dan kewajiban agar berkumpul yang telah ditentukan dilaksanakan dengan sunguh sunguh efektif,konsisten dengan jarak waktu/ interval yang disyaratkan dan sesuai dengan ketentuan serta peraturan yang berlaku.
5) Nakhoda harus memastikan agar latihan-latihan praktis dan teoritis, dimasukan kedalam prosedur penanganan keadaan darurat,dan penggunaan perlengkapan darurat khusus apapun yang ada di kapal harus diperagakan kepada anak buah kapal setiap selang di tiap waktu tertentu.
Jika tidak bertentangan dengan undang-undang serta ketentuan praktis pemerintah Negara bendera kapal,nakhoda harus memastikan agar diangkat satu atau lebih perwira keselamatan yang tugas tugasnya tertera di dalam penjelasan
20
tugas dan tanggung jawab umum perwira keselamatan. Perwira keselamatan dikapal harus menjamin terselenggaranya perawatan dan pemliharaan terhadap peralatn keselamatan diatas kapal agar dapat dipergunakan saat keadaan darurat.
Safety Of Life At Sea (SOLAS) 1974 Consilidated 2009,BAB 3 Peraturan 19, pelatihan dan Latihan dalam keadaan darurat menyatakan:
1. Peraturan ini berlaku untuk semua kapal 2. Pengetahuan tentang instalasi keselamatan 3. Latihan pemadam kebakaran.
dan Latihan kebakaran pun merangkup:
1. Latihan harus dilakukan sepanjang memungkinkan seolah olah ada keadaan darurat yang sebenernya
2. Setiap anggota kapal harus berpartisipasi di dalam paling tidak satu kali Latihan
3. Latihan kebakaran harus direncanakan sedemikian rupa sehingga karana pertimbangan diberikan untuk praktik regular dalam berbagai keadaan darurat yang mungkin terjadi bergantung pada tipe kapal cargo.
Setiap latiahn kebakaran harus menyertakan :
1. Pelaporan ke stasiun dan persiapan tugas tugas yang di jelaskan dalam daftar apel yang diatur dalam peraturan.
2. Penyelaan pompa pemadam dengan menggunakan paling tidak dua jet air yang disyaratkan untuk menunjukan bahwa system itu berjalan semestinya.
21
3. Pengecekan pakaian pemadam kebakaran dan peralatan penyelamatan personil
4. Pengecekan peralatan komunikasi relevan.
5. Pengecekan operasi pintu pintu kedap,pintu api,pengaturan, dan jalan masuk dan keluar utama dari system ventilasi di area Latihan
6. Pengecekan pengaturan yang diperlukan untuk segera meninggalkan kapal.
Di dalam Safety Of Life At Sea (Solas) Convention 1974 consolidated 2009 chapter IX tentan manejemen keselamatan pengoperasian kapal sebagai dasar terbitnya ISM Code juga mengharuskan semua perwira di atas kapal melakukan lkatihan pemadam kebakaran secara berkala sebagai tambahan persyaratan mendapatkan sertfikat keterampilan. Disamping itu harus ada beberapa perwira personil yang memiliki keterampilan untuk mengoperasikan alat alat keselamatan di atas. Peraturan dan perdsyaratan standar yang diberikan dari perusahaan pelayaran dan yang harus dipenuhi bagi semua awak kapal yang akan bekerja diatas kapal berdasarkan ISM CODE edisi 2002 bagian A – pasal 6.2,menyatakan bahwa perusahaan pelayaran harus memastikan setiap kapal harus diawaki dengan awak kapal yang berkualitas,mampu,bersertfikat dan secara Kesehatan siap bekerja sesuai dengan peraturan nasional dan internasional. Berdasar ISM CODE edisi 2002 bagian A-pasal 6.5 perusahaan pelayaran harus membuat dan mempertahankan selalu peraturan-peraturan untuk melaksanakan Latihan yang mungkin diperlukan untuk mendukung Safety Manegemnt System (SMS) kapal dan pastikan Latihan-latihan tersebut diberikan kepada semua awak kapal. Oleh
22
sebab itu ISM CODE bertujuan untuk mencapai objektif manajemen keselamatan pelayaran yang meliputi:
1. Menyediakan system yang dapat mencegah resiko kecelakaan yang sudah diindentifikasi dan menangulangi kecelakaan yang sudah diperkirakan sebelumnya.
2. Secara berkesinambungan meningkatkan keterampilan personil di atas kapal termasuk kesiapan menghadapi keadaan darurat.
Oleh karena itu ism code dan system manajemen keselamatan yang dibuat oleh perusahaan pengoperasian kapal untuk menjamin semua peraturan IMO dan peraturan lain yang berlaku dimuat dalam system dan dilaksanakan.
Standart of Training,Certification and watchkeeping(STCW) Sebagaimana telah diuraikan pada ism code edisi 2002 bagian A-pasal 6.2i tentang kepastian awak kapal yang berkualitas,mampu,bersertifikat dan sehat siap berkerja di kapal.
Di dalam STCW 1995 Amandemen 2008 Bab VI section A-VI 3tentang standar kompetensi. Pelatihan wajib minimum dalam pemadaman kebakaran tingkat lanjut.
1. Pelaut pelaut yang ditunjuk untuk mengendalikan pelaksanaan pemadaman kebakaran harus telah menyelesaikan Latihan tingkat lanjut dalam hal Teknik untuk memadamkan kebakaran.
2. Tingkat pengetahuan dan pemahaman hal hal yang dicantumkan didalam kolom 2 tabel A-VI/3 harus cukup memadai agar dapat mengendalikan pelaksaan pemadaman kebakaran secara efektif di kapal.
23
3. Pelatihan dan pengalaman untuk mencapai pengetahuan,pemahaman dan kecakapan yang cukup harus mempertimbangkan pedoman yang diberikan didalam bagian B kode STCW
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Dari teori yang terpapar di ats secara garis besar kebakaran diatas kapal itu tidak timbul apabila pihak pihak terkait dalam pengoperasian kapal melakasnakan tugas dan tanggung jawab penuh mereka dengan baik,kemudian penulis
mengambil kerangka pemikiran sebagai berikut:
Masalah Pokok
Anak buah kapal kurang terampil dalam penggunaan alat alat pemadam di MT GEDE
dssals Faktor Penyebab
Program Latihan di MT GEDE tidak dijalankan secara rutin dan berkesinambungan
Kurangnya peduli anak buah kapal dalam penggunaan alat pemadam
dssals Dampak
Ketidaksiapan anak buah kapal dalam melakukan pencegahan kebakaran
Berkurang skill dalam melakukan pencegahan kebakaran di atas kapal
55 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tentang pengaruh keterampilan anak buah kapal dalam penggunaan alat pemadam di kapal MT Gede dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Menurunya frekuensi dan efektifitas Latihan dalam mengunakan alat-alat pemadam di MT Gede dikarenakan oleh kurangnya peranan perwira dalam melaksanakan kegiatan latihan keselamatan atau kebakaran.
Perwira tidak memastikan semua latihan keselamatan dan kewajiban berkumpul yang telah ditentukan dan dilakukan dengan sungguh- sungguh efektif dan konsisten.
2. Motivasi yang kurang maksimal dari perwira kapal terhadap awak kapal sehingga dalam mengoperasikan alat-alat keselamatan diatas kapal dikarenakan program latihan yang sudah dibuat oleh mualim keselamatan (Safety Officer) sering kali tidak dijalankan atau dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan sesuai dengan aturan pemerintah dan aturan internasional yang berlaku.
3. Kurang disiplinya perwira maupun anak buah kapal dalam menjalankan prosedur dan program latihan yang telah ditentukan.
56
B. Keterbatasan Penelitian
Ada berbagai keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian hanya dilakukan menggunakan pengamatan secara langsung.
2. Penelitian ini merupakan metode penelitian kualitatif yang menggunakan data wawancara, observasi, serta pengalaman yang dilakukan langsung oleh peneliti sehingga penelitian ini sangat bergantung kepada interprestasi dan sudut pandang peneliti terhadap makna yang tersirat pada data – data yang disediakan sehingga hasil penelitian dapat bersifat bias.
3. Adanya keterbatasan waktu penelitian, tenaga, dan kemampuan peneliti.
C. Saran
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Nakhoda dibantu oleh Mualim 1 (Chief Officer) menyiapkan drill untuk setiap keadaan darurat. Penerapan atau pelaksanaan dari jadwal- jadwal latihan keselamatan dengan safety meeting untuk membahas masalah Ketika latihan meninggalkan kapal,kebakaran dan semua hal-hal yang menyangkut keselamatan. Dengan kata lain merupakan evaluasi dari latihan-latihan yang telah dilakasanakan.
57
2. Nakhoda atau perwira kapal harus memberikan motivasi dan memastikan bahwa anak buah kapal adalah orang-orang atau awak kapal yang professional sesuai dengan ketentuan dalam peraturan internasional dan memastikan semua kapal-kapalnya menjalankan prosedur yang telah ditetapkan dengan melakukan audit secara berkala. Nakhoda sebagai senior officer harus melalukan pengawasan dari latihan-latihan keselamatan, dimana latihan-latihan yang diberikan diatas kapal harus dilakukan dengan baik dan benar
3. Meningkatkan disiplin anak buah kapal secara bertahap dan berkesinambungan,yaitu dengan cara memberikan atau menyampaikann penghargaan kepada perwira amupun anak buah kapal yang dapat menjalankan prosedur yang telah ditetapkan dengan baik dan benar, dan juga dengan memberikan teguran ataupun peringatan kepada perwira maupun anak buah kapal yang tidak menjalankanya.
57
DAFTAR PUSTAKA
Anggito, Albi. Setiawan, Johan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi Jawa Barat : CV Jejak. ISBN : 978-602-474-392-5
Arikunto, S. (2019). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka cipta.
Badudu & Zain. (2001). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan https://www.kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pemadam , diakses pada 03 Januari 2023 https://www.kbbi.web.id/pengaruh, diakses pada 04 Januari 2023
Moh. Nazir. 2014. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Muhammad Alif K.Sahide, Buku Ajar Metodologi Penelitian Sosial,(Makassar: fakultas kehutanan universutas Hasanuddin,2019).
Sudaryono. 2016. Manajemen Pemasaran Teori dan Implementasi. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV Alfabeta.
Winarni, Endang Widi. 2018. Teori dan Praktik Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara
Yuhana, A. N., & Aminy, F. A. (2019). Optimalisasi peran guru pendidikan agama Islam sebagai konselor dalam mengatasi masalah belajar siswa. Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,[SL], 7(1), 79–96.
58
LAMPIRAN 1 CREW LIST MT.GEDE
59
LAMPIRAN 2 SHIP PARTICULAR MT.GEDE
60
Lampiran 3 Hasil Wawancara 1
Identitas Responden:
No Responden : 01
Nama Lengkap : Capt. Indra Tempat Wawancara : MT. Gede Jenis Kelamin : Laki-Laki Jabatan : Nakhoda
1. Peneliti : mohon izin bertanya capt, bagaimana persiapan untuk latihan drill kebakaran capt ?
Narasumber : Persiapan untuk latihan akan saya atur bersama C/O det,saya sudah kordinasi dengan third officer untuk alat-alat pemadam kebakaranya.
2. Peneliti : Siap Capt, selain daripada itu, apakah ada perlakuan khusus terhadap peningkatan untuk anak buah kapal capt?
Narasumber :pastinya ada, dikarenakan sangat penting untuk kita meningkatkan skill awak kapal saat terjadi keadaan yang berbahaya di atas kapal nantinya det.
3. Peneliti : bagaimana jika terjadi kegagalan atau kurang baik nya awak kapal dalam penggunaan alat-alat pemadam?
Narasumber : Jika terdapat kesalahan sebaiknya kita sebagai perwira tetap mengawasi mereka baik hal kecil maupun besar dikarenakan setiap pergerakan mereka maka bisa menjadi dua hal,antara baik dan buruk
61
Lampiran 4 Hasil Wawancara 2
Identitas Responden:
No Responden : 02 Nama Lengkap : Ardianta
Tempat Wawancara : MT. Gede Jenis Kelamin : Laki-Laki Jabatan : Mualim I / Chief Officer
1. Peneliti : mohon izin bertanya Chief, bagaimana persiapan crew untuk mengikuti latihan di atas kapal ini? apakah mereka antusias dalam menjalankan latihan ini?
Narasumber : iya det,persiapan crew baik dan mereka sudah paham betul akan latihan di atas kapal ini tersebut.tapi mereka juga harus mengerti bagaimana perbedaan dikapal sebelum mereka naik dikapal ini. saya rasa mereka harus antusias dalam hal ini,dikarenakan ini membentuk skill mereka dan pengetahuan yang ada.dan di aplikasikan disini.
2. Peneliti : Bedasarkan latihan sebelumnya saya melihat dan mengamati bahwa crew sangat kurang dalam penggunaan alat-alat tersebut? Jika dilihat banyak yang masih kurang paham akan penggunaan alat tersebut.
Narasumber : Benar,oleh karena itu banyaknya awak kapal yang merasa dirinya sudah mengetahui dan dengan lain mereka meremehkan dan menggagap itu hal biasa dan tidak akan terjadi.inilah yang kita bentuk untuk mengurangi rasa cuek dan menggampangkan dari awak kapal tersebut.sehingga tidak menyepelekan apapun itu yang ada terdaftar di atas kapal.
62
Lampiran 5 Hasil Wawancara 2
Identitas Responden:
No Responden : 03
Nama Lengkap : Firmansyah Tempat Wawancara : MT. Gede Jenis Kelamin : Laki-Laki Jabatan : Boatswain
1. Peneliti : mohon izin bertanya Pak bosun, sebagai kepala kerja di lapangan, bagaimana pendapat dengan adanya latihan di atas kapal?
Narasumber : kalau dari pengalaman saya dari kapal-kapal sebelumnya biasanya sangat jarang dan malah tidak pernah ada latihan rutin seperti di atas kapal ini tersebut.sebelumnya hanya formalisasi saja det.jadi ketika saya naik di kapal ini saya kaget dengan teratur dan disiplin nya peraturan latihan di atas kapal ini.