• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2011-2012)

Hadijah Oemar Alamudy Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Praktik earning management dipengaruhi oleh konflik antara kepentingan manajemen dan pemilik perusahan yang timbul karena setiap pihak berupaya untuk mencapai tingkat kemakmuran yang di inginkannya. Penerapan penilaian kinerja perusahaan sangat perlu dilakukan untuk mengetahui prestasi dan kinerja perusahaan yang berguna untuk kepentingan para pemegang saham maupun bagi manajemen perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh manajemen laba terhadap kinerja keuangan perusahaan (Indeks MVA). Penelitian ini merupakan archival research dengan melakukan hipotesis testing. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan penelitian dilakukan dari tahun 2011-2012.

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara purposive sampling, dengan jumlah sampel yang diambil sebanyak 35 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara manajemen laba dengan kinerja keuangan perusahaan (Indeks MVA). Yang artinya apabila perusahaan menerapkan manajemen laba, hal tersebut akan meningkatkan kinerja keuangan.

Kata kunci: teori kepentingan, manajemen laba, indeks MVA

PENDAHULUAN

Pasar modal memainkan peran penting dalam dunia perekonomian modern. Dalam melaksanakan fungsinya, pasar modal memberikan fasilitas untuk memindahkan dana dari investor ke perusahaan. Dari sisi perusahaan, dengan tersedianya dana dari investor memungkinkan perusahaan melakukan pengembangan usaha (ekspansi) tanpa harus menunggu dana dari hasil operasi perusahaan. Namun demikian, investor tentu berharap akan memperoleh pengembalian (return) dari hasil penyerahan dana tersebut. Dari dua kepentingan inilah terjadi proses transaksi jual beli saham dengan kepentingan masing- masing. Disisi lain perusahaan memiliki manajer yang bertugas menjalankan operasional perusahaan. Manajer berada di tengah-tengah dua kepentingan yakni kepentingan pemilik perusahaan dan kepentingan investor. Namun di suatu sisi manajer juga memiliki kepentingan tersendiri. Dari sisi pemilik perusahaan dan investor berharap perusahaan memiliki keuntungan yang besar dengan pajak yang kecil. Bagi manajer dengan kinerja

(2)

perusahaan yang baik maka dia akan mendapatkan bonus atas kinerjanya. Dari motif-motif tersebut lahirlah praktik manajemen laba.

Praktik manajemen laba terjadi di hampir semua perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Hal ini didasari oleh oleh macam-macam motif dan motivasi yang bermacam-macam. Menurut Watts dan Zimmerman (1986) dalam Afnan (2014) menjelaskan bahwa manajemen laba dilakukan berdasarkan tiga motivasi yakni: Pertama, motivasi rencana bonus (bonus plan), motif ini dilakukan oleh seorang manajer dengan harapan jika laba diperoleh besar maka dia akan mendapatkan bonus besar sehingga manajer akan memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba perusahaan. Kedua, motivasi perjanjian hutang (debt covenant), rasio hutang yang terlalu besar memiliki resiko negatif terhadap kinerja perusahaan ataupun laba perusahaan maka untuk menghindari persepsi negatif investor, sehingga perusahaan melalui manajernya menggunakn metode akuntansi dalam meningkatkan laba perusahaan. Ketiga, motivasi biaya politik (political cost), perusahaan yang mempunyai biaya politis maka akan menurunkan laba yang bertujuan untuk meminimalkan biaya politik seperti pajak dan menghindari persaingan yang lebih ketat dengan perusahaan lain yang jauh lebih besar, hal tersebut mendorong perusahaan memilih kebijakan akuntansi yang dapat menurunkan laba, sehingga terlihat bahwa perusahaan tersebut mengalami penurunan laba sebagai akibat persaingan dengan perusahaan asing.

Menurut Scott (2006:344) manajemen laba merupakan suatu cara penyajian laba yang bertujuan untuk memaksimalkan utilitas manajemen dan atau meningkatkan nilai pasar melalui pemilihan set kebijakan prosedur akuntansi oleh manajemen. Worthy (1984) juga menjelaskan bahwa earning management merupakan campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal guna untuk mencapai tingkat laba tertentu dengan tujuan menguntungkan dirinya sendiri atau perusahaannya sendiri. Peluang untuk mendistorsi laba tertentu tersebut timbul karena metode akutansi memberikan peluang pada manajemen untuk mencatat suatu fakta tertentu dengan cara yang berbeda dan peluang bagi manajemen untuk melibatkan subyektivitas dalam menyusun estimasi.

Manajemen laba memang berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba, hal ini disebabkan karena laba yang diperoleh suatu entitas sering dijadikan tolak ukur dari para pengguna laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan sering menjadikan laba menjadi indikator keberhasilan dan kesuksesan dari sebuah entitas. Karena hal itulah setiap entitas berkeinginan untuk melaporkan tingkat laba yang lebih tinggi. Informasi yang diberikan pada pemilik oleh manajemen belum dapat dijamin bahwa informasi tersebut mencerminkan

(3)

kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya. Hal ini disebabkan oleh adanya keinginan manajemen untuk dapat memenuhi kepentingan mereka sendiri. Pihak manajemen memiliki perbedaan kepentingan dengan pemilik perusahaan.

Penerapan penilaian kinerja perusahaan sangat perlu dilakukan untuk mengetahui prestasi dan kinerja perusahaan yang berguna untuk kepentingan para pemegang saham maupun bagi manajemen perusahaan. Dengan mengetahui prestasi dan kinerja perusahaan, dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan-keputusan strategis perusahaan sehingga dapat sukses dalam persaingan di dalam maupun di luar negeri. Adanya kinerja keuangan yang baik, akan mendorong investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut.

Maka, setiap pihak terutama pihak eksternal memerlukan informasi atas laporan keuangan perusahaan. Analisis atas laporan keuangan sangat penting, karena dengan mengetahui laporan keuangan dapat diketahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan tersebut (Munawir, 2002:1).

Penelitian tentang manajemen laba telah banyak dilakukan, hasil yang telah ditemukan beragam antara satu dengan yang lainnya, hal tersebut yang menjadikan manajemen laba semakin menarik untuk dikaji lebih dalam. Penggunaan data Indonesia menarik karena hasil penelitian Leuz et al. (2003) dalam Maria dan Siregar (2008) menunjukkan bahwa manajemen laba termasuk paling besar terjadi di Indonesia, peringkat 15 dari 31 perusahaan dan peringkat tertinggi untuk negara-negara Asean. Selain itu, penegakan hukum di Indonesia juga lemah, yaitu terendah dari 31 negara. Penegakan hukum yang lemah ini merupakan indikasi rendahnya tingkat proteksi terhadap investor.

Beberapa studi terdahulu banyak yang meneliti pengaruh manajemen laba terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini didasarkan dari penelitian Elok (2012) tentang bagaimana pengaruh manajemen laba terhadap kinerja keuangan. Namun terdapat perbedaan dengan penelitian sebelumnya, yaitu pengukuran manajemen laba menggunakan Modified Jones Model With ROA yang dikembangkan oleh Kothari et.al (2005). Untuk perhitungan kinerja keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan MVA sebagai perhitungan. MVA merupakan besarnya nilai tambah yang dapat diberikan perusahaan kepada investor. Selain itu peneliti menambahkan 2 variabel kontrol sebagai variabel pengendali dalam penelitian ini, yaitu Ukuran Perusahaan (LN total aset) dan Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio). Pada penelitian ini objek pengamatan menggunakan periode tahun yang lebih up to datedibandingkan dengan penelitian sebelumnya, yaitu tahun 2011-2012.

(4)

Berdasarkan paparan latar belakang masalah yang peneliti jelaskan diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2011-2012”.

Perumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali pengaruh manajemen laba terhadap kinerja keuangan perusahaan. Perbedaan yang terdapat pada penelitian ini dibandingkan penelitian sebelumnya terletak pada periode penelitian, pemilihan sampel, dan juga variabel kontrol yang digunakan. Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh manajemen laba terhadap kinerja keuangan perusahaan?

Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui membuktikan manajemen laba terhadap kinerja keuangan perusahaan.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Kepentingan (Agency Theory)

Timbulnya manajemen laba dijelaskan dengan teori keagenan. Brigham dan Weston (2006) menyatakan jika masalah keagenan ialah masalah antara pemegang saham dengan manajerial atau pemegang saham dan kreditor sehingga agency conflict ialah konflik yang timbul antara manajerial dengan pemilik perusahaan karena kecenderungan yang dilakukan oleh manajerial ialah melakukannya sesuai dengan kepentingan-kepentingan pribadi manajemen-manajemen tersebut daripada mendahulukan kepentingan-kepentingan perusahaan.

Prinsip utama teori keagenan ini menyatakan bahwa adanya hubungan kerja antara principal dan agent yang berpotensi menimbulkan konflik sehingga konflik ini harus diminimalisir jika perusahaan ingin memiliki kinerja yang baik. Tentu saja untuk meminimalisir konflik ini ada banyak cara seperti melakukan peningkatan outsider dalam proses monitoring perusahaan atau melakukan peningkatan pembayaran deviden dan pendanaan lewat utang, atau eksistensi manajerial (Crutchley et al., 1999) dalam Mursalim (2008).

(5)

Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Menurut Sucipto (2003:34) pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam menghasilkan laba. Sedangkan menurut IAI (2007) kinerja keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumberdaya yang dimilikinya.

Mengukur Kinerja Perusahaan dengan Market Value Added (MVA)

Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, MVA dapat dijadikan sebagai salah satu alat ukur. Dalam www.mail.swa.co.id disebutkan bahwa MVA mencerminkan ekspektasi pemegang saham terhadap perusahaan terhadap perusahaan dalam menciptakan kekayaan di masa mendatang. Pendekatan ini dianggap lebih komprehensif dan objektif untuk menilai perusahaan (Young, 2001: 26).

MVA mengukur kekayaan (health) yang diakamulasi perusahaan dari waktu ke waktu untuk pemegang saham. Dengan melihat MVA, para pengelola perusahaan dapat melihat seperti apa ekspektasi pemegang saham terhadap perusahaannya di masa depan. Karena itu angka MVA sudah seharusnya menjadi acuan bagi pengelola perusahaan dalam menjalankan perusahaan agar di masa mendatang dapat menciptakan kekayaan sesuai dengan harapan investor. Ini menjadi tantangan bagi manajemen perusahaan.

Bagi investor, MVA menjadi acuan untuk menilai apakah sebuah perusahaan berpeluang memenuhi harapan para pemegang saham karena MVA mengukur seberapa besar nilai tambah yang berhasil diberikan perusahaan kepada para penyandang dana.

Brigham dan Ehrhardt (2005: 109) memformulasikan MVA sebagai berikut:

MVA = Nilai pasar ekuitas – total ekuitas

= (saham yang beredar x harga saham) – total ekuitas Manajemen Laba

Earning Management terjadi ketika para manajer menggunakan keputusannya dalam pelaporan keuangan dan dalam melakukan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, baik untuk menimbulkan gambaran yang salah bagi stakeholders tentang kinerja

(6)

ekonomis perusahaan maupun untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan (Healy dan Wahlen : 1999).

Motivasi Manajemen Laba

Ada berbagai motivasi yang mendorong dilakukannya manajemen laba. Teori akuntansi positif (Positif Accounting Theory) yang dikemukakan oleh (Watts dan Zimmermaan, 1986) mengusulkan tiga hipotesis motivasi manajemen laba, yaitu :

1. Hipotesis program bonus (the bonus plan hypothesis). Motivasi bonus merupakan dorongan manajer perusahaan dalam melaporkan laba yang diperolehnya untuk memperoleh bonus yang dihitung atas dasar laba tersebut. Manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih mungkin menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan income yang dilaporkan pada periode berjalan. Alasannya adalah tindakan seperti itu mungkin akan meningkatkan persentase nilai bonus jika tidak ada penyesuaian untuk metode yang dipilih.

2. Hipotesis perjanjian hutang (the debt convenant hypothesis). Motivasi kontrak muncul karena perjanjian antara manajer dan pemilik perusahaan berbasis pada kompensasi manajerial dan perjanjian hutang (debt covenant). Semakin tinggi rasio hutang atau ekuitas suatu perusahaan, yang ekuivalen dengan semakin dekatnya (yaitu semakin ketat) perusahaan terhadap kendala-kendala dalam perjanjian hutang dan semakin besar probabilitas pelanggaran perjanjian, semakin mungkin manajer untuk menggunakan metode-metode akuntasi yang meningkatkan income.

3. Hipotesis biaya politik (the political cost hypothesis). Motivasi regulasi politik merupakan motivasi manajemen dalam mensiasati berbagai regulasi pemerintah.

Perusahaan yang terbukti menjalankan praktisi pelanggaran terhadap regulasi anti trust dan anti monopoli, manajernya melakukan manipulasi laba dengan menurunkan laba yang dilaporkan. Perusahaan juga melakukan manajemen laba untuk menurunkan laba dengan tujuan untuk mempengaruhi keputusan pengadilan terhadap perusahaan yang mengalami damage award, selain itu income taxation juga merupakan motivasi dalam manajemen laba. Pemilihan metode akuntansi dalam pelaporan laba akan memberikan hasil yang berbeda terhadap laba yang dipakai sebagai dasar perhitungan pajak.

Menurut Scott (2000) yang dikutip Mardiyah (2003 : 665), terdapat berbagai motivasi mengapa perusahaan dalam hal ini manajer melakukan earnings management, yaitu :

(7)

1. Other Contractual Motivations

Motivasi ini muncul ketika perusahaan melakukan perjanjian utang yang berisikan perjanjian untuk melindungi sang pemberi pinjaman dari aksi manajer yang tidak sesuai dengan kepentingan investor., seperti dividen yang berlebihan, pinjaman yang berlebihan, pinjaman tambahan, pemberian modal kerja atau laporan ekuitas jatuh dibawah tingkat yang ditetapkan dalam semua aktivitas yang dapat mencairkan sekuritas sang pemberi pinjaman.

2. Bonus Sheme

Motivasi bonus merupakan dorongan bagi manajer perusahaan dalam melaporkan laba yang diperoleh untuk mendapatkan bonus yang dihitung atas dasar laba tersebut.

Jika laba lebih rendah dari pada laba yang ditetapkan maka akan mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba.

3. Political Motivations

Motivasi ini terjadi pada perusahaan-perusahaan besar dan industri strategis yang cenderung menurunkan laba visibilitasnya, khususnya selama menurunkan periode kemakmuran tinggi.

4. Taxation Motivations

Dalam hal ini manajer perusahaan menurunkan laba untuk mengurangi beban pajak yang harus dibayar karena laba berbanding lurus dengan beban pajak, apabila laba semakin besar maka beban pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan semakin tinggi.

5. Charges Of Chief Executive Officer(CEO)

Motivasi ini terjadi ketika dakam kasus pergantian manajer biasanya diakhir tahun tugasnya, manajer akan melaporkan laba yang tinggi. Sehingga CEO yang baru merasa sangat berat untuk mencapai tingkat laba tersebut atau ketika pimpinan perusahaan yang mempunyai kinerja buruk sehingga mereka akan melakukan manajemen laba untuk menunda pemecatan agar pipmpinan tersebut mempunyai cukup waktu untuk memperbaiki kinerjanya.

6. Initial Public Offerings

Perusahaan yang baru menerbitkan saham perdana (IPO) belum bisa memiliki harga pasar saham yang mapan. Cara untuk mempengaruhi pasar adalah dengan memberikan informasi net income yang diharapkan lewat Prospectus Earning Mnagement dilakukan pada net income sebagai pasar pemberi respon positif pada harga saham.

(8)

Pola Manajemen Laba

Menurut Scott (2009:405), mengidentifikasikan adanya empat pola yang dilakukan manajemen untuk melakukan pengelolaan atas laba sebagai berikut:

1. Taking a Bath

Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang. Manajemen mencoba mengalihkan expected future cost ke masa kini, agar memiliki peluang yang lebih besar mendapatkan laba di masa yang akan datang.

2. Income Minimization

Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat laba yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. Manajemen mencoba memindahkan beban ke masa kini agar memiliki peluang yang lebih besar mendapatkan laba di masa yang akan datang.

3. Income Maximization

Dilakukan pada saat laba menurun dengan cara memindahkan beban ke masa mendatang. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan archival researchdengan melakukan hipotesis testing. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan penelitian dilakukan dari tahun 2011-2012.

Pengambilan objek pada penelitian ini dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan (Sugiyono, 2002). Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan diperoleh sebanyak 35 perusahaan.

(9)

VARIABEL DAN PENGUKURANNYA

Variabel –variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Variabel dependen

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen (variabel bebas). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan (Y).

Kinerja keuangan diukur dengan menggunakan MVA sebagai perhitungan. MVA merupakan besarnya nilai tambah yang dapat diberikan perusahaan kepada investor.

Brigham dan Ehrhardt (2005:109) memformulasikan MVA sebagai berikut:

MVA = Nilai pasar ekuitas-total ekuitas

= (saham yang beredar x harga saham) – total equitas Cara untuk menghitung MVA pada tahun tertentu, sebagai berikut:

MVAt = −1

−1 Keterangan :

VAt= MVA tahun ingin dihitung VAt-1 = MVA tahun sebelumnya 2. Variabel independen

Variabel independen adalah variabel yang diduga berpengaruh secara bebas terhadap variabel dependen. Variabel independen pada penelitian ini adalah Manajemen Laba (X).

Manajemen laba dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Modified Jones Model With ROA. Model dikembangkan oleh Kothari et.al (2005). Untuk melakukan perhitungan terhadap manajemen laba. Tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Menghitung total akrual dengan menggunakan pendekatan aliran kas (cash flow approach), yaitu:

TACCit = EBXit – OCFit Keterangan:

TACCit : Total akrual perusahaan I pada tahun t

EBXit : Laba perusahaan I sebelum item luar biasa pada tahun t OCFit : Arus kas dari operasi perusahaan I pada tahun t

(10)

2. Menentukan koefisien dari regresi total akrual

Akrual diskresional merupakan perbedaaan antara total akrual (TACC) dengan akrual nondiskresioner (nondiscretionary accrual-NDACC). Langkah awal untuk menentukan akrual nondiskresioner yaitu dengan melakukan regresi sebagai berikut:

TACCit/(TAit-1) = α1(1/(TAit-1)) + α2 (((∆REVit-∆RECit))/(TAit-1)) + α3 (PPEit/(TAit-1)) + α4ROAit-1+ εit

Keterangan :

TACCit : Total akrual perusahaan I pada tahun t (yang dihasilkan dari perhitungan nomor 1 diatas)

TAit-1 : Total asset perusahaan I pada akhir tahun t-1 ΔREVit : Perubahan pendapatan perusahaan i pada tahun t-1

ΔRECit : Perubahan piutang bersih (net receivable) perusahaan I pada tahun t PPEit : Property, Plant and equipment perusahaan I pada tahun t

ROAit-1 : Return on Assets perusahaan i pada akhir tahun t-1 3. Menentukan akrual nondiskresioner

Regresi yang dilakukan di nomor 2 menghasilkan koefisien α1, α2. Koefisien α1, α2 tersebut kemudian digunakan untuk memprediksi akrual nondiskresioner melalui persamaan berikut:

NDACCit = α(1/(TAit-1))+ α2(((∆REVit-∆RECit))/(TAit-1))-1+ εit

Keterangan:

NDACCit : Akrual nondiskresioner perusahaan I pada tahun t TAit-1 : Total asset perusahaan I pada akhir tahun t-1

ΔREVit : Perubahan piutang bersih (net receivable) perusahaan i pada tahun t PPEit : Property, Plant and Equipment perusahaan I pada tahun t

ROAit-1 : Return on Assets perusahaan I pada akhir tahun t-1

(11)

4. Menentukan akrual diskresioner

Setelah didapatkan akrual nondiskresioner, kemudian akrual diskresional bisa dihitung dengan mengurangkan total akrual (hasil perhitungan dinomor 1) dengan akrual nondiskresioner (hasil perhitungan dinomor 3).

DACCit = TACCit – NDACCit Keterangan:

DACCit = Akrual diskresioner perusahaan I pada tahun t

TACCit = Laba perusahaan sebelum item luar biasa-arus kas operasi/Tait-1 NDACCit = Akrual nondiskresioner perusahaan I pada tahun t

3. Variabel kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang faktornya dikendalikan untuk menetralisir pengaruh yang dapat mengganggu hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah Ukuran Perusahaan (LN total aset) dan Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio).

Ukuran Perusahaan (LN total aset)

Perusahaan didorong untuk menyiapkan pengungkapan laporan perubahan lingkungan untuk menunjukkan kegiatan sosial mereka yang sah dan juga konsisten dalam mendukung tata kelola perusahaan yang baik, dan cenderung untuk menggunakan komunikasi formal dalam laporan tahunan sebagai upaya untuk menyebarluaskan informasi terkait kegiatan perusahaan (Cowen et al.,1987, di Brammer dan Pavvelin, 2006; Prior et al., 2008). Menurut Graver (1993:12) dalam Gagaring Pagalung (2003:250), untuk menghitung Ukuran Perusahaan sebagai berikut:

Ukuran Perusahaan= Ln (Total aktiva) Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)

Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang membandingkan jumlah hutang terhadap ekuitas. Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Rasio hutang modal dihitung dengan formula:

(12)

DER =

ANALISIS DATA

Uji bivariat pada penelitian ini menggunakan uji linier sederhana untuk mengetahui bagaimana variabel dependen (y) dapat diprediksikan melalui variabel independen (x) serta variabel kontrol (k1 dan k2), secara individual dan seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat maka setelah data diubah dari data ordinal ke data interval, maka dimasukkan ke dalam rumus:

Y = a + b1x + b2k1+ b3k2+e Dimana :

Y = Kinerja keuangan (MVA)

a = harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b = koefisien regresi yang menunjukkan peningkatan/penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen

X = Manajemen Laba Modified Jones Model(DACCit) K1= variabel kontrol 1, yaitu ukuran perusahaan (LN aset)

K2= variabel kontrol 2, yaitu Rasio Hutang terhadap Ekuitas (debt to equity ratio) e = eror/kesalahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Variabel Koefisien tHitung Signifikan Keterangan Konstanta 7,299

X1 8,598 3,175 0,002 Signifikan

K2 -0,478 -3,415 0,001 Signifikan

K3 0,678 2,649 0,010 Signifikan

(13)

α R R Square

FHitung

Signifikan

= 0,05

= 0,505

= 0,255

= 7,533

= 0,000

Model regresi yang didapatkan berdasarkan Tabel diatas adalah sebagai berikut:

Y = 7,299 + 8,598X1- 0,478K1+ 0,678K2

di mana:

Y = Indeks MVA

X1 = EM

K1 = Ln(Total Aset)

K2 = DER

Interpretasi model regresi pada tabel diatas adalah sebagai berikut:

1. Konstanta = 7,299

Konstanta sebesar 7,299 menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan memiliki nilai sebesar 7,299 apabila variabel bebas dalam model penelitian ini yakni manajemen laba, ukuran perusahaan, dan DER bernilai 0.

2. β1= 8,598

Koefisien regresi ini menunjukkan nilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat variabel manajemen laba, maka cenderung akan meningkatkan variabel kinerja keuangan perusahaan (Indeks MVA). Apabila terdapat kenaikan pada variabel manajemen laba sebanyak 1 satuan dan variabel yang lain dianggap tetap, maka akan terjadi peningkatan pada variabel kinerja keuangan perusahaan (Indeks MVA) sebesar 8,598.

3. β2= -0,478

Koefisien regresi ini menunjukkan nilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat variabel ukuran perusahaan maka cenderung akan menurunkan variabel kinerja keuangan perusahaan (Indeks MVA). Apabila terdapat kenaikan pada variabel ukuran perusahaan sebanyak 1 satuan dan variabel yang lain dianggap tetap, maka akan

(14)

terjadi penurunan pada variabel kinerja keuangan perusahaan (Indeks MVA) sebesar 0,478.

4. β3= 0,678

Koefisien regresi ini menunjukkan nilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat variabel DER maka cenderung akan meningkatkan variabel kinerja keuangan perusahaan (Indeks MVA). Apabila terdapat kenaikan pada variabel DER sebanyak 1 satuan dan variabel yang lain dianggap tetap, maka akan terjadi peningkatan pada variabel kinerja keuangan perusahaan (Indeks MVA) sebesar 0,678.

Koefisien Determinasi

Berdasarkan pada tabel diatas, model regresi tersebut memiliki nilai R Square sebesar 0,255. Hal ini berarti bahwa model regresi yang didapatkan mampu menjelaskan pengaruh antara variabel independen yaitu manajemen laba, dan variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan dan DER terhadap Y (Indeks MVA) sebesar 25,5 % dan sisanya 74,5 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdeteksi.

Uji Model Regresi Secara Simultan

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai FHitung sebesar 7,533 dan signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi kurang dari 0,000 sehingga disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara variabel independen yaitu manajemen laba beserta variabel kontrol terhadap variabel dependen yakni kinerja keuangan perusahaan.

Uji Model Regresi Secara Parsial

Pengujian model regresi secara parsial digunakan untuk mengetahui apakah masing- masing variabel independen maupun variabel kontrol pembentuk model regresi secara individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen atau tidak. Untuk menguji hubungan tersebut digunakan uji t. Variabel independen pembentuk model regresi disimpulkan berpengaruh signifikan jika signifikansi lebih < α = 0,05. Sebaliknya variabel independen pembentuk model regresi disimpulkan tidak berpengaruh signifikan jika signifikansi ≥ α = 0,05.

1. Variabel Manajemen Laba

Berdasarkan tabel di atas, pengujian hipotesis model regresi secara simultan menggunakan uji t. Variabel manajemen laba memiliki nilai tHitung sebesar 3,175 dan nilai signifikansi sebesar 0,002. Diperoleh bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05.

(15)

Sehingga H0ditolak dan disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara variabel manajemen laba terhadap variabel kinerja keuangan perusahaan.

2. Variabel Ukuran Perusahaan

Berdasarkan tabel di atas, pengujian hipotesis model regresi secara simultan menggunakan uji t. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai tHitung sebesar -3,415 dan nilai signifikansi sebesar 0,001. Diperoleh bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05. Sehingga H0 ditolak dan disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara variabel ukuran perusahaan terhadap variabel kinerja keuangan perusahaan.

3. Variabel DER

Berdasarkan tabel di atas pengujian hipotesis model regresi secara simultan menggunakan uji t. Variabel DER memiliki nilai tHitung sebesar 2,649 dan nilai signifikansi sebesar 0,010. Diperoleh bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05.

Sehingga H0ditolak dan disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara variabel DER terhadap variabel kinerja keuangan perusahaan.

PENUTUP

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan membuktikan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara manajemen laba dengan kinerja keuangan perusahaan. Yang artinya apabila perusahaan menerapkan manajemen laba, hal tersebut akan meningkatkan kinerja keuangan.

Dari hasil penelitian membuktikan terdapat pengaruh antara variabel manajemen laba, variabel ukuran perusahaan, dan variabel DER dengan variabel kinerja keuangan perusahaan, dimana kinerja keuangan perusahaan pada penelitian ini adalah Market Value Added(MVA).

Nilai R sebesar 0,505 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara variabel manajemen laba, variabel ukuran perusahaan, dan variabel DER terhadap variabel kinerja keuangan perusahaan (Indeks MVA) sebesar 50,5%. Nilai R Square = 0,255 menunjukkan bahwa variabel kinerja perusahaan (Y) dapat dijelaskan oleh variabel manajemen laba (X), variabel ukuran perusahaan (K1), dan variabel DER (K2) sebesar 25,5%, sedangkan sisanya sebesar 74,5% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Elok (2012). Hal ini dapat terjadi karena penelitian ini menggunakan perhitungan yang berbeda dan menambahkan 2 variabel kontrol. Diharapkan

(16)

untuk penelitian selanjutnya dapat membuat variasi baru dalam hal perhitungan maupun penambahan variabel baru dalam penelitian, tujuannya agar penelitiannya dapat lebih tergeneralisasi. Periode tahun penelitian juga dapat lebih diperpanjang agar hasil penelitian dapat lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Afnan, Akhmad. 2014. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, dan Proporsi Komisaris Independen Terhadap Kinerja Keuangan dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Brammer S, Brooks C, dan Pavelin S. 2006. Corporate Social Performance and Stock Returns. UK Evidence from Disaggegate Measures: Financial Management.

Brigham, Eugene and Ehrhardt. 2005. Financial management: Theory And Practice, Eleventh Edition. United States Of America:Thomson South-Western Ohio.

Brigham, Eugene F and Joel F. Houston, 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, alih bahasa Ali Akbar Yulianto. Buku satu, Edisi sepuluh. Jakarta: Salemba Empat.

Healy, P.M and J.M Wahlen. 1999. A review of the earnings management literature an its implication for standard setters. Accounting Horsizons.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Edisi 2007. Jakarta: Salemba Empat.

Mardiyah Listianingsih, Aida Ainul. 2005. Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja, Sistem Reward dan Profit Center terhadap Hubungan Antara Total Quality Manajemen dengan Kinerja Manajerial. Simposium Nasional Akuntansi. Jakarta.

Maria, Batsyeba dan Siregar, Baldric. 2008. Pengaruh Manajemen Laba Nyata Terhadap Kinerja. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Vol. 19, No. 3, Desember 2008. Hal. 185- 196.

Munawir, 2002. Akuntansi Keuangan Dan Manajemen. Edisi Revisi. Yogyakarta : BPFE.

Mursalim. 2008. Simultanitas Aktivisme Institusional, Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen dan Utang dalam Mengurangi Konflik Keagenan. Simposium Nasional Akuntansi 11. Palembang.

Palagung, Gagaring. 2003. Pengaruh Kombinasi Keunggulan dan Keterbatasan Perusahaan terhadap Set Kesempatan Investasi (IOS). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Volume-6 Ikatan Akuntan Pendidik.

Scott, William R. 2006. Financial Accounting Theory 4th ed. Toronto: Pearson Education Canada, Inc.

Sucipto. 2003. Penilaian Kinerja Keuangan. Universitas Sumatera Utara.

Sugiyono. 2002.Metode Penelitian Bisnis. Edisi Keempat. Bandung: CV. Alfabeta.

(17)

Watts, Ross L. and Jerold L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. New Jersey:

Prentice-Hall Inc., Englewood Cliffs.

Young, S. David, dan Stephen F. O’Byrne. 2001. EVA and Value Based Management: A Practical Guide to Implementation. New York: McGraw-Hill.

Referensi

Dokumen terkait