1
PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS
(Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015)
Disusun Oleh : Ismatul Maula Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jl. MT Haryono 165 Malang [email protected]
Dosen Pembimbing:
Agung Nugroho Adi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Univesitas Brawijaya Malang ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen modal kerja perusahaan terhadap profitabilitas. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian eksplanatori yang menjelaskan hubungan atau pengaruh antar variabel.
Populasi penelitian sebanyak 143 perusahaan dan sampel yang diteliti 17 perusahaan.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi dari Bursa Efek Indonesi periode 2012-2015.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah regresi linear berganda. Variabel independen dalam penelitian adalah perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan, dan perputaran modal kerja. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah profitabilitas yang diukur dengan Net Profit Margin (NPM).
Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa secara simultan perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan dan perputaran modal kerja berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Secara parsial perputaran kas dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dengan arah positif dan perputaran modal kerja berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dengan arah negatif. Dari variabel tersebut salah satu yang berpengaruh dominan pada profitabilitas perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi adalah variabel perputaran piutang.
Kata Kunci: Profitabilitas, perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan, dan perputaran modal kerja
2
THE EFFECT OF WORKING CAPITAL MANAGEMENT ON THE PROFITABILITY
(Study On Manufacturing Companies Working In The Sector Of Consumption Goods Listed In The Indonesia Stock Exchange
During The Period Of 2012-2015)
By : Ismatul Maula
Faculty of Economic and Business, University of Brawijaya Jl. MT Haryono 165 Malang
Advisor:
Agung Nugroho Adi
Faculty of Economic and Business, University of Brawijaya
ABSTRACT
This study aims at determining the effect of working capital management on the company’s profitability. This quantitative research is an explanatory research which explains the relation or influence among variables. From a population of 143 companies, 17 companies were selected as the sampel through purposive sampling. This study uses secondary data in a form of annual financial report of manufacturing companies working in the sector of consumption goods from 2012 to 2015, which were obtained from the Indonesia Stock Exchange. The data were then analyzed using Multiple Linear Regression. The independent variables are cash turnover, receivable turnover, inventory turnover, and working capital turnover. The dependent variable of this research is profitability measured using Net Profit Margin (NPM).
The results show that, simultaneously, cash cycles, receivable turnover, inventory turnover, and working capital turnover significantly affects profitability. Partially, cash turnover and inventory turnover have no significant effect on profitability; receivable turnover has a positive and significant effect on profitability; and working capital turnover has a negative and significant effect on profitability. Among those variables, receivable turnover has a dominant influence on the profitability of manufacturing companies working in the sector of consumption goods.
Keywords: Profitability, cash turnover, receivable turnover, inventory turnover, working capital turnover
3 1. Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Mengacu pada catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 sebesar 4,79% merupakan yang terendah enam tahun terakhir (Suryowati, 2016), berikut data pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 :
Gambar 1.1
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2010 - 2015
Kendati kondisi perekonomian pada tahun 2015 lebih sulit dari tahun sebelumnya, tetapi jika dilihat berdasarkan nilai industrinya, industri manufaktur nasional masih mengalami pertumbuhan. Berikut data kenaikan industri manufaktur tahun 2012 sampai tahun 2015 (Yusuf, 2016) :
Gambar 1.2
PDB Non Migas (dalam triliun)
Sumber : PDB Nasional data diolah, 2016
Hal tersebut menggambarkan dari tahun 2012 sampai 2015 kontribusi perusahaan manufaktur terhadap PDB nasional selalu mengalami kenaikan.
Kenaikan kinerja manufaktur tersebut disokong dari sektor makanan dan minuman, barang logam, alat angkutan serta industri kimia, farmasi, dan obat tradisional (Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, 2015).
Perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi harus senantiasa menjaga modal kerja agar produksi yang dilakukan bisa berjalan dengan lancar dan tidak ada hambatan. Agar mengetahui seberapa cepat laju perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi dalam pengadaan produk, maka perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi harus memperhatikan seberapa cepat perputaran persediaan dalam satu periode tertentu, bukan hanya persediaan saja melainkan pada
4 seberapa cepat pula perputaran piutang,
dan perputaran kas yang dimiliki oleh perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi. Selain itu juga perlu melihat apakah modal kerja dalam perusahaan sudah berjalan dengan efektif dan efisien maka perlu dilihat dari tingkat perputaran modal kerjanya.
Perputaran kas menunjukkan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu. Semakin tinggi perputaran kas ini akan semakin baik.
Karena ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya dan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar (Riyanto, 2001).
Dengan mengetahui tingkat perputaran piutang suatu perusahaan maka dapat dilihat apakah manajemen piutang yang dilakukan suatu perusahaan sudah efektif dan efisien (Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, 2010).
Menurut Sudana (2015, P. 25) Perhitungan tingkat perputaran persediaan bisa mengukur apakah pengelolaan persediaan dalam perusahaan sudak efektif dan efisien untuk menghasilkan penjualan.
Perputaran modal kerja merupakan alat untuk menilai keefektifan modal kerja yang mana menunjukan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (tiap rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja (Munawir, 2004).
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu disebut profitabilitas. ”Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi, semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan (Fahmi, 2013).
Ada beberapa ukuran yang dipakai untuk melihat kondisi profitabilitas suatu perusahaan, antara lain dengan menggunakan Rasio Net Profit Margin, yaitu rasio yang menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.
5 2. Kajian Pustaka
Menurut Fahmi (2013, p. 21) laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan.
Menurut Kartikandi, Sinaga, Syamsul, & Siregar (2012, p.118) laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen berikut:
1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca) pada akhir priode.
2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode.
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode.
4. Laporan arus kas selama periode.
5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain.
Menurut Harmono (2014, p.
193) modal kerja adalah aktiva lancar, sedangkan komponen aktiva lancar meliputi kas dan setara kas, piutang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya.
Sedangkan Menurut Djarwanto (2010, p. 87) modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka
pendek. Kelebihan ini disebut sebagai modal kerja bersih (net working capital), kelebihan ini merupakan jumlah aktiva lancar yang berasal dari utang jangka panjang dan modal sendiri.
Terdapat tiga konsep modal kerja yang pertama yaitu konsep kuantitatif (gross working capital) yang menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar. Kedua yaitu konsep kualitatip (net working capital) yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun para pemilik perusahaan. Ketiga yaitu konsep fungsionil yang ditinjau berdasarkan fungsinya menghasilkan pendapatan atau income.
Menurut James O. Gill dalam Kasmir (2010 p. 111) rasio perputaran kas (cash turnover) berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.
Menurut Kasmir (2010, p. 247) Perputaran Piutang digunakan untuk
6 mengukur berapa lama penagihan
piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berpiutar dalam satu periode. Makin tinggi perputaran piutang berarti makin rendah modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang. Sebaliknya, apabila perputaran piutang makin rendah, maka ada over investment dalam piutang.
Menurut Munawir (2004, p.
119) Perputaran persediaan menunjukan berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah.
Menurut Kasmir (2010, p. 224).
Perputaran modal kerja merupakan salah satu alat ukur untuk menentukan keberhasilan manajemen modal kerja yang ada didalam suatu perusahaan, dengan diketahui berapa hasil perputaran modal kerja, maka diketahui seberapa efektif modal kerja suatu perusahaan selama periode tertentu.
Rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi.
Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan (Fahmi, 2013).
Profit margin on sales atau rasio profit margin atau margin laba atas penjualan, merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dari penjualan yang dilakukan perusahaan.
Rasio ini mencerminkan efisiensi seluruh bagian, yaitu produksi, personalia, pemasaran, dan keuangan yang ada dalam perusahaan (Sudana, 2015).
3. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Eksplanatory (eksplanatory research).
Menurut Zulganef (2013, p. 11) penelitian explanatory adalah penelitian yang bertujuan menelaah kausalitas antar variabel yang menjelaskan suatu fenomena tertentu.
7 Sifat penelitian ini adalah
replikasi, yaitu suatu penelitian pengulangan dari penelitian-penelitian terdahulu yang serupa namun dengan sampel, variabel, dan periode yang berbeda. Dan dalam penelitian ini perbedaan terletak pada perusahaan yang diteliti, variabel penelitian, serta periode penelitian.
Populasi
Populasi (population) mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode penelitian tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 yaitu terdapat 143 perusahaan.
Sampel
Sampel (sample) adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dengan kata lain, sejumlah, tetapi tidak semua elemen populasi akan membentuk sampel (Sekaran, 2006), penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling).
Tabel 3.1
Perusahaan Manufaktur yang menjadi sampel penelitian No. Nama Perusahaan
1. Cahaya Kalbar Tbk. (CEKA) 2. Delta Djakarta Tbk. (DLTA) 3. Indofood VBP Sukses Makmur
Tbk. (ICBP)
4. Indofood Sukses Makmur Tbk.
(INDF)
5. Mayora Indah Tbk. (MYOR) 6. Nippon Indosari Corporindo Tbk.
(ROTI)
7. Sekar Bumi Tbk. (SKBM) 8. Sekar Laut Tbk. (SKLT) 9. Ultrajaya Milk Industry and
Tranding Company Tbk. (ULTJ) 10. Gudang Garam Tbk. (GGRM) 11. Wismilak Inti Makmur Tbk.
(WIIM)
12. Darya Varia Laboratoria Tbk.
(DVLA)
13. Kimia Farma Tbk. (KAEF) 14. Kalbe Farma Tbk. (KLBF) 15. Pyridam Farma Tbk. (PYFA) 16. Tempo Scan Pasific Tbk. (TSPC) 17. Mandom Indonesia Tbk. (TCID) Sumber : Data diolah, 2017
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini data-data perusahaan periode 2012-2015 yang telah disajikan pihak lain dalam laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Periode dalam penelitian ini menggunakan jangka waktu 4 tahun.
8 Definisi Operasional dan
Pengukuran Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas).
1. Variabel Dependen (Y) : Profitabilitas (NPM)
(Kasmir, 2010 p. 135)
2. Variabel Independen (X) : X1.Perputaran Kas
(Kasmir, 2010, p. 122) X2. Perputaran Piutang
(Kasmir, 2010, p. 127) X3. Perputaran Persediaan
(Kasmir, 2010, p. 129) X4. Perputaran Modal Kerja
(Kasmir, 2010, p. 131) Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan alam penelitian ini adalah analisis
regresi linier berganda. Rumus persamaan regresi linear berganda:
Y = a+b1x1+b2x2+b3x3+....+ bnxn Sebelum menganalisis data dengan uji regresi linier berganda, terlebih dahulu perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat apakah datanya terdistribusi normal, tidak ada heterokedastisitas, dan tiadak ada autokorelasi.
Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji t digunakan untuk menguji variabel- variabel independen secara individual berpengaruh dominan dengan taraf signifikansi 5%. Uji dominan (uji beta) digunakan untuk mengetahui variabel independen manakah yang memiliki pengaruh dominan terhadap variabel dependen. Coefficient of determination (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel dependen.
9 4. Hasil Penelitian dan
Pembahasan
Analisis Statistik Deskriptif Sampel Penelitian
N Mini mum
Maxim um
Mean Perputaran_
Kas
68 ,92 75,95 7,8327 Perputaran_
Piutang
68 2,79 315,92 18,454 9 Perputaran_
Persediaan
68 2,08 52,69 11,191 7 Peputaran_
Modal_Kerj a
68 ,78 5,42 2,3732
Net_Profit_
Margin
68 ,01 ,41 ,0911 Valid N
(listwise) 68
Sumber: Lampiran data diolah (Hasil SPSS), 2017
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heterokedastisitas.
Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen, atau keduannya berdistribusi secara normal, mendekati normal, ataukah tidak. Adapun uji normalitas dalam penelitian ini sebagai berikut :
Tabel 4.3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz ed Residual Kolmogorov-Smirnov Z 1,306 Asymp. Sig. (2-tailed) ,066
Sumber: Lampiran data diolah (Hasil SPSS), 2017
Gambar 4.1 Kurva Normal P-Plot
Sumber: Lampiran data diolah (Hasil SPSS), 2017
Asumsi Bebas Multikolinieritas Menurut Singgih Santoso (2000, p. 203) tujuan uji multikolinieritas adalah untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen.
Tabel 4.4
Uji Asumsi Bebas Multikolinieritas
Model Collinearity Statistics Tolerance VIF
1
Perputaran Kas ,643 1,555 Perputaran
Piutang
,939 1,065 Perputaran
Persediaan
,879 1,138
Perputaran ModalKerja
,600 1,667 Sumber: Lampiran data diolah (Hasil SPSS), 2017
10 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Lampiran data diolah (Hasil SPSS), 2017
Uji Autokorelasi
Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai Durbin Watson (Uji DW).
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi
Model Durbin-Watson
1 2,239
Sumber: Lampiran data diolah (Hasil SPSS), 2017
Hasil Uji Hipotesis
Penelitian ini menguji hipotesis -hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda.
Berikut ini merupakan hasil analisis regresi linear berganda:
Tabel 4.6 Koefisien Regresi
Model Unstandardized Coefficients
B Std.
Error
1
(Constant) ,136 ,021
Perputaran Kas ,000 ,001 Perputaran Piutang ,001 ,000 Perputaran
Persediaan
,001 ,001 Perputaran
ModalKerja
-,030 ,009
Sumber: Lampiran data diolah (Hasil SPSS), 2017
Uji secara Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji variabel-variabel independen secara individu berpengaruh dominan dengan taraf signifikan 5%.
Tabel 4.7 Uji parsial (Uji t)
Model T Sig.
1
(Constant) 6,434 ,000
Perputaran Kas ,342 ,734 Perputaran
Piutang
6,095 ,000 Perputaran
Persediaan
,987 ,328 Peputaran
Modal Kerja
-3,258 ,002
Sumber: Lampiran data diolah (Hasil SPSS), 2017
11 Uji Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen.
Tabel 4.8 Uji Simultan (Uji F)
Model Sig.
1
Regression ,000b Residual
Total
Sumber: Lampiran data diolah (Hasil SPSS), 2017
Uji Dominan (Uji Beta)
Uji dominan digunakan untuk mengetahui variabel independen manakah yang memiliki pengaruh dominan terhadap variabel dependen.
Uji dominan dapat dilakukan dengan menggunakan nilai koefisien beta, dimana nilai koefisien beta yang paling tinggi menunjukkan bahwa variabel independen tersebut memiliki pengaruh dominan terhadap variabel dependen.
Tabel 4.9 Uji Beta
Model Unstandardized Coefficients
B Std.
Error 1
(Constant) ,136 ,021
Perputaran Kas ,000 ,001 Perputaran Piutang ,001 ,000
Perputaran Persediaan
,001 ,001 Perputaran
ModalKerja
-,030 ,009
Sumber: Lampiran data diolah (Hasil SPSS), 2017
Uji Koefisien Determinan (R2)
Analisis koefisien determinasi digunakan untuk menunjukan proporsi variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. R2 mampu memberikan informasi mengenai variasi nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh model regresi yang digunakan. Apabila R2 mendekati angka satu berarti terdapat hubungan yang kuat. Nilai R2 yang diperoleh dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 4.10
Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Model R R Square
1 ,714a ,510
Sumber: Lampiran data diolah (Hasil SPSS), 2017
12 Pembahasan Hasil Penelitian
Pengaruh Secara Parsial Perputaran Kas Terhadap Profitabilitas
Berikut data perhitungan perputaran kas perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi tahun 2012- 2015 untuk mendukung hasil penelitian:
Gambar 4.3 Perputaran Kas
Sumber : data diolah, 2017
Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa perputaran kas pada tahun 2012- 2015 mengalami penurunan, tetapi Profitabilitas (NPM) pada tahun 2015 meningkat dari tahun sebelumnya meskipun perpuratannya mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan teori Menurut Harmono (2014, P.197) kas merupakan aktiva yang tidak produktif, dengan demikian sebaiknya seminimal mungkin berada diperusahaan. Atau dapat disimpulkan bahwa kas tidak menghasilkan laba tetapi tinggi rendahnya perputaran kas berhubungan
dengan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya.
Pengaruh Secara Parsial Perputaran Piutang terhadap profitabilitas
Hasil ini sesuai dengan teori yang mana semakin tinggi perputaran piutang berarti semakin efektif dan efisien manajemen piutang yang dilakukan perusahaan (Sudana, 2015).
Perputaran Piutang memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap profitabilitas, hal ini menandakan semakin cepat perputaran piutang maka berpengaruh terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan. Semakin cepat pengumpulan piutang maka kas yang terikat dalam piutang akan segera dapat digunakan untuk biaya operasional perusahaan sehingga perusahaan dapat meningkatkan profitabilitasnya.
Pengaruh Secara Parsial Perputaran Persediaan terhadap profitabilitas
Perputaran Persediaan tidak memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap profitabilitas, hal ini berarti semakin cepat perutaran persediaan, tidak mempengaruhi naiknya profitabilitas perusahaan.
Perputaran persediaan pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi
13 cenderung kecil atau rendah sehingga
banyak produk yang menumpuk di gudang sehingga bisa mengakibatkan penurunan profitabilitas perusahaan.
Pengaruh Secara Parsial Perputaran Modal Kerja terhadap profitabilitas
Penelitian ini memiliki hasil pengaruh secara signifikan degan arah negatif antara perputaran modal kerja dengan Profitabilitas (Net Profit Margin) yang artinya setiap penurunan variabel perputaran modal kerja maka profitabilitas mengalami kenaikan atau sebaliknya apabila kenaikan variabel perputaran modal kerja maka profitabilitas mengalami penurunan.
Gambar 4.4 Perputaran Modal Kerja
Sumber: data diolah, 2017
Pada gambar 4.4 dapat dilihat pada tahun 2013 ke tahun 2014 rata- rata perputaran modal kerja mengalami kenaikan, tetapi rata-rata profitabilitas (NPM) mengalami penurunan, dan sebaliknya saat tahun 2014 ke tahun 2015 yang mana perputaran modal kerja mengalami penurunan dari tahun sebelumnya tetapi rata-rata
profitabilitas (NPM) perusahaan mengalami kenaikan. Hal ini bisa disimpukan bahwa perputaran modal kerja terhadap profitabilitas (NPM) berpengaruh signifikan dengan arah negatif.
Pengaruh secara simultan perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan, dan perputaran modal kerja terhadap profitabilitas
Hasil pengujian hipotesis keempat yang dilakukan secara simultan dengan menggunakan uji F diperoleh hasil nilai signifikansi sebesar 0,000 yaitu lebih kecil dari 0,05. Berarti dapat disimpulkan bahwa variabel perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan, dan perputaran modal kerja memiliki pengaruh secara simultan yang signifikan dengan arah positif terhadap profitabilitas (NPM) pada industri barang konsumsi, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Noratika, 2013) dan (Rolos, Murni, &
S. Saer, 2014) yang menyatakan perputaran kas, perputarann piutang, perputaran persediaan, dan perputaran modal kerja memiliki pengaruh secara
14 simultan signifikan dengan arah positif
terhadap profitabilitas (NPM).
Variabel paling dominan terhadap profitabilitas
Dari hasil uji dominan menunjukkan bahwa perputaran piutang merupakan variabel yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap profitabilitas (Y) dengan nilai B sebesar 0,001. Perputaran piutang menandakan seberapa cepat perusahaan mampu untuk mengumpulkan piutangnya dari para pelanggan yang membeli barang secara kredit. Semakin cepat pengumpulan piutang maka kas yang terikat dalam piutang akan segera bisa digunakan untuk biaya operasional perusahaan agar kinerja perusahaan tetap lancar dan menghasilkan output untuk dijual kembali sehingga perusahaan dapat meneningkatkan profitabilitas dari penjualan produk.
Tingginya perputaran piutang pada industri barang konsumsi menunjukan semakin cepatnya perputaran piutang yang dilakukan perusahaan dalam satu tahun, yang artinya penjualan kredit perusahaan semakin meningkat yang diiringi dengan meningkatnya profitabilitas yang diterima.
5. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan sebagai berikut ini :
1. Perputaran Kas tidak memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap profitabilitas, hal itu menandakan semakin cepat perputaran kas tidak
mempengaruhi naiknya
profitabilitas, karena pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi pada tahun 2012- 2015 menggambarkan perputaran kas yang tinggi cendrung menghasilkan profitabilitas yang kecil.
2. Perputaran Piutang memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap profitabilitas, hal ini menandakan semakin cepat perputaran piutang maka berpengaruh terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan. Semakin cepat pengumpulan piutang maka kas yang terikat dalam piutang akan segera dapat digunakan untuk biaya operasional perusahaan
15 sehingga perusahaan dapat
meningkatkan profitabilitasnya.
3. Perputaran Persediaan tidak memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap profitabilitas, hal ini berarti semakin cepat perutaran persediaan, tidak mempengaruhi naiknya profitabilitas perusahaan.
Perputaran persediaan pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi cenderung kecil atau rendah sehingga banyak produk yang menumpuk di gudang sehingga bisa mengakibatkan penurunan profitabilitas perusahaan.
4. Perputaran Modal Kerja memiliki pengaruh signifikan secara parsial dengan arah negatif terhadap profitabilitas, hal ini menandakan semakin cepat perputaran modal kerja maka berpengaruh terhadap penurunan profitabilitas perusahaan atau sebaliknya.
Karena pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi pada tahun 2012-2015 menggambarkan perputaran modal kerja yang mengalami kenaikan, profitabilitas perusahaan
cenderung mengalami penurunan.
Dan saat perputaran modal kerja
mengalami penurunan,
profitabilitas perusahaan mengalami peningkatan.
5. Secara simultan variabel Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, dan Perputaran Modal Kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap Profitabilitas perusahaan (Net Profit Margin) perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2012 – 2015.
6. Diantara variabel Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Dan Perputaran Modal Kerja, variabel Perputaran Piutang merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan (Net Profit Margin), hal tersebut dibuktikan dengan nilai beta tertinggi di banding variabel lain.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan maupun pihak-pihak lain sebagai berikut:
16 1. Perusahaan manufaktur sektor
barang konsumsi harus mampu mengelola modal kerjanya dengan baik agar bisa lebih efektif, dengan cara memperhatikan tingkat perputaran kas yang bisa kontrol melalui perencanaan manajemen kas yang baik, memastikan perputaran piutang dan perputaran persediaan yang berputar secara cepat agar tidak ada piutang tak tertagih dan persediaan yang berlebihan sehingga profitabilitas perusahaan bisa stabil dan bahkan bisa meningkat.
2. Bagi investor harus selalu melakukan pengamatan terlebih dahulu sebelum melakukan investasi pada suatu perusahaan.
Diantaranya bisa dilihat dari kecepatan perputaran yang berhubungan dengan modal kerja perusahaan, sehingga bisa melihat apakah dari kecepatan perputaran modal kerja perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas.
Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan hal tersebut akan mengurangi resiko kerugian.
3. Peneliti selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan variabel
independen lain, objek lain dan periode yang berbeda dalam model penelitian sehingga akan mendapatkan hasil dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai manajemen modal kerja terhadap profitabilitas.
DAFTAR PUSTAKA
Djarwanto. (2010). Pokok-Pokok Anilisis Laporan Keuangan (Edisi ke-2 ed.). Yogyakarta:
BPFE.
Fahmi, I. (2013). Pengantar Manajemen Keuangan.
Bandung: Alfabeta.
Harmono. (2014). Manajemen Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Kartikahandi, H., Sinaga, R. U., &
Siregar, S. V. (2012).
Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS. Jakarta Selatan:
Salemba Empat.
Kasmir. (2010). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana Media Group.
Kasmir. (2013). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana.
Kementrian Industri Republik Indonesia. (2013). Retrieved April 18, 2017, from Manufaktur Ditopang Sektor
Barang Konsumsi:
http://www.kemenperin.go.id/
artikel/7014/Manufaktur-
17 Ditopang-Sektor-Barang-
Konsumsi
Kementrian Penindustrian Republik Indonesia. (2015). Retrieved April 19, 2017, from Kontribusi Industri Manufaktur Melesat:
http://www.kemenperin.go.id/
artikel/14532/Kontribusi- Industri-Manufaktur-Melesat Munawir. (2004). In Analisis Laporan
Keuangan Edisi 4.
Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Noratika, D. (2013). Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Piutang, Perputaran Kas Dan Perputaran Persediaan Terhadap Net Profit Margin (NPM) Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013.
1-20.
Riyanto, B. (2001). Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan (Edisi Ke-4 ed.). Yogyakarta:
BEFE.
Rolos, O. M., Murni, S., & S. Saer, I.
(2014). Modal Kerja Pengaruhnya Terhadap Net Profit Margin Pada Perusahaan Tambang Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal EMBA , 890-901.
Sekaran, U. (2006). Metodologi Penelitian untuk Bisnis (Edisi
Ke-4 ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Singgih, S. (2000). Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Sudana, I. M. (2015). Manajemen Keuangan Perusahaan.
Jakarta: Erlangga.
Zulganef. (2013). Metode Penelitian Sosial dan Bisnis (Edisi Pertama ed.). Yogyakarta:
Graha Ilmu.