• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh model pembelajaran kooperatif tutor sebaya

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh model pembelajaran kooperatif tutor sebaya"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP N 10 PADANG

JURNAL

Oleh : ANCE EFRIDA NPM. 09020122

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)
(3)

Pendidikan menduduki peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) seperti kemampuan sosial, spiritual, intelektual maupun kemampuan profesional, karena manusia yang memiliki kualitas yang baik merupakan kekuatan utama dalam mensukseskan pembangunan. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokrasi sehingga bertanggung jawab.

Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, pemerintah telah merencanakan menciptakan sumber daya manusia yang berpendidikan, beriman, bertaqwa, berbudi pekerti luhur dan memiliki pengetahuan dan kemampuan.

Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan kegiatan dibidang pendidikan adalah meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan hasil belajar baik formal maupun non formal. Salah satu bentuk pendidikan formal tersebut adalah pendidikan yang dilaksanakan di sekolah.

Sekolah merupakan sarana yang sangat penting dalam pembinaan Sumber Daya Manusia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Proses Belajar Mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Agar tujuan pendidikan dan pengajaran berjalan dengan benar maka perlu pengadministrasian kegiatan belajar mengajar yang lazim disebut administrasi kurikulum.

Dalam kaitannya meningkatkan mutu pendidikan, Nana (2009:22) menegaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya dan pada hakekatnya hasil belajar adalah perubahan tingkah laku. Diantara yang mempengaruhi hasil belajar tersebut adalah guru.

Tugas dan peranan guru antara lain menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.

Didalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan oleh guru (Slameto, 2010:35).

Dalam mengembangkan kemampuan mengajar guru tersebut, seorang guru akan menggunakan metode dalam melakukan pembelajaran dan

dalam pembelajaran adalah dengan melakukan pendekatan konvensional.

Pendekatan konvensional ditandai dengan guru lebih banyak mengajarkan tentang konsep- konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan.

Disini terlihat bahwa pendekatan konvensional yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu.

Seorang guru dituntut untuk menguasai berbagai model-model pembelajaran, melalui model pembelajaran yang digunakannya akan dapat memberikan nilai tambah bagi anak didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dari proses pembelajarannya adalah hasil belajar yang optimal atau maksimal. Memang, model pembelajaran konvensional ini tidak harus kita tinggal, dan guru mesti melakukan model konvensional pada setiap pertemuan, setidak- tidaknya pada awal proses pembelajaran dilakukan.

Kita memberikan kepada anak didik sebelum kita menggunakan model pembelajaran yang akan dipergunakan.

Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh dalam melaksanakannya dan mencakup berbagai aspek, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Nana, 2009:22), sehingga dalam pengukuran tingkat keberhasilannya selain dilihat dari segi kuantitas juga dari kualitas yang telah dilakukan di sekolah- sekolah, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai di sekolah.

Kemudian Dimyati dan Mudjiono (2006:200), menjelaskan hasil belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, tingkat keberhasilan tersebut ditandai dengan skala nilai berupa huruf, kata atau simbol. Hasil belajar yang ingin dicapai harus tercermin dalam tujuan pengajaran (tujuan instruksional), sebab tujuan itulah yang akan dicapai oleh proses pembelajaran, dengan kata lain hasil belajar merupakan apa yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran dengan standar ukur sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh masing-masing sekolah.

Berdasarkan hasil dari observasi yang peneliti lakukan dalam pembelajaran IPS di SMP N 10 Padang, ternyata pembelajaran IPS disekolah ini masih belum efektif, hal ini terlihat dari hasil belajar IPS siswa kelas VIII di sekolah ini masih tergolong rendah. Beberapa penyebab rendahnya hasil belajar siswa ditinjau dari cara belajar yang dilakukan siswa, diketahui ada beberapa hal penyebab rendahnya hasil belajar siswa.

(4)

Diantaranya adalah kurangnya motivasi siswa untuk belajar, saat guru menerangkan pelajaran sebagian besar siswa tidak memperhatikan dengan serius dan hanya mencatat, tetapi tidak memahami isi materi pelajaran.

Penyebab rendahnya nilai belajar IPS siswa disebabkan oleh, siswa yang merasa takut untuk bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dalam belajar. Siswa cenderung diam dan tidak mau bertanya kepada guru tentang kesulitan yang dihadapinya. Rasa tidak percaya diri dan rasa takut salah sehingga akan ditertawakan teman-teman satu kelas akan membayangi siswa, sehingga siswa lebih memilih diam dari pada bertanya.

Salah satu contohnya ada soal latihan yang sulit, siswa cepat menyerah dan tidak berusaha untuk menyelesaikannya, sehingga dalam menyelesaikan soal latihan selalu menunggu hasil dari temannya yang belum tentu benar jawabannya.

Hal ini terlihat dari hasil pekerjaan siswa yang rata- rata jawabannya sama persis antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Penyelesaian soal–soal latihan biasanya didominasi oleh siswa yang berkemampuan tinggi, sebaliknya siswa yang berkemampuan rendah kurang berperan dalam penyelesaian soal-soal latihan yang diberikan oleh guru.

Di samping itu pembelajaran di kelas lebih terpusat pada guru, sehingga kurangnya keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan akibatnya kurangnya interaksi antara siswa dengan guru dalam setiap pertemuan. Hal-hal inilah yang menjadi indikator atau penyebab dari rendahnya nilai pelajaran IPS siswa pada SMP N 10 Padang.

Tabel berikut ini menggambarkan rata-rata ujian MID semester 1 IPS kelas VIII SMPN 10 Padang.

Tabel Nilai Rata–Rata Ujian mid semester 1 IPS Kelas VIII SMP Negeri 10 Padang Tahun Pelajaran 2014/2015

Kelas Rata- UlangRata Harian Sejarah

(KriteriaKKM Ketuntasan

Minimal) Jumlah

Siswa Jumlah Siswa TuntasYang

Jumlah Siswa Yang

Tidak Tuntas

VIII A 63 78 32 4 28

VIII B 71 78 31 15 16

VIII C 60 78 32 2 30

VIII D 62 78 32 3 29

VIII E 72 78 30 10 20

VIII F 64 78 31 4 27

VIII G 64 78 32 2 30

VIII H 64 78 32 3 29

Sumber Tata Usaha SMP Negeri 10 Padang, 2014 Dari Tabel dapat dilihat bahwa masih banyak kelompok siswa yang belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan minimal). KKM yang ditentukan oleh sekolah adalah 78. Dari 8 kelas yang ada, tidak satupun kelas secara keseluruhan yang mencapai mencapai KKM yang ditetapkan sekolah.

Di samping permasalahan yang terjadi, dalam proses belajar yaitu siswa yang berprestasi tinggi cendrung membuat kelompok siswa kreatif tersendiri. Sehingga ketika guru menerangkan materi pembelajaran, yang menanggapi hanya siswa yang memiliki prestasi itu saja. Sementara siswa yang lain kurang merespon atau menanggapi sama sekali. Dari beberapa hasil Observasi dengan beberapa siswa kelas VIII yang ada di SMP N 10 Padang bahwa sebagian besar siswa memiliki persepsi yang kurang positif kepada guru, siswa takut pada reaksi guru. Kondisi inilah yang dapat membuat siswa sulit menyerap materi pelajaran karena siswa belajar disertai rasa takut, sungkan kondisi atau suasana belajar terkesan tegang tidak adanya kedekatan emosional antara siswa dengan gurunya, sehingga tercipta adanya suatu jarak.

Disinilah salah satu tugas guru yaitu mendidik siswa dalam interaksi proses belajar mengajar.

Dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru ada banyak kiat pembelajarn diantaranya adalah memanfaatkan rekan siswa tersebut, hal ini biasa disebut dengan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya (Suherman, 2003). Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan.

Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan- segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya (Sukmadinata, 2007).

Tutor sebaya yang dipadukan dengan model pembelajaran kooperatif yang memanfaatkan siswa dengan kemampuan akademis yang lebih tinggi di dalam kelas, mempunyai keunggulan tersendiri untuk dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS.

Dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dalam menyelesaikan tugas kelompok. Tiap anggota saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Selama bekerja dalam satu kelompok, anggota kelompok diharapkan mampu mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan bisa saling membantu teman dalam mencapai ketuntasan materi.

Permasalahan inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengamati guru mengajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tutor sebaya di kelas tersebut. Dimana butuhkan kemampuan siswa menganalisis setiap pokok bahasan, apakah pembelajaran IPS yang menggunakan model pembelajaran langsung atau dengan memberikan model tutor sebaya ini membuat siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan proses pembelajaran, yang nantinya akan berdampak terhadap prestasi siswa itu sendiri

.

(5)

kooperatif tutor sebaya terhadap hasil belajar siswa kelas VIII Pelajaran IPS Terpadu di SMP N 10 Padang.

Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII IPS SMP N 10 Padang yang terdaftar pada semester I tahun ajaran 2014/2015

Sehubungan dengan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Pelajaran IPS Terpadu di SMP N 10 Padang”

.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 10 Padang pada bulan Januari tahun 2015. Penelitian ini menggunakan pendekatan Quasi Experimental Designs yakni eksperimen yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Pada penelitian ini perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen adalah pembelajaran dengan Model Pembelajaraan kooperatif Teknik Tutor Sebaya, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan Pembelajaran konvensional

.

Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah soal tes. Model analisis data penelitian ini adalah analisis dua rata-rata.

Dengan rumus :

2 1 1

1 1

2 n s n

X t X

+

= −

Keterangan :

X

1 : rata- rata nilai kelas eksperimen

X

2 : rata-rata nilai kelas kontrol

s1 : Standar Deviasi nilai siswa kelas eksperimen

s2 : Standar Deviasi nilai siswa kelas kontrol N1 : Jumlah siswa kelas Eksperimen

N2 : Jumlah siswa kelas kontrol HASIL PENELITIAN

Dari data penelitian yang telah dilakukan, untuk menguji hipotesis dapat dikatakan bahwa hipotesis yang diajukan diterima pada taraf nyata 95% atau dengan kata lain penggunaan

pembelajaran kooperatif tutor sebaya lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dari hasil tes akhir kedua kelas diperoleh distribusi nilai yang bervariasi, yaitu untuk nilai rata-rata kelas eksperimen diperoleh 77,09 dan untuk kelas kontrol diperoleh rata-rata nilai 69,45.

Distribusi data tes akhir dianalisis untuk pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Setelah diketahui data berdistribusi normal dan kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen maka pengujian hipotesis dapat dilakukan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kedua kelas bertolak pada titik awal yang sama, yakni hampir sama dalam jumlah hasil belajar yang berada di bawah KKM yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, untuk kegiatan penelitian selanjutnya kedua kelas dapat diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan pembelajaran kooperatif tutor sebaya, sedangkan kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensiona;. Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan memberikan perlakuan yang berbeda pada kedua kelas sampel maka dilakukan tes akhir belajar (posttest).

Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Azizah (2010), dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Matematika”.

Menemukakan bahwa adanya bahwa adanya perbedaan hasil belajar matematika pada kelas yang menggunakan model pembelajaran Tutor Sebaya dibandingkan dengan kelas yang di ajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional.

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah Faktor eksternal diantaranya kemampuan guru untuk memilih metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar tidak semua peserta didik dapat menangkap apa yang disampaikan guru dengan baik. Untuk itu diperlukan suatu metode yang digunakan sebagai cara untuk memperlancar proses belajar mengajar.

Selain itu fenomena yang terlihat dilapangan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tutor sebaya mampu memberi perhatian dan rasa ingin tahu siswa untuk belajar memahami pelajaran IPS terpadu. Hal ini dapat dilihat dari semangat dan antusias mereka menjawab pertanyaan yang di ajukan.

Sedangkan pada kelas kontrol guru hanya menggunakan pembelajarn konvensional dalam model konvensional, pengajar memegang peranan utama dalam menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi tersebut kepada peserta didik. Sementara peserta didik mendengarkan secara teliti serta mencatat pokok-

(6)

pokok penting yang dikemukakan pengajar sehingga pada pembelajaran ini kegiatan proses belajar mengajar didominasi oleh pengajar. Hal ini mengakibatkan peserta bersifat pasif, karena peserta didik hanya menerima apa yang disampaikan oleh pengajar, akibatnya peserta didik mudah jenuh, kurang inisiatif, dan bergantung pada pengajar

.

KESIMPULAN

.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan pengggunaan pembelajaran kooperatif tutor sebaya dan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPS terpadu pada kelas yang berbeda, yakni kelas VIII G (pembelajaran kooperatif tutor sebaya atau kelas eksperimen) dan kelas VIII F (pembelajaran konvensional atau kelas kontrol) didapat rata-rata belajar siswa kelas eksperimen 77,09 sedangkan kelas kontrol 69,45. Perhitungan uji t menunjukan bahwa thitungmemiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan dengan ttabelmaka hipotesis nol ditolak sedangkan hipotesis alternatif diterima. Hal ini membuktikan adanya pengaruh model pembelajaran kooperatif tutor sebaya terhadap hasil belajar siswa kelas VIII Pelajaran IPS Terpadu di SMP N 10 Padang.

Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian maka dapat disarankan sebagai berikut :

1. Agar guru melihat kembali metode pembelajaran yang sekarang digunakan di sekolah masing-masing sesuai atau tidaknya untuk siswa.

2. Agar siswa dapat saling bertukar pikiran antara sesama, mau mendengarkan dan saling menghargai pendapat orang lain serta dapat belajar bersosialisasi dengan cara memahami perbedaan-perbedaan yang tumbuh dalam kelas sehingga setiap siswa dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang lebih banyak.

3. Hendaknya pembelajaran kooperatif Tutor Sebaya menjadi bahan perbandingan untuk para guru dalam hal memilih metode pembelajaran yang sesuai untuk siswa.

4. Hendaknya pembelajaran kooperatif tutor sebaya menjadi bahan perbandingan untuk Sekolah dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai untuk masing-masing mata pelajaran yang ada disekolah.

5. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian pada hal-hal yang belum diamati pada penelitian ini

.

PENUTUP

Jurnal ini diolah dari skripsi dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Pelajaran IPS terpadu di SMP N 10 Padang”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Matematika. Skripsi.

Depdikbud. 2003. Undang-undang RI NO.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Lemhanas

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suherman, E dkk. 2003. “Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer”. Bandung.

UPI.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007.”Metode Penelitian Pendidikan” Bandung cetakan ketiga. PT. Remaja Rosdakarya Offset

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran Think Tlak Write yang dimaksud penulis dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang diterapkan pada peserta didik kelas VIII A SMP

i HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN WAKTU LUANG DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP PERSATUAN PONJONG GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas