PENGARUH LOVE OF MONEY DAN PERILAKU TIDAK ETIS TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN
(Studi Kasus Karyawan Bagian Keuangan Universitas Brawijaya Malang)
1Rahayu Wilujeng
[email protected] University of Brawijaya
2Nurlita Novianti [email protected] University of Brawijaya
ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi dan menjelaskan pengaruh love of money dan perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan. Sampel penelitian ini adalah karyawan bagian keuangan di Universitas Brawijaya Malang. Terdapat 94 data berhasil dikumpulkan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu kuesioner. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan software Smart PLS 3. Hasil pengujian menunjukkan bahwa love of money berpengaruh positif terhadap perilaku tidak etis, perilaku tidak etis berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan, dan love of money berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan. Love of money juga berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan melalui perilaku tidak etis. Implikasi dari penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam dunia kerja untuk menghindari dari perilaku tidak etis terutama tindakan kecenderungan kecurangan.
Kata Kunci: Love of money, Perilaku Tidak Etis, Kecenderungan Kecurangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Uang merupakan hal yang sangat didambakan oleh banyak orang. Dengan uang, seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Uang juga bisa digunakan untuk mendongkrak status sosial di masyarakat. Hal tersebut telah merubah pola pikir seseorang terhadap uang, sehingga akan menimbulkan kecintaan terhadap uang. Menurut Mulyani (2015) kecintaan terhadap uang adalah sebagai perilaku individu, keinginan dan inspirasi terhadap uang, serta pengertian individu terhadap uang. Dengan adanya kecintaan individu terhadap uang akan membuat mereka lupa akan moral serta nilai etika yang dimilikinya.
Perilaku love of money merupakan pemicu berbagai krisis etika karena: 1) uang merupakan alat utama untuk memotivasi karyawan; 2) uang merupakan ukuran yang paling mudah untuk menilai kinerja perusahaan; 3) uang merupakan ukuran kesejahteraan bagi sebagian besar pegawai (Singhapakdi dkk, 2013).Tang dan Chiu (2003) menyatakan bahwa orang-orang dengan orientasi love of money yang tinggi memiliki kepuasaan yang rendah terhadap gaji, sebab konsep love ofmoney sangat terkait dengan konsep ketamakan dan akar dari kejahatan.
Oleh sebab itu, love of money berdampak signifikan terhadap perilaku tidak etis (Tang dan Chiu, 2003).
Kecintaan terhadap uang tanpa disadari secara tidak langsung membentuk sifat manusia yang semakin egois, tidak peka sosial, dan semakin rendahnya nilai etika yang dimiliki. Sementara itu etika diperlukan dalam berinteraksi dengan orang lain guna tercapainya ketentraman dalam bermasyarakat. Etika dianggap penting dalam berhubungan dengan masyarakat karena etika dapat mengendalikan adanya perilaku yang menyimpang. Dalam dunia kerja,perilaku
yang menyimpang akan menimbulkan adanya perilaku tidak etis. Salah satu bentuk perilaku tidak etis dalam dunia kerja yang sering menjadi isu akhir-akhir ini adalah korupsi. Korupsi merupakan salah satu jenis kecenderungan kecurangan atau fraud.
Hal tersebut senada dengan apa yang dicatat oleh ICW perihal penindakan kasus korupsi semester I tahun 2018. Pada semester I tahun 2018, penegakhukum melakukan penindakan terhadap 139 kasus korupsi dengan 351 orang ditetapkansebagai tersangka (Kompas.com, 2018). Nilai kerugian negara yang ditimbulkan akibat perbuatan korupsi yaitu sebesar Rp1,09 triliun dan nilai suap sebesar Rp42,1 miliar (Kompas.com, 2018). Jumlah penindakan kasus korupsi tersebut turun dibandingkan semester I tahun 2016 sebanyak 210 kasus dan semester I tahun 2017 sebanyak 266 kasus (Kompas.com, 2018). Namun berdasarkan rata-rata jumlah kerugian negara per kasus, penindakan kasus korupsi selama semester I tahun 2018mengalami peningkatan dibandingkan dua tahun sebelumnya. Temuan ICW lainnya, penyalahgunaan anggaran menjadi modus korupsi terbanyak yakni 39 kasus dengan kerugian mencapai Rp 86,5 miliar (Kompas.com, 2018). Sementara itu penyalahgunaan wewenang menjadi modus korupsi dengan kerugian tertinggi yakni Rp 569 miliar meski hanya terjadi dalam empat kasus korupsi (Kompas.com, 2018).
Potensi tindak pidana korupsi tidak hanya terjadi di lingkungan kerja tapi bisa terjadi di lingkungan perguruan tinggi. Hasil kajian Polling Center yang diungkap ICW mengungkap bahwa universitas masuk dalam salah satu dari 10 kategori lembaga yang rawan korupsi (Hukumonline.com, 2017). Kampus menempati ranking 7 dengan nilai 9 persen. Angka ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 2.335 orang pada 34 provinsi di Indonesia pada 2017 (Hukumonline.com, 2017). Menurut KPK, korupsi di dunia pendidikan rentan terjadi pada pengadaan barang dan jasa, anggaran internal, penjualan aset perguruan tinggi yang hasilnya tidak masuk ke kampus, korupsi dalam pembagian beasiswa, juga praktik pungutan liar (Hukumonline.com, 2017).
Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti akan menjadikan karyawan bagian keuangan sebagai sampel dalam penelitian ini. Pemilihan sampel tersebut didasarkan pada salah satu pertimbangan yaitu karyawan bagian keuangan sangat mengetahui arus masuk dan arus keluar kas yang terdapat dalam anggaran kampus. Hal tersebut akan memicu bagaimana karyawan menyikapi adanya perilaku tidak etis yang dapat menyebabkan fraud.
Terjadinya fraud juga tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi fraud adalah perilaku tidak etis. Menurut penelitian yang dilakukan Wilopo (2009) yang menunjukkan bahwa perilaku tidak etis memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan.
Semakin rendah perilaku tidak etis dari manajemen pada perusahaan publik dan BUMN di Indonesia, maka semakin rendah kecenderungan kecurangan akuntansinya.
Peneliti juga akan menambahkan faktor lain yang mempengaruhi terjadinya kecenderungan kecurangan yaitu love of money. Love of money adalah sikap cinta terhadap uang yang berlebihan. Menurut Sardzoska dan Tang (2011) love of money adalah akar dari semua kejahatan dan korupsi adalah bagian dari kejahatan, manajer yang mempunyailove of money yang tinggi juga akan mempunyai niat korup yang tinggi. Sardzoska dan Tang (2011) juga menambahkan bahwa love of money dapat menjadi salah satu faktor mengapa seseorang melakukan fraud (kecenderungan kecurangan).
Peneliti dalam penelitian ini akan menggunakan kecenderungan kecurangan sebagai variabel dependen serta love of money dan perilaku tidak etis sebagai variabel independen.
Peneliti juga akan menambahkan variabel mediasi yaitu perilaku tidak etis. Variabel-variabel tersebut untuk menjelaskan bagaimana perilaku tidak etis maupun love of money akan mempengaruhi adanya kecenderungan kecurangan. Peneliti juga akan mengaitkan pengaruh love of money terhadap perilaku tidak etis sebagai variabel mediasi yang akan mempengaruhi terjadinya kecenderungan kecurangan.
Mengacu pada fenomena yang terjadi dan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk memprediksi dan menjelaskan pengaruhlove of money dan perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan. Selain itu peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi setiap karyawan terhadap sikap love of money, sebab love of money akan mempengaruhi terjadinya perilaku tidak etis maupun kecenderungan kecurangan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dirumuskan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Apakah love of money berpengaruh terhadap perilaku tidak etis?; (2) Apakah perilaku tidak etis berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan?; (3) Apakah love of money berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan?;
(4) Apakah love of money berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan melalui perilaku tidak etis?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk memprediksi dan menjelaskan pengaruh sikap love of money terhadap perilaku tidak etis.
2. Untuk memprediksi dan menjelaskan pengaruh sikap perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan.
3. Untuk memprediksi dan menjelaskan pengaruh love of money terhadap kecenderungan kecurangan.
4. Untuk memprediksi dan menjelaskan pengaruh love of money terhadap kecenderungan kecurangan melalui perilaku tidak etis.
BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Telaah Literatur
2.1.1 Jenis-jenis Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
Association of Certified Fraud Examiners(ACFE, 2016) membagi frauddalam tiga jenisberdasarkan perbuatan, yaitu :
1. Asset Misappropriation.
Penyalahgunaan aset merupakan bentuk kecurangan dengan cara menggunakan atau mengambil aset (harta) perusahaan untuk kepentingan pribadi. Penyalahgunaan aset dapat berupa mengambil uang perusahaan, mencuri barang dagang yang dimiliki perusahaan, dan menggunakan mobil dinas untuk keperluan pribadi. Penyalahgunaan aset biasanya dilakukan oleh pegawai maupun pihak-pihak internal lainnya.
2. Fraudulent Statements.
Kecurangan laporan keuangan merupakan bentuk kecurangan dengan menyembunyikan informasi keuangan, mengatur laporan keuangan dan mengubah laporan keuangan (window dressing) dengan tujuan mengelabuhi pembaca laporan keuangan untuk kepentingan pribadi atau perusahaan. Misalnya perusahaan mengatur laporan keuangan agar harga sahamnya meningkat, menyembunyikan kerugian yang diderita oleh perusahaan (dalam hal ini terjadi asimetri informasi) dan terkadang mencoba menurunkan laba untuk menghindari tarif pajak dari pemerintah.
3. Corruption.
Korupsiadalah salah satu bentuk kecurangan dengan menyalahgunakankewenangan jabatan atau kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Perbuatan ini dapat merugikan kepentingan umum (perusahaan) maupun masyarakat secara luas. Korupsi adalah salah satu bentuk fraudyang
sering dilakukan oleh karyawan karena sulit dideteksi. Hal tersebut terjadi karena korupsi biasanya melibatkan banyak pihak yang terkait.
2.1.2 Penyebab Terjadinya Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
Fraud pada dasarnya tidak terjadi begitu saja di perusahaan. Fraud terjadi karena berbagai penyebab dan biasanya dijadikan alasan untuk melakukan tindakan fraud. Menurut Tuanakotta (2013) ada tiga kondisi yang menyebabkan fraud terjadi. Tiga kondisi tersebut disebut dengan fraud triangle (segitiga kecurangan).
Gambar 2.1
Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle)
Sumber: Wordpress.com 1. Tekanan (Pressure)
Tekanan adalah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan fraud. Pada umumnya, sesuatu yang mendorong terjadinya fraud adalah kebutuhan atau masalah keuangan. Tapi, tidak sedikit yang melakukan fraud karena menuruti keserakahan. Tekanan juga bisa disebabkan karena sikap love of money. Tang dkk (2008) menyebutkan bahwa uang dapat memberikanefek negatif untuk melakukan kecurangan sehingga memperoleh tambahan bonus berupa uang. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Iqbal dan Murtanto (2016) bahwa love of money berdampak terhadap tekanan keuangan yang berupa keserakahan, hidup dibawah kehendak orang lain, banyak hutang, kerugian ekonomi, maupun kebutuhan yang mendadak.
2. Peluang
Ada banyak peluang yang menyebabkan seseorang melakukan fraud. Biasanya disebabkan pengendalian internal yang lemah, kurangnya pengawasan, dan penyalahgunaan wewenang. Peluang merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk diminimalisir.
3. Rasionalisasi
Pembenaran menjadi bagian penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari pembenaran atas tindakan atau perbuatannya.
2.1.3 Love of money
Luna-Arocas dan Tang (2004) meringkas definisi Love of Money sebagai berikut:
a. Pengukuran terhadap nilai seseorang, atau keinginan akan uang tetapi bukan kebutuhan mereka.
b. Makna dan pentingnya uang serta perilaku terhadap uang
Teori tersebut berusaha mengukur perasaan subjektif seseorang terhadap uang. Tang dan Chiu (2003) berteori bahwa love of money sangat terkait dengan konsep "ketamakan." Tang dan Chiu (2003) menemukan bahwa karyawan Hong Kong dengan tingkat love of money yang lebih tinggi kurang puas dengan pekerjaan mereka dibandingkan dengan rekan-rekan mereka. Chen dan Tang (2006) menyatakan bahwa hubungan tersebut dapat menyebabkan perilaku yang tidak etis. Bahkan, Tang dan Chiu (2003) juga menemukan hubungan yang langsung antara love of money dan perilaku tidak etis di antara karyawan Hong Kong.
Singkatnya, cinta uang adalah akar penyebab kejahatan (skandal, korupsi, dan perilaku tidak etis) dalam masyarakat(Sloan, 2002).Love of moneysangat terkait dengan konsep
"keserakahan," yang memiliki banyak hubungan negatif, dan telah dianggap"tabu" oleh masyarakat (Luna-Arocas dan Tang, 2004). Love of moneyadalah kepentingan tertinggi secara konseptual dan empiris dan layak mendapat perhatian lebih lanjut dari para peneliti karena membantu kita memahami, memprediksi, dan mengendalikan perilaku jahat atau tidak etis (Luna-Arocas dan Tang, 2004).
2.1.4 Pengukuran Love of Money
Tang dan Chiu (2003) menggunakan skala pandangan cinta terhadap uang atau The Love of Money Scale (LOMS). Pengukuran Love of Money Scales secara subjektif dilakukan melalui perasaan seseorang terhadap uang sedangkan pengukuran objektif dari uang berkaitan dengan perilaku seseorang demi mendapatkan uang (Tang dan Chiu, 2003). Untuk mengukurLove of Money digunakan Money Ethics Scale (MES) yang dikembangkan oleh Tang (1992). Skala ini mengukur sikap manusia terhadap uang. Tang dan rekan-rekannya kemudian mengembangkan versi beberapa skala yang lebih pendek, tetapi penelitian ini menggunakan skala asli karena kedalaman dan cakupan yang komprehensif dari sikap terhadap uang. Tiga puluh lima item kuesioner diterjemahkan ke banyak bahasa dan berhasil digunakan dalam banyak studi sejak publikasi aslinya. Namun, peneliti akan menggunakan empat belas pertanyaan dari kuesioner tersebut. Sebab, ketika peneliti melakukan pilot test, terdapat dua puluh satu pertanyaan yang tidak valid. Kuesioner menghasilkan enam faktor yang diidentifikasi sebagai berikut:
a. Success
Faktor sukses mencerminkan seberapa banyak uang yang dimiliki, sebab di Amerika, kesuksesan seseorang diukur dengan menggunakan uang. Gaji atau pendapatan digunakan untuk menilai keberhasilan seseorang (Rubenstein, 1981). Beberapa orang memiliki "obsesi dengan uang sebagai tanda keberhasilan" (Furnham dan Argyle, 1998).
b. Social Influence
Uang dapat membantu orang mengekspresikan kompetensi dan kemampuan mereka, mendapatkan harga diri dan rasa hormat di masyarakat. Otomatis fungsi uang banyak digunakan untuk mendongkrak popularitas di mata orang lain.
c. Power of Control
Uang adalah kekuatan. Uang dapat memiliki kekuatan untuk mempengaruhi diri sendiri atau orang lain agar terlibat dalam perilaku tidak etis. Uang bisa mengendalikan diri seseorang untuk menyimpang dari perbuatan etis.
d. Happiness
Uang dapat membuat seseorang merasa bahagia dan tentram. Sebab uang adalah alat transaksi untuk mengukur tingkat sosialita di masyarakat. Segala kebutuhan dapat dipenuhi jika mempunyai uang.
e. Richness
Mencerminkan bahwa kebanyakan orang ingin menjadi kaya dan memiliki banyak uang.
Semakin kaya maka akan semakin bangga dengan apa yang dimiliki. Kekayaan berfungsi sebaga alat untuk mengukur status sosial di masyarakat.
f. Motivator
Perilaku yang dimotivasi oleh uang atau uang dipandang sebagai motivator dalam kehidupan seseorang dan penggerak untuk mencapai tujuan. Faktor motivator menekankan gagasan orang termotivasi untuk bekerja keras demi mendapatkan uang(Gupta dan Shaw, 1998).
Semakin tinggi motivasi untuk mendapatkan uang maka semakin orang tersebut akan bekerja keras meski terkadang dengan cara yang tidak etis.
2.1.5 Perilaku Tidak Etis
Menurut Griffin danEbert (2006:58) pengertian “etika” merupakan keyakinan mengenai tindakan yang benar dan yang salah, atau tindakan yang baik dan yang buruk, yang mempengaruhi hal lainnya. Etika digunakan sebagai pedoman hidup dalam masyarakat untuk mengukur seberapa besar seseorang bertindak etis. Etika juga identik dengan moral sebab seseorang dikatakan mempunyai moral jika bertindak etis. Oleh sebab itu, etika penting untuk mengendalikan perilaku manusia.
Etika biasanya terkait dengan perilaku. Sebab etika adalah wujud penerapan dari perilaku manusia. Perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu perilaku etis dan perilaku tidak etis.
Peneliti akan membahas mengenai perilaku tidak etis karena perilaku tidak etis merupakan salah satu dari tiga variabel yang akan dibahas oleh peneliti. MenurutGriffin danEbert (2006:58)perilaku tidak etis adalah perilaku yang menurut keyakinan perseorangan dan norma-norma sosial dianggap salah atau buruk. Perilaku tidak etis merupakan sesuatu yang sulit untuk dimengerti, yang jawabannya tergantung pada interaksi yang kompleks antara situasi serta karakteristik pribadi pelakunya (Buckley dkk, 1998). Dijk (2000:297- 305)menjelaskan perilaku tidak etis adalah perilaku yang menyimpang dari tugas pokok atau tujuan utama yang telah disepakati. Perilaku tidak etis seharusnya tidak bisa diterima secara moral karena mengakibatkan bahaya bagi orang lain dan lingkungan (Beu dan Buckley, 2001: 57-73).Buckley dkk (1998) menyatakan bahwa dalam praktiknya perilaku tidak etis memiliki pola yang rumit. Hal ini disebabkan perilaku tidak etis akan menimbulkan gejala yang kompleks pada interaksi antar manusia.
2.1.6 Indikator Perilaku Tidak Etis
Tang dkk (2003) menjelaskan indikator dari perilaku yang menyimpang atau tidak etis dalam instansi yaitu :
1. Abuse position : perilaku yang menyalahgunakan kedudukan atau posisi.
Seringkali manajemen memanfaatkan jabatan atau posisinya untuk melakukan hal yang bertentangan dengan aturan yang berlaku, hal yang bertentangan tersebut seperti menurunkan laba untuk mengurangi tarif pajak atau menaikkan laba untuk menarik minat para investor.
Kecurangan dalam pelaporan keuangan dilakukan untuk menipu para pemakai laporan keuangan. Biasanya hal tersebut dilakukan oleh karyawan untuk mendapatkan penghargaan.
2. Abuse power : perilaku yang menyalahgunakan kekuasaan.
Seorang pimpinan perusahaan atau manajemen puncak memiliki kekuasaan tertinggi di dalam sebuah perusahaan dan memiliki keputusan mutlak. Namun tidak jarang seorang pimpinan menyalahgunakan kekuasaannya untuk bertindak tidak etis seperti melakukan pencurian aktiva dimana hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan keuntungan secara pribadi dan hal tersebut sangat merugikan perusahaan. Hal tersebut dapat ditemui ketika pimpinan ingin bekerja sama dengan lembaga lain yang dapat menguntungkan dirinya.
3. Abuse resource : perilaku yang menyalahgunakan sumberdaya organisasi.
Pihak-pihak yang mempunyai kekuasaan dalam suatu perusahaan mungkin saja bisa memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki perusahaan untuk kepentingan pribadinya.
Pemanfaatan tersebut bisa berupa tindakan yang menyimpang seperti melakukan kecurangan dalam pelaporan keuangan maupun penyalahgunaan aktiva. Apabila kejadian ini terus berlanjut perusahaan akanmengalami kerugian dimana perusahaan tidak bisa bertahan lama dalam persaingan bisnis sekarang dan mendatang. Hal ini sering ditemui ketika terdapat karyawan menggunakan mobil dinas untuk keperluan pribadi sehari-hari.
4. No Action : perilaku yang tidak berbuat apa-apa.
Perilaku ini menjelaskan bagaimana seorang pimpinan yang memiliki kewenangan penuh dalam suatu perusahaan tidak dapat berbuat apa-apa ketika mengetahui karyawan dalam perusahaannya melakukan suatu tindakan kecurangan maupun perilaku yang tidak wajar.
Pemimpin tersebut akan diam meskipun mengetahui bahwa karyawan lain melakukan tindakan yang merugikan di lingkungan kantor. Lebih spesifik lagi, atasan tidak berani menegur secara langsung karyawan yang melanggar peraturan.
2.2 Rerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis Berikut adalah rerangka teoritis dan penjelasan hipotesis :
Gambar 2.2
Bagan Rerangka Teoritis H3
H1 H2
Love of money adalah suatu teori yang mengukur perasaan subjektif seseorang terhadap uang.
Menurut Tang dan Luna-Arocas (2004) love of money mempunyai definisi sebagai pengukuran terhadap nilai seseorang atau keinginan akan uang tetapi bukan untuk kebutuhan.Singkatnya, love of money adalah akar penyebab kejahatan (skandal korupsi dan perilaku tidak etis) dalam masyarakat (Sloan, 2002). Kondisi ini terjadi karena uang dibutuhkan oleh semua orang.
MenurutGriffin danEbert (2006:58)perilaku tidak etis adalah perilaku yang menurut keyakinan perseorangan dan norma-norma sosial dianggap salah atau buruk. Perilaku tidak etis merupakan sesuatu yang sulit untuk dimengerti, yang jawabannya tergantung pada interaksi yang kompleks antara situasi serta karakteristik pribadi pelakunya (Buckley dkk, 1998).
Menurut Tuanakotta (2013:28) definisi fraud adalah setiap tindakan ilegal (tidak resmi) yang ditandai dengan tipu daya, penyembunyian atau pelanggaran kepercayaan. Tindakan ini tidak bergantung pada penerapan ancaman kekerasan atau kekuatan fisik. Fraud yang dilakukan oleh individu dan organisasi untuk memperoleh uang, kekayaan atau jasa ; untuk menghindari pembayaran atau kerugian jasa ; atau untuk mengamankan keuntungan bisnis pribadi.
Berdasarkan rerangka konseptual yang telah dipaparkan, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagaiberikut :
2.2.1 Pengaruh love of money terhadap perilaku tidak etis
Hasil penelitian Tang dan Chiu (2003) menyimpulkan bahwa love of money berdampak signifikan terhadap perilaku tidak etis. Widiyasari (2017) juga menyatakan bahwa pengaruh love of money terhadap perilaku tidak etis berdampak positif dan signifikan. Tang dan Chen (2008) menambahkan bahwa love of money secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kecenderungan untuk terlibat dalam perilaku tidak etis.
Berdasarkan teori mengenai love of money dan perilaku tidak etis, serta didukung dengan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan di atas, logika yang digunakan peneliti adalah love of money memberikan pengaruh terhadap perilaku tidak etis. Semakin tinggi love of money maka perilaku tidak etis juga akan semakin tinggi. Semakin rendah love of money, maka perilaku tidak etis juga akan semakin rendah sehingga dapat dirumuskan hipotesis berikut : H1 : Love of money berpengaruh positif terhadap perilaku tidak etis.
2.2.2 Pengaruh Perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan
Hasil penelitian Wilopo (2006) dan Thoyibatun (2009) menyatakan bahwa perilaku tidak etis berpengaruhsignifikan dan positif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) pada perusahaan.Penelitian mengenai fraud juga dilakukan oleh Zulkarnain (2013) yang
Love of money Perilaku tidak Etis Kecenderungan Kecurangan
menyebutkan perilaku tidak etis berpengaruh positif terhadap fraud. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Faisal (2013) bahwa perilaku tidak etis berpengaruh positif terhadap fraud.
Berdasarkan teori perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan serta penelitian terdahulu yang telah dipaparkan di atas, logika yang dapat digunakan peneliti adalah perilaku tidak etis dari karyawan akan memberikan pengaruh terhadapfraud. Semakin tinggi tingkat perilaku tidak etis karyawan, semakin tinggi tingkat terjadinya fraud. Sedangkan semakin rendah tingkat perilaku tidak etis maka semakin rendah tingkat terjadinya fraud sehingga dapat dirumuskan hipotesis yaitu :
H2 : Perilaku tidak etis berpengaruh positif terhadap kecenderungankecurangan.
2.2.3 Pengaruh love of money terhadap Kecenderungan Kecurangan
Penelitian Tang dan Chiu (2003) menyatakan bahwa love of money manajer Hong Kong secara langsung terkait dengan niat yang tidak etis, dan secara tidak langsung terkait dengan korupsimelalui kepuasan gaji yang rendah. Jika seseorang ingin kaya, pikiran mereka dikendalikan oleh uang yang dapat menyebabkan mereka menjadi korup. Karena Love of money adalah akar dari semua kejahatan dan korupsi adalah bagian dari kejahatan, manajer yang mempunyailove of money yang tinggi juga akan mempunyai niat korup yang tinggi (Sardzoska dan Tang, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Tripermata (2016) menunjukkan hasil bahwa love of money berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Singkatnya, love of money adalah akar penyebab kejahatan (skandal korupsi dan perilaku tidak etis ) dalam masyarakat (Sloan, 2002). Kondisi ini terjadi karena uang dibutuhkan oleh semua orang.
Berdasarkan teori mengenai love of money dan kecenderungan kecurangan serta penelitian terdahulu yang telah dipaparkan di atas, logika yang dapat digunakan peneliti adalah love of money memberi pengaruh terhadap terjadinya kecenderungan kecurangan. Semakin tinggi love of money maka terjadinya kecenderungan kecurangan juga semakin tinggi. Sedangkan, semakin rendah love of money maka kecenderungan kecurangan juga semakin rendah sehingga dapat diperoleh hipotesis yaitu :
H3 :Love of money berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan.
2.2.4 Pengaruh Love of money terhadap kecenderungan kecurangan melalui perilaku tidak etis
Hasil penelitian Tang dan Chiu (2003) menyimpulkan bahwa love of money berdampak signifikan terhadap perilaku tidak etis. Hasil penelitian Wilopo (2006) dan Thoyibatun (2009) menyatakan bahwa perilaku tidak etis berpengaruhsignifikan dan positif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) pada perusahaan. Love of money adalah akar dari semua kejahatan dan korupsi adalah bagian dari kejahatan, manajer yang mempunyailove of money yang tinggi juga akan mempunyai niat korup yang tinggi (Sardzoska dan Tang, 2011).
Berdasarkan teori love of money, perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan serta penelitian terdahulu yang telah dipaparkan di atas, maka logika yang dapat peneliti gunakan adalah love of money dapat mempengaruhi kecenderungan kecurangan seseorang melalui perilaku tidak etis karena orang yang memiliki love of money yang tinggi cenderung untuk berperilaku tidak etis yang akan menyebabkan terjadinya kecenderungan kecurangan.
Sebaliknya, jika love of money rendah maka orang tersebut akan berperilaku etis yang berdampak pada rendahnya minat untuk melakukan kecenderungan kecurangan. Tingginya tingkat love of money berbanding lurus dengan perilaku tidak etis. Semakin tinggi tingkat love of money maka maka akan semakin tinggi tingkat perilaku tidak etisnya. Hal tersebut dikarenakan seseorang akan berusaha untuk melakukan segala cara agar kebutuhannya terpenuhi namun tidak sesuai dengan etika. Sebaliknya seseorang yang cenderung memiliki
tingkat love of money yang rendah akan berdampak pada rendahnya perilaku tidak etis yang mana hal tersebut juga akan berdampak terhadap tindakan kecenderungan kecurangan sehingga dapat diperoleh hipotesis:
H4 : Love of money berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan melalui perilaku tidak etis
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan atau pegawai bagian keuangan masing-masing fakultas yang terdapat di Universitas Brawijaya. Perlu diketahui bahwa terdapat 15 fakultas di Universitas Brawijaya. Prosedur pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah prosedur penyampelan non-probabilitas dengan teknik penyampelan mudah (convenience sampling). Mengingat peneliti tidak dapat mengetahui jumlah karyawan bagian keuangan setiap fakultas maka jumlah karyawan tersebut dihitung berdasarkan informasi yang diperoleh dari kepala bagian tata usaha maupun kepala bagian keuangan fakultas sebab setiap fakultas mempunyai jumlah karyawan bagian keuangan yang jumlahnya berbeda dengan fakultas lain. Untuk penentuan jumlah sampel didasarkan pada pendapat Sekaran (2006:161), yaitu sebagai aturan umum, ukuran sampel antara 30 dan 500 bisa efektif tergantung pada tipe desain pengambilan sampel yang dipakai dan pertanyaan penelitian yang diteliti.
3.2 Data Penelitian dan Sumbernya 3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Sumber data yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner merupakan suatu mekanisme pengumpulan data yang efisien jika peneliti mengetahui dengan tepat apa yang diperlukan dan bagaimana mengukur variabel penelitian. Kuesioner diberikan ke setiap fakultas oleh peneliti dan diberi rentang waktu selama seminggu untuk mengisinya. Setelah itu, peneliti akan mengambil kuesioner tersebut.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Data untuk penelitian ini dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner. Kuesioner disebarkan secara langsung ke responden, demikian pula pengembaliannya akan diambil oleh peneliti sesuai dengan janji pada setiap fakultas. Responden diharapkan mengembalikan kembali kuesioner kepada peneliti dalam waktu yang telah ditentukan.
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu love of money,perilaku tidak etis, dan kecenderungan kecurangan. Sedangkan untuk definisi operasional masing–masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:
3.3.1 Variabel Kecenderungan Kecurangan
Kecenderungan kecurangan berhubungan dengan jenis kecurangan yang biasanya dilakukan di instansi / tempat kerja. Variabel ini terdiri dari 9 pernyataan yang dikembangkan dari jenis-jenis kecurangan akuntansi menurut ACFE (2016) yang terdiri dari : (1) kecurangan laporan keuangan, (2) penyalahgunaan aset, dan (3) korupsi.
Pengukuran variabel menggunakan skala likert 1-5. Semakin tinggi poin maka orang tersebut semakin setuju untuk berbuat curang dan semakin rendah poin maka orang tersebut dapat dikatakan tidak setuju untuk berbuat curang. Responden mencatat kecenderungan kecurangan pada skala lima poin mulai dari 1 (sangat tidak setuju) ini berarti tindakan tersebut tidak curang, sampai 5 (sangat setuju) yang berarti tindakan tersebut sangat curang.
3.3.2 Variabel Love of money
Tang dan Chiu (2003) menggunakan skala pandangan cinta terhadap uang atau The Love of Money Scale (LOMS). Pengukuran Love of Money Scales secara subjektif dilakukan melalui perasaan seseorang terhadap uang sedangkanpengukuran objektif dari uang berkaitan dengan perilaku seseorang demimendapatkan uang (Tang dan Chiu, 2003). Untuk mengukur Love of Moneydigunakan Money Ethics Scale (MES) yang dikembangkan oleh Tang (1992). Skala ini mengukur sikap manusia terhadap uang. Kuesioner menghasilkan enam faktor yang diidentifkasi sebagai berikut : (1) Success, (2) Social influence, (3) Power of Control, (4) Happiness, (5) Richness, dan (6) Motivator.
Peneliti menggunakan 14 dari 35 pertanyaan setelah melakukan uji coba (pilot test) kepada 30 responden untuk mengukur validitas dan reliabilitas dari pertanyaan tersebut.
Responden menyatakan kesepakatan atau ketidaksetujuan dengan setiap pernyataan pada skala lima poin mulai dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju). Semakin besar poin yang diperoleh maka responden memiliki tingkat Love of money yang tinggi. Sedangkan semakin kecil poin yang diperoleh maka responden memiliki tingkat love of money yang rendah.
3.3.3 Variabel Perilaku Tidak Etis
Menurut Griffin dan Ebert (2006:58) perilaku tidak etis adalah adalah perilaku yang menurut keyakinan perseorangan dan norma-norma sosial dianggap salah atau buruk.
Perilaku tidak etis merupakan sesuatu yang sulit untuk dimengerti, yang jawabannya tergantung pada interaksi yang kompleks antara situasi serta karakteristik pribadi pelakunya (Buckley dkk, 1998). Tang dkk (2003) menjelaskan indikator dari perilaku yang menyimpang atau tidak etis dalam instansi yaitu : (1) Abuse position, (2) Abuse resource, (3) Abuse power, (4) No action.
Variabel ini terdiri dari 10 pernyataan dengan skala likert 1-5 yang mengukur perilaku tidak etis, semakin tidak etis dengan skor tinggi dan semakin etis dengan skor rendah.
Responden mencatat perilaku tidak etis tersebut pada skala lima poin mulai dari 1 (sangat tidak setuju) ini berarti tindakan tersebut sangat etis, sampai 5 (sangat setuju) yang berarti tindakan tersebut sangat tidak etis.
3.4 Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Penelitian ini menggunakan metode analisis Partial Least Square (PLS). PLS adalah teknik statistika multivariat yang melakukan pembandingan antara variabel dependen berganda dan variabel independen berganda (Abdillah dan Jogiyanto, 2015:161). PLS adalah salah satu metode statistik SEM berbasis varian yang didesain untuk menyelesaikan regresi berganda ketika terjadi permasalahan spesifik pada data, seperti ukuran sampel penelitian kecil, adanya data yang hilang (missing value), dan multikolinearitas (Abdillah dan Jogiyanto, 2015:161). Sedangkan pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan softwareSmart PLS 3.
3.4.1 Model Pengukuran (Outer Model)
Model pengukuran digunakan untuk menguji validitas konstruk dan reliabilitas instrumen (Abdillah dan Jogiyanto, 2015:194).
Ada tiga kriteria untuk menilai outer model yaitu:
Tabel 3.1
Parameter Uji Validitas dan Reliabilitas dalam Model Pengukuran PLS
Uji Validitas Parameter Rule of Thumbs
Konvergen Faktor loading Lebih dari 0.7 Average Variance Extracted
(AVE)
Lebih dari 0.5
Communality Lebih dari 0.5
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Parameter Uji Validitas dan Reliabilitas dalam Model Pengukuran PLS Uji Validitas Parameter Rule of Thumbs
Diskriminan Akar AVE dan korelasi variabel laten
Akar AVE > Korelasi varabel laten
Cross loading Lebih dari 0.7 dalam satu variabel
Uji Reliabilitas Parameter Rule of Thumbs Cronbach’s alpha Lebih dari 0,6 Composite reliability Lebih dari 0,7
Sumber : Diadaptasi dari Chin (1995)
3.4.2 Model Struktural (Inner Model)
Model struktural dalam PLS dievaluasi dengan menggunakan R2 untuk konstruk dependen, nilai koefisien path atau t-values tiap path untuk uji signifikansi antar konstruk dalam model struktural (Abdillah dan Jogiyanto, 2015:197). Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap variabel dependen (Abdillah dan Jogiyanto, 2015:197). Semakin tinggi nilai R2 berarti semakin baik model prediksi dari model penelitian yang diajukan.
3.4.3 Pengujian Hipotesis
Menguji hipotesis dapat dilihat dari nilai t-statistik dan nilai probabilitas. Untuk pengujian hipotesis menggunakan nilai statistik maka untuk alpha 5% nilai t-statistik yang digunakan adalah 1,96. Sehingga kriteria penerimaan/penolakan Hipotesis adalah Ha diterima dan H0 di tolak ketika t-statistik > 1,96. Untuk menolak/menerima Hipotesis menggunakan probabilitas maka Ha di terima jika nilai p < 0,05 (Hussein, 2015:20).
3.4.4 Uji Sobel
Pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan prosedur yang dikembangkan oleh Sobel (1982) dan dikenal dengan uji Sobel (Sobel test). Uji sobel dilakukan dengan cara menguji kekuatan pengaruh tidak langsung variabel independen (X) ke variabel dependen (Y) melalui variabel intervening (M). Pengaruh tidak langsung X ke Y melalui M dihitung dengan cara mengalikan jalur X→M (a) dengan jalur M→Y (b) atau ab. Jadi koefisien ab = (c – c’), dimana c adalah pengaruh X terhadap Y tanpa mengontrol M, sedangkan c’ adalah koefisien pengaruh X terhadap Y setelah mengontrol M. Standard error koefisien a dan b ditulis dengan Sa dan Sb,besarnya standard error pengaruh tidak langsung (indirect effect) Sab dihitung dengan rumus dibawah ini:
= √ 2 2 + 2 2 + 2 2
Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka kita perlu menghitung nilai t dari koefisien ab dengan rumus sebagai berikut :
t =
Nilai t hitung ini dibandingkan dengan nilai t tabel yaitu ≥ 1,96 untuk signifikan 5% dan t tabel ≥ 1,64 menunjukkan nilai signifikansi 10%. Jika nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel maka dapat disimpulkan terjadi pengaruh mediasi (Ghozali, 2009).
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Hasil Pengujian Data
Tabel 4.1
Rincian Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah
Kuesioner yang disebar 102
Kuesioner yang kembali 94
RespondRate 92,15%
Kuesioner yang dapat diolah 94
Usable Respond Rate 92,15%
Sumber : Data Primer (diolah, 2019) 4.2 Analisis Hasil Penelitian
4.2.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif meliputi transformasi data mentah ke dalam bentuk yang akan memberi informasi untuk menjelaskan sekumpulan faktor dalam suatu situasi (Sekaran, 2006:285).
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data berdasarkan kecenderungan jawaban yang diperoleh dari responden terhadap masing-masing variabel. Analisis dengan menggunakan statistik deskriptif dilakukan terhadap 94 responden yang telah memenuhi kriteria untuk diolah lebih lanjut.
Tabel 4.2
Hasil Statistik Deskriptif
No. Variabel Mean Median Min Max Standard
Deviation 1. Love of Money 2,032 2,000 1,000 5,000 0,877 2. Perilaku Tidak Etis 1,575 2,000 1,000 4,000 0,561 3. Kecenderungan
Kecurangan
1,518 2,000 1,000 4,000 0,528
Sumber : Output PLS (2019)
4.2.2 Hasil Outer Model
Pengujian menunjukkan bahwa seluruh indikator pertanyaan sudah memenuhi uji validitas danuji reliabilitasdimana nilaiAVE>0,5, nilaicronbach’s alpha>0,6, dan nilai composite reliability>0,7.
4.2.3 Hasil Inner Model
Tabel 4.3
Hasil Pengujian Inner Model
Variabel R-Square Adjusted R Square
Kecenderungan Kecurangan 0,883 0,880
Perilaku Tidak Etis 0,096 0,860
Sumber : Output PLS (2019)
Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa nilai R-Square variabel kecenderungan kecurangan sebesar 0,883. Hal tersebut berarti variabel kecenderungan kecurangan dapat dijelaskan oleh variabel love of money dan perilaku tidak etis sebesar 88,3 % dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain. Sedangkan nilai R-Square variabel perilaku tidak etis sebesar 0,096. Hal tersebut berarti love of money mampu menjelaskan perilaku tidak etis sebesar 9,6 % dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain.
4.2.4 Hasil Pengujian Hipotesis
4.2.4.1. Pengujian Hipotesis 1 (Love of money berpengaruh positif terhadap perilaku tidak etis)
Tabel 4.4
Hasil Pengujian Koefisien Jalur Hipotesis Original
Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
Standard Error (STERR)
T
Statistics P Values
Love of Money -
> Perilaku Tidak Etis
0,309 0,352 0,097 0,097 3,196 0,001
Sumber : Output PLS (2019)
Dari tabel 4.10 di atas dapat dilihat terdapat hubungan yang positif (original sample 0,309) dan hubungan signifikan antara love of money dengan perilaku tidak etis karena memiliki t statistik di atas 1,96 untuk hipotesis dua ekor yakni sebesar 3,196 dan P Values kurang dari 5%, maka H1 yang menyebutkan love of moneyberpengaruh positif terhadap perilaku tidak etis diterima. Hal ini didukung dengan penelitian terdahulu yang dilakukanoleh Tang dan Chiu (2003)yang menyimpulkan bahwa love of money berdampak signifikan terhadap perilaku tidak etis.
4.2.4.2 Pengujian Hipotesis 2 (Perilaku tidak etis berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan)
Tabel 4.5
Hasil pengujian Koefisien Jalur Hipotesis Original
Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
Standard Error (STERR)
T
Statistics P Values
Perilaku Tidak Etis ->
Kecenderungan Kecurangan
0,920 0,927 0,023 0,023 39,770 0,000
Sumber : Output PLS (2019)
Dari tabel 4.11 di atas dapat dilihat terdapat hubungan positif (original sample 0,920) dan hubungan signifikan antara perilaku tidak etis dengan kecenderungan kecurangan karena memiliki nilai t statistik di atas 1,96 untuk hipotesis dua ekor (two-tailed) yakni sebesar 39,770 dan P Values kurang dari 5%, maka H2 yang menyebutkan perilaku tidak etis berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecuranganditerima. Dari hasil analisis dapat dijelaskan bahwa karyawan yang memiliki perilaku tidak etis yang tinggi cenderung untuk melakukan kecenderungan kecurangan. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian Wilopo (2006) dan Thoyibatun (2009) yang menyatakan bahwa perilaku tidak etis
berpengaruhsignifikan dan positif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) pada perusahaan.
4.2.4.3 Pengujian Hipotesis 3 (Love of Money berpengaruh positif terhadap Kecenderungan Kecurangan)
Tabel 4.6
Hasil pengujian Koefisien Jalur Hipotesis Original
Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
Standard Error (STERR)
T
Statistics P Values
Love of Money -
>
Kecenderungan Kecurangan
0,059 0,054 0,022 0,022 2,723 0,007
Sumber : Output PLS (2019)
Dari tabel 4.12 di atas, dapat dilihat terdapat hubungan yang positif (original sample 0,059) dan hubungan signifikan antara love of money dengan kecenderungan kecurangan karena memiliki nilai t statistik di atas 1,96 untuk hipotesis dua ekor (two-tailed) dan P Values kurang dari 5%, maka H3 yang menyebutkanlove of moneyberpengaruh positif terhadap kecenderungan kecuranganditerima. Dari hasil analisis dapat dijelaskan bahwa karyawan yang memiliki sikap love of money yang tinggi cenderung untuk berbuat curang.
Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian Tang dan Sardzoska (2011) yang menyatakan bahwamanajer yang mempunyailove of money yang tinggi juga akan mempunyai niat korup yang tinggi.
d.Pengujian Hipotesis 4 (Love of money berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan melalui perilaku tidak etis)
Tabel 4.7
Hasil pengujian Koefisien Jalur Hipotesis Original
Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
Standard Error (STERR)
T
Statistics P Values
Love of Money -
> Perilaku Tidak Etis
0,309 0,352 0,097 0,097 3,196 0,001
Perilaku Tidak Etis ->
Kecenderungan Kecurangan
0,920 0,927 0,023 0,023 39,770 0,000
Sumber : Output PLS (2019) Pengujian hipotesis keempat untuk menguji pengaruh tidak langsung variabel love of money terhadap kecenderungan kecurangan melalui perilaku tidak etis. Pengujian pengaruh
mediasi dilakukan dengan menggunakan rumus Sobel. Hasil pengujian pengaruh perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan menunjukkan nilai original sample sebesar 0,920. Nilai t statistik diperoleh sebesar 39,770. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,960) untuk hipotesis dua ekor. Hasil ini berarti perilaku tidak etis memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kecenderungan kecurangan. Pengujian hipotesis keempat dilakukan dengan perhitungan rumus Sobel. Hasil dari kedua pengujian pada tabel diringkas sebagai berikut:
P1 = 0,309 Se1 = 0,097 P2 = 0,920 Se2 = 0,023
Besarnya koefisien tidak langsung variabel love of money terhadap kecenderungan kecurangan merupakan perkalian dari pengaruh love of money terhadap variabel perilaku tidak etis dengan perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan, sehingga diperoleh sebagai berikut:
P12 = P1.P2
= (0,309). (0,920)
= 0,28428
= 0,2843
Besarnya standard error tidak langsung love of money terhadap kecenderungan kecurangan merupakan perkalian dari pengaruh love of money terhadap perilaku tidak etis dengan perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan, sehingga diperoleh sebagai berikut:
Sab = √P12.Se12 + P22.Se22 + Se12.Se22
= √(0,309)2. (0,097)2 + (0,920)2 . (0,023)2 + (0,097)2 . (0,023)2
= √(0,095481).(0,009409)+(0,8464).(0,000529)+(0,009409).(0,000529)
= √(0,0008983807) + (0,0004477456) + (0,0000049774)
= √0,0013511037
= 0,0367573625
= 0,0368
Dengan demikian nilai uji t diperoleh sebagai berikut:
t = P12 / Se12
= 0,2843 / 0,0368
= 7,726
Nilai t sebesar 7,726 tersebut lebih besar dari 1,96 yang berarti bahwa parameter mediasi tersebut signifikan maka dengan demikian model pengaruh tidak langsung dari variabel love of money berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan melalui perilaku tidak etis diterima. Dengan demikian hipotesis empat diterima. Love of money dapat mempengaruhi kecenderungan kecurangan seseorang melalui perilaku tidak etis sebab orang yang memiliki love of money yang tinggi cenderung untuk berperilaku tidak etis yang akan menyebabkan terjadinya kecenderungan kecurangan.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan pada 94 karyawan bagian keuangan seluruh fakultas di Universitas Brawijaya Malang. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi dan menjelaskan pengaruh love of money dan perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa kuesioner. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan software Smart PLS 3.
Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa love of money berpengaruh positif terhadap perilaku tidak etis, sehingga hipotesis 1 diterima. Karyawan bagian keuangan Universitas Brawijaya Malang memiliki love of money yang rendah sehingga hal tersebut berdampak terhadap rendahnya perilaku tidak etis. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan Tang dan Chiu (2003) yang menyatakan bahwa love of money berdampak signifikan terhadap perilaku tidak etis. Penelitian Widiyasari (2017) juga menyatakan bahwa pengaruh love of money terhadap perilaku tidak etis berdampak positif dan signifikan.
Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa perilaku tidak etis berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan. Karyawan bagian keuangan Universitas Brawijaya Malang memiliki perilaku tidak etis yang rendah sehingga hal tersebut berdampak terhadap rendahnya perbuatan untuk melakukan kecenderungan kecurangan. Menurut hasil analisis dapat dijelaskan bahwa karyawan yang memiliki perilaku tidak etis yang rendah cenderung untuk tidak melakukan kecenderungan kecurangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan Wilopo (2006) dan Thoyibatun (2009) yang menyatakan bahwa perilaku tidak etis berpengaruhsignifikan dan positif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud) pada perusahaan.
Hasil pengujian hipotesis 3 menunjukkan bahwa love of moneyberpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan. Karyawan bagian keuangan Universitas Brawijaya Malang memiliki love of money yang rendah sehingga hal tersebut berdampak terhadap rendahnya tindakan untuk melakukan kecenderungan kecurangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Tang dan Sardzoska (2011) yang menyatakan bahwamanajer yang mempunyailove of money yang tinggi juga akan mempunyai niat korup yang tinggi. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Tripermata (2016) yang menyatakan bahwa Love of Money berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.
Hasil pengujian hipotesis 4 menunjukkan bahwa love of moneyberpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan melalui perilaku tidak etis. Karyawan bagian keuangan Universitas Brawijaya Malang memiliki love of money, perilaku tidak etis serta kecenderungan kecurangan yang rendah. Hal tersebut berdasarkan analisis bahwa love of money dapat mempengaruhi kecenderungan kecurangan seseorang melalui perilaku tidak etis sebab orang yang memiliki love of money yang tinggi cenderung untuk berperilaku tidak etis yang akan menyebabkan terjadinya kecenderungan kecurangan. Sebaliknya, jika love of money rendah maka orang tersebut akan berperilaku etis yang berdampak pada rendahnya minat untuk melakukan kecenderunan kecurangan.
5.2 Implikasi Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang dapat mempengaruhi kecenderungan kecurangan adalah love of money dan perilaku tidak etis. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi dunia kerja untuk meningkatkan perilaku etis guna menghindari terjadinya kecenderungan kecurangan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi karyawan untuk tidak melakukan perilaku tidak etis terutama kecenderungan kecurangan yang dapat merugikan banyak pihak.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan yang menjadi kelemahan dan kekurangan penelitian ini adalah pada variabel yang digunakan untuk memprediksi dan menjelaskanterjadinya kecenderungan kecurangan yaitu love of money dan perilaku tidak etis yang mana variabel yang digunakan
sangat sedikit. Selain itu, jumlah sampel yang diteliti sangat sedikit hanya karyawan bagian keuangan masing-masing fakultas yang terdapat di Universitas Brawijaya Malang.
5.4 Saran untuk Penelitian Berikutnya
Berdasarkan keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini, maka saran untuk penelitian berikutnya diharapkan dapatmenambah variabel independen lainnya yang berhubungan dengan kecenderungan kecurangan sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih luas mengenai variabel apa saja yang mempengaruhi kecenderungan kecurangan selain love of money dan perilaku tidak etis. Selain itu, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini terlalu sedikit. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak jumlah sampel yang akan digunakan, sehingga akan mendapatkan hasil yang signifikan dan lebih mendekati kondisi yang sebenarnya.
Daftar Pustaka
Abdillah, Willy dan Jogiyanto,Hartono. 2015. Partial Least Square (PLS): Alternatif Structural Equation Modeling (SEM) Dalam Penelitian Bisnis.Yogyakarta : CV Andi Offset.
Albrecht, S., Chad A., Conan A., and Mark Z.2012. FraudExamination(FourthEdition).
SouthWestern: USA.
Association of Certified Fraud Examiner (ACFE). 2012. Fraud Examiner Manual Book (International Edition ).USA : ACFE.
Association of Certified Fraud Examiner Indonesia (ACFE). 2016. SurvaiFraud Indonesia.
Jakarta : ACFE Chapter Indonesia.
Association of Certified Fraud Examiner (ACFE).2018. Report to the Nation on Occupational Fraud and Abuse, Global Fraud Study. New York : ACFE.
Beu, D., and Buckley, M. R. 2001. The Hypothesized Relationship BetweenAccountability And Ethical Behavior. Journal of Business Ethics, 34, 5773.
Buckley, M. R., D. S. Wiese., and M. G. Harvey. 1998. An Investigation into theDimension of Unethical Behavior. Journal of Education for Business, 98(5): 284-290.
Chen, Y. J and Tang , T.L.P .2006.Attitude Toward and Propensity to Engage in Unethical Behavior: Measurement Invariance Across Major amongUniversityStudents.Journal of Business Ethics,60, 77 – 93.
Chin, W.C. and Todd, P.A. 1995. On the Use, Usefulness and Ease of Use of Structural Equation Modelling in MIS Research: A Note of Caution. MISQuarterly, 19(2), 237 -46.
Chin, W.W., Gopal, A., and Salinsbury, W. D. 1997.Advancing the theory of adaptive
structuration: The development of a scale to measure faithfulnessofappropriation.
Information System Research.
Chiu, M.H., Chin C.C., and Chia J.L . 2002.Dynamic Processess ofConceptual Change:
Analysis of Constructing Mental Models of Chemical Equilibrium.Journal of Research in ScienceTeaching, 39(8), 688-712.
Cooper, Donald R. 2006. Business Research Method (9 edition). NewYork:McGraw-Hill
Diana, Ana Risma. 2017. Pengaruh Pengetahuan Etika, Religiusitas Dan Love Of Money Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi(Studi Kasus PadaMahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta Dan MahasiswaAkuntansi Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta).SkripsiProgram Studi Akuntansi, Jurusan PendidikanAkuntansi, FakultasEkonomi, Universitas Negeri Yogyakarta.
Dijk, M. V. 2000. The Influence of Publication of Financial Statement, Risk ofTakeover and Financial Position of the Auditee on Public Auditors’UnethicalBehaviour.Journal of Business Ethics, 28(4), 297-305.
Faisal, Muhammad. 2013. Analisis Fraud Di Sektor Pemerintahan KabupatenKudus.
Accounting Analysis Journal, 2 (1), 68-73.
Furnham, Adrian dan Michael Argyle. 1998. The Psychology of money. London:Psychology Press.
Gozali, Imam. 2005. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang :Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.Semarang : UNDIP.
Gupta, N., Mitra, A., and Shaw, J. 1998. Are Financial Incentives Related toPerformance? A Meta-Analytic Review of Empirical Research. Journal ofAppliedPsychology,83, 777 -787.
Griffin,Ricky dan Ronald J. Ebert. (2006). Bisnis(Edisi 8). Jakarta:Erlangga.
Hair, Joseph F., Black W.C., Babin B.J., and Anderson R.E. 2010. MultivariateData Analysis(7th Edition). New York: Prentice Hall International, Inc.
Hussein, Ananda Sabil. 2015. Penelitian Bisnis dan Manajemen Menggunakan Partial Least Squares (PLS) dengan smartPLS 3.0. Modul Bahan Ajar.
Ikatan Akuntansi Indonesia .2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : SalembaEmpat.
Indonesia Corruption Watch. 2017. Kampus Masih Rawan Korupsi, Ada Cara Menghindarinya. Jakarta :hukumonline.com. Diakses dari
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt59e56d53210e3/kampus-masih-rawan- korupsi-ada-cara-menghindarinya/
Indonesia Corruption Watch (ICW). 2018. Catatan ICW soal Penindakan KasusKorupsi Semester I 2018. Jakarta : kompas.com. Diakses dari
https://nasional.kompas.com/read/2018/09/18/15475381/catatan-icw-soal -penindakan-kasus-korupsi-semester-i-2018
Iqbal, Muhammad dan Murtanto. 2016. Analisa Pengaruh Faktor-Faktor FraudTriangle Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Pada PerusahaanProperty dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. SeminarNasional Cendekiawan: 1-20
Kumparan. 2019. Aroma Suap Pemilihan Rektor Unpad. Jakarta : Kumparan.com.
diakses dari https://kumparan.com/@kumparannews/aroma-suap- pemilihan-rektor -unpad-1qtIL1bcNTs.
Lea, S. E. G., and Webley, P. 2006. Money as tool, money as drug: The biologicalpsychology of a strong incentive. Behavioral and Brain Sciences, 29(2),161–209.
Lemrova S., Fatenova R., Reiterova E., and Lemr K. 2013. Money Is Power:Monetary Intelligence—Love of Money andTemptation ofMaterialismamongCzech University Students.Journal ofBusiness Ethics, 125, 329-348.
Liu, B. C., and Tang, T. L. P. 2011. Does the love of money moderate the relationship between public service motivation and job satisfaction? Thecase of Chinese professionals in the public sector.Public AdministrationReview, 71(5),718–727.
Luna-Arocas, R. and Tang, T.L.P. 2004. The love of money, satisfaction, and theprotestant work ethic: money profiles among university professors in theUSA and Spain, Journal of Business Ethics,50, 329-54.
McClelland, D.C. 1967. The achieving society. New Jersey: D. Van Nostrand
Mulyani, Sri. 2015. Analisis Pengaruh Jenis Kelamin dan Status Pekerjaan terhadapPersepsi Etis Mahasiswa Akuntansi dengan Love of Moneysebagai Variabel Intervening.
Majalah Ilmiah Solusi,14,3.
Mustika,Dian dan Sri Hastuti. 2016. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Kecurangan (Fraud): Persepsi Pegawai Dinas KabupatenWay KananLampung. Paper dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XIX.
Rubenstein, C. .1981. Money and self-esteem, relationships, secrecy, envy,satisfaction.
Psychology Today,15 (5),94-118.
Salisbury, W.D., Chin, W.W., Gopal, A., and Newsted, P. R. 2002. Research report:Better Theory through measurment-developing a scale to capture consensusonappropiation.
Information System Research, 13(1), 91-103.
Sardzoska, E.G, and Tang T.L.P. 2011. Work-RelatedBehavioral Intentions inMacedonia:
Coping Strategies, WorkEnvironment,Love of Money, Job Satisfaction,and DemographicVariables. Journal BusinessEthics,108,373–391.
Sekaran, Uma. 2006. Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.
Shintadevi,Prekanida Farizqa. 2015. Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi Dan Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi Dengan Perilaku Tidak EtisSebagai Variabel Intervening Pada Universitas Negeri Yogyakarta.JurnalNominal, 4(2), 111-126.
Singhapakdi, A., Vitell, S. J., Lee, D. J., Nisius, A.M., and Yu, G.B. 2013. TheInfluenceof Love of Money and Religiosity on Ethical Decision-Making inMarketing.Journal Business Ethics,114,183–191.
Sloan, A. 2002. The jury’s in: greed isn’t good. News Week.37.
Sobel, M. E. 1982. Asymptotic confidence intervals for indirect effect in structural equation models.Washington DC: American Sociological Association
Tang, T.L.P. 1992. The Meaning of Money Revisited. Journal of OrganizationalBehavior,13, 197-202.
Tang, T.L.P. and Chiu, R.K. 2003. Income, money ethics, pay satisfaction, commitment, and unethical behavior: is the love of money the root of evilforHong Kong employees?.
Journal of Business Ethics,46, 13-30.
Tang, T.L.P., Tillery, K.R., Lazarevski, B. and Luna-Arocas, R. 2004. The love of money and work related attitudes: money profiles in Macedonia. Journal ofManagerial
Psychology,19(5),542-8.
Tang, T.L.P and Chen Y.J. 2008. Intelligence Vs. Wisdom: The Love of Money,
Machiavellianism, and Unethical Behavior across College Major andGender. Journal of Business Ethics,82,1–26
Tang, TLP. 2016. Theory of Monetary Intelligence : Money Attitudes-religious Values, Making Money, Making Ethical Decisions and Making the Grade.Journal of business Ethics,133,583-603.
Thoyibatun, Siti. 2009. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku TidakEtis dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Serta Akibatnya terhadapKinerja Organisasi.
Jurnal Ekonomi dan Keuangan, 16(2),245 – 260.
Tripermata, Lukita. 2016. Pengaruh Love Of Money, Perilaku Etis MahasiswaDan Komitmen Organisasi Terhadap Kecenderungan KecuranganAkuntansi dengan Gender Sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal IlmiahEkonomi Global Masa Kini,7 (1),55-62.
Tuanakotta, Theodorus. 2013. ”Akuntansi Forensik & Audit Investigatif” Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Widiyasari, Dessy Prita. 2017. Pengaruh Love of money, Machiavellian danIncome Terhadap Perilaku Tidak Etis Pada Mahasiswa Akuntansi di UniversitasKatolik
Soegijapranata (Skripsi). Jurusan Akuntansi, FakultasEkonomi dan Bisnis, Universitas Katolik Soegijapranata,Semarang.
Wilopo. 2006.Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, KesesuaianKompensasi,
Ketaatan Aturan Akuntansi, Asimetri Informasi, SertaMoralitas Manajemen Terhadap Perilaku Tidak Etis Dan KecenderunganKecurangan Akuntansi : Studi Pada
Perusahaan Terbuka Dan BadanUsaha Milik Negara Di Indonesia(Disertasi).
Universitas Airlangga,Surabaya.
Zelizer, V. 1994. The social meaning of money, New York, NY: Basic Books
Zulkarnain, Rifqi Mirza. 2013. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi TerjadinyaFraud Pada Dinas Kota Surakarta. Accounting Analysis Journal, 2 (2),126-131.