• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh model pembelajaran dan pendekatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "pengaruh model pembelajaran dan pendekatan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Lambung Mangkurat pISSN: 2086-7328, eISSN: 2550-0716. Terindeks di SINTA(Peringkat 4), IPI, IOS, Google Scholar, MORAREF, BASE, Research Bib, SIS, TEI, ROAD dan Garuda.

Received : 09-06-2020, Accepted : 22-09-2020, Published : 31-10-2020

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR

PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

The Influence of Learning Model and Learning Approach Improved Toward Learning Achievement Students A Case Study on Solubility and

Solubility Product Subject

Andi Asmawati1*, Abdul Karim1, Ilham Nur Iman2

1Program Studi D-III Farmasi, STIKES Pelamonia Kesdam VI Wirabuana Jl. Garuda No.3 AD, Mariso, Makassar 90113, Sulawesi Selatan, Indonesia

2SMA Negeri 1 Makassar

Jl. G. Bawakaraeng No.53, Bontoala, Makassar 90111, Sulawesi Selatan, Indonesia

*email: [email protected]

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran terhadap hasil belajar peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 1 Makassar pada materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Penelitian ini meruapakan jenis penelitian eksperimen semu dengan menggunakan desain factorial 2x2. Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan secara porposive random sampling terpilih empat kelas, mulai XI IPA 1 – XI IPA 4. Kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving dan kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 menggunakan model pembelajaran langsung. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran.

Model pembelajaran menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah dan model pembelajaran langsung. Sedangkan pendekatan pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran kontekstual. Variabel terikat adalah hasil belajar peserta didik.

Pengumpulan data dengan pemberian tes hasil belajar. Dalam hal ini perhitungan hipotesis menggunakan spss 21.0. Hasil penelitian diperoleh (1) Hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model problem solving lebih tinggi dibanding model pembelajaran langsung, (2) Hasil belajar peserta didik dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih tinggi dibanding dengan pendekatan konstruktivisme, (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran terhadap hasil belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model problem solving disertai pendekatan kontekstual lebih memberikan pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik di SMAN 1 Makassar.

Kata kunci: model pembelajaran, pendekatan pembelajaran, hasil belajar, materi hasil kali kelarutan

Abstract. The study was examining the influence of the learning model and toward learning achievement of grade XI IPA students at SMAN 1 Makassar on solubility and solubility product subject. This research used a quasi- experimental research type using a 2x2 factorial design. Sample of the study was selected by purposive random sampling, which obtained four classes from grade XI IPA 1 to grade IPA 4. Courses taught using problem-solving learning model were grade XI IPA 1 and grade XI IPA 2 whereas, classes taught using direct learning model were grade XI IPA 3 and grade XI IPA 4.

The independent variable in this study was a model of learning and teaching approaches. The independent variables of the study were problem-solving

(2)

learning model, direct learning model, contextual learning approach, and constructivist learning approach. The dependent variable of the class was learning outcomes of Chemistry. Data were collected using the test of learning achievement. In this case, the calculation of the hypothesis uses SSS 21.0. The results of the study were (1) The learning outcomes of students using the problem-solving model were higher than the direct learning model, (2) The learning outcomes of students using the contextual approach were higher than the constructivist approach, (3) there was an interaction between the learning model and the learning on learning outcomes. So it can be concluded that learning with a problem-solving model accompanied by a contextual approach has more influence in improving student learning outcomes at SMAN 1 Makassar.

Keywords: learning models, learning approaches, learning outcomes, solubility products subject

PENDAHULUAN

Pada beberapa mata pelajaran eksakta termasuk kimia dalam proses pembelajarannya terbiasa menyajikan pembelajaran dengan urutan mengajarkan teori/teorema/definisi, serta memberikan contoh-contoh, lalu mengerjakan latihan soal-soal sehingga untuk menciptakan suasana belajar yang dapat membuat peserta didik lebih aktif mengikuti pelajaran merupakan tantangan bagi guru. Mengajar merupakan suatu aktivitas profesional yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi dan mencakup hal-hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan. Sekarang ini pengajar lebih dituntut berfungsi sebagai pengelola proses belajar mengajar yang melaksanakan tugas yaitu dalam merencanakan, mengatur, mengarahkan, dan mengevaluasi. Keberhasilan dalam belajar mengajar sangat tergantung pada kemampuan pengajar dalam merencanakan model yang akan digunakan, yang diharapkan dapat membantu mencapai tujuan belajar peserta didik, sampai bagaimana proses peserta didik mencapai tujuan tersebut, dan sarana apa saja yang diperlukan (Mudjiono, 2006). Kita ketahui, model pembelajaran adalah hal penting yang harus diketahui seorang guru, karena guru yang profesional telah mengetahui model pembelajaran apa yang akan digunakan sebelum masuk memberikan pembelajaran, model pembelajaran juga berbeda-beda tergantung kebutuhan pengajar dan kondisi kelasnya. Pentingnya pendekatan dan strategi dalam proses pembelajaran dalam pendidikan, maka pendidik dituntut profesionalitasnya dalam mengembangkan pendekatan dan strategi tersebut. Pendidik jua harus mengetahui keunggulan dan kelemahan masing-masing model pendekatan dan strategi yang akan digunakan serta menentukan yang paling tepat sehingga peserta didik dapat lebih aktif dan kritis dalam proses pembelajran dan yang paling penting dalam strategi pembelajaran dengan model pendekatan ini dapat dengan mudah apa yang jadi tujuan dalam pendidikan tercapai dengan baik (Anggraeni, 2019).

Salah satu masalah yang sering dihadapi guru adalah bagaimana menciptakan pembelajaran yang kondusif dan lancar, namun seiring dengan perkembangan dan kemajuan pendidikan saat ini, dunia pendidikan banyak melahirkan model pembelajaran baru yang akhirnya bisa digunakan dalam proses pembelajaran tentunya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kelas masing-masing.

Model pembelajaran problem solving contohnya, adalah model pembelajaran yang bisa membantu mengatasi masalah di dalam kelas, kadang model pembelajaran ini digunakan pada kondisi kelas dengan peserta didik yang aktif bertanya dan mengerjakan soal, sehingga dapat dikatakan peserta didik lebih berperan untuk belajar dan memperoleh informasi sendiri (Putri, Leny, & Mahdian, 2019).

(3)

Model pembelajaran problem solving (pemecahan masalah) secara konkrit merupakan model pembelajaran yang dapat membantu aktivitas peserta didik dalam memecahkan masalah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Killen (1998) bahwa

“problem solving is teaching students how to solve problems”. Benjamin (1993) juga memberikan pernyataan yang hampir sama bahwa “problem solving methods as ways to solve a task”. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah merupakan suatu cara yang lahir dari perubahan mendasar tentang cara belajar peserta didik (Rusman, 2011). Belajar tidak lagi dipandang sebagai proses menerima informasi untuk disimpan di memori peserta didik, tetapi mendekati setiap persoalan dengan pengetahuan yang telah peserta didik miliki sebelumnya, mengasimilasi informasi baru dan membangun pengertian sendiri (Sulistyaningkarti, Utami, & Haryono, 2015). (Suriana, 2016). Lalu, dalam model pembelajaran problem solving, jika diberikan kepada peserta didik yang kurang inisiatif atau enggang dalam mencoba memecahkan maka disinilah peran pendekatan pembelajaran dipadukan dengan model pembelajaran (Putri et al, 2019).

(Djamarah, 2006). Terlebih jika guru menggunakan model pembelajaran langsung harus menngunakan berbagai pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik atau kondisi kelas. Karena model pembelajaran langsung sudah lama diterpkan oleh pengajar agar bias mengaktifkan atau meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Selain model pembelajaran hal lain yang bisa dilakukan guru untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif, adalah melakukan pendekatan pembelajaran. Pendekatan juga berbeda-beda, pendekatan juga digunakan sesuai dengan kondisi kelas dan peserta didiknya. Pendekatan pembelajaran yang baik apabila dapat berinteraksi dengan model pembelajarannya, pendekatan yang biasa digunakan adalah pendekatan kontekstual atau sesuai konteks lingkungan dan keadaannya, jika kita hubungkan dengan model problem solving dapat memudahkan peserta didik memahami materi pelajaran, karena selain dengan keaktifan peserta didik, guru juga menghubungkannya sesuai dengan konteks atau lingkungannya, sehingga mudah dipahami (Hung, Hwang, & Huang, 2012;Rodriguez, Bain, Hux, & Towns, 2019). Pendekatan lain yang biasa digunakan adalah pendekatan konstruktivisme. Jika dihubungkan dengan model pemecahan masalah, dapat membantu peserta didik mengkonstruksi sendiri pemahamannya yang diperoleh dari pengalaman belajar yang bermakna (Pratiwi, 2019;Akben, 2020; Frey, McDaniel, Bunce, Cahill, & Perry, 2020). Dalam proses pembelajarannya, pendekatan konstruktivisme tidak langsung memberikan pengetahuan baru dalam bentuk jadi (final), tetapi peserta didik membentuk pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya, sehingga peran peserta didik lebih besar dalam memperoleh pengetahuannya sendiri (Depdiknas, 2002).

Pendekatan kontekstual dan pendekatan konstruktivisme dapat juga digunakan pada model pembelajaran langsung. Menggunakan pendekatan kontekstual pada model pembelajaran langsung dapat membantu peserta didik dalam proses pembelajarannya. Peserta didik akan diberikan pemahaman yang berhubungan dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari atau lingkungan sekitarnya. Peserta didik tidak akan susah untuk mengerti materi yang diberikan oleh guru dan jika ada masalah yang muncul saat proses pembelajaran seperti menjelaskan dan memberikan contoh, peserta didik tidak akan pusing menghayal atau membandingkan yang belum pernah peserta didik ketahui. Sedangkan model pembelajaran langsung yang diberikan pendekatan konstruktivisme, pada proses pembelajarannya diberikan materi secara langsung, yang berbeda peserta didiknya yang berusaha mengkonstruk pengetahuan sementara yang telah diberikan

(4)

sebelumnya oleh guru, lalu mengembangkan dan mendapatkan pengetahuan yang baru, sehingga peserta didik mempunyai jenis pengetahuan yang berbeda-beda sebelum sampai di tujuan pembelajarannya.

Penelitian seblumnya untuk materi Hasil kali Kelarutan yaitu oleh (Hidayah, 2013) disimpulkan bahwa model Pembelajaran Problem Solving efektif terhadap hasil belajar siswa SMAN 1 Pemalang materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, (Larassati, 2010) disimpulkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa dengan pembelajaran quantum dengan pemeblajaran konstektual, (Nadi & Saputro, 2016) menyimpulkan bahwa ada pengaruh metode problem solving secara algoritmik dan herusirtik terhadap aspek pengetahuan peserta didik, dan penelitian yang dilakukan oleh (Sulistyanngkarti, 2016;Sun, Shute, Stewart, Yonehiro, Duran, & D'Mello, 2020). disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar denngan menggunakan model problem solving. Kemudian, penelitian lain disimpulkan bahwa Pembelajaran Kimia melalui pendekatan CTL dengan Metode GI dan Proyek Berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotorik siswa (Ariesta, Ariani, Retno, & Haryono, 2013). Dari penelitian yang telah dilakukan belum ada yang melakukan penelitian dengan membandingkan dua model pembelajran dan dua pendekatan sekaligus. Sehingga berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran dan Pendekatan Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik SMA Negeri 1 Makassar Pada Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan”.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, 1) Apakah ada perbedaan hasil belajar peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran pemecahan masalah dan model pembelajaran langsung ?, 2) Apakah ada perbedaan hasil belajar peserta didik yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme dan pendekatan pembelajaran kontekstual ?, dan 3) Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran terhadap hasil belajar ?

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik quasi eksperimen (eksperimen semu) yang terdiri atas dua variabel, yaitu: variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah model pembelajaran, antara lain: model pembelajaran pemecahan masalah, model pembelajaran langsung, dan pendekatan pembelajaran, antara lain: pendekatan pembelajaran konstruktivisme, dan pendekatan pembelajaran kontekstual. Sedangkan variabel terikat (dependent) yaitu hasil belajar kimia. pengambilan sampel secara porposive random sampling dan diambil sampel sebanyak empat kelas, yaitu kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, dan XI IPA 4. Adapun Desain Penelitian menggunakan 4 kelas.

Desain factorial 2x2 merupakan jenis desain riset yang digunakan.

Pengumpulan data dengan pemberian tes hasil belajar. Dalam hal ini perhitungan hipotesis menggunakan spss 20.0. Desain faktorial 2x2 yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah dua model embelajaran yaitu Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Problem Solving dan Model Pembelajaran langsung dengan dua jenis pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan konstruktivisme dan konstektual .

(5)

Tabel 1. Desain penelitian

Model Pembelajaran Pendekatan Pembelajaran

Pemecahan Masalah (A1)

Langsung (A2) Konstruktivisme

(B1) A1B1 A2B1

Kontekstual

(B2) A1B2 A2B2

(Sugiyono, 2008)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian

Statistik deskriptif hasil belajar peserta didik pada semua kelompok disajikan dalam tabel 2 berikut:

Tabel 2. Deskriptif rata-rata hasil penelitian Model Pembelajaran

Pendekatan Pembelajaran

Pemecahan

Masalah (A1) Langsung (A2) Rata -rata

Konstruktivisme

(B1) 75.00 76.49 75,7

Kontekstual

(B2) 76.67 70,45

73,5

Rata-rata 75,83 73,47 74,6

Dari data pada tabel 2 di atas menunjukkan, rata-rata hasil belajar peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran pemecahan masalah dengan pendekatan kontekstual lebih tinggi, dan yang paling rendah adalah peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran langsung dan pendekatan kontekstual.

Secara terperinci perbedaan antara model pembelajaran dalam tabel 3 dan pendekatan pembelajaran yang disajikan dalam tabel 4.

Tabel 3. Deskriptif hasil penelitian berdasarkan model pembelajaran Statistik Model Pembelajaran

Pemecahan Masalah

Model Pembelajaran Langsung

Skor tertinggi 90 85

Skor terendah 60 65

Rentang Skor 30 20

Skor rata-rata 75,83 73,47

Tabel 4. Deskriptif hasil penelitian berdasarkan pendekatan pembelajaran Statistik Pendekatan Pembelajaran

Konstruktivisme

Pendekatan Pembelajan Kontekstual

Skor tertinggi 90 90

Skor terendah 60 55

Rentang Skor 30 25

Skor rata-rata 75,74 73,56

(6)

Hasil Pengujian Hipotesis Pengujian Prasyarat Analisis

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas berbantuan SPSS 21.0. Uji normalitas dilakukan dengan Kolmogorov Smirnov yang ditunjukkan pada tabel 5 berikut:

Tabel 5. Hasil uji normalitas model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran dengan kolmogorov smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Residual for Hasil_Belajar

Kolmogorov-Smirnov Z 1.289

Asymp. Sig. (2-tailed) 0 .072

Dari tabel 5 untuk model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran dengan menggunakan metode Kolmogorov Smirnov menunjukkan nilai p > α (0,05) yang mengindikasikan bahwa data berasal dari populasi yang terdistribusi normal.

Kemudian, untuk uji homogenitas digunakan metode Levene's Test of Equality of Error Variances yang ditunjukkan pada tabel 6 berikut:

Tabel 6. Tes homogenitas model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:Hasil_Belajar

F df1 df2 Sig.

.553 3 135 .647

Dari tabel 6 untuk model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran menunjukkan nilai p > α (0,05), ini berarti tidak ada perbedaan varians (homogen untuk setiap kelompok).

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis varian dua arah. Hasil analisis varian dua arah dengan General Linear Model Univariat ditunjukkan pada Tabel 7 berikut:

Tabel 7. Hasil pengujian hipotesis pengaruh model pembelajaran dan pendekatanpembelajaran terhadap hasil belajar

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Hasil_Belajar Source

Type III Sum of Square

Df Mean

Square F Sig.

Model_Pembelajaran 280.722 1 280.722 6.172 .014

Pendekatan_Pembelajaran 184.286 1 184.286 4.052 .046 Model_Pembelajaran *

Pendekatan_Pembelajara

650.175 1 650.175 14.29 .000

(7)

Dari tabel 7 di atas tentang pengujian hipotesis pengaruh pengaruh model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran terhadap hasil belajar, maka dapat diperoleh hasil bahwa:

 Untuk hipotesis pertama, berdasarkan hasil analisis yang dilihat pada tabel 4.6 diperoleh nilai p sebesar 0,014 dimana nilai ini < α (0,05), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar.

 Untuk hipotesis kedua, berdasarkan hasil analisis yang dilihat pada tabel 4.6 diperoleh nilai p sebesar 0,046 dimana nilai ini α < (0,05), sehingga H0

ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap hasil belajar.

 Untuk hipotesis ketiga, berdasarkan hasil analisis yang dilihat pada tabel 4.6 diperoleh nilai p sebesar 0,000 dimana nilai ini < α (0,05), sehingga H0

ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran terhadap hasil belajar peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 1 Makassar (Studi pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan).

Pembahasan

Pada pembahasan ini, akan dibahas model pembelajaran apa yang paling berpengaruh, pendekatan apa yang paling berpengaruh, serta apakah ada interaksi antara model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran terhadap hasil belajar peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Makassar.

Pengaruh Model Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Peserta Didik kelas XI SMA Negeri 1 Makassar

Hasil penelitian terhadap hasil belajar peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Makassar menunjukkan adanya perbedaan pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar dengan nilai signifikan untuk model pembelajaran pemecahan masalah sebesar 75,83. Harus diakui bahwa peserta didik lebih bersemangat dan memperhatikan apa yang diajarkan jika diberikan suatu masalah baik itu dalam bentuk soal di papan tulis ataupun tugas untuk mencari suatu teori yang berhubungan dengan materi pokok pembelajarannya, dalam hal ini kelarutan dan hasil kali kelarutan. Kemampuan peserta didik juga dengan mudah terbentuk dengan sendirinya, karena ada kemauan untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, tetapi kekurangan dasar dari suatu model pembelajaran ini kembali ke peserta didiknya, karena jika peserta didik dari awal pembelajaran tidak mempunyai kemauan untuk berpikir menjawab dan menyelesaikan masalah yang diberikan, maka akan sulit bagi peserta didik untuk memulai di pertengahan proses pembelajaran dan tentunya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya.

Sedangkan nilai signifikan untuk model pembelajaran langsung sebesar 73,47. Pada proses pembelajarannya di kelas memang cukup baik apalagi guru memberikan informasi secara bertahap, sehingga peserta didik tidak akan kesulitan untuk mengerti. Kekurangannya ada pada pengetahuan yang diperoleh peserta didik, kalau dengan model pembelajaran pemecahan masalah peserta didik mampu menyimpulkan informasi yang diperoleh untuk memperoleh pengetahuan dan menjawab permasalahan, tetapi dengan model pembelajaran langsung peserta memperoleh pengetahuan bersama-sama dan pengetahuan yang dimiliki peserta didik hampir sama dengan peserta didik lainnya. Sedangkan untuk hipotesisnya, model pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar dengan nilai signifikan dengan nilai p < α yaitu 0.014 < 0.05. Berdasarkan data tersebut, terlihat adanya

(8)

perbedaan antara pengaruh model pembelajaran pemecahan masalah dan model pembelajaran langsung.

Model pembelajaran yang paling berpengaruh adalah model pembelajaran pemecahan masalah dibandingkan model pembelajaran langsung, salah satu hal yang bisa dilihat pada proses pembelajaran di dalam kelas, yaitu tingginya keaktifan peserta didik untuk mengerjakan soal, berdiskusi untuk menjawab suatu masalah.

Sedangkan model pembelajaran langsung meskipun menggunakan metode konvensional, tetapi kelebihan dari metode ini peserta didik dapat memperoleh pengetahuan secara bertahap dan berurutan sehingga dapat dengan mudah dimengerti.

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Peserta Didik kelas XI SMA Negeri 1 Makassar

Adapun perbedaan pengaruh pendekatan terhadap hasil belajar yang dapat membantu proses pembelajaran dalam kelas, dengan menyesuaikan dengan model pembelajaran yang sesuai dengan pendekatannya. Pada penelitian ini diperoleh nilai signifikan pendekatan pembelajaran konstruktivisme sebesar 75,74. Pendekatan pembelajaran konstruktivisme sangat baik digunakan dalam kelas, karena peserta didik diminta untuk membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan apa yang dipelajarinya, sehingga masing-masing peserta didik akan berbeda di pengetahuan awalnya, tetapi tetap sampai pada tujuan yang sama. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas, terjadi interaksi yang baik antara guru dan peserta didik baik saat menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah ataupun model pembelajaran langsung, terlihat peserta didik berusaha dengan kemampuannya masing-masing berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki masing-masing mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru.

Sedangkan nilai signifikan untuk pendekatan pembelajaran kontekstual sebesar 73,56. Pendekatan pembelajaran kontekstual juga berjalan dengan baik dalam kelas, interaksi yang terjadi antara guru dan peserta didik pun berbeda dengan pendekatan konstruktivisme, terlihat guru dalam menjelaskan materi pelajaran memberikan contoh dan menjelaskan selalu menghubungkan dengan keadaan sekitar sehingga peserta didik dengan mudah mengerti materi yang diberikan oleh guru dan peserta didik akan lebih mudah mengingat materi yang diberikan karena dihubungkan dengan keadaan sehari-harinya (Nasutiotion, 2000).

Adapun nilai signifikansi pendekatan pembelajaran berdasarkan hipotesis dengan nilai p < α yaitu 0.046 < 0.05. Berdasarkan nilai signifikan tersebut, artinya ada perbedaan pengaruh antara pendekatan pembelajaran yang diberikan dalam kelas, dalam hal ini pendekatan pembelajaran konstruktivisme lebih berpengaruh terhadap hasil belajar daripada pendekatan pembelajaran kontekstual. Kita ketahui bahwa pendekatan pembelajaran adalah nafas dari model pembelajaran, artinya jika terdapat pendekatan pembelajaran dalam proses pembelajaran dan sesuai kondisi kelas, diharapkan dapat melengkapi model pembelajaran yang digunakan pada materi yang akan diajarkan, sehingga dapat membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Telah diketahui bahwa untuk memperoleh hasil belajar yang baik dibutuhkan proses pembelajaran yang baik juga, dimana peran guru sangat penting dalam menentukan bagaimana menyampaikan materi pembelajaran di dalam kelas, karena pemahaman yang baik yang diperoleh oleh peserta didik dipengaruhi cara guru dalam menyampaikannya, sehingga guru selain harus betul-betul bisa memilih model pembelajaran yang digunakan juga mampu menentukan pendekatan pembelajaran apa yang sesuai untuk digunakan dalam kelas. (Sutresna, 2006)

(9)

Interaksi antara Model pembelajaran dan Pendekatan Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Peserta Didik kelas XI SMA Negeri 1 Makassar

Interaksi yang dimaksud disini adalah hubungan antara model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran atau aksi dalam proses pembelajaran yang didalamnya terdapat hubungan antara guru dan peserta didik sehingga adanya perubahan tingkah laku. Dalam penelitian eksperimen ini digunakan dua model pembelajaran yaitu; model pembelajaran pemecahan masalah dan model pembelajaran langsung, serta ada dua pendekatan yang juga digunakan yaitu, pendekatan konstruktivisme dan pendekatan kontekstual. Artinya ada empat kelas yang digunakan, sehingga tidak adanya kelas kontrol yang dipakai, tetapi keempat kelas tersebut dibandingkan dalam hal penggunaan model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran terhadap hasil belajar dengan nilai signifikan, dengan nilai p < α yaitu 0.000 < 0.05 artinya ada interaksi yang terjadi dalam kelas karena diberikan perlakuan berupa model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran terhadap hasil belajar peserta didik, baik itu dalam bentuk interaksi guru dan peserta didik dalam memperoleh pengetahuan baru, maupun dampak positif bagi peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran tentunya pembelajaran akan lebih bermakna.

Sehubungan dengan di atas, lalu pada penelitian eksperimen ini diperoleh juga nilai signifikan untuk normalitas pengaruh model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran sebesar 0,072, dan nilai signifikan untuk homogenitas sebesar 0,647.

Artinya dalam penelitian eksperimen ini, data hasil belajar yang diperoleh dianggap telah berdistribusi normal dan homogen berdasarkan model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Adapun grafik model pembelajaran yang diberikan pendekatan pembelajaran sebagai berikut.

Gambar 1. Plot antara model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran Konstruktivisme Kontekstual

Problem-Solving Langsung

(10)

Gambar 1 menunjukkan adanya plot antara model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran. Terlihat pada grafik, nilai peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran pemecahan masalah dengan pendekatan konstruktivisme mempunyai nilai lebih tinggi, dibandingkan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual dengan nilai yang rendah. Berbanding terbalik dengan model pembelajaran langsung dengan pendekatan konstruktivisme dengan nilai yang sangat tinggi dibandingkan model pembelajaran pemecahan masalah dengan pendekatan kontekstual. Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan langkah pembelajaran (RPP) yang diterapkan oleh guru, namun terdapat perbedaan pada langkah pembelajaran (RPP) yang digunakan pada masing-masing kelas karena setiap kelas yang diteliti menggunakan model pembelajaran yang telah diberikan pendekatan pembelajaran yang berbeda dari kelas lainnya, sehingga penyajian materi dan cara peserta didik memperoleh informasi serta pelaksanaannya berbeda pada masing-masing kelas.

Penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa Hasil belajar peserta didik pada kelas pertama, dengan model pembelajaran problem solving disertai pendekatan konstruktivisme memiliki rata-rata sebesar 75,00. Pada kelas kedua yang menggunakan model pembelajaran langsung disertai pendekatan konstruktivisme diperoleh rata-rata sebesar 76,49. Pada kelas ketiga dengan model pembelajaran problem solving disertai pendekatan kontekstual diperoleh rata-rata sebesar 76,67.

Pada kelas keempat yang menggunakan model pembelajaran langsung disertai pendekatan kontekstual diperoleh rata-rata sebesar 70,45.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan oleh pneliti seblumnya untuk materi Hasil kali Kelarutan yaitu oleh (Hidayah, 2013) disimpulkan bahwa model Pembelajaran Problem Solving efektif terhadap hasil belajar siswa SMAN 1 Pemalang materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, (Larassati, 2010) disimpulkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa dengan pembelajaran quantum dengan pemeblajaran konstektual, (Nadi & Saputro, 2016) menyimpulkan bahawa ada pengaruh metode problem solving secara algoritmik dan herusirtik terhadap aspek pengetahuan peserta didik, dan penelitian yang dilakukan oleh (Sulistyanngkarti L, 2016) disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar denngan menggunakan model problem solving.

Yang mana penelitian-penelitian sebelumnya hanya menerapkan satu model atau satu model disertai satu pendekatan atau membandingkan satu model dengan model lainnya. Berbeda dengan penelitian ini yang membandingkan dua model pembelajaran dan dua pendekatan pembelajaran.

SIMPULAN

Terdapat perbedaan interaksi masing-masing kelas terhadap hasil belajar peserta didik yang diberikan model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran, dalam penelitian ini interaksi antara model pembelajaran langsung dengan pendekatan konstruktivisme yang paling baik nilai hasil belajarnya dibandingkan kelas lain yang juga diberikan model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran yang berbeda pula. Hasil penelitian diperoleh (1) Hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model problem solving lebih tinggi dibanding model pembelajaran langsung, (2) Hasil belajar peserta didik dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih tinggi dibanding dengan pendekatan konstruktivisme, (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran terhadap hasil belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model problem

(11)

solving disertai pendekatan kontekstual lebih memberikan pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik di SMAN 1 Makassar.

DAFTAR RUJUKAN

Akben, N. (2020). Effects of the problem-posing approach on students’ problem solving skills and metacognitive awareness in science education. Research in Science Education, 50(3), 1143-1165.

Anggraeni, N. E. (2019). Strategi Pembelajaran Dengan Model Pendekatan Pada Peserta Didik Agar Tercapainya Tujuan Pendidikan Di Era Globalisasi. ScienceEdu, 72-79.

Ariesta, N., Ariani, D., Retno, S., & Haryono, H. (2013). Pengaruh pembelajaran kimia dengan pendekatan CTL (contextual teaching and learning) melalui metode guided inquiry dan proyek terhadap prestasi belajar ditinjau dari kemampuan matematik siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI IPA SMA. Jurnal Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret, 2(3), 59-67.

Djamarah. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Frey, R. F., McDaniel, M. A., Bunce, D. M., Cahill, M. J., & Perry, M. D. (2020).

Using Students’ Concept-building Tendencies to Better Characterize Average-Performing Student Learning and Problem-Solving Approaches in General Chemistry. CBE—Life Sciences Education, 19(3).

Hidayah, N., Soeprodjo, S., & Latifah, L. (2014). Keefektifan Model Pembelajaran Problem Based Instruction Terhadap Hasil Belajar. Chemistry in Education, 3(1).

Hung, C. M., Hwang, G. J., & Huang, I. (2012). A project-based digital storytelling approach for improving students' learning motivation, problem-solving competence and learning achievement. Journal of Educational Technology

& Society, 15(4), 368-379.

Larassati, S. (2010). Perbedaan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Pembelajaran Konstektual dan Pembelajaran Quantum Studi kasus Pada kOnsep Kelarutan dan hasil kali kelarutan. Jakarta: Program Studi Pendidikan Kimia UIN SYarif Hidayahtullah.

Mudjiono, D. d. (2006). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Nadi, C. Y., ES, W. A., & Saputro, S. (2016). Pengaruh Metode Problem Solving Secara Algoritmik & Heuristik Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Kemampuan Metakognisi Siswa Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI MIA di SMAN 5 Surakarta. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 5(1), 125-133.

Nasutiontion. (2000). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.

Jakarta: Bina Aksara.

Pratiwi, M. (2019). Student Tutoring, Facilitator and Explaining Models: A Problem Solving Metacognition towards Learning Achievements of Informatics Students. Journal of Educational Sciences, 3(2), 145-154.

Putri, N. S., Leny, L., & Mahdian, M. (2019). Penerapan Model Problem Solving Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Stoikiometri. JCAE (Journal of Chemistry And Education), 3(2), 55-63.

Rodriguez, J. M. G., Bain, K., Hux, N. P., & Towns, M. H. (2019). Productive features of problem solving in chemical kinetics: More than just algorithmic manipulation of variables. Chemistry Education Research and Practice, 20(1), 175-186.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

(12)

Sulistyaningkarti, L., Utami, B., & Haryono, H. (2015). Penggunaan Model Pembelajaran Problem Solving Dilengkapi LKS untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret, 5(2), 1-9.

Sugiyono. (2008). Model Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sun, C., Shute, V. J., Stewart, A., Yonehiro, J., Duran, N., & D'Mello, S. (2020).

Towards a generalized competency model of collaborative problem solving. Computers & Education, 143, 103672.

Suriana, S., Halim, A., & Mursal, M. (2016). Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Berbasis Eksperimen Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Usaha dan Energi Ditinjau dari Gaya Berpikir Siswa di MAN Rukoh Banda Aceh. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (Indonesian Journal of Science Education), 4(1), 127-139.

Sutresna. (2006). Penilaian hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rodakarya.

Referensi

Dokumen terkait