JAKARTA SELATAN TERHADAP OPINI PUSTAKAWAN DKI JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh : JHIMSHY SIMONIGAR
051303503125100
UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JAKARTA
2017
ABSTRAK
Bermula dengan adanya berbagai opini dari pustakawan DKI Jakarta mengenai kualitas pelayanan Humas SUDIN PUSIP Jaksel dalam melaksanakan tugas. Opini-opini yang tersampaikan seperti pembuatan kartu anggota yang tidak tepat waktu dan dalam menjalankan tugas yang kurang prima, pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah dari pengunjung perpustakaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas Humas SUDIN PUSIP Jaksel terhadap opini pustakawan DKI Jakarta.
Penelitian ini menggunakan teori persepsi menurut Osgood, Suci dan Tannenbaum. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 126 Pustakawan DKI Jakarta dan didapatkan sampel sebanyak 96 orang yang dihitung menggunakan rumus Slovin.
Dalam penelitian ini menggunakan paradigm positivistik, pendekatan kuantitatif, metode survei dan bersifat eksplanatif.
Dari hasil pengujian determinasi, diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R
2) adalah 0,404 artinya bahwa variabel independen tersebut berpengaruh sebesar 40,4% terhadap variabel dependen dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini. Hasil uji korelasi antara variabel X dan Variabel Y yaitu 0.636 yang artinya berkorelasi kuat.
Hasil uji F menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (63,708 > 3,94) dan nilai signifikansi kurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel X berpengaruh terhadap variabel Y atau kualitas pelayanan humas SUDIN PUSIP
Jaksel berpengaruh terhadap opini pustakawan DKI Jakarta.
Kata kunci : pengaruh, Humas, kualitas pelayanan, opini pustakawan.
ABSTRACT
Starting with the various opinion from librarian DKI Jakarta regarding the quality of services provide by the Public Relations of SUDIN PUSIP Jakarta Selatan. This opinion is presented as making a card member not on time and in carrying out the tasks that do not fit in the end will affect the number of library visitors. The purpose of this research is to know the influence of the quality of public relations SUDIN PUSIP Jaksel against librarian DKI Jakarta.
This research uses theories of perception according to Osgood, Suci and Tannenbaum. The population in this research as many as 126 librarian of DKI Jakarta and obtained a samples of 96 people wich is calculated using this formula Slovin.
In this research using paradigm positivistic, the quantitative approach , a method of surveying and wreak eksplanatif .
From the testing determination, known that the value the coefficients determination (R
2) was 0,404 means that the independent variable affects of 40,4%
on variables dependent and the rest influenced by a factor of other than this research. Correlation result between variable X and variable Y was 0,636 means that the result was indicated as high correlation.
The results of the f showing that the f count greater than f table (63,708 >
3,94) and value significance less than 0.05 so can be concluded that variable X influential on variables Y or affect service quality of public relations SUDIN PUSIP Jakarta Selatan against librariant DKI Jakarta.
Keywords: influence, public relation,
service quality, librarian
opinion.
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN HUMAS SUKU DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN TERHADAP OPINI
PUSTAKAWAN DKI JAKARTA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dunia literasi telah berkembang dengan pesat, persaingan semakin ketat diantara instansi dan perusahaan jasa yang menekuni dan berkecimpung di sektor literasi. Di Indonesia perusahaan yang bergerak dibidang jasa literasi seperti adanya persaingan antara perpustakaan umum dan perpustakaan digital. Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan yang dikenal dan dikategorikan sebagai perpustakaan umum mempunyai berbagai layanan dan fasilitas jasa literasi yang cukup memadai, yaitu ruang baca anak, be corner, digitalisasi arsip, OPAC dsb.
Keberhasilan jasa literasi di Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan ditentukan oleh pelayanan petugas – petugas HumasSuku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan kepada para pemustaka dan pustakawan Jakarta Selatan khusunya dengan cara berkomunikasi dengan baik.
Kegiatan Humasbagi sebuah instansi pemerintahan daerah ataupun pusat tidak hanya bisa dilakukan oleh para staf ahli kenegaraan,
atau pihak pemerintah, tetapi kegiatan ini bisa juga dilakukan oleh perorangan pribadi, yang membawa nama instansi tersebut kepada publiknya, yaitu baik masyarakat itu sendiri.
Seorang praktisi Humas bukan hanya membentuk reputasi atau citra lembaga yang dibawanya, tetapi juga mengklarifikasi, memperkenalkan, dan menciptakan respon positif dari publik bagi lembaganya tersebut.
Komunikasi yang dilakukan pada suatu lembaga memainkan peranan yang sangat efektif. Humasjuga bertugas untuk memecahkan masalah-masalah dan mencapai tujuan- tujuan manajemen. Komunikasi yang baik harus diarahkan pada tujuan yang telah ditentukan sehingga jika komunikasi yang baik tercipta akan menghilangkan opini-opini negatif yang berkembang. Pada keadaan itu, komunikasi merupakan jalan besar dan utama bagi manusia dalam memecahkan sebuah permasalahan.
Komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih. Maka, pembentukan makna dalam sebuah proses komunikasi sangat bergantung dan berpengaruh pada diri individu. Pengaruh ini terlihat dari cara pandang secara keseluruhan terhadap gejala komunikasi sebagai konsekuensi dari berubahnya prinsip berpikir sistemik menjadi prinsip interaksional simbolik (Ardianto, 2010:50). Dalam dunia
literasi sendiri kemahiran komunikasi didiri seorang Humassangat berkaitan erat terutama pada instansi yang bergerak dibidang perpustakaan umum.
Perpustakaan Umum merupakan lembaga pendidikan bagi masyarakat umum dengan menyediakan berbagai informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya sebagai sumber belajar untuk memperoleh dan meningkatkan ilmu pengetahuan bagi seluruh lapisan masyarakat (Sutarno NS, 2006:43) . Perpustakaan umum diselenggarakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa memandang latar belakang pendidikan, agama, adat istiadat, umur, jenis kelamin dan sebagainya, maka dari itu banyak koleksi di perpustakaan umum terdiri dari beraneka ragam kebutuhan informasi yang diinginkan oleh masyarakat khusunya masyarakat jakarta selatan.
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa keberadaan perpustakaan umum sangatlah penting bagi masyarakat. Namun, saat ini perkembangan perpustakaan umum sendiri kurang menggembirakan. Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan dalam perkembangannya memposisikan diri sebagai sumber informasi, sumber belajar dan sumber peningkatan minat baca dalam upaya menciptakan masyarakat yang cerdas, informatif, dan memiliki daya saing dalam menghadapi era globalisasi informasi.
Namun pada umumnya keberadaan perpustakaan umum sebagai penggalian minat baca kurang dikenal oleh masyarakat. Masih banyak pula masyarakat yang belum mengetahui
fungsi dan peran perpustakaan umum tersebut.
Lebih menyedihkan lagi di era canggihnya teknologi masih ada masyarakat yang belum mengetahui perpustakaan di wiliyahnya.
Dengan menjamurnya perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa literasi menambah ketatnya persaingan. Humas Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan mempunyai tugas berat untuk menyerap masyarakat Jakarta Selatan sebanyak-banyaknya agar terciptanya kemajuan literasi yang mendukung dan dapat menarik masyarakat Jakarta Selatan untuk datang ke perpustakaan umum.
Disinilah strategi Humas sangat dibutuhkan untuk menaikan citra Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan di mata masyarakat agar pada akhirnya dapat bersaing dengan jasa literasi lainnya. Dengan demikian Humas Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan perlu memberikan layanan prima kepada pengguna jasa.
Seperti wawancara pra penelitian yang telah dilakukan penulis pada Hari Rabu tanggal 12 April 2017 dengan narasumber yang bernama Norma.
Seorang pustakawan di Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Ia merupakan salah satu pustakawan aktif yang sedang diberikan tugas untuk menjadi pemustaka di Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan.
“Sistem pelayanan jasa untuk pembuatan kartu anggota perpustakaan terlalu lama yang diberikan pelayanan publik Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan kepada pengunjung dan menyebabkan rasa yang tidak puas, dan diraskan pula oleh pustakawan yang saat itu mendapatkan tugas di Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan, lalu Ia juga menuturkan hal lain tentang bagaimana kualitas HumasSuku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan dalam memberikan layanan yang kurang prima.
Dari hasil wawancara tersebut secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa kualitas pelayanan jasa Humasyang terdapat di Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan dalam suatu sistem yang dilakukan dalam pembuatan kartu anggota dan sebagainya kurang memberi kepuasan kepada pemustaka.
Dampak yang timbul dari permasalahan di atas peneliti berpendapat akan menyebabkan kurang tertariknya masyarakat dalam menggunakan jasa Humasdi Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan yang dapat terlihat dari frekuensi jumlah pengunjung bulan Januari – Juli 2017 seperti pada data tabel 1.1 berikut :
Tabel 1.1 Data Pengujung Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Administrasi Jakarta Selatan Januari Juli2017.
Sumber: HumasSUDIN PUSIP Jaksel
Dapat terlihat dari tabel 1.2 terjadi penurunan jumlah pengunjung SUDIN PUSIP Jaksel setiap bulannya dengan rata-rata 2424 pengunjung dalam kurun waktu 7 bulan. Dalam hal ini penulis melakukan penelitian pada pustakawan yang melakukan kegiatan langsung dengan Humas setempat dan pustakawan DKI Jakarta telah mendapat tugas dalam periode yang singkat untuk dapat menjadi pemustaka Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan Humas Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jakarta Selatan terhadap opini pustakawan DKI Jakarta.
No Bulan Jumlah Pengunjung
1 Januari 1900
2 Februari 2058
3 Maret 4367
4 April 2934
5 Mei 2594
6 Juni 1389
7 Juli 1729
Total 16971
Rata-Rata 2424
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti membatasi masalah penelitian agar dapat fokus dalam melakukan penelitian, yaitu seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan Humas Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jakarta Selatan opini pustakwan DKI Jakarta?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan Humas Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jakarta Selatan terhadap opini pustakawan DKI Jakarta . 1.4 Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat penelitian ini ada dua macam, yaitu :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan ilmu komunikasi khususnya dalam bidang hubungan masyarakat keperpustakaan.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif dan membangun mengenai kualitas layanan jasa Humas.
b. Hasil penelitian ini menambah pengetahuan tentang opini tentang kualitas pelayanan jasa Humas Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan, serta untuk memenuhi salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan perkuliahan di program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Satya Negara Indonesia.
c. Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Universitas Satya Negara Indonesia pada umumnya serta bagi mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi pada khusunya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis
Setiap penelitian selalu menggunakan teori. Seperti dinyatakan oleh Newmen (2003) teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proporsisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematis, melalui
spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena (Sugiyono, 2011: 52).
2.1.1 Teori Persepsi
Menurut Branca, Woodworth, dan Marquis sebagaimana yang dikutip oleh (Rahman, 2013: 4) bahwa persepsi merupakan
proses penerimaan rangsangan oleh individu melalui alat indera; yaitu melalui mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit dari luar individu. Alat indera tersebut merupakan alat penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Dengan persepsi individu akan menyadari tentang keadaan sekitarnya dan juga keadaan dirinya sendiri.
Persepsi merupakan aktivitas yang menyatukan rangsangan dengan alat indera dalam diri individu. Apa yang ada dalam diri individu akan aktif dalam persepsi.
Berdasarkan hal tersebut persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman-pengalaman. Dalam mempersepsikan sesuatu rangsangan akan berbeda antara individu satu dengan individu lain (Rahman, 2013: 4).
(Rahman, 2013: 74) mengemukakan pendapat Heider yang mengatakan bahwa persepsi sosial bersumber dari dua kebutuhan yaitu, untuk memahami dan untuk mengendalikan lingkungan. Kita mempunyai kebutuhan untuk memahami lingkungan, termasuk untuk memahami orang-orang yang ada di sekitar kita. Contohnya saja ada orang yang tidak nyaman jika berbicara dengan orang yang namanya tidak diketahui.
Kebutuhan yang kedua adalah kebutuhan untuk mengendalikan lingkungan. Kebutuhan ini berkaitan dengan kebutuhan untuk memahami. Pemahaman mengenai karakteristik dan motivasi orang lain, akan membuat kita lebih mudah dalam memprediksi dan menentukan apa yang sebaiknya kita lakukan.
Menurut Osgood, Suci dan Tannenbaum dalam penelitiannya yang dikemukakan oleh (Rahman 2013, 79-81), terdapat tiga dimensi dasar di dalam persepsi sosial; Jadi pemahaman kita mengenai diri kita sendiri atau orang lain tersebut bisa bersifat baik-buruk, kuat-lemah, atau aktif-pasif. Tiga dimensi tersebut adalah.
1. Dimensi evaluasi yaitu penilaian untuk memutuskan sifat baik buruk, disukai-tidak disukai, positif-negatif pada orang lain.
Dalam hal ini kita dapat menjabarkan isi persepsi kita dan mengartikannya dengan baik.
2. Dimensi potensi yaitu kualitas dari orang sebagai stimulus yang diamati (kuat-lemah, sering- jarang, jelas-tidak jelas).
3. Dimensi aktivitas yaitu sifat aktif atau pasifnya orang sebagai stimulus yang diamati. Dalam hal ini kita melakukan sesuatu aktivitas yang dapat menjadi penilaiaan bagi orang lain.
Selanjutnya dimensi-dimensi ini akan digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh opini pustakawan terhadap pelayanan jasa HumasSuku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan
Dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah pemahaman seseorang terhadap rangsangan yang datang, melalui proses penginderaan yang dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam diri orang yang
mempersepsikan. Setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda. Perbedaan itu terkadang dipengaruhi oleh objek yang dipersepsikan. Ketika mempersepsikan suatu benda tentu akan berbeda dengan mempersepsikan manusia. Jika manusia yang menjadi objek persepsi, maka orang yang mempersepsikan itu harus menyeleksi persepsi yang akan diutarakan agar tidak terjadi kesalahpahaman.
2.2 Landasan Konseptual 2.2.1 Pengertian Komunikasi
Istilah Komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Kata “sama”
tersebut maksudnya adalah sama makna.
Menurut Carl. I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan asas-asas penyampaian informasi sertapem bentukan pendapat dan sikap . 2.2.2 Hubungan Masyarakat
Menurut Cutlip, Center, dan Broom (2006:5), Humas adalah tugas manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat anatara orang dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan orang tersebut.
Kegiatan Humas merupakan bentuk komunikasi persuasif yang dirancang untuk mengetahui opini publik tertentu. Kegiatan Humas pada umumnya bersifat membujuk dan mempengaruhi, sebab tujuan utamanya adalah membuat pihak lain mau berpikir dan
bertindak sesuai yang diinginkan. Rangkaian kerja kehumasan juga mencakup keahlian untuk mengkomunikasikan berbagai gagasan, kepada kelompok masyarakat tertentu agar menghasilkan opini yang menguntungkan orang.
Secara umum Humas memiliki tujuan untuk menciptakan, mempertahankan, dan meningkatkan citra positif organisasi, melalui hubungan yang harmonis dengan publiknya baik internal maupun eksternal.
Humasberusaha mengubah situasi dari kondisi yang tidak menguntungkan menjadi situasi dan kondisi yang menguntungkan sehingga menimbulkan rasa simpati, percaya, suka, dan butuh.
2.2.3 Kualitas Pelayanan
Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna karena orang yang berbeda akan mengartikannya secara berlainan, seperti kesesuaian dengan persyaratan atau tuntutan, kecocokan untuk pemakaian perbaikan berkelanjutan, bebas dari kerusakan atau cacat, pemenuhan kebutuhan pelanggan, melakukan segala sesuatu yang membahagiakan. Dalam perspektif TQM (Total Quality Management) kualitas dipandang secara luas, yaitu tidak hanya aspek hasil yang ditekankan, tetapi juga meliputi proses, lingkungan dan manusia.Hal ini jelas tampak dalam defenisi yang dirumuskan oleh Goeth dan Davis yang dikutip Tjiptono (2012:51) bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,
proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.Sebaliknya, definisi kualitas yang bervariasi dari yang kontroversional hingga kepada yang lebih strategik.
Ciri-ciri pelayanan yang baik menurut Kasmir (2005:39) dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bertanggung jawab kepada setiappelanggan/pengunjung sejak awal hingga selesai.
2.
Mampu melayani secara cepat dan tepat.3.
Mampu berkomunikasi.4.
Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik.5.
Mampu memberikan kepercayaan kepada pelanggan/pengunjung.Pengertian kualitas jasa atau pelayanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan.Menurut Lewis & Booms (dalam Tjiptono, 2012:157) mendefinisikan kualitas pelayanan secara sederhana, yaitu ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Artinya kualitas pelayanan ditentukan oleh kemampuan perusahaan atau lembaga tertentu untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan apa yang diharapkan atau diinginkan berdasarkan kebutuhan pelanggan/pengunjung. Dengan kata lain, faktor utama yang mempengaruhi
kualitas pelayanan adalah pelayanan yang diharapkan pelanggan/pengunjung dan persepsi masyarakat terhadap pelayanan tersebut. Nilai kualitas pelayanan tergantung pada kemampuan perusahaan dan stafnya dalam memenuhi harapan pelanggan secara konsisten.
2.2.4 Opini
Opini juga sering disebut dengan pendapat. Opini atau pendapat merupakan suatu sikap pikiran seseorang terhadap suatu persoalan. Menurut Nurhadi (2003: 7) pendapat adalah mengungkapkan sesuatu secara subjektif, berdasarkan pemikiran pribadi, kebenarannya kadang tidak dapat dibuktikan. Opini artinya pendapat atau pandangan tentang sesuatu.
Macam-macam opini dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu pemikiran, harapan, tanggapan, ide, gagasan, usul, saran, kritik, keinginan, penolakan, persetujuan, pemecahan suatu masalah yang disampaikan dan lain-lain. Opini biasanya disertai oleh argumen atau alasan-alasan tertentu yang mendukung pemikirannya, opini juga biasanya dipadukan dengan kata-kata seperti: (1) seharusnya, (2) seandainya, (3) sebaiknya, (4) mungkin, (5) menurut saya atau pendapat saya, (6) jika, (7) sebab, (8) penyebab, (9) siapa lagi, dan (10) pujian (Nurhadi, 2003: 7).
2.2.5 Pustakawan
Pustakawan ialah seseorang yang bekerja di perpustakaan dan membantu orang menemukan buku, majalah, dan informasi lain.
Pada tahun 2000-an, pustakawan juga mulai membantu orang menemukan informasi
menggunakan komputer, basis data elektronik, dan peralatan pencarian di internet. Terdapat berbagai jenis pustakawan, antara lain pustakawan anak, remaja, dewasa, sejarah, hukum, dsb. Pustakawan wanita disebut sebagai pustakawati.
2.3. Kerangka Pemikiran
Subjek dalam penelitian ini adalah hubungan opini pustakawan atau pemustaka dengan tingkat kualitas pelayanan jasa Humas Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan.
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang kebenarannya masih harus dilakukan pengujiannya. Hipotesis ini dimaksudkan untuk memberi arah bagi analisis penelitian (Marzuki, 2005: 161)
Berikut perumusan hipotesa yang akan digunakan dalam penelitian :
a. Hipotesis Nol (Ho) adalah Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas pelayanan jasa Humas Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan terhadap opini pustakawan DKI Jakarta.
b. Hipotesa Alternatif (Ha) adalah Terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas pelayanan jasa Humas Suku Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan terhadap opini pustakawan DKI Jakarta.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakuan di Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan yang beralamat di jalan Gandaria Tengah V/3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Lokasi tersebut dipilih karena memiliki semua aspek pendukung agar penelitian dapat berjalan dengan baik.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap yaitu pada bulan april – juli 2017.
3.2 Desain Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan menggunakan paradigma positivisme, pendekatan kuantitatif, metode survei, dan penelitian ini bersifat deskriptif dengan penjelasam sebagai berikut.
3.2.1 Paradigma Penelitian
Paradigma adalah sebagai cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu khusus dengan sesuatu khusus tentang visi realitas. (Moleong, 2013: 49).
Paradigma positivisme ini melihat realitas sosial berada “ diluar sana” dan daitur oleh hukum-hukum alam yang kekal. Ilmu pengetahuan hanya berurusan untuk menemukan realitas yang sesungguhnya dan bagaimana realitas itu bekerja.
3.2.2 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan riset yang mendasarkan diri pada paradigma positivistik dalam menggabungkan ilmu pengetahuan. Beberapa ciri khas penelitian kuantitatif adalah bersandar pada pengumpulan dan analisis data kuantitatif, menggunakan strategi survei dan eksperimen, mengadakan pengukuran dan observasi, menggunakan pengujian teori dengan uji statistik (Zulfikar dan Nyoman, 2014: 40).
3.2.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei menurut Notoatmodjo yang dimaksud dengan survei adalah suatu penelitian yang dilakukan terhadap sekelompok objek dalam waktu tertentu dengan tujuan untuk menilai kondisi atau penyelenggaraan suatu program dan hasil penelitiannya digunakan untuk menyusun suatu perencanaan demi perbaikan program tersebut. (Sandjaja dan Heriyanto, 2006: 111)
3.2.4 Sifat Penelitian
Singarimbun dan Effendi (2012:99) menyatakan bahwa, penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok dan mengumpulkan data mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan variabel penelitian.
Jenis penelitian ini menurut tingkat ekplanasinya adalah eksplanatif. Sugiyono (2012:13) menyatakan bahwa, penelitian tingkat ekplanasi (level of exlpanation) adalah tingkat penjelasan. Penelitian ini bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Sugiyono (2012:66) menyatakan bahwa, penelitian explanatory merupakan penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungannya antara satu variabel dengan yang lain.
3.3 Teknik Pengumpulan Data dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2011:137).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data kuesioner (angket).
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
(Sugiyono, 2011: 80)
Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul repersentatif atau mewakili. (Sugiyono, 2011:
81)
Populasi dalam penelitian ini adalah 126 orang pustakawan yang resmi di Provinsi DKI Jakarta. Dalam penulisan ini penulis akan menggunakan random sampling atau probability sampling yang salah satu cara nya yaitu Cluster Random Sampling, karena peneliti mengambil sampel dari populasi secara acak dan peneliti harus menetapkan satu tempat penelitian dari beberapa pilihan Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi di Jakarta dan peneliti memilih wilayah Jakarta Selatan untuk pengambilan hasil penelitian terhadap sampel yang telah ditentukan.
Alasan penulis mengambil teknik sampel ini karena penulis sudah mendapatkan data populasi yang pasti yaitu 126 pustakawan DKI Jakarta lalu penulis mengetahui tugas pustakawan yang bersifat sementara di perpustakaan dan akan adanya pergantian setiap minggunya penulis akan menunggu di perpustakaan tersebut untuk mendapatkan hasil yang tepat.
Jumlah sampel diambil dengan metode slovin karena penulis telah mengetahui jumlah populasi yang ada sangat tepat dengan persyaratan yang diingikan dalam rumus slovin, dimana peneliti menentukan terlebih dahulu batas toleransi kesalahan. Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dengan persentase. Semakin kecil toleransi kesalahan, semakin akurat sampel menggambarkan
populasi. Maka dari itu peneliti mengambil batas kesalahan 5 % dengan mendapatkan tingkat akurasi 95 %.
126 126
n = =
= 95,81 = 96 Pustakawan
1 + 126 (0,05)² 1,315
Keterangan n: jumlah sampel N: jumlah populasi
e: batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 96 pustakawan. Peneliti akan melakukan pendekatan kesalah satu pustakawan dan dilanjutkan dengan pendekatan keseluruh pustakawan yang lain, karena populasi yang didapat termasuk jumlah kecil atau organisasi sosial.
3.5.1 Variabel Kualitas Pelayanan (X) 1. Bertanggung Jawab adalah adanya
kesadaran dan ketepatan seorang humas Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jakarta Selatan dalam menjalankan tugasnya.
2. Pelayanan yang tepat, mampu melayani pemustaka secara tepat dan cepat
3. Komunikasi dapat diartikan seorang humas Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jakarta Selatan mampu melakukan cara berkomunikasi yang tepat.
4. Pengetahuan adalah adanya ilmu-ilmu yang berbeda atau mengetahui informasi-informasi aktual saat ini.
5. Kepercayaan merupakan mampu menjaga dan konsisten terhadap tugasanya humas Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jakarta Selatan tersebut.
3.5.2 Variabel Opini Pustakawan DKI Jakarta (Y)
Dalam suatu teori yang penulis pahami yaitu teori persepsi yang sangat terkait hubungannya dengan adanya opini, terdapat tiga dimensi yang dapat penulis tetapkan menjadi indikator dalam penelitian ini, yaitu : 1. Dimensi evaluasi yaitu penilaian untuk
memutuskan sifat baik buruk, disukai- tidak disukai, positif-negatif pada orang lain. Dalam hal ini kita dapat menjabarkan isi persepsi kita dan mengartikannya dengan baik.
2. Dimensi potensi yaitu kualitas dari orang sebagai stimulus yang diamati (kuat-lemah, sering-jarang, jelas-tidak jelas).
3. Dimensi aktivitas yaitu sifat aktif atau pasifnya orang sebagai stimulus yang
diamati. Dalam hal ini kita melakukan sesuatu aktivitas yang dapat menjadi penilaiaan bagi orang lain.
Dalam proses operasionalisasi variabel kegiatan menurunkan dari abstrak ke konkret.
Hal ini karena analisis hanya dapat dilakukan dengan mengamati aspek-aspek yang konkret yyang terlihat secara nyata dan dapat diobservasi oleh peneliti.dan definisi operasional diturunkan ke dalam seperangkat aturan atau proses. Masa dengan operasionalisasi ini konsep yang abstrak menjadi ke konkret.
3.6 Uji Validitas dan Uji Relibilitas 3.6.1 Uji Validitas
Validitas alat ukur adalah akurasi alat ukur terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan dimana-mana.
Validitas alat ukur sama pentingnya dengan reliabilitas alat ukur itu sendiri. Ini artinya, bahwa alat ukur haruslah memiliki akurasi yang baik terutama apabila alat ukur tersebut digunakan sehingga validitas akan meningkatkan bobot kebenaran data yang diteliti. (Bungin, 2011:108).
Terdapat 25 pernyataan variabel kualitas pelayanan humas, semua pernyataan memiliki nilai r (Pearson Correlation) > 0,361, sehingga semua pernyataan dari variabel kualitas pelayanan tidak perlu dikeluarkan karena statusnya valid seperti pada Tabel 3.3.
Terdapat 7 pernyataan variabel opini pustakawan DKI Jakarta, 5 pernyataan memiliki nilai r (Pearson Correlation) >
0,361, sehingga 5 pernyataan dari variabel opini pustakawan DKI Jakarta tidak perlu dikeluarkan karena statusnya valid seperti pada Tabel 3.4 dan 2 pernyataan pada variabel opini pustakawan DKI Jakarta dikeluarkan karena statusnya tidak valid. Jadi, terdapat 30 pernyataan yang akan penulis uji dan diberikan pada 96 responden.
3.6.2 Uji Relibilitas
Reliabilitas alat ukur adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Mendesain penelitian yang reliabel adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap peneliti hal ini karena peneliti tidak ingin proses pengumpulan data akan gagal karena peneliti memiliki instrumen yang buruk (Bungin, 2011:107).
Berikut penjelasan dari Tabel 3.5 untuk uji variabel penelitian:
1. Dari hasil olah data uji statistik reliabilitas variabel kualitas pelayanan humas memperlihatkan bahwa nilai cronbach’s alpha, r = 0,817 dengan demikian seluruh 25 butir pernyataan adalah reliable, karena nilai cronbach’s alpha berada di atas batas minimal 0,60, sehingga dapat disimpulkan bahwa skala pengukuran variabel kualitas pelayanan jasa humas mempunyai reliabilitas yang baik.
2. Dari hasil olah data uji statistik reliabilitas Variabel opini pustakwan DKI Jakarta memperlihatkan bahwa nilai cronbach’s alpha, r = 0,646 dengan demikian seluruh 5 butir
pernyataan adalah reliable, karena nilai cronbach’s alpha berada di atas batas minimal 0,60, sehingga dapat disimpulkan bahwa skala pengukuran variabel opini pustakawan DKI Jakarta mempunyai reliabilitas yang baik.
a. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2008:207) ada beberapa kegiatan yang dilakukan dalam menganalisis data, yaitu:
1. Mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden
2. Mentabulasi data berdasarkan variabel dan seluruh responden
3. Menyajikan data tiap variabel yang diteliti
4. Melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan 5. Melakukan perhitungan untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan b. Analisis Korelasi
Uji korelasi dimaksudkan untuk melihat hubungan dari dua hasil pengukuran atau dua variabel yang diteliti, untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel X (kualitas pelayanan humas) dengan variabel Y (opini pustakawan DKI Jakarta). Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik pearson product moment correlation. Alasan penulis menggunakan teknik ini karena data yang diperoleh dari instrumen dengan menggunakan jenis skala likert.
Adapun rumus yang digunakan menurut Sugiyono (2008:255) adalah:
Ʃ𝑥𝑦
(Ʃ𝑥2)(Ʃ𝑦2)
r
xy=
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi Ʃ = Jumlah skor X Ʃ = Jumlah skor Y
3.7 Uji Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini adalah ada atau tidaknya pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel X (kualitas pelayanan humas) sebagai variabel bebas dengan variabel Y (opini pustakawan DKI Jakarta) sebagai variabel terikat. Untuk menguji hipotesis tersebut maka data yang diperoleh, di analisis dengan rumus Uji F.
3.7.1 Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
Uji F dalam analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui apakah variabel X berpengaruh terhadap variabel Y. Uji F digunakan untuk menguji keberartian regresi.
Uji F dalam penelitian ini menggunakan software SPSS for windows dan datanya bersumber pada output tabel Anova, kemudian pengujian dilakukan dengan membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel. Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Subjek Penelitian
4.1.1 Sejarah Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan
Suku Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan yang dahulunya adalah Perpustakaan Umum Daerah Jakarta Selatan berdiri Sejak tahun 1987.
Setelah itu sekitar tahun 2005, terjadi penggabungan antara perpustakaan dan arsip sehingga Perumda Jakarta Selatan berubah nama menjadi Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Selatan dan pada akhirnya dikarenakan saat ini BPAD DKI Jakarta telah menjadi Dinas Perpustakaan dan Arisp Kota Jakarta tahun 2107 KPAK mengganti nama menjadi Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Gedung Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan terdiri dari dua lantai, lantai pertama terdapat satu ruangan khusus untuk koleksi anak- anak, loker dan layanan fotocopy untuk pengguna. Sedangkan untuk di lantai dua, terdapat koleksi untuk remaja dan dewasa, meja sirkulasi, ruang untuk koleksi referensi, mushola dan ruangan untuk pegawai.
4.1.2 Visi Dan Misi Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan
Visi adalah suatu tujuan atau sasaran yang ingin dicapai. Visi dari Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah
“Perpustakaan modern menuju masyarakat
Jakarta membaca, cerdas
dan bermartabat”. Maksud dari visi tersebut adalah Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah ingin membuat suatu inovasi terbaru bagi sebuah perpustakaan yang sangat berkualitas dan menjadi tempat yang utama bagi masyarakat menyalurkan hobi membacanya yang dapat menjadaikan masyarakat Jakarta sendiri menjadi pribadi yang cerdas dan dapat memiliki kepribadaian yang elok dan bermartabat..
Sedangkan misi adalah cara untuk mencapai visi itu sendiri. Sehingga Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Administrasi Jakarta Selatan memiliki misi berikut ini:
1. Menyediakan sarana dan prasarana perpustakaan modern bertaraf internasional 2. Menyediakan sumberdaya
informasi dari berbagai jenis bahan pustaka yang didukung dengan sarana dan prasarana modern
3. Mengumpulkan, melestarikan dan mendayagunakan bahan pustaka dan arsip yang diterbitkan di Jakarta.
4. Mengumpulkan, melestarikan dan mendayagunakan bahan pustaka tentang Jakarta.
5. Meningkatkan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual SDM perpustakaan serta keterampilan
penggunaan teknologi informasi (TI).
6. Mengembangkan sistem layanan yang cepat, tepat dengan dukungan teknologi informasi (TI).
4.2. Hasil Penelitian
7. Data hasil penelitian yang diperoleh dari kuesioner yang telah diisi oleh responden sebanyak 96 orang sebagai pustakawan DKI Jakarta yang pernah bertugas di Suku Dinas Perpustakaan dan Kerasipan Jakarta Selatan. Hasil data yang dihasilkan dengan tabel frekuensi yang telah diolah menggunakan SPSS 22 terlebih dahulu dan di deskripsikan dari masing- masing instrument.
4.2.1.1 Responden Menurut Jenis Kelamin hasil objek pada penelitian ini komposisi antara pustakawan laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang tidak terlalu besar, dimana responden perempuan lebih banyak dibanding laki- laki yaitu sebanyak 53 responden atau sebesar 55,2%. Dari profil data tersaji di atas maka mayoritas responden berdasarkan jenis kelamin adalah pustakawan perempuan dapat disebabkan gender perempuan memiliki ketelitian dalam memahami tugas-tugas sebagai pustakawan.
4.2.1.2 Responden Menurut Usia
bahwa hasil objek pada penelitian ini jumlah responden paling banyak berusia 31-35 tahun yaitu sebanyak 32,3%, dan diikuti oleh responden dengan rentang usia 26-30 tahun sebesar 30,2%.
Dari profil data tersaji di atas maka mayoritas responden berdasarkan usia adalah pustakawan berusia 31-35 tahun atau sudah termasuk dalam kategori dewasa dan dikarenakan termasuk usia produktif untuk pegawai negeri sipil DKI Jakarta.
Berdasarkan hasil kuesioner dari responden yang menjawab kualitas pelayanan humas (Variabel X) yang diduga sebagai timbulnya pengaruh opini pustakawan DKI Jakarta , dengan indikator yang diturunkan menjadi pernyataan yang dijawab responden maka dihasilkan kesimpulan sebagai berikut:
a. Pada dimensi tanggung jawab diperoleh hasil sebagai berikut :
Dari hasil responden sebanyak 42,3%
atau rata-rata 41 responden mayoritas memberikan jawaban pada skala
“Sangat Tidak Setuju”. Hal ini ditunjukan pada indikator-indikator yang tertera pada tabel 4.4, dapat dilihat pada indikator pertama yaitu
“Humas SUDIN PUSIP Jaksel dapat bertanggung jawab dengan tugasnya”
terdapat 44 responden atau rata-rata 45,8% yang berarti pada indikator tersebut sebanyak 44 responden yang menilai bahwa tugas SUDIN PUSIP Jaksel tidak dapat bertanggung jawab
dengan tugasnya. Terdapat 34 responden atau 35,4% menyatakan sangat tidak setuju pada indikator kedua yaitu “Humas SUDIN PUSIP Jaksel menjaga komitmen yang diberikan perusahaan” yang berarti pada indikator tersebut 34 responden menyatakan bahwa humas SUDIN PUSIP Jaksel belum dapat menjaga komitmen yang diberikan perusahaan.
Terdapat 40 responden atau 41,7 memberikan jawaban skala sangat tidak setuju pada indikator ketiga yaitu “Humas SUDIN PUSIP Jaksel melakukan SOP dengan sesuai” yang berarti pada indiakator tersebut 40 responden menyatakan humas SUDIN PUSIP Jaksel melakukan SOP belum sesuai. Terdapat pula 45 responden atau 46,9% yang memberikan jawaban skala sangat tidak setuju pada indikator keempat yaitu “Humas
SUDIN PUSIP Jaksel
menyelesaikan tugas sesuai deadline”
yang berarti 45 responden menyatakan bahwa humas SUDIN PUSIP Jaksel belum menyelesaikan tugas sesuai deadline dan pada indikator inilah nilai terbesar dalam menyatakan pernyataan “Sangat Tidak Setuju” pada dimensi tanggung jawab terbesar. Terdapat 40 responden atau 41,7% yang menyatakan sangat tidak setuju pada indikator kelima yaitu “Informasi yang diberikan terhadap pustakawan sesuai perintah Kepala SUDIN” yang
berarti 40 responden menyatakan bahwa Informasi yang diberikan terhadap pustakawan tidak sesuai perintah Kepala SUDIN. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden merasa bahwa mereka sangat tidak setuju akan pernyataan dengan indikator mengenai dimensi tanggung jawab dikarenakan sebagian responden menilai pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan realita di lingkungan instansi.
b. Pada dimensi pelayanan tepat diperoleh hasil sebagai berikut : Dari hasil responden sebanyak 38,3%
atau rata-rata 37 responden mayoritas memberikan jawaban pada skala “Tidak Setuju”. Hal ini ditunjukan pada indikator-indikator yang tertera pada tabel 4.5, dapat dilihat pada indikator pertama yaitu
“Pelayanan Humas SUDIN PUSIP Jaksel yang telah diberikan telah sesuai dengan kebutuhan pustakawan dan pemustaka” terdapat 32 responden atau rata-rata 33,3% yang berarti pada indikator tersebut sebanyak 32 responden yang menilai bahwa Pelayanan Humas SUDIN PUSIP Jaksel yang telah diberikan belum sesuai dengan kebutuhan pustakawan dan pemustaka. Terdapat 40 responden atau 41,7% menyatakan tidak setuju pada indikator kedua yaitu “Pelayanan Humas SUDIN PUSIP yang diterima telah sesuai dengan prosedur yang ada” yang
berarti pada indikator tersebut 40 responden menyatakan bahwa Pelayanan humas SUDIN PUSIP yang diterima belum sesuai dengan prosedur yang ada dan pada indikator inilah nilai terbesar dalam menyatakan pernyataan “Tidak Setuju” pada dimensi pelayanan tepat terbesar. Terdapat 37 responden atau 38,5% memberikan jawaban skala tidak setuju pada indikator ketiga yaitu “Kecepatan dan ketepatan waktu pelayanan Humas SUDIN PUSIP sudah baik” yang berarti pada indiakator tersebut 37 responden menyatakan kecepatan dan ketepatan waktu pelayanan Humas SUDIN PUSIP belum baik. Terdapat pula 38 responden atau 39,6% yang memberikan jawaban skala tidak setuju pada indikator keempat yaitu
“Pelayanan yang baik menjadi prioritas utama Humas SUDIN PUSIP” yang berarti 38 responden menyatakan bahwa pelayanan yang baik menjadi prioritas utama Humas SUDIN PUSIP belum sesuai.
Terdapat 37 responden atau 38,5%
yang menyatakan tidak setuju pada indikator kelima yaitu “Kemampuan Humas SUDIN PUSIP Jaksel yang cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan” yang berarti 37 responden menyatakan bahwa kemampuan humas SUDIN PUSIP Jaksel tidak cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian responden merasa bahwa mereka tidak setuju akan pernyataan dengan indikator mengenai dimensi pelayanan tepat dikarenakan sebagian responden menilai pernyataan tersebut tidak sesuai dengan realita di lingkungan instansi.
c. Pada dimensi komunikasi diperoleh hasil sebagai berikut :
Dari hasil responden sebanyak 37,3%
atau rata-rata 36 responden mayoritas memberikan jawaban pada skala
“Sangat Tidak Setuju”. Hal ini ditunjukan pada indikator-indikator yang tertera pada tabel 4.6, dapat dilihat pada indikator pertama yaitu
“Kemudahan dalam merespon pustakawan dan pemustaka” terdapat 30 responden atau rata-rata 31,3%
yang berarti pada indikator tersebut sebanyak 30 responden yang menilai bahwa kesulitan dalam merespon pustakawan dan pemustaka. Terdapat 26 responden atau 27,1% menyatakan sangat tidak setuju pada indikator kedua yaitu “Humas SUDIN PUSIP Jaksel sudah memahami pola komunikasi pustakawan” yang berarti pada indikator tersebut 26 responden menyatakan bahwa humas SUDIN PUSIP Jaksel belum memahami pola komunikasi pustakawan. Terdapat 39 responden atau 40,6% memberikan jawaban skala sangat tidak setuju pada indikator ketiga yaitu
“Berinteraksi dengan baik kepada pustakawan” yang berarti pada
indikator tersebut 39 responden menyatakan belum berinteraksi dengan baik kepada pustakawan.
Terdapat pula 39 responden atau 40,6% yang memberikan jawaban skala sangat tidak setuju pada indikator keempat yaitu “Memahami keluhan pemustaka/pustakawan dan dapat merespon dengan baik” yang berarti 39 responden menyatakan bahwa humas belum memahami keluhan pemustaka/pustakawan dan dapat merespon dengan baik.
Terdapat 45 responden atau 46,9%
yang menyatakan sangat tidak setuju pada indikator kelima yaitu “Memiliki etika yang baik saat berkomunikasi”
yang berarti 45 responden menyatakan bahwa humas belum memiliki etika yang baik saat berkomunikasi dan pada indikator inilah nilai terbesar dalam menyatakan pernyataan “Sangat Tidak Setuju” pada dimensi komunikasi terbesar. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden merasa bahwa mereka sangat tidak setuju akan pernyataan dengan indikator mengenai dimensi komunikasi dikarenakan sebagian responden menilai pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan realita di lingkungan instansi.
d. Pada dimensi pengetahuan diperoleh hasil sebagai berikut :
Dari hasil responden sebanyak 37,3%
atau rata-rata 36 responden mayoritas
memberikan jawaban pada skala
“Tidak Setuju”. Hal ini ditunjukan pada indikator-indikator yang tertera pada tabel 4.7, dapat dilihat pada indikator pertama yaitu
“Profesionalisme dan pengetahuan yang luas dari Humas SUDIN PUSIP Jaksel” terdapat 36 responden atau rata-rata 37,5% yang berarti pada indikator tersebut sebanyak 36 responden yang menilai bahwa profesionalisme dan pengetahuan yang tidak luas dari Humas SUDIN PUSIP Jaksel. Terdapat 37 responden atau 38,5% menyatakan tidak setuju pada indikator kedua yaitu “Humas SUDIN PUSIP Jaksel memahami informasi-informasi terkini” yang berarti pada indikator tersebut 37 responden menyatakan bahwa humas SUDIN PUSIP Jaksel memahami informasi-informasi terkini. Terdapat 39 responden atau 40,6% memberikan jawaban skala tidak setuju pada indikator ketiga yaitu “Humas SUDIN PUSIP Jaksel memahami tentang ilmu keperpustakaan” yang berarti pada indikator tersebut 39 responden menyatakan humas SUDIN PUSIP Jaksel tidak memahami tentang ilmu keperpustakaan dan pada indikator inilah nilai terbesar dalam menyatakan pernyataan “Tidak Setuju” pada dimensi pengetahuan.
Terdapat pula 31 responden atau 32,3% yang memberikan jawaban skala tidak setuju pada indikator
keempat yaitu “Semua informasi yang dimiliki oleh Humas SUDIN PUSIP mengenai berbagai macam produk dan jasa” yang berarti 31 responden menyatakan bahwa semua informasi yang dimiliki oleh Humas SUDIN PUSIP tidak mengenai berbagai macam produk dan jasa. Terdapat 36 responden atau 37,5% yang menyatakan tidak setuju pada indikator kelima yaitu “Memiliki pemahaman tentang nilai-nilai kepribadian pustakawan dan pemustaka” yang berarti 36 responden menyatakan bahwa tidak memiliki pemahaman tentang nilai-nilai kepribadian pustakawan dan pemustaka. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden merasa bahwa mereka tidak setuju akan pernyataan dengan indikator mengenai dimensi pengetahuan dikarenakan sebagian responden menilai pernyataan tersebut tidak sesuai dengan realita di lingkungan instansi.
e. Pada dimensi kepercayaan diperoleh hasil sebagai berikut :
Dari hasil responden sebanyak 35,4%
atau rata-rata 34 responden mayoritas memberikan jawaban pada skala
“Tidak Setuju”. Hal ini ditunjukan pada indikator-indikator yang tertera pada tabel 4.8, dapat dilihat pada indikator pertama yaitu
“Membuktikan konsistensi kepada pemustaka dan pustakawan DKI
Jakarta” terdapat 37 responden atau rata-rata 38,5% yang berarti pada indikator tersebut sebanyak 37 responden yang menilai bahwa humas belum membuktikan konsistensi kepada pemustaka dan pada indikator inilah nilai terbesar dalam menyatakan pernyataan “Tidak Setuju” pada dimensi kepercayaan.
Terdapat 35 responden atau 36,5%
menyatakan tidak setuju pada indikator kedua yaitu “Pustakawan percaya akan kemampuan Humas SUDIN PUSIP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya” yang berarti pada indikator tersebut 35 responden menyatakan bahwa pustakawan belum percaya akan kemampuan Humas SUDIN PUSIP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Terdapat 33 responden atau 34,4% memberikan jawaban skala tidak setuju pada indikator ketiga yaitu “Dapat memberikan informasi yang valid”
yang berarti pada indikator tersebut 33 responden menyatakan humas belum dapat memberikan informasi yang valid. Terdapat pula 33 responden atau 34,4% yang memberikan jawaban skala tidak setuju pada indikator keempat yaitu
“Memiliki kehandalan dalam memberikan solusi untuk permasalahan internal” yang berarti 33 responden menyatakan bahwa humas belum memiliki kehandalan dalam memberikan solusi untuk
permasalahan internal. Terdapat 32 responden atau 33,3% yang menyatakan tidak setuju pada indikator kelima yaitu “Memberikan komitmen terhadap tugas yang dikerjakannya” yang berarti 33 responden menyatakan bahwa tidak memberikan komitmen terhadap tugas yang dikerjakannya dan pustakawan DKI Jakarta. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden merasa bahwa mereka tidak setuju akan pernyataan dengan indikator mengenai dimensi kepercayaan dikarenakan sebagian responden menilai pernyataan tersebut tidak sesuai dengan realita di lingkungan instansi.
Berdasarkan hasil kuesioner dari responden yang menjawab tentang nilai-nilai dari opini pustakawan DKI Jakarta (Variabel Y) yang diduga sebagai timbulnya pengaruh tersebut karena kualias pelayanan ( variabel X), dengan indikator yang diturunkan menjadi pernyataan yang dijawab responden maka dihasilkan kesimpulan sebagai berikut:
a. Pada dimensi opini pustakawan DKI Jakarta diperoleh hasil sebagai berikut : Dari hasil responden sebanyak 40,2%
atau rata-rata 39 responden mayoritas memberikan jawaban pada skala “Tidak Setuju”. Hal ini ditunjukan pada indikator-indikator yang tertera pada tabel 4.10, dapat dilihat pada indikator pertama yaitu “Saya (tidak setuju) bahwa evaluasi terhadap kualitas pelayanan Humas SUDIN PUSIP Jaksel sudah prima”
sebesar 37 responden atau rata-rata 38,5%
yang berarti pada indikator tersebut sebanyak 37 responden yang menyatakan pernyataan sangat tidak setuju. Terdapat 35 responden atau rata-rata 36,5%
menyatakan “Saya merasa (tidak setuju) terhadap potensi yang dimiliki Humas SUDIN PUSIP Jaksel sudah baik” yang berarti 35 responden menyatakan pernyataan tidak setuju pada indikator kedua. Terdapat 30 responden atau 31,3%
menyatakan “Saya merasa (tidak setuju) bahwa potensi dalam menjalankan tugas dan fungsinya Humas SUDIN PUSIP Jaksel sangat baik” yang berarti 30 responden menyatakan pernyataan tidak setuju pada indikator ketiga. Terdapat pula 40 responden atau 41,7% yang menyatakan “Saya merasa (tidak setuju) aktivitas Humas SUDIN PPAPP Jaksel sudah aktif” yang berarti 40 responden menyatakan pernyataan tidak setuju pada indikator keempat. Terdapat 50 responden atau 52,1% yang menyatakan “Saya merasa (tidak setuju) dengan kemampuan Humas SUDIN PUSIP Jaksel aktivitas berjalan dengan lancar” yang berarti 50 responden menyatakan pernyataan tidak setuju pada indikator kelima dan pada indikator inilah nilai terbesar dalam menyatakan pernyataan “Tidak Setuju”
pada dimensi variabel opini pustakawan DKI Jakarta. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden merasa bahwa mereka tidak setuju akan pernyataan dengan indikator mengenai dimensi pada variabel opini pustakawan DKI Jakarta
dikarenakan sebagian responden berpendapat pernyataan tersebut tidak sesuai dengan realita di lingkungan instansi.
Berdasarkan hasil uji korelasi antara dimesi variabel X terhadap dimensi Variabel Y diatas didapat hasil yaitu pada dimesi pelayanan tepat (X) yang berpengaruh kuat terhadap dimensi aktivitas (Y) yang bernilai (0,000 < 0,05) dan (r) = 0,584 lalu korelasi antara variabel X dan Variabel Y didapat hasil 0.636 yang artinya korelasi antara variabel X dan variabel Y berdasarkan tabel koefisien korelasi (r) yaitu Kuat.
Berdasarkan hasil uji regresi linear sederhana dapat disimpulkan bahwa variabel X memiliki nilai positif, berarti tiap kenaikan 1 satuan variabel X, maka variabel Y akan naik sebesar 0.92. Atau bisa diartikan juga jika responden setuju adanya pengaruh kualitas pelayanan humas SUDIN PUSIP terhadap opini pustakawan DKI Jakarta. Dan dari hasil pengujian determinasi, diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,404 artinya bahwa variabel independen tersebut berpengaruh sebesar 40,4% terhadap variabel dependen.
Hasil uji F menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 63.708 lebih besar dari Ftabel Sebesar 3,94 dan nilai signifikansi kurang dari 0,05 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak artinya variabel kualitas pelayanan humas berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel opini pustakawan DKI Jakarta.
4.2 Pembahasan
Pembahasan penelitian yang menggunakan teori persepsi seperti yang
disampaikan oleh salah satu ahli “Persepsi merupakan aktivitas yang menyatukan rangsangan dengan alat indera dalam diri individu, apa yang ada dalam diri individu akan aktif dalam persepsi (Rahman 2013,4)”
maka penulis mendapatkan hasil dari masing- masing variabel yaitu variabel bebas (X) yaitu kualitas pelayanan humas, dan variabel terikat (Y) yaitu opini pustakawan DKI Jakarta, dari variabel bebas atau kualitas pelayanan humas tersususn melalui konseptual yang diturunkan dari teori persepsi terdapat lima dimensi yaitu bertanggung jawab, pelayanan tepat, komunikasi, pengetahuan dan kepercayaan.
Dimana untuk tanggung jawab terdiri dari satu indikator yang dijadikan satu variasi nilai.
Untuk dimensi pelayanan tepat terdiri dari satu indikator yang dijadikan satu variasi nilai.
Dimensi komunikasi terdiri dari satu indikator yang dijadikan satu variasi nilai. Dimensi pemahaman serta dimensi kepercayaan terdiri dari satu indikator yang dijadikan satu variasi nilai. Sementara untuk variabel Y atau opini pustakawan DKI Jakarta dimensinya yaitu diambil dari teori persepsi menurut Osgood, Suci dan Tannebaum yang dikemukakan oleh Rahman (2013, 79-81), dimana terdiri dari tiga dimensi yaitu evaluasi, potensi dan aktivitas.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan humas SUDIN PUSIP terhadap opini pustakawan DKI Jakarta. Dari hasil penelitian yang dilakukan dan analisa serta interprestasi
yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Pada variabel kualitas pelayanan Humas terdapat beberapa dimensi yang diturunkan dari teori yang digunakan oleh penulis yaitu teori persepi dan dihasilakan dimensi tanggung jawab, pelayanan tepat, komunikasi, pengetahuan dan kepercayaan. Kelima dimensi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap dimensi opini pustakawan DKI Jakarta untuk memahami aktivitas, potensi dan evaluasi dari hasil uji korelasi yang penulis teliti terdapat dimensi variabel X yang sangat berpengaruh pada dimensi variabel Y yaitu dimensi pelayanan tepat (X) berpengaruh secara signifikan dan berhubungan secara kuat terhadap dimensi aktivitas yang bernilai (P= 0,000 < 0,05 ) dan (r = 0,584).
b. Berdasarkan hasil uji regresi linear sederhana dapat disimpulkan bahwa variabel X memiliki nilai positif, berarti tiap kenaikan 1 satuan variabel X, maka variabel Y akan naik sebesar 0,929 atau 92,9%. Atau bisa diartikan juga jika semakin bagus kualitas pelayanan humas SUDIN PUSIP Jakarta Selatan maka akan berpengaruh pula pada opini pustakawan DKI Jakarta.
c. Dari hasil pengujian determinasi, diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,404
menunjukkan bahwa opini pustakawan DKI Jakarta dipengaruhi variabel independen yang dipakai dalam penulisan ini yakni kualitas pelayanan sebesar 40,4%, dan masih ada pengaruh dari faktor lainnya yaitu 59,6 dikarenakan terdapat variabel lainnya yang berbeda yang diturunkan dari teori berbeda yang tidak di teliti di penulisan ini dan akan dapat diteliti oleh peneliti lainnya.
d. Hasil uji F menunjukkan bahwa nilai Fhitung sebesar 63,708 lebih besar dari Ftabel Sebesar 3.94 dan nilai signifikansi kurang dari 0,05 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak artinya variabel kualitas pelayanan humas berpengaruh terhadap variabel opini pustakawan DKI Jakarta.
e. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t- hitung sebesar 7.982 lebih besar dari t-tabel sebesar 1.986 dan nilai signifikansi kurang dari 0,05 sehingga kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap opini pustakwan DKI Jakarta.
5.2 Saran
Berdasarkan hal tersebut, saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
5.2.1 Akademis
Dalam penelitian ini memakai teori persepsi yang diturunkan sehingga mendapatkan nilai-nilai dimensi yang digunakan sebagai titik awal sebuah pernyataan untuk para responden dan akhirnya
mendapatkan hasil yang tepat, dan diharapkan nantinya akan ada penelitian lain tentang pengaruh kualitas pelayanan dengan menggunakan teori terapan yang berbeda.
5.2.2 Praktisi
1. Dari hasil penelitian yang penulis teliti tingkat tanggung jawab yang dimiliki Humas SUDIN PUSIP Jaksel masih sangat rendah dan belum melakukan tugas-tugas yag sesuai prosedur, maka dari itu kepala SUDIN PUSIP Jaksel harus lebih sering memantau kinerja setiap karyawannya agar lebih memahami tanggung jawab yang mereka miliki sebagai seorang karyawan.
2. Humas Suku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jakarta Selatan diharapkan memperhatikan dan meningkatkan dimensi- dimensi dari teori persepsi yang memiliki pengaruh nyata terhadap kualitas pelayanan humas dan opini pustakawan DKI Jakarta itu sendiri. Salah satunya adalah agar dapat merespon pustakwan dan pemustaka dengan positif serta adanya kesigapan dari humas SUDIN PUSIP Jakarta Selatan dalam membantu pustakawan dan pemustaka dengan memberikan layanan yang dibutuhkan bagi para pemustaka.
DAFTAR PUSTAKA BUKU
Ardianto, Elvinario. 2010. Metodologi Penelitian Untuk Public Relations:
Kualitatif dan Kuantitatif.
Bandung: Simbiosa Rekatama
Media
Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana.
Cutlip, Scott M., Center, Allen H., & Glen M. Broom 2006. Effective Public Relations (9th ed.). London: Prentice Hall International Inc.
Kasmir. 2005. Etika Customer Service, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Moleong, Lexy J, 2013. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung; PT.
Remaja Rosdakarya
Nurhadi. 2003. Pendekatan Kontekstual.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Pujileksono, Sugeng. 2015. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif.
Malang: Intrans Publishing
Rahman. 2013. Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sandjaja, Albertus Heriyanto. 2006.
Panduan Penelitian. Jakarta:
Prestasi. Pustaka Raya.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi.
2012. Metode Penelitian Survei.
Jakarta: LP3ES.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D). Bandung; Alfabeta
---, 2011. Metode Penelitian Bisnis
(Pendekatan Kuantitatif,kualitatif, dan R&D). Bandung;
Alfabeta
---, 2012. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: Alfabeta.
Sutarno N.S, 2006, Perpustakaan dan Masyarakat, CV. Sagung Seto, Jakarta
Sutedja, Wira. 2007. Panduan Layanan Konsumen. Jakarta: PT Grasindo, Anggota IKAPI.
Tjiptono, Fandy dan Gregorius Chandra.
2010. Manajemen Kualitas Jasa.
Yogyakarta
Tjiptono, Fandy dan Gregorius Chandra, 2012, Pemasaran Strategik.
Yogyakarta: ANDI.
Zulfikar dan I Nyoman Budiantara. 2014.
Manajemen Riset dengan Pendekatan Komputasi Statistika.
Deepublish, Yogyakarta.
JURNAL
Suhesti Ningsih. 2011. Pengaruh Service Quality Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada Lembaga Pendidikan Solocom Di Surakarta. Benefit Jurnal Manajemen dan Bisnis Volume 15, Nomor 2, 2011
Tika Astia. 2015. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Masyarakat Pada Kantor Camat Tanjung Pinang Timur Vol. 2, No.
1, Januari, 2015
SKRIPSI