• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SUKUK LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG (BELANJA PEMERINTAH) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH SUKUK LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG (BELANJA PEMERINTAH) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SUKUK LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG (BELANJA PEMERINTAH) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

ANANDA RAMADHANI H.P.

165020500111029

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2020

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

PENGARUH SUKUK LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG (BELANJA PEMERINTAH) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Yang disusun oleh :

Nama : Ananda Ramadhani H.P.

NIM : 165020500111029

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 30 Juni 2020.

Malang, 14 Juli 2020 Dosen Pembimbing,

Dr. Dra. Asfi Manzilati , ME NIP. 196809111991032003

(3)

PENGARUH SUKUK LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG (BELANJA PEMERINTAH) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Ananda Ramadhani

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: anandarhp@student.ub.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pasar sukuk secara langsung dan tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam periode 2010-2019. Metode analisis jalur yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui transmisi yang dilalui sukuk sebagai produk sektor keuangan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor riil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasar sukuk tidak memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi secara langsung. Akan tetapi pasar sukuk berpengaruh kuat terhadap belanja pemerintah sebagai transmisi atau variabel perantara sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dapat disimpulkan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, penerbitan sukuk perlu melalui variabel perantara atau secara tidak langsung seperti melalui kebijakan fiskal yang produktif.

Kata kunci: sukuk pemerintah, belanja pemerintah, pertumbuhan ekonomi

A. PENDAHULUAN

Di tengah kondisi ketidakpastian perekonomian global, pertumbuhan sukuk secara global menunjukkan pertumbuhan positifnya di tahun 2018. International Islamic Financial Report atau IIFM (2019) melaporkan selama 2018, terdapat total penerbitan sukuk global mencapai usd 123,15 miliar. Angka tersebut bertumbuh positif 5% sejak 2017 sebesar USD 116,7 miliar. Stabilnya volume penerbitan sukuk tersebut didorong oleh penerbitan sukuk dari Asia, Gulf Cooperation Council (GCC), Afrika, dan beberapa negara yuridiksi lain. Terlebih lagi, besarnya kemajuan sukuk hingga saat ini terus didorong oleh negara seperti Malaysia, Indonesia, UEA, Arab Saudi, dan juga Turki.

Sebagai salah satu pemain dalam industri sukuk, Indonesia memiliki definisi tersendiri. Sukuk atau surat berharga syariah negara (SBSN) diartikan sebagai surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. Berlakunya sukuk pemerintah didasarkan pada Undang – Undang No. 19 tahun 2008 bahwa sukuk pemerintah diterbitkan oleh pemerintah pusat. Sedangkan peraturan lainnya yang mendukung praktik sukuk pemerintah diatur dalam peraturan pemerintah (PP) dan peraturan menteri keuangan (PMK) (Keuangan,2010).

Hingga tahun 2017, perkembangan sukuk pemerintah menunjukkan hasil yang positif. Bahkan, besarnya total penerbitan sukuk pemerintah mencapai USD 13,15 miliar. Sebagai langkah menjaga kepercayaan global tersebut, pemerintah Indonesia menunjukkan komitmen return on investment (ROI) untuk meningkatkan kredensial keuangan Islam dengan terus menetapkan tolak ukur likuid secara terus – menerus dalam sukuk global. Hasilnya, permintaan sukuk global selalu lebih tinggi setiap tahunnya daripada yang dapat ditawarkan pemerintah (over-subscribbed).

Kesuksesan sukuk tidak hanya dipercaya oleh negara Indonesia saja. Beberapa negara penerbit sukuk telah meyakini manfaat sukuk. Seperti instrumen sukuk di Malaysia dipercaya sebagai sumber pendanaan jangka panjang dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sebagai kebutuhan bisnis dan pembangunan infrastruktur. Sehingga sukuk semakin diyakini menjadi solusi bagi kebutuhan pemerintah dan industri. Berkembangnya pasar sukuk tersebut didorong oleh variasi struktur sukuk yang fleksibel seperti Ijarah, Murabahah, Musharakah, Wakalah, atau hybrid.

Tidak jauh berbeda dengan Indonesia dan Malaysia, pada pasar sukuk di Turki, penawaran kepada publik harus terdaftar di Borsa Istanbul. Dalam pasar sekunder, pasar sukuk didominasi oleh sukuk pemerintah sedangkan sukuk korporasi dianggap tidak menguntungkan bagi investor. Sehingga muncul alternatif berupa sukuk swasta (private sukuk). Sedangkan, Negara Bahrain yang memaksimalkan potensi sukuk tidak hanya digunakan sebagai alat pendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dimanfaatkan untuk mengatasi defisit. Sejak tahun 2001, Pemerintah Bahrain mulai aktif menerbitkan sukuk pemerintah terutama sebagai pemenuhan kebutuhan pembiayaan pemerintah.

Hal tersebut dilakukan melalui penerbitan instrumen baik dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Berdasarkan fenomena di atas, sebagai salah satu produk investasi, instrumen sukuk telah diyakini memiliki potensi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini diperkuat oleh teori pertumbuhan neo klasik tradisional bahawa pertumbuhan output (ekonomi) bersumber dari tiga faktor; peningkatan kualitas dan

(4)

kuantitas tenaga kerja, penyempurnaan teknologi, dan penambahan modal (tabungan dan investasi) (Todaro & Smith, 2008). Selain itu, Simon Kuznet berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi negara dipengaruhi oleh akumulasi modal, sumber daya alam, sumber daya manusia, keinginan melakukan inovasi, dan mengembangkan diri serta budaya (Todaro & Smith, 2008). Sehingga posisi sukuk dalam mendorong pertumbuhan ekonomi memiliki peran yang penting.

Dalam penelitian terdahulu mengenai sukuk, literasi didominasi pada hubungan pengembangan pasar sukuk dengan keadaan volatilitas pasar saham (Naifar, 2018; dan Naifar dan Mseddi, 2013). Penekanan pada konteks pertumbuhan ekonomi oleh sukuk dilakukan secara langsung sehingga belum diketahui secara pasti transmisi yang dilalui (Mitsaliyandito, et al., 2017). Penelitian ini akan menggunakan variabel tambahan sebagai variabel perantara atau sebagai transmisi yang dilalui sukuk yaitu belanja pemerintah.

Berdasarkan temuan empiris dan ulasan singkat secara teori, bukti pasti belum mendukung hubungan positif antara pengembangan pasar sukuk dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan, sebagai produk investasi, sukuk termasuk kedalam sektor keuangan. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi akan tercapai dengan adanya dorongan sektor riil. Maka dari itu, berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini berfokus pada bagaimana pengaruh sukuk secara langsung dan tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia?

B. KERANGKA TEORI Sukuk

Dalam pandangan ekonomi Islam, sukuk sebagai salah satu produk investasi diartikan sebagai penyertaan modal sebagaimana dalam akad musyarakah. Bukan meminjamkan uang (modal) sebagaimana dalam obligasi. Kerja sama bisnis menempatkan para pihak yang terlibat dalam tanggung jawab, untung, dan risiko bisnis yang sama. Sehingga prinsip tersebut yang tidak ada dalam obligasi membuat sukuk tidak dapat disamakan dengan obligasi (Hanafi, 2019).

Sukuk secara terminologi merupakan bentuk jamak dari Bahasa Arab “sakk” yang berarti sertifikat atau bukti kepemilikan (OJK, 2015). Menurut OJK yang tercantum dalam POJK 18/POJK.04/2015, sukuk didefinisikan sebagai efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu’/undivided share), atas aset yang mendasarinya. Sementara Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) mendefinisikan sukuk sebagai Sertifikat bernilai sama mewakili saham yang tidak terbagi dalam kepemilikan aset berwujud, hasil produksi dan layanan atau (dalam kepemilikan) aset proyek tertentu atau kegiatan investasi khusus (Zolfaghari, 2017).

Al-Quran sebagai dasar hukum sukuk tidak menyebutkan secara jelas mengenai kebolehan sukuk. Akan tetapi, para ulama menggali dalil sukuk yang tercantum dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 275 bahwa Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, al-Quran surat Maidah ayat 1 bahwa terdapat perintah bagi orang beriman memenuhi janjinya, dan al-Quran surat al-Isra ayat 34 bahwa pentingnya memenuhi janji karena akan diminta pertanggung jawabannya (Hatta, 2009). Selain al-Quran, hadits dapat dijadikan sebagai dalil sukuk yaitu hadits riwayat Imam al- Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani bahwa “perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan halal atau menghalalkan haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat – syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan halal atau menghalalkan haram.

Sukuk sebagai Sumber Penerimaan APBN

Besarnya belanja yang dibutuhkan pemerintah tidak sebanding dengan pemasukkan yang diterima. Hal ini membuat struktur APBN menjadi defisit setiap tahunnya. Pemerintah mengatasi persoalan ini dengan menerapkan diversifikasi penerimaan melalui utang dan penerbitan surat berharga (Keuangan, 2015). Dalam sumber penerimaan melalui utang, pemerintah mengandalkan utang dalam negeri (domestic loan) dan utang luar negeri (foreign loan).

Sedangkan dalam sumber penerimaan melalui surat berharga, pemerintah menerbitka SBN (Surat Berharga Negara) dan SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) yang dikenal sebagai sukuk.

Selain itu, PP No. 56 tahun 2011 semakin memperkuat posisi sukuk sebagai instrumen pembiayaan proyek pemerintah. Hal ini dimaksudkan bahwa sukuk pemerintah dapat mengamankan kebutuhan pembiayaan APBN dengan biaya minimal dan pada tingkat risiko terkendali (Datuk, 2014). Sehingga mampu menjaga kesinambungan fiskal. Maka dari itu, sukuk dapat dikategorikan sebagai salah satu keuangan publik.

Dalam perspektif Islam, keuangan publik baik berupa penerimaan maupun pembelanjaan memiliki dua kriteria yaitu melayani kepentingan komunitas Muslim dan mengaturnya berdasarkan sumber kewahyuan (Kahf, 1998). Salah satu prinsip yang harus dipenuhi dalam penerimaan publik Islam adalah tidak adanya paksaan atau bersifat sukarela.

Kontribusi sukarela menjadi sumber utama bagi pembiayaan negara untuk memenuhi biaya kesejahteraan sosial (Jaelani, 2014). Ibnu Taymiyyah, sebagai salah satu ilmuwan muslim, mencontohkan Ketika terjadi krisis di suatu

(5)

negara seperti musim paceklik dan kemiskinan, masyarakat harus saling membantu dengan mengeluarkan hartanya secara sukarela. Hal ini maksudkan Syariat untuk menjaga keadilan dan mencapai kemaslahatan. Di sisi lain, kepala Negara harus amanah dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan persoalan negeri.

Pengaruh Sukuk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Melalui APBN

Dalam model IS-LM yang dikemukakan Keynes, nvestasi mampu mendorong pertumbuhan PDB suatu negara (Mankiw, 2006). Maka dari itu, sukuk sebagai salah satu produk Investasi, dipercaya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam persamaan Y = C+I+G, secara teori pembelian sukuk oleh masyarakat dapat diklasifikasikan sebagai komposisi investasi (I). Di sisi lain, secara praktik di Indonesia, pembelian sukuk oleh masyarakat yang diterbitkan pemerintah digunakan untuk untuk membiayai proyek pembangunan atau masuk ke dalam sumber penerimaan APBN.

Sehingga sukuk diklasifikasikan sebagai belanja pemerintah (G).

Dapat difahami, kebijakan fiskal dalam komposisi G (belanja pemerintah) tidak selalu menjadi investasi yang dapat menghasilkan barang dan jasa (quantity) dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi. Karenanya, investasi yang dimaksud dalam pertumbuhan ekonomi perlu melalui fungsi produksi dalam kapital (K). Sehingga, investasi dalam pasar sukuk yang merupakan bagian dari sektor keuangan perlu memasuki sektor riil yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi.

Mitsaliyandito, et al., (2017) menjelaskan ketika terjadi pembelian sukuk oleh masyarakat, penawaran uang akan menurun. Sehingga menggeser kurva LM ke kiri. Akan tetapi perubahan ini diseimbangkan dengan bergesernya kurva IS ke kanan yang ditandai oleh pengeluaran pemerintah melalui pembiayaan proyek. Sehingga dari alur pemahaman tersebut, sukuk bukanlah investasi sektor riil melainkan sektor keuangan. Oleh karenanya, sukuk mempengaruhi sektor riil melalui kebijakan fiskal.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori di atas, dapat dibentuk beberapa hipotesis mengenai pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

H1 : Terdapat pengaruh langsung positif Sukuk terhadap Pertumbuhan ekonomi H01 : Tidak terdapat pengaruh langsung positif Sukuk terhadap Pertumbuhan ekonomi H2 : Terdapat pengaruh langsung positif Belanja pemerintah terhadap Pertumbuhan ekonomi H02 : Tidak terdapat pengaruh langsung positif Belanja pemerintah terhadap Pertumbuhan ekonomi H3 : Terdapat pengaruh langsung positif Sukuk terhadap Belanja pemerintah

H03 : Tidak terdapat pengaruh langsung positif Sukuk terhadap Belanja pemerintah

C.METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan menguji bagaimana sukuk dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui suatu jalur transmisi. Sehingga penelitian ini akan menekankan apakah terdapat pengaruh secara langsung dan tidak langsung dari sukuk terhadap pertumbuhan ekonomi. Instrumen sukuk yang menjadi fokus penelitian adalah sukuk yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Indonesia dalam periode 2010-2019. Maka dari itu, untuk mencapai tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.

Pendekatan kuantitatif akan menganalisis pengaruh sukuk yang dibeli oleh masyarakat sebagai penerimaan APBN terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sugiyono (2013) mendefinisikan penelitian kuantitatif sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengambilan sampel secara random, dan analisis data yang bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Dengan demikian, penelitian kuantitatif sangat cocok untuk menguji hipotesis bagaimana pengaruh sukuk secara langsung dan tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Metode Analisis Data

Dalam menjawab tujuan penelitian, penelitian ini akan menggunakan metode analisis jalur (path analysis).

Metode digunakan untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi linier berganda jika variabel eksogen mempengaruhi variabel endogen tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung (Retherford dalam Noor, 2013). Dengan menggunakan diagram jalur yang kompleks, pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui melalui koefisien jalur atau merupakan koefisien regresi yang telah dibakukan (Sudaryono, 2011).

Dalam menyusun hubungan antar variabel, langkah awal untuk mengerjakan model analisis jalur adalah dengan menentukan persamaan struktural dan diagram jalur berdasarkan kajian teori dan pengetahuan. Kemudian, arah

(6)

hubungan kausal antar variabel harus ditentukan. Jika kausal antara dua variabel yang memiliki satu arah disebut hubungan recrusive. Sedangkan, hubungan memiliki dua arah disebut nonrecrusive.

Uji Kecocokan Model

Menurut (Loehlin, 2004), model dikatakan fit jika jika P-values bernilai lebih besar daripada 0,05. Byrne &

Hilbert (2010) menyebutkan kriteria fit yang lain ditunjukkan oleh nilai Root Mean Square Error of Approximation (RSMEA) yang kurang daripada 0,05. Kriteria ini digunakan untuk mengukur penyimpangan nilai parameter pada suatu model dengan matriks kovarian (Ghozali, 2008).

Model Analisis Jalur

Dalam analisis jalur, terdapat dua macam anak panah yang digunakan dalam diagram jalur yaitu pertama, anak panah satu arah yang menyatakan pengaruh lagsung dari variabel bebas (sukuk). Kedua, anak panah yang menyatakan pengaruh tidak langsung antara variael bebas (sukuk) terhadap variabel terikat (pertumbuhan ekonomi) melalui variabel intervening (belanja pemerintah).

Gambar 1 : Model Koefisien Jalur

Sumber: Peneliti, 2020

Berdasarkan diagram di atas, setiap nilai P menggambarkan jalur dan koefisien jalur antar variabel. Sehingga didapatkan persamaan strukturalnya yaitu terdapat dua kali pengujian regresi sebagai berikut:

a) Pengaruh langsung : Y = a + BX + e b)Pengaruh tidak langsung: Y = a + BX + BZ + e Keterangan:

X : variabel independen (sukuk)

Y : variabel dependen (pertumbuhan ekonomi) Z : variabel intervening (belanja pemerintah) B : koefisien regresi

a : konstanta

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Statistik

Uji Kecocokan Model

Tabel 1 : Hasil Estimasi Kecocokan Model

Chi-Square P-values RMSEA

0,00 1,00000 0,000

Sumber: data diolah

Hal pertama yang perlu dilakukan sebelum menguji model dalam penelitian adalah mengetahui kecocokan antara data dengan model yang digunakan. Tabel di atas menunjukkan nilai Chi-Square 0,00; P-values sebesar 1,00; dan RMSEA sebesar 0,000. Sehingga dapat dikatakan bahwa model cocok dengan data yang digunakan dalam penelitian.

Model Substruktur 1

Besar pengaruh sukuk (X1) terhadap belanja pemerintah (X2) secara parsial dapat dilihat pada tabel berikut

(7)

Tabel 2 : Hasil Uji Model Substruktur 1

Koefisien

Model B Std. Error Beta Sig.

Konstanta 146919,467 19489,173 0,000

Sukuk 0,000 0,000 0,576 0,081

Dependent Variable: Belanja Pemerintah Sumber: data diolah

Dari tabel di atas dapat dilihat besar nilai signifikansi sukuk (X1) sebesar 0,081 < 0,1 pada tingkat signifikansi 10%. Artinya, terdapat pengaruh secara positif (nilai konstanta bernilai 0,000) sukuk terhadap belanja pemerintah (X2). Pengaruh sukuk (X1) terhadap belanja pemerintah (X2) diketahui sebesar 0,576. Sehingga H03 ditolak dan H3 diterima. Selanjutnya, dapat diketahui untuk nilai e1 = √(1 – 0,332) sebesar 0,817.

Gambar 2 : Hasil Uji Model Substruktur 1

0,576 X2 e1 = 0,817

Sumber: data diolah

Model Substruktur 2

Besar pengaruh sukuk (X1) dan belanja pemerintah (X2) terhadap pertumbuhan ekonomi (X3) secara parsial dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 3 : Hasil Uji Model Substruktur 2

Koefisien

Model B Std. Error Beta Sig.

Konstanta 7,240 0,415 0,000

Sukuk -9.544E-10 0,000 -0,274 0,225

Belanja Pemerintah -9.110E-6 0,000 -0,709 0,011

Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi Sumber: data diolah

Dari tabel di atas, dapat dilihat nilai signifikan Sukuk (X1) sebesar 0,225 > 0,1. Artinya, nilai signifikansi melebih batas toleransi 10%. Sehingga tidak terdapat pengaruh sukuk (X1) terhadap pertumbuhan ekonomi (X3). Sedangkan, besar nilai signifikansi belanja pemerintah (X2) sebesar 0,011 < 0,1. Artinya, terdapat pengaruh negatif belanja pemerintah (X2) terhadap pertumbuhan ekonomi (X3). Dapat disimpulkan, penelitian ini menerima H01 dan menolak H02. Selanjutnya dapat diketahui nilai e2 = √(1 – 0,802) sebesar 0,444.

X1

(8)

-0,709 0,576

Gambar 1 : Hasil Uji Model Substruktur 2

e2 = 0,444

Sumber: data diolah

Pembahasan Pengaruh Langsung

Gambar 4 : Hasil Uji Model Analisis Jalur

-0,274

1,00 0,817 0,444

Sumber: data diolah

Secara teori, sukuk memiliki hubungan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebagaimana halnya dalam persamaan Y=C+I+G, sukuk diklasifikasikan sebagai komponen invetasi (I). Jika komposisi I meningkat, maka Y (Pertumbuhan ekonomi) akan mengikutinya atau terdapat korelasi positif.

Mitsaliyandito, et al. (2017) dalam penelitiannya mencoba membandingkan antara pengaruh sukuk pemerintah dan sukuk korporasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Bukti empiris menunjukkan bahwa sukuk pemerintah memiliki pengaruh lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan sukuk korporasi. Dalam praktiknya di Indonesia, dana sukuk yang terhimpun dari investor atau masyarakat akan dikumpulkan sebagai sumber penerimaan alternatif APBN. Hal ini dijadikan sebagai solusi atas defisitnya struktur APBN dalam rangka membiayai proyek pembangunan pemerintah. Lebih lanjut, hasil penelitian tidak mendukung bukti empiris yang ada. Hasil estimasi model menunjukkan bahwa sukuk tidak memiliki pengaruh langsung signifikan dan negatif terhadap Pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat dilihat bahwa nilai signifikansi sukuk terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,225. Dalam hal ini, lebih besar dibandingkan dengan taraf signifikansi 10% atau 0,1.

Hasil perhitungan koefisien regresi sukuk terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan nilai sebesar -0,274.

Karena nilai koefisien regresi bernilai (-), maka dapat dikatakan sukuk berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya, jika terjadi penambahan Rp 1 triliun pada sukuk, maka pertumbuhan ekonomi akan menurun sebesar 0,274. Malikov (2017) menjelaskan adanya pengembangan pasar sukuk akan mendorong arus investasi masuk ke dalam sektor infrastruktur. Dalam hal ini, pembangunan infrastruktur membutuhkan waktu untuk mampu berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Sehingga walaupun sukuk merupakan instrumen modal atau keuangan, sukuk pemerintah mampu mendorong pertumbuhan ekonomi walaupun tidak secara signifikan.

Secara praktiknya, kupon sukuk pemerintah Indonesia ditetapkan berdasarkan BI 7-Day (Reverse) Repo Rate (Bareksa, 2020). Imani (2018) menyebutkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara suku bunga (BI Rate) terjadap harga sukuk. Bukti empiris semakin didukung oleh penelitian Kantarcı dan Eren (2018) yang menunjukkan bahwa kondisi perekonomian suatu negara dapat terpengaruh secara negatif ketika masih adanya pemberlakuan tingkat suku bunga dalam pasar sukuk. Dapat disimpulkan, adanya penerbitan sukuk tidak terlalu berpengaruh terdapat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih menggunakan sistem bunga.

-0,274

-0,709 X2

X3 X1

X1 X2 X3

(9)

Selain menggunakan instrumen sukuk, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh peran penting pemerintah.

Hal yang paling mudah dilihat adalah melalui kebijakan fiskal. Secara teori pengaruh belanja pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan positif. Diharapkan dari besarnya belanja pemerintah mampu mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pengadaan barang dan jasa.

Dalam penelitian yang dilakukan Barro dan Sala-i-Martin (1995) dan Ramayandi (2003) membahas pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi menggunakan model pertumbuhan endogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi jangka panjang, alokasi belanja pemerintah harus ditempatkan pada belanja produktif. Nurlina (2015) dalam penelitiannya menekankan bahwa belanja pemerintah berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi yang direpresentasikan oleh PDB. Artinya, belanja pemerintah harus dilakukan dengan prinsip kehati – hatian untuk mencegah adanya mis-alokasi.

Dalam praktiknya di Indonesia, salah satu alokasi belanja pemerintah adalah pos belanja modal yang digunakan untuk membangun proyek infrastruktur. Baik untuk pembangunan jembatan, jalan raya, sekolah, dll. Hasil penelitian mendukung bukti empiris yang ada bahwa terdapat pengaruh signifikan dan negatif belanja pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat dilihat dalam rincian hasil analisis regresi, nilai signifikansi belanja pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,011. Dalam hal ini, lebih kecil dibandingkan dengan taraf signifikansi 10%

atau 0,1.

Hasil perhitungan koefisien regresi tidak sejalan dengan bukti empiris. Belanja pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan nilai sebesar -0,709. Karena nilai koefisien regresi bernilai (-), maka dapat dikatakan belanja pemerintah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya, jika terjadi penambahan Rp 1 miliar pada belanja pemerintah, maka pertumbuhan ekonomi akan menurun sebesar 0,709.

Saat ini, APBN memiliki peran penting sebagai dasar pertimbangan belanja pemerintah. Namun, struktur APBN yang defisit membutuhkan sumber alternatif penerimaan baru salah satunya melalui sukuk. Secara teori, sukuk memiliki pengaruh positif terhadap belanja pemerintah. Meningkatnya kebutuhan pembiayaan dalam pembangunan proyek pemerintah sejalan dengan penerbitan sukuk yang semakin meningkat.

Hasil penelitian sejalan dengan bukti empiris. Terdapat pengaruh signifikan dan positif sukuk terhadap belanja pemerintah. Hal ini dapat dilihat dalam rincian hasil analisis regresi, di mana nilai signifikansi sebesar 0,081. Angka tersebut lebih kecil dibandingkan dengan taraf signifikansi 10% atau 0,1. Perhitungan koefisien regresi sukuk terhadap belanja pemerintah menunjukkan nilai sebesar 0,576. Artinya, jika terjadi penambahan Rp 1 triliun pada sukuk, maka belanja pemerintah akan meningkat sebesar 0,576. Karena nilai koefisien regresi bernilai (+), maka dapat dikatakan sukuk berpengaruh positif terhadap belanja pemerintah.

Penemuan dalam penelitian ini sejalan dengan beberapa literatur terdahulu. Araar (2014) menggunakan studi kasus pada perekonomian Negara Tunisia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sukuk dapat dijadikan sebagai alternatif pembiayaan dalam memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur sebagai salah satu prioritas pembangunan. Hal ini dikarenakan adanya manfaat sukuk yang mampu mengisi gap likuiditas dan mengatasi krisis keuangan global. Sama halnya dengan penelitian Baita dan Mustafa (2019) dengan menggunakan studi kasus Negara Nigeria. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sukuk mampu mengatasi persoalan anggaran negara yang defisit sehingga mampu mendorong stabilitas kebijakan fiskal.

Pengaruh Tidak Langsung

Pengaruh sukuk (X1) melalui belanja pemerintah (X2) terhadap pertumbuhan ekonomi (X3) adalah perkalian antara nilai beta sukuk (X1) terhadap belanja pemerintah (X2) dengan nilai beta belanja pemerintah (X2) terhadap pertumbuhan ekonomi (X3). Di mana X1 X2 X3 = (0,576 x -0,709) = -0,408. Maka, nilai pengaruh tidak langsung sukuk terhadap pertumbuhan ekonomi didapatkan sebesar -40,8%.

Di tengah ketidakpastian dan tren ekonomi global yang melambat, Indonesia mampu menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang solid. Tercatat, pertumbuhan ekonomi tahun 2019 sebesar 5,02% (BPS, 2020). Bahkan pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi tercatat 5,17% yang merupakan pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2013. Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai cukup baik, Indonesia masih belum mencapai pertumbuhan yang optimal (Hastuti, 2017). Hal ini terbukti dari kondisi infrastruktur yang masih kurang memadai (Haryanto, 2014). Urgensi ketersediaan infrastruktur dalam pembangunan ekonomi negara dimaksudkan untuk mendorong produktivitas marjinal modal swasta di tingkat ekonomi makro dan mampu mengurangi biaya produksi pada tingkat ekonomi mikro (Haris, 2012).

Maka dari itu, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui pembangunan proyek infrastruktur pemerintah, sukuk dinilai mampu menjadi faktor pendukung utama (Karim, 2015). Terdapat beberapa alasan yang menjadi kuatnya peran sukuk dalam perekonomian Indonesia. Pertama, Indonesia termasuk ke dalam negara penerbit sukuk reguler. Kedua, pembiayaan proyek infrastruktur pemerintah oleh sukuk dijamin risikonya oleh pemerintah.

(10)

Terakhir, tersedianya porsi ritel sehingga rakyat kecil dapat ikut menikmati keuntungganya yang pada akhirnya mampu mendorong inklusi keuangan.

Selain itu, dalam menutupi beban defisit APBN, sukuk dinilai lebih menguntungkan dibandingkan obligasi konvensional (Ananda, 2016). Terbukti dari return yang lebih menjanjikan, status kepemilikannya, dan keamanan serta risiko investasi yang ditanggung pemerintah. Sehingga walaupun termasuk ke dalam sektor keuangan, sukuk memiliki konektivitas dengan sektor riil melalui APBN sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia (Beik, 2011).

Sedangkan, pengaruh total yang diberikan sukuk (X1) terhadap pertumbuhan ekonomi (X3) adalah pengaruh langsung ditambah pengaruh tidak langsung = -27,4% + (-40,8%) = -68,2%. Jika dibandingkan, sukuk lebih mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secara langsung. Hal ini dikarenakan dari sisi akad, keuangan syariah berbasis sektor riil (Beik, 2011). Maka dari itu, sukuk sebagai salah satu contoh produk keuangan Syariah memilki basis yang kuat pada sektor riil. Sehingga pengadaan barang publik dalam sektor riil dapat dikonsumsi masyarakat secara langsung (Wahyuni, et al., 2014). Otomatis, sukuk memiliki direct link dengan pertumbuhan ekonomi.

Di sisi lain, sukuk berpengaruh secara tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan sukuk pada dasarnya sukuk termasuk ke dalam sektor keuangan. Sektor tersebut lebih mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan cara mempengaruhi tingkat tabungan dari sisi penawaran dan merealokasikan ke dalam produk investasi dari sisi permintaan (Supartoyo, et al., 2018). Sehingga, sukuk membutuhkan transmisi yang tepat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh sukuk secara langsung dan tidak langsung (belanja pemerintah) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka dapat dambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Secara langsung, penerbitan sukuk pemerintah tidak berperan besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan hasil penelitian yang menunjukkan korelasi yang negatif (-) dan uji signifikansi yang tidak signifikan. Rupanya, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, investasi yang diperlukan tidak hanya melalui sukuk. Tetapi juga produk investasi lainnya.

2) Secara langsung, sama halnya dengan sukuk. belanja pemerintah tidak berperan besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Walaupun hasil penelitian dalam uji signifikansi menunjukkan hubungan signifikan, korelasi menunjukkan nilai negatif (-). Di sisi lain, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, belanja pemerintah yang dialokasikan dalam belanja produktif mampu menciptakan pengadaan barang dan jasa yang mampu mendorong sektor riil.

3) Secara langsung, penerbitan sukuk pemerintah sangat berperan terhadap belanja pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan korelasi yang positif (+) dan uji signifikansi yang signifikan. Adanya peningkatan anggaran belanja pemerintah dari tahun ke tahun yang tidak didukung dengan penerimaan yang sepadan membuat pemerintah membutuhkan sumber penerimaan alternatif. Alhasil, penerbitan sukuk meningkat setiap tahunnya karena dipercaya mampu mengisi gap kebutuhan dana.

4) Secara tidak langsung, sukuk memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, hasil penelitian menunjukkan hubungan yang negatif. Hal ini dikarenakan pada dasarnya sifat sukuk sebagai sektor keuangan tidak dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang membutuhkan dorongan lebih besar pada sektor riil.

Saran

1) Bagi Pemerintah

Penerbitan sukuk pemerintah harus dialokaskan melalui transmisi secara tepat melalui kebijakan fiskal tertentu seperti belanja pemerintah. Selain itu, dalam segi pengelolaan yang digunakan untuk pembangunan proyek pemerintah, diperlukan analisis proyek yang jelas mampu menghasilkan pengadaan output secara fisik. Sehingga mampu mendorong sektor riil lebih nyata.

Selain itu, penerbitan sukuk yang terbukti mampu mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan proyek pemerintah, dipercaya mampu mendorong dari proyek yang sifatnya dari downline atau sektor usaha kecil. Dana sukuk yang diterbitkan mampu menciptakan pengadaan barang dan jasa secara lebih nyata.

Dengan demikian, besarnya potensi sukuk pemerintah akan dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

2) Bagi Peneliti Selanjutnya

(11)

a) Penggunaan sampel dapat diperluas ke jenis sukuk internasional dan pos belanja pemerintah lain seperti pos belanja barang.

b) Penelitian tidak berfokus hanya pada dampak secara langsung atau tidak langsung saja, tetapi bagaimana dampak secara jangka pendek dan jangka panjang.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Ananda, C. F., 2016. Pembiayaan Syariah dan Percepatan Infrastruktur. [Online]

Available at: http://koran-sindo.com/page/news/2016-06-

09/1/3/Pembiayaan_Syariah_dan_Percepatan_Infrastruktur [Diakses Juni 2020].

Araar, M., 2014. Islamic Finance Based on Sukuk Approach: The Roadmap for Economic Development in Tunisia..

Journal of Islamic Banking and Finance, Volume 2(1), pp. 197-208.

Baita, A. J. & Mustafa , D., 2019. Appraisal of Economic Benefits of Ṣukūk in Financing Budget Deficits in Nigeria.

JKAU: Islamic Econ, Volume Vol. 32 No.1, pp. 145-158.

Bareksa, 2020. Suku Bunga Acuan BI Turun, Investasi di Sukuk Ritel Seri SR012 Makin Menarik. [Online]

Available at: https://www.bareksa.com/id/text/2020/02/21/suku-bunga-acuan-bi-turun-investasi-di-sukuk- ritel-seri-sr012-makin-menarik/24384/news

[Diakses 7 Juli 2020].

Barro, R. J. & Sala-i-Martin, X., 1995. Economic Growth. Ney York: McGraw-Hill.

Beik, I. S., 2011. Memperkuat Peran Sukuk Negara dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia. Jurnal Ekonomi Islam Al-Infaq, Volume Vol.2 No.2, pp. 65-72.

BPS, 2020. [Seri 2010] PDB Triwulanan Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah),

2014-2020. [Online]

Available at: https://www.bps.go.id/subject/11/produk-domestik-bruto--lapangan-usaha- .html#subjekViewTab3

[Diakses 1 Juni 2020].

Byrne, A. & Hilbert , D., 2010. BASIC SENSIBLE QUALITIES AND THE STRUCTURE OF APPEARANCE.

Phylosopichal Issues, Volume Vol.18 Issues 1.

Datuk, B., 2014. SUKUK, DIMENSI BARU PEMBIAYAAN PEMERINTAH UNTUK. JURNAL RISET AKUNTANSI DAN BISNIS, Volume Vol.14.

Ghozali, I., 2008. Structural Equation Modeling: Model Alternatif dengan Parial Least Square. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hanafi, H., 2019. PENERAPAN SUKUK DAN OBLIGASI SYARIAH DI INDONESIA. Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis Syariah, Volume Vol.1 No.2.

Haris, A., 2012. Effect of Stewardship land for infrastructure and Economy. s.l.:s.n.

Haryanto, E., 2014. Peluang Pembiayaan Infrastruktur MelaluiSukuk Negara. [Online]

Available at: http://www. kemenkeu.go.id/en/node/43294

[Diakses Juni 2020].

Hastuti, E. S., 2017. SUKUK TABUNGAN: INVESTASI SYARIAH PENDORONG PEMBANGUNAN EKONOMI INKLUSIF. Jurisprudence, Volume Vol. 7 No.2.

Hatta, A., 2009. Tafsir Qu'an Per Kata. Jakarta: Maghfirah Pustaka.

IIFM, 2019. IIFM Sukuk Report, Manama: Internatonal Islamic Financial Market.

Jaelani, A., 2014. ISLAM PUBLIC FINANCES:Reflections on the APBN and the Budget Politics in Indonesia. MPRA Paper No. 69652, 20 September .

Kahf, M., 1998. Public Finance and Fiscal Policy in Islam. Dalam: Lessons in Islamc Economic. Jeddah: IDB-IRTI.

Karim, A. A., 2015. Sukuk akan jadi faktor pendukung pembangunan infrastruktur. [Online]

Available at: https://www.antaranews.com/berita/528821/sukuk-akan-jadi-faktor-pendukung- pembangunan-infrastruktur

[Diakses Juni 2020].

Keuangan, K., 2010. Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara/Sukuk Negara. Edisi Kedua penyunt. Jakarta:

Direktur Pembiayaan Syariah.

Keuangan, K., 2015. Sukuk Negara for Project Financing, Jakarta: Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Loehlin, J. C., 2004. Latent Variable Models: An Introduction to Factor, Path, and Structural. London: Lawrece Erlbaum.

Malikov, A., 2017. How Do Sovereign Sukuk Impact on the Economic Growth of Developing Countries? An Analysis of the Infrastructure Sector. Dalam: Critical Issues and Challenges in Islamic Economics and Finance Development. London: Islamic Research and Training Institute, Velid Efendić and Fikret Hadžić, p. 6.

Mankiw, G., 2006. Makroekonomi. 6 penyunt. Jakarta: Airlangga.

(13)

Mitsaliyandito, R. Q., Arundina, T. & Kasri, R. A., 2017. Impact of Sukuk Market Development on Indonesian Economic Growth. International Journal of Applied Business and Economic Research, Volume Vol.15 No.3.

Naifar, N., 2018. Modeling dependence structure between stock market volatility and yields: A nonlinear study in the case of Saudi Arabia. Borsa Istanbul Review, Volume Vol.16 No.3, pp. 157-166.

Naifar, N. & Mseddi, S., 2013. Sukuk spreads determinants and pricing model methodolog. Afro-Asian J. Finance and Accounting, Volume Vol. 3 No. 3.

Noor, J., 2013. Analisis Data Penelitian Ekonomi dan Manajemen. Jakarta: PT Grasindo.

Nurlina, 2015. The effect of government expenditures on Indonesia economic growth. Journal of Economics, Business, and Accountancy Ventura , Volume Vol.18 No.1, pp. 1-14.

OJK, 2015. Buku Saku Otoritas Jasa Keuangan. 2 penyunt. Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.

Ramayandi, A., 2003. Economic Growth and government size In Indonesia: Some les- sons for the local authorities.

Working Paper in Economics and Development Studies No. 200302, pp. 1-13.

Sudaryono, 2011. Aplikasi Analisis (Path Analysis) Berdasarkan Urutan Penempatan Variabel dalam Penelitian.

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Volume Vol.17 No. 4.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supartoyo, Y. H., Juanda, B., Firdaus, M. & Effendi, J., 2018. Pengaruh Sektor Keuangan Bank Perkreditan Rakyat terhadap Perekonomian Regional Wilayah Sulawesi. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Volume Vol. 2 No.1.

Todaro, M. P. & Smith, S. C., 2008. Pembangunan Ekonomi. 9 penyunt. Jakarta: Airlangga.

Wahyuni, I. G. A., Sukarsa, M. & Yuliarmi, N., 2014. PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH DAN INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KESENJANGAN PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana , 3(8), pp. 458-477.

Zolfaghari, P., 2017. An Introduction to Islamic Securities. s.l.:Uppsala University.

Referensi

Dokumen terkait

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang pengaruh PSBB terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Bandar Lampung saat Covid-19 dalam prespektif ekonomi Islam, maka dapat